Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Awal adanya notaris diIndonesia yang bernama Melchior Kelchem, Sekretaris


dari college van schenpenem di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1620. Selanjutnya
berturut-turut diangkat beberapa notaris lainnya, yang kebanyakan adalah
keturunan belada atau timur asing lainnya. Pada tanggal 26 Januari 1860
diterbitkannya peraturan Notaris, Reglement atau ketentuan ini bias dibilang adalah
kopian dari Notariswet yang berlaku di Belanda. Peraturan jabatan Notaris ini
berlaku sampai dengan diundangkannya undang-undang nomor 30 tahun 2004
tentang jabatan Notaris.1

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi kekosongan


pejabat notaris dikarenakan meraka memilih untuk pulang pergi ke negeri Belanda.
Untuk mengisi kekosongan ini, pemerintah menyelenggarakan kursus-kursus bagi
warga Negara Indonesia yang memiliki pengalaman di bidang hukum(biasanya
wakil notaris). Jadi, walaupun tidak berpredikat sarjana hukum itu, mereka mengisi
kekosongan pejabat notaris Indonesia.

Pada tahun 1954, diadakan kusus-kursus independen di Universitas Indonesia.


Dilanjutkan dengan kursus notariat dengan menempel di Fakultas hukum, sampai
tahun 1970 diadakan program studi spesialis notariat, sebuah program yang
mengajarkan keterampilan (membuat perjanjian, kontrak dan lainnya) yang
memberikan gelar sarjana hukum (bukan CN-Candidate Notaris)pada lulusnya.2

Lahirnya notaris di Indonesia didasari pasal 1868 Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata yang menyatakan suatu akta otentik ialah suatu akta di dalam
bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, yang dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya.
Sebagai pelaksanaan pasal tersebut, diundangkan undang-undang nomor 30 tahun
2004 tentang jabatan notaris (sebagai pengganti statbald 1860 nomor 30). 3

1
C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum,Anem Kosong
Anem, Jakarta, 2003, h.1.
2 ?
Adnan Murya dan Urip Sucipto, Etika dan Tanggung Jawab Profesi, Deepublish,
Yogyakarta, 2016, h.4.
3
Ibid
1
Menurut pengertian undang-undang nomor 30 tahun 2004 dengan pasal 1
disebutkan definisi notaris yaitu notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan laiinya sebagaimana maksud dalam
undang-undang ini. Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagaian
fungsi public dari negera, khususnya dibidang hukum perdata.

Notaris sebagai pejabat umum adalah pejabat yang wajib menaati hukum yang
berlaku di Indonesia serta telah disumpah jabatan oleh pihak yang ditunjuk oleh
undang-undang yang mana mana mengerti bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Notaris sebagai pejabat umum yang professional yang ikut serta dalam
pembangunan nasional dibidang hukum di Indonesia dan juga menjunjung tinggi
kehormatan dan martabat. 4

Peranan notaris berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun


2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat
akta autentik dan memiliki kewenangan sebagaimana yang diatur dalam pasal 15
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang jabatan notaris yaitu membuat alat
bukti autentik mengenai perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan.

Notaris yang ditunjuk oleh undang-undang nomor 30 Tahun 2014 tentang


jabatan Notaris adalah pejabat umum memiliki nilai yang penting dalam kehidupan
sosial. Pejabat umum sendiri memiliki definisi yaitu orang yang menjalankan
sebagai fungsi public dari Negara Republik Indonesia yang ditunjuk oleh undang-
undang, khususnya di dalam bidang hukum perdata. Maka keberadaan profesi
Notaris sebagai pejabat umum yang eksistensinya diperlukan oleh masyarakat
untuk melakukan perbuatan hukum menjadikan kedudukan Notaris semakin
penting dalam masyarakat, mengingat salah satu fungsi Notaris sebagai pembuat
alat bukti tertulis mengenai akta-akta otentik sebagaimana tercantum pada pasal
1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu suatu akta otentik ialah suatu
akta yang dibuat didalam bentuk yang ditentukan undang-undang yang dibuat oleh
oleh dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat akta itu dibuat.5

4
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris), Refika Aditama, Jakarta, 2008, h.13.
5 ?
Ibid
2
Akta otentik yang dibuat oleh Notaris ada 2 macam yaitu ambtelijk acted an
party acte. Ambtelijk acte yaitu akta yang dibuat oleh Notaris yang berdasarkan
pengamatan yang dilakukan Notaris tersebut. Akta jenis jenis ini diantaranya
adalah akta berita acara Rapat umum pemegang saham (RUPS) Perseroan terbatas,
akta pendaftaran atau inventarisasi harta peninggalan. Selain itu, definisi dari
party acte atau para pihak adalah akta yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris
berdasarkan kehendak atau keinginan para pihak dalam kaitannya dengan
perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak. Contoh akta ini diantaranya
adalah akta sewa menyewa dan akta perjanjian kredit.6

Notaris mempunyai kewajiban dalam menjalankan tugas kewajiban dalam


menjaankan tugas jabatannya yang menyebutkan:7

Dalam menjalankan jabatanya, notaris wajib:

a. betindak amanah, jujut, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga


kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian
dari prokol notaris;

c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada minuta akta;

d. mengeluarkan grosse akta, salinan akta, atau kutipan akta berdasarkan minuta
akta;

e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini,


kecuali ada alas an untuk menolaknya;merahasiakan segala sesuatu mengenai
akta yang dibuatnya dan segala keterangannya yang diperoleh guna pembuatan
akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan
lain;

f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
membuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat
dimuat dalam satu buku. Akta tersebut dapat dijilid menajdi lebih dari satu

6
Abdul Ghofur Anshori dalam Yogi Priyambodo, Tinjauan Terhadap Pelanggaran Kode Etik
Jabatan Notaris Di Kabupaten Purbalingga, Jurnal Akta, Magister KenotariatanFakultas Hukum
UNISSULA, Volume 4 Nomor 3 Tahun 2017, h.331.
7
Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris.
3
buku, dan mencatat jum jumlah minuta akta, bulan, dan tahun pembuatanya
pada sampul setiap buku;

g. membuat daftar akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat
berharga;

h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu
pembuatan akta setiap bulan;

i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf I atau daftar


wasiat pada daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat
pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan setiap bulan
berikutnya;

j. mencatat dan reportorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
bulan;

k. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambing Negara republic


Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan
tempat kedudukannya yang bersangkutan;

l. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2


(dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan akta
wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap,
saksi, dan Notaris.

Sebagaimana tugas dan tanggung jawab yang diuraikan diatas, Notaris dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai notaris yang mana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kewenangan notaris
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris. Selain dari kewenangan
yang diatur dalam undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, Perkumpulan Notaris yang membentuk organisasi yang disebut
perkumpulan organisasi ikatan notaris Indonesia (INI). Perkumpulan ikatan notaris
Indonesia (INI) membentuk peraturan yang berlaku untuk semua anggota-anggota
yang ikut dalam perkumpulan ikatan notaris Indonesia. Dimana ketentuan-
ketentuan yang telah dibuat dan disepakati disebut dengan kode etik Notaris.

Kode etik notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan
organisasi ikatan notaris Indonesia. Kode etik notaris wajib diperhatikan oleh
4
seluruh anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku jabatan Notaris
dalam melaksanakan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Notaris
diwajibkan untuk menghetahui dan memahami serta menjalankan kode etik. Kode
etik tersebut juga mencantumkan sanksi yang dijatuhkan bila anggota dan atau
orang lain yang memangku jabatan sebagai notaris.8

Keberadaan kode etik notaris mengikat bagi anggota dan atau orang yang
mengaku jabatan sebagai notaris. Perkumpulan notaris Indonesia terdiri dari
pengurus pusat, pengurus wilayah, pengurus daerah. Menurut perubahan kode etik
Notaris luar biasa ikatan notaris Indonesia di Banten tanggal 29-30 Mei 2015.
Pengawas atas pelaksanaan kode etik dilakukan oleh:

a. Pada tingkat Kabupaten/Kota oleh Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan


Daerah;

b. Pada tingkat Provinsi oleh Pengurus Wilayah dan Dewan Kehormatan wilayah;

c. Pada Tingkat Nasional oleh Pengurus Pusat dan Dewan kehormatan pusat dan
Dewan Kehormatan Pusat.

Notaris adalah setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan
sebagai pejabat umum, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 angka 1 Juncto
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Ikatan
Notaris Indonesia membuat suatu lembaga pengawas bernama Dewan Kehormatan
Notaris dengan urgensi etik Notaris. Tugas Dewan Kehormatan Notaris antara lain
melakukan keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik Notaris yang
bersifat internal serta memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas
Notaris atas dugaan kode etik dan jabatan Notaris. Pengawas atas pelaksanaan atas
kode etik notaris oleh dewan kehormatan Notaris dilakukan secara bertingkat yaitu
pada tingkat pertama oleh pengurus daerah ikatan notaris Indonesia dan dewan
kehormatn daerah, pada tingkat banding oleh pengurus wilayah ikatan notaris
Indonesia dan dewan kehormatan wilayah, dan pada tingkat akhir oleh Pengurus
pusat ikatan notaris Indonesia dan dewan kehormatan pusat.9

Dewan kehormatan adalah alat perlengkapan perkumpulan sebagai suatu badan


atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan dalam perkumpulan yang
bertugas untuk melakukan pembinaan,bimbingan, pengawasan, pembenahan

8
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1991, h.301
9
Ibid
5
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; memeriksa dan mengambil keputusan
atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak
mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarkat secara langsung; memberikan
saran dan pndapat kepada majelis pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik
jabatan notaris. 10

Dewan kehormatan pusat adalah dewan kehormatan pada tingkat nasional dan
yang bertugas untuk melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan
anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; memeriksa dan mengambil keputusan
atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan notaris.

Dewan pada tingkat provinsi atau yang setingkat dengan itu. Yang bertugas
untuk melakukan pembinaan, bimbingan, pegawasan, pembenahaan anggota dalam
menjunjung tingggi kode etik, memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran ketentuan kode etik atau displin organisasi, yang bersifat internal atau
yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarkat secara langsung pada
tingakat banding, dan dalam keadaan tertentu pada tingkat pertama; memberikan
saran dan pendapat kepada majelis pegawas wilayah dan atau majelis pengawas
daerah atas dugaan pelanggaran kode etik jabatan notaris.11

Dewan kehormatan daerah yaitu dewan kehormatan tingkat daerah yaitu pada
tingkat kota atau kabupaten yang bertugas untuk melakukan pembinaan,
bimbingan pengawas, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik
kode etik; memeriksa dan mengambil keputusann atas dugaan pelanggaran
ketentuan kode etik dan atau displin organisasi, yang bersifat internal atau yang
tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan dengan kepentingan masyarakat
secara langsung, pada tingkat pertama; Memberikan saran dan pendapat kepada
majelis pegawas daerah atas dugaan pelanggran kode etik dan jabatan notaris.12

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia membentuk badan khusus bernama
majelis pegawas notaris. Majelis pengawas notaris yang mempunyai kewenangan
dan berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawas terhadap Notaris.

10
Liliana Tedjosaputro dalam Laurensius Arliman, Sumbangsih Werda Notaris dalam
Organisasi Ikatan Notaris Indonesia, Jurnal Yuridika, Fakultas Hukum Universitas
Airlangga,Volume 30 Nomor 3 Tahun 2015, h.458.
11
Ibid
12
Enny Mirfa, Perbandingan Hukum Jabatan Notaris Di Indonesia dan Di Negara Belanda,
Jurnal ilmiah Research Sains, Universitas Samudera Langsa, Volume 2 Nomor 2 Tahun2016, h.61.
6
Pengawas ini mencakup perilaku dan pelaksanaan jabatan Notaris. Majelis
Pengawas Notaris bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan eksternal dan
berjenjang mulai dari majelis pengawas notaris daerah, majelis pengawas wilayah
dan majelis pengawas pusat.

Majelis pengawas Notaris juga memiliki kewenangan notaris untuk memeriksa


dan menjatuhkan sanksi terhadap notaris. Dalam hal pemeriksaan dan penjatuhan
sanksi terhadap pelanggaran kode etik Notaris. Dalam hal pemeriksa dan
menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran kode etik notaris. Maka akan dibentuk
majelis pemeriksa yang terdiri daerah majelis pengawas daerah, majelis pengawas
wilayah, dan majelis pusat.13

Perkembangan teknologi, Notaris dituntut mengikuti perkembangan yang ada.


Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kualitas dan layanan sebagai public dalam
memanfatkaan teknologi untuk melaksanakan tugas dan jabatan. Namun pengguna
teknologi untuk melaksanakan tugas dan jabatan. Namun, penggun teknologi oleh
Notaris yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,seperti kode etik notaris,
dapat menimbulkan masalah bagi Notaris

Pada status status quo terdapat beberapa notaris yang melakukan pelanggaran
kode etik. Yang melakuakn pelanggaran kode etik melalui ruang lingkup social.
Notaris, melalui lingkup media social, khususnya media instagram, facebook,
twitter, Pelanggaran yang dilakukan oleh notaris baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan membuat nama disosial media mereka dengan gelar
sarjana hukum (SH), Magister Kenotariatan (M.Kn). Pelangaran Notaris terjadi
karena kemudahaan dalam mengunduh dan mengunduh instagram, facebook,
twitter.

Social media yang menfasilitasi interaksi antara pengguna melalui pertukaran


informasi, pendapatan dan peminataan. Sehingga tidak jarang social media
dijadikan wadah untuk melakukan berbagai bentuk promosi. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, promosi dapat dilakukan memiliki makna perkenalan dalam
rangka kemajuan usaha. Promosi dapat dilakukan dengan cara membuat iklan.
Iklan sendiri artinya sebagai pesan yang digunakan untuk mendorong atau
membujuk masyarakat mengenai barang dan jasa yang ditawarkan. Hal ini menjadi
masalah apabila terdapat promosi yang dilakukan oleh Notaris di instagram baik

13
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
Refika Aditama, Jakarta, 2013, h.144
7
secara langsung maupun tidak langsung karena dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran kode etik notaris. Hal ini disebabkan karena menurut ketentuan dari
Pasal 4 ayat (3) kode etik disebutkan bahwa:
“ Notaris maupun orang lain (selama yang bersangkutan menjalankan jabatan
Notaris) dilarang melakukan publikasi atau promosi dir, baik sendiri maupun
secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya menggunakan
sarana media cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk:

a. Iklan;

b. Ucapan selamat;

c. Ucapan belasungkawa;

d. ucapan terima kasih;

e. Kegiatan pemasaran;

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian ini penting untuk diteliti karena
alasan-alasan adalah masalah hukum pelanggaran kode etik notaris salah satunya
pelanggaran promosi media social dan bagaiamana kebijakan majelis pengawas
daerah khususnya majelis pengawas notaris kota medan dalam memberi sanksi
kepada anggota perkumpulan dan atau yang memangku jabatan sebagai notaris
yang bertentangan dengan kode etik notaris. Permasalahan ini menjadi menarik
untuk diteliti dan dikaji dalam judul tesis “Analisis Yuridis Kebijakan Majelis
Pengawas Daerah Notaris Terhadap Pelanggaran Kode Etik Iklan Notaris (Studi
Kota Medan)

B. Rumusan Masalah
8
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan
untuk dapat dilakukan pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana kendala yang dihadapin majelis pengawas daerah notaris dalam


memberikan sanksi terhadap pelanggaran kode etik iklan Notaris (Studi Kota
Medan)

2. Bagaimana pertanggungjawaban dan sanksi notaris yang telah melakukan


pelanggaran kode etik mengiklan diri dimedia social ?

3. Bagaimana upaya pelaksanaan pengawasan terhadap notaris yang melanggar


kode etik notaris dalam mengiklankan diri di media social?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapin majelis pengawas


daerah notaris dalam memberikan sanksi terhadap pelanggaran kode etik iklan
notaris (studi kota medan)

2. Untuk menghetahui dan manganalisis pertanggungjawaban dan sanksi notaris


yang telah melakukan pelanggaran kode etik mengiklan diri dimedia social?

3. Untuk menghetahui dan menganalisis upaya pelaksanaan pengawasan


terhadap notaris yang melanggar kode etik notaris dalam mengiklankan diri di
media social?

D. Manfaat Penelitian

9
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, secara teoritis dan
secara praktis, sebagai berikut:

1.Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperbanyak bahan pustaka


tentang kebijakan majelis pengawas daerah notaris terhadap pelanggaran kode etik
yang mengiklan diri dimedia social khususnya notaris kota di Medan. Selanjutnya
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian lain pada bidang
yang sama, khususnya penelitian tentang kebijakan majelis pengawas daerah
notaris terhadap pelanggaraan kode etik yang mengiklan notaris di Kota Medan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan serta


pertimbangan dalam ilmu pengetahuan bagi kalangan praktis hukum, meliputi:

a.Notaris

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi notaris
dalam menjalankan tugas,tanggung jawab atau profesi Notaris.

b.Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Notaris

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
memberikan kontribusi positif bagi majelis pengawas notaris khususnya di Kota
Medan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan


Universitas Sumatera Utara, sepanjang yang diketahui dari hasil-hasil penelitian
yang sudah ada, maka belum ada penelitian yang menyangkut masalah “Analisis
Yuridis Kebijakan Majelis Pengawas Daerah Notaris Terhadap Pelanggaran Kode
Etik Iklan Notaris (Studi Kota Medan).”

. Adapun penelitian yang berkaitan dengan kebijakan majelis pengawas daerah


notaris Notaris terhadap penggaran kode etik iklan Notaris (studi dikota Medan).

10
1. ANITA PUTRI HERAWATI, NIM: 17921003, Magister Kenotariatan
Universitas Islam Indonesia dengan judul “Larangan notaris mempromosikan
diri melalui internet berdasar undang-undang jabatan notaris kode etik”.
Adapun rumusan masalah yang dibahas sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk promosi Notaris yang merupakan pelanggaran terhadap


Undang-Undang Jabatan Notaris dan kode etik Notaris?

b. Bagaimana pertanggung jawaban Notaris yang melakukan promosi diri


melalui internet?

2. PUTRI WIDIYASARI, NIM: 19/448317/PHK/10826, Magister Kenotariatan


Universitas Gadjah mada dengan judul “Kajian Penggunaan Instagram
sebagai media promosi diri oleh Notaris di Kabupaten Serang diTinjau dari
Kode Etik Notaris. Adapun rumusan masalah yang dibahas sebagai berikut;

a. Bagaimana mengkaji dalam hal penggunaan instagram sebagai promosi dan


melanggar kode etik Notaris?

b. Bagaimana mengkaji tentang implementasi penegakan kode etik atas


pelanggaran tentang larangan promosi jabatan notaris di media social
instagram dikabupaten serang?

3. I Nyoman Dirga, Akibat Hukum Tentang Kegiatan Publikasi Atau Promosi


Diri Notaris Secara Tidak Langsung Pada Media Elektronik Di Internet,
Magister Kenotariatan Universitas Brawijaya. Adapun rumusan masalah
yang dibahas sebagai berikut;

a.Bagaimana Notaris menjalankan kewenangan dan kewajiban sesuai tugas


pokoknya sebagai Notaris?

b. Bagaimana sanksi yang diberikan kepada Notaris yang melakukan


pelanggaran kode etik?

4. Nadia Imanda, Magister Kenotariatan Universitas Lambung Mangkurat


Adapun rumusan masalah yang dibahas sebagai berikut;

a. Bagaimana pengguna aplikasi android oleh Notaris berkaitan dengan


jabatan Notaris?

11
b. Bagaimana prespektif kode etik jabatan notaris terhadap publikasi dan
promosi jabatan Notaris?

c. Bagaimana timbul persaingan tidak sehat antara sesame rekan Notaris


disebabkan oleh pelanggaran kode etik jabatan notaris?

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi

1.Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas


penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. Teori berfungsi untuk
menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi
dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat
menunjukkan ketidakbenaran.14

M.Solly Lubis yang menyatakan bahwa: “Teori yang dimaksud di sini adalah
penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap
merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris.” Artinya teori ilmu hukum merupakan
suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek. yang dijelaskannya.
Suatu penjelasan walau bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh
fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.15

Teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaktis yaitu


mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya
dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi.

Kerangka teori yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kerangka


pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, dari para penulis ilmu hukum di
bidang hukum perjanjian, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis,
yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan bagi
penulisan tesis ini.

14
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2017, h.92
15
J.J.H.Bruggink dalam Otjie Salman Soemadiningrat dan Anthon F.Susanto, Teori
Hukum Mengingat,Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Jakarta,
2015, h. 60.
12
Berdasarkan pengertian teori dan kegunaan serta daya kerja teori tersebut di atas
dihubungkan dengan judul penelitian ini tentang “hasil penelitian yang sudah ada,
maka belum ada penelitian yang menyangkut masalah “Analisis Yuridis Kebijakan
Majelis Pengawas Daerah Notaris Terhadap Pelanggaran Kode Etik Iklan Notaris
(Studi Kota Medan). maka dipergunakan teori kesepakatan, teori keadilan, dan
teori kepastian hukum.

1.Teori Keadilan

Hukum sebagai kategori moral serupa dengan keadilan, pernyataan yang


ditujukan untuk pengelompokan sosial tersebut sepenuhnya benar, yang
sepenuhnya mencapai tujuannya dengan memuaskan semua. Rindu akan keadilan,
yang dianggap secara psikologis, adalah kerinduan abadi manusia akan
kebahagiaan, yang tidak bisa ditemukannya sebagai seorang individu dan
karenanya mencarinya dalam masyarakat. Kebahagiaan sosial dinamakan
keadilan.16

Teori keadilan dipakai dalam penelitian ini agar terciptanya tujuan kehidupan
dimana tidak ada keadilan diantara kehidupan bermasyrakat. Kata keadilan tentu
saja juga digunakan dalam pengertian hukum, dari segi kecocokan dengan hukum
positif, terutama kecocokan dengan undang-undang. Jika sebuah norma umum
diterapkan pada satu kasus tetapi tidak diterapkan pada kasus sejenis yang muncul,
akan dikatakan tidak adil. Ketidakadilan tersebut terlepas dari beberapa
pertimbangan nilai norma umum itu sendiri. Menurut pemakaian kata-kata ini,
menganggap sesuatu adil hanya mengungkapkan nilai kecocokan relatif dengan
sebuah norma, adil hanya kata lain dari benar.17

Aristoteles dalam bukunya Rhetorica mengatakan bahwa tujuan dari hukum


adalah menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari pada hukum ditentukan
oleh kesadaran etis mengenai apa yang di katakan adil dan apa yang dikatakan
tidak adil. Hal ini juga dapat dilihat dari pasal-pasal yang mengatur kode etik oleh
pengurus ikatan notaris Indonesia telah adil atau tidak bagi setiap notaris
memangku jabatan. 18

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op.cit., h. 93


16

17
Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra dalam Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Posisi
Dan
Fungsinya Dari Perspektif Hukum, Gramedia, Jakarta, 2005, h.99-100
18
Ibid
13
Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur ialah keadilan dengan
memberikan kepada tiap-tiap orang apa yang berhak ia terima serta memerlukan
peraturan tersendiri bagi tiap-tiap kasus. Untuk terlaksananya hal tersebut, maka
menurut teori ini hukum harus membuat apa yang dinamakan peraturan/ketentuan
umum (algemeene regels). Pertautan hukum dan keadilan dibangun berdasarkan
maxim, principat, postulat, principle sehingga hukum lahir secara concreto.

Segala penyebutan medium tersebut sebagaimana apa yang disebut asas-asas


hukum merupakan beginsel. Beginsel sendiri diartikan awal untuk memulai
sesuatu. Sedangkan sesuatu di sini yang dicakup adalah hukum. Sehingga asas
hukum yang mengikat daya keberlakukan hukum itulah wujudnya dalam norm in
concreto pada tujuannya untuk mencapai keadilan.19

Itulah sebabnya pembagian keadilan yang pernah dikemukakan oleh Aristoteles


hingga sekarang tetap relevan untuk menyentuh terhadap segala tindakan untuk
mempertahankan hukum dalam segala sisinya. Yakni, hukum dalam sisi
menbentuk undang-undang merupakan pengikatan resmi terhadap keadilan
distributif (mutlak). Sedangkan pekerjaan hakim yang berfungsi untuk
mempertahankan basis keadilan dalam perundang-undangan dituntut untuk
menjadi pengadil yang menegakan hukum dalam wujudnya sebagai keadilan
kumutatif (relatif).

Teori keadilan dalam hukum dapat disimpulkan sebagai wujud dari suatu
penerapan hukum secara adil sesuai dengan posisi masing-masing yang berbeda
tiap kasus, sehingga terdapat beberapa tolak ukur untuk dapat menyatakan suatu
putusan sudah adil atau tidak. Berdasarkan penjelasan tentang teori keadilan
tersebut di atas, maka dapat dilihat bagaimana suatu putusan hakim yang
diterapkan telah sesuai atau tidak dengan prinsip-prinsip keadilan itu.

b.Teori Sistem Hukum

Menurut Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, sistem hukum dapat diartikan sebagai
satu kesatuan sistem besar yang tersusun atas sub-subsistem yang kecil, yaitu
subsistem pendidikan, pembentukan hukum, penerapan hukum, dan lainlain, yang
hakikatnya merupakan sistem tersendiri dengan proses tersendiri pula. 20 Hal ini
19
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial prudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis prudence), Kencana, Jakarta, 2009,
h.181.
20 ?
Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Teori Hukum
dan Implementasinya, R.A.De.Rozarie, Surabaya, 2015, h.95
14
menunjukkan sistem hukum sebagai suatu kompleksitas sistem yangmembutuhkan
kecermatan tajam untuk memahami keutuhan prosesnya. Sistem pembentukan
hukum memiliki komponen-komponen sistemnya sendiri, seperti lembaga
pembentuk hukum, aparatur pembentuk hukum, sarana pembentuk hukum,
prosedur-prosedur pembentukan hukum, dan lain-lainnya, yang hakikatnya
merupakan kesatuan integral, yang berfungsi dan bertujuan menghasilkan bentuk
hukum seperti peraturan perundang-undangan. Sementaraitu, sistem penerapan
hukum merupakan proses kelanjutan dari proses pembentuk hukum, yang meliputi
lembaga, aparatur, sarana, dan prosedur-prosedur penegakan hukum. Maka dapat
disimpulkan bahwa sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum yang terdiri atas
bagian-bagian (hukum) yang mempunyai kaitan (interaksi) satu sama lain, tersusun
secara tertib dan teratur menurut asas-asasnya, yang berfungsi untuk mencapai
suatu tujuan sistem hukum tersebut, itu, sistem penerapan hukum merupakan
proses kelanjutan dari proses pembentuk hukum, yang meliputi lembaga, aparatur,
sarana, dan prosedur-prosedur penegakan hukum.Maka dapat disimpulkan bahwa
sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum yang terdiri atas bagian-bagian
(hukum) yang mempunyai kaitan (interaksi) satu sama lain, tersusun secara tertib
dan teratur menurut asas-asasnya,yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan
sistem hukum tersebut.21

Sejalan dengan kesimpulan diatas, menurut Lawrence M. Friedman, ada

tiga unsur dalam sistem hukum, yaitu:

1)Substansi Hukum (legal substance), Substansi hukum (legal substance) yaitu


keseluruhan aturan hukum (termasuk asas hukum dan norma hukum), baik
tertulis maupun tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan mengandung unsur
yang termasuk didalamnya mengenai peraturan yang kesemuanya mengatur
tentang tingkah laku manusia dan menyangkut esensi dasar peraturan yang
dibentuk tersebut. Bagaimana peraturan tersebut nantinya dapat difungsikan
untuk masyarakat luas, serta dampaknya apabila diaplikasikan dalam
masyarakat.22

2)Struktur Hukum (legal structure), Struktur Hukum (legal structure) adalah


keseluruhan institusi hukum beserta aparatnya, dan

21 ?
Abdul Salam Siku, Perlindungan Hak Asasi Saksi Dan Korban Dalam ProsesPeradilan
Pidana, Indonesia Prime, Jakarta, 2016, h. 15
22 ?
Ibid
15
3).Budaya hukum (legal culture) adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial
yang menentukan bagaimana hukum sistem hukum itu sendiri tidak akan
berdaya.

Unsur substansi menurut Friedman dapat dikaitkan dengan teori


perundangundangan menurut Hans Kelsen yang menyatakan bahwa suatu sistem
norma dikatakan valid jika diperoleh dari norma yang lebih tinggi diatasnya, yang
selanjutnya sampai pada tingkat dimana norma tersebut tidak dapat diperoleh dari
norma lain yang lebih tinggi, itulah yang disebut sebagai norma dasar. Menurut
teori Hans Kelsen tersebut, Pancasila berada pada kedudukan tertinggi yang berarti
Pancasila harus diletakkan sebagai kaidah dasar, groundnorms atau sumber segala
sumber hukum yang menjadi dasar bagi berlakunya Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. Kode Etik Notaris dan Undang-Undang Jabatan
Notaris dibuat berdasarkan groundnorms dibuat secara tertulis untuk mengatur
segala hal yang berkaitan dengan Notaris, salah satunya dalam hal pembinaan,
pengawasan dan pemberian sanksi yang dilakukan oleh kedua lembaga yang telah
ditentukan yaitu Dewan Kehormatan Notaris atau Majelis Pengawas Notaris Unsur
struktur berhubungan erat dengan aparat penegakan hukum, yaitu perangkat,
berupa sistem tata kerja dan pelaksana dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
subtansi hukum. Merujuk kepada pendapat Soerjono Soekanto mengenai
penegakan hukum yang mengemukakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.Pada
teori penegakan hukum dikatakan bahwa penegakan hukum akan terlaksana jika
didukung aparat penegak hukum yang kompeten dibidangnya. Aparat penegak
hukum mencangkup pengertian mengenai institusi penegakan hukum dan aparat
(orangnya) penegak hukum. Faktor-faktor penegakan hukum terdiri atas:23

1).Faktor hukumnya sendiri;

2).Faktor penegak hukumya;

3).Faktor sarana dan fasilitas penegakan hukum;

4).Faktor masyarakat; dan

23 ?
Bobi Aswandi, Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan Hak
Asasi Manusia (HAM), Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019, h.140
16
5).Faktor kebudayaan.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan erat, oleh karena itu merupakan
esensinya dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur suatu efektivitas
penegakan hukum Unsur budaya dapat dikaitkan dengan Teori Moralitas menurut
Immanuel Kant bahwa moralitas (Moralitat/Sittlichkeit) adalah kesesuaian sikap
dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang di pandang
sebagai kewajiban. Moralitas akan tercapai apabila mentaati hukum lahiriah bukan
lantaran hal itu membawa akibat yang menguntungkan atau lantaran takut pada
kuasa sang pemberi hukum, melainkan menyadari sendiri bahwa hukum itu
merupakan kewajiban.24

Ketiga unsur pembentuk sistem hukum ini memiliki keterkaitan satu sama lain
dimana diantara ketiga unsur tersebut terharmonisasi di dalam proses pencapaian
tujuan hukum itu sendiri. Penguatan budaya hukum nasional ini tentunya tidak
terlepas dari norma-norma atau nilai-nilai dasar yang disepakatibersama sebagai
bangsa dan negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Setiap warga negara di dalam system hukum tersebut dapat
mengambil alih dalam subsistem budaya hukum. Dari ketiga unsur pembentuk
sistem hukum menurut Friedman, budaya hukumlah (legal culture) yang
mendahului dua unsur lainnya. Aturan hukum tidak dapat dipisahkan dari budaya
hukum karena hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku
manusia. Keduanya sama-sama mengatur tingkah laku agar selalu baik dan tidak
terjerumus pada yang tidak baik. 25Begitu pula dengan struktur yang tidak dapat
dipisahkan, karena pada akhirnya negara dan hukum tidak hanya bersama sebagai
bangsa dan negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Setiap warga negara di dalam system hukum tersebut dapat
mengambil alih dalam subsistem budaya hukum. Dari ketiga unsur pembentuk
sistem hukum menurut Friedman, budaya hukumlah (legal culture) yang
mendahului dua unsur lainnya.Aturan hukum tidak dapat dipisahkan dari budaya
hukum karena hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku
manusia. Keduanya sama-sama mengatur tingkah laku agar selalu baik dan tidak
terjerumus pada yang tidak baik. Begitu pula dengan struktur yang tidak dapat
dipisahkan, karena pada akhirnya negara dan hukum tidak hanya seperangkat
lembaga yang kosong makna sosial melainkan konstruksi produk budaya. Maka
24

25
Soerjono Soekanto, Loc.cit
17
dapat dikatakan sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan
hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat
tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan
masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.26

Berkaitan dengan rumusan masalah dalam tesis ini maka struktur (aparat penegak
hukum) berkaitan erat dengan budaya karena sanksi dalam pelanggaran kode etik
dalam mempromosikan diri , untuk itulah diharapkan adanya suatu sinergitas
dalam pemberian sanksi dimana dapat dilakukan pada hal pemeriksaan laporan
yang diterima keduanya, dapat diperiksa terlebih dahulu oleh Dewan Kehormatan
Notaris dan kemudian hasil pemeriksaan dari Dewan Kehormatan Notaris tersebut
dapat dijadikan sebagai dasar bagi Majelis Pengawas Notaris untuk memberikan
sanksi. Yang kemudian dalam putusan Majelis Pengawas Notaris dapat berisikan
Notaris tersebut tidak hanya melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang
Jabatan Notaris tetapi juga kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris. Dengan
adanya ketentuan tersebut, maka diharapkan pelanggaran kode etik akan berkurang
karena apabila Kode Etik Notaris sudah dijalankan dengan baik maka Notaris tidak
akan melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris dan akan juga menjamin
pengamanan dari kepentingan pribadi seorang Notaris yang memangku jabatan
sebagai Notaris. bertanggung jawab dan tidak mengindahkan nilai-nilai dan ukuran
etika serta melalaikan keluhuran martabat dan tugas jabatannya kepentingan umum
terhadap Notaris yang menjalankan jabatannya.27

c.Teori Kewenangan

Berkaitan dengan permasalahan dalam tesis ini, dapat dikaitkan juga dengan teori
kewenangan yang mana teori tersebut berfokus pada yang berkaitan dengan
sumber kewenangan dari pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum, baik
dalam hubungannya dengan hukum publik maupun dalam hubungannya dengan
hukum private, yang meliputi:28

1).Atribusi merupakan timbulnya kewenangan baru yang sebelumnya kewenangan


itu tidak dimiliki oleh organ pemerintahan yang bersangkutan

26
Soerjono Soekanto, Loc.cit
27
Endang Purwaningsih, Bentuk Pelanggaran Hukum Notaris Di Wilayah Provinsi Banten Dan
Penegakan Hukumnya, Mimbar Hukum, Fakultas Hukum Universitas YARSI, Volume 27 Nomor 1
Tahun 2015, h.25
28
Immanuel Kant dalam Franz Magnis Suseno, Etika Abad ke-20, Kanisius, Yogyakarta, 2006, h.
136
18
2)Delegasi merupakan penyerahan wewenang yang dipunyai oleh organ
pemerintahan kepada organ yang lain

3)Mandat merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan dimana


tanggung jawab tidak berpindah kepada mandataris melainkan tanggung jawab
tetap berada di tangan pemberi mandate

Berkaitan dengan teori kewenangan yang tersebut diatas, Majelis Pengawas


Notaris diberika kewenangan oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
dank ode etik yang dibuat oleh perkumpulan ikatan notaris Indonesia.

2. Landasan Konsepsi

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasikan


dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional. Kegunaan dari
adanya konsepsi agar supaya ada pegangan dalam melakukan penelitian atau
penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain untuk
memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa landasan konsepsi pada hakekatnya


merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis
yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional
yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian:

a. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak.29

b. Majelis Pengawas Daerah Notaris adalah suatu badan yang mempunyai


kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap Notaris ditingakat daerah.30

c. Kode etik Notaris adalah kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan
iklan notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut perkumpulan
berdasarkan keputusan kongres perkumpulan dan atau yang ditentukan oleh
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. 31
29 ?
Ensklopedia
30 ?
Kode etik Notaris
31 ?
Kode etik Notaris
19
d. Media social adalah sering juga disebut sebagai sosial media adalah platform
digital yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berkomunikasi atau
membagikan konten berupa tulisan, foto, video, dan merupakan platform
digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi
setiap penggunanya.32

e. Iklan adalah iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah
segala bentuk pesan promosi benda seperti barang, jasa, produk jadi, dan ide
yang disampaikan melalui media dengan biaya sponsor dan ditunjukan kepada
sebagian besar masyarakat.33

f. Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau


jasa dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau
mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi, produsen atau distributor
mengharapkan kenaikannya angka penjualan

G. Metode Penelitian.

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak
harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali
yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis
serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan atau menjawab permasalahan itu.34

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada


metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya. Kecuali itu, maka diadakan juga pemeriksaan mendalam
terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala
yang bersangkutan. Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian

32 ?
Ensklopedia
33 ?
Ensklopedia
34
alim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan
Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2017, h. 193.
20
kegiatan penelitian dinilai dari pengumpulan data sampai pada analisis data
dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah sebagai berikut:35

1.Jenis dan Sifat Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang


diangkat di dalamnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris
dan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum empiris dipakai peneliti
karena penelitian hukum empiris atau yang dengan istilah lain biasa di sebut
penelitian hukum sosiologis atau disebut pula dengan penelitian lapangan.
Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder
belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan hukum sekunder dan bahan
acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Bersifat deskriptif maksudnya


penelitian ini diharapkan untuk dapat diperoleh gambaran secara rinci dan
sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Penelitian pada umumnya
bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat
terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat,
karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu. Analisis dilakukan
berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara
cermat bagaimana menjawab permasalahan. Masalah-masalah tertentu yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah masalah-masalah yang berkaitan
dengan promosi dimedia social oleh notaris yang mana melihat juga
bagaimana pengawasan dari majelis pengawas daerah dalam hal memberi
sanksi terhadap notaris yang melanggar kode etik

2. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan


penelitian dengan sinkronisasi hukum yakni sinkronisasi hukum secara
horizontal dan vertical:36

a. Sinkronisasi hukum Horizontal pada penelitian ini bertujuan untuk


mengungkap kenyataan sampai sejauh mana kode etik notaris berkekuatan

35 ?
Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h.19
36 ?
ardijan Rusli, Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana? ,Law Review, Fakultas
Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V Nomor 3 Tahun 2006, h.50
21
hukum yang tetap secara horizontal yang mempunyai keserasian antara
perundang undangan yang sederajat di bidang yang sama. penelitian ini
tidak hanya berguna bagi penegak hukum akan tetapi juga bagi ilmuwan
dan pendidikan hukum.

b. Sinkronisasi hukum vertical pada penelitian ini bertujuan dengan melihat


apakah suatu peraturan perundang undangan berlaku tidak bertentangan
antara satu dengan yang lainnya jika dilihat dari sudut vertical atau hirarki
peraturan perundang undangan yang ada.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan dengan melakukan wanwancara kepada majelis


pengawas daerah dan studi dokumen terkait kode etik yang mengatur larangan
notaris mempromosikan di media social.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dengan cara melakukan penelitian lapangan . Alat pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara dan penelitian studi dokumen terkait kode etik
notaris dan peraturan perundang-undangan yang mengatur ketentuan majelis
pengawas notaris daerah. Studi dokumen tersebut dilakukan untuk mendapatkan
konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang dilakukan
oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini dengan cara menelaah dan
menginventarisasi pemikiran atau pendapat juga sejarah atau latar belakang
pemikiran tentang tentang ketentuan kode etik .

Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui peraturan
perundang-undangan yang berlaku, literatur dari para pakar yang relevan dengan
objek penelitian ini, artikel yang termuat dalam bentuk jurnal, majalah ilmiah,
ataupun yang termuat dalam data elektronik seperti pada internet dan sebagainya
maupun dalam bentuk dokumen atau putusan berkaitan dengan permasalahan
penelitian ini.

5.Analisis Data.

Analisa data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke


dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
22
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi berdasarkan atas
peraturan perundang-undangan dan teori-teori hukum hingga dapat menjawab
permasalahan dalam penelitian ini. Semua data yang diperoleh disusun secara
sistematis, diolah dan diteliti, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan
ditafsirkan secara normatif logis dan sistematis dengan menggunakan metode
deduktif.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Adjie, Habib, 2008, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap


UndangUndang Jabatan Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
Jakarta: Refika Aditama.

___________, 2013, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris


Sebagai Pejabat Publik, Jakarta: Refika Aditama.

Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Jakarta: Kencana.

Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Arief, Barda Nawawi, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan
kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti.
23
Ashshofa, Burhan, 1996, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manullang, 2007, Pengantar Ke Filsafat


Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI: Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif
Hukum, Jakarta: Gramedia..

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2017, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fuady, Munir, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,

Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus), Bandung: Citra Aditya Bakti.

HS, Salim & Erlies Septiana Nurbani, 2017, Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T.Kansil, 2003, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum,

Jakarta: Anem Kosong Anem.

Kanter, E.Y. dan S.R.Sianturi, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika.

Kelsen, Hans, 2008, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusa

Media.

Moleong, Lexy J., 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhammad, Abdulkadir, 2006, Etika Profesi Hukum, Bandung: Citra Aditya

Bakti,

Murya, Adnan dan Urip Sucipto, 2016, Etika dan Tanggung Jawab Profesi,

Yogyakarta: Deepublish.

Mustofa, Wildan Suyuthi, 2013, Kode Etik Hakim, Jakarta: Kencana.


24
Nawawi, Hadari, 1996, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Pers.

B. Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, Tentang Jabatan Notaris.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.02.PR.08.10 Tahun 2004, Tentang Tata Cara Pengangkatan
Anggota,Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata
Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 40 Tahun 2015,
Tentang Susunan Organisasi, Tata Cara Pengangkatan Anggota,
Pemberhentian Anggota dan Tata Kerja Majelis Pengawas;

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 61 Tahun 2016,
Tentang Tata Cara Penjatuhan Sanksi Administratif Terhadap Notaris;

Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten

Tahun 2015.

Perubahan Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia Kongres Luar Biasa Ikatan
Notaris Indonesia di Banten tahun 2015.

JURNAL

Priyambodo, Yogi, Tinjauan Terhadap Pelanggaran Kode Etik Jabatan Notaris Di


Kabupaten Purbalingga, Jurnal Akta, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
UNISSULA, Volume 4 Nomor 3 Tahun 2017.

Rusli, Hardijan, Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana, Law Review,


Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V Nomor 3 Tahun 2006.
25
Saputra, Riyan & Gunawan Djajaputra, Penegakan Huum Terhadap Notaris Yang
Mempromosikan Diri Melalui Media Sosial, Jurnal Hukum Adigama,
Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara, Tahun 2018.

Suryani, Anik, Peranan Ikatan Notaris Indonesia (INI) Dalam Pelaksanaan Tugas
Notaris Sesuai Kode Etik, Jurnal Repertorium, Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret, Volume III Nomor 2 Tahun 2016.

26

Anda mungkin juga menyukai