Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nandini Aulia Faradilla

Nim : B011181028
Mata Kuliah : Psikologi Hukum C
Dosen MK : Dr. Ratnawati, S.H., M.H. Dr.
Muh. Hasrul, S.H., M.H., M.A.P

Latihan

1. Jelaskan perbedaan pandangan antara kajian Psikologi dengan kajian ilmu hukum, sehingga
awal perkembangannya kedua ilmu tersebut sulit untuk disatukan?

Perbedaan antara psikologi di satu pihak, dan hukum di pihak lain, yang menjadi salah satu
penyebab, kendala awal ketika muncul ide untuk megembangkan kajian Psikologi Hukum,
adalah karena : Psikologi mencari, mendeskripsikan dan menjelaskan pengalaman dan perilaku
manusia melalui logika dan metode ilmu. Riset dan aplikasi psikologi berdasarkan pada suatu
pendekatan logis, empiris, dan analitik, pendekatan tersebut memusatkan pada suatu rentang isu-
isu yang sangat luas. Sedangkan hukum, di pihak lain, sebgaimana dikatakan oleh Harrington
dkk (1979b: XIV):”adalah suatu keterampilan (seni) praktis, suatu sistem aturan-aturan, suatu
sarana kontrol sosial, yang berkenaan dengan pemecahan masalah-masalah praktis”. Lebih jauh :
hukum didasarkan pada psikologi common sense yang mempunyai model manusianya sendiri,
kriterianya sendiri, nilai-nilainya sendiri. Penjelasan common sense dalam hukum, didukung
oleh fakta bahwa proses-proses hukum yang dapat dioperasikan telah berkembang di bawah
pengawasan ketat, konstan, selama berabad-abad. Hukum dalam pengertian ini ‘terbukti’. Tetapi
ini agak berbeda dari penjelasan dari sudut pandang teori psikologi yang didukung oleh bukti
empiris tentang hubungan-hubungan yang bermakna secara statistik.

terdapat fakta bahwa pendekatan-pendekatan dari berbagai cabang psikologi berbeda dalam
kadar tentang hingga di mana pendekatan-pendekatan tersebut didasarkan pada apa yang dapat
disebut sebagai eksperimen-eksperimen ilmiah. Lebih jauh,beberapa psikolog telah meragukan
tentang manfaat praktis dari temuan dari eksperimen-eksperimen laboratorium terkontrol yang
mereduksi pengambilan keputusan juri,
2. Jelaskan pandangan dari aliran "Legal Realism" (realism hukum) yang merupakan cikal
bakal dari perkembangan psikologi hukum pengadilan?

Para realis hukum menangkap ide bahwa hukum dibutuhkan untuk secara pragmatis mendukung
kebaikan bersama dan memanfaatkan penelitian ilmu Sosial. Pada tahun 1931, Karl Llewellyn,
seorang pemimpin gerakan realis, menyebutkan beberapa prinsip pokok: (1) karena masyarakat
selalu berfluktuasi dengan lebih cepat dibanding hukum, maka hukum harus senantiasa diperiksa
kembali untuk memastikan bahwa dapat melayani masyarakatnya dengan baik; (2) hukum adalah
sarana untuk mencapai tujuan sosial dan bukan tujuan itu sendiri dan (3) hukum harus dievaluasi
efek-efeknya (Llewellyn, h. 72). Para realis hukum berpendapat konteks sosial dan efek sosial
hukum sama pentingnya dengan penerapan logika mekanis. Para sarjana realis berusaha melibat
apa yang ada di balik "fiksi hukum," formalisme, dan simbol-simbol untuk menelaah perilaku
aktual para pengacara dan hakim.

3. Jelaskan manfaat Psikologi Hukum dalam Ilmu hukum?

Psikologi hukum bermanfaat atau berkontribusi dalam penegakan hukum, dalam bentuk
memberikan pengetahuan yang berguna dalam proses penegakan hukum. Digunakan untuk
menjelaskan perilaku terdakwa maupun korban yang dapat digunakan dalam proses persidangan.

D. Tugas Dan Lembar Kerja

Pada tugas ini peserta kuliah atau mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan tugas yaitu
menyebut dan menjelaskan perjalanan dan perkembangan psikologi dan hukum dan menjelaskan
manfaat psikologi dalam perkemabngan ilmu hukum.

Jawaban

Pada tahun 1906, Sigmund Freud berpidato, yang isinya memperingatkan para hakim Austria
bahwa keputusan mereka dipengaruhi oleh proses-proses taksadar (Freud, 1906). Ia juga
menyatakan bahwa insights dari teorinya dapat digunakan untuk memahami perilaku kriminal
dan untuk mempebaiki sistem hukum. Tetapi, dua even lainlah yang membuat para psikolog
sadar bahwa ide-ide mereka dapat digunakan untuk mentransformasikan sistem hukum. Salah
satunya adalah terbitnya sebuah buku yang berjudul On the Witness Stand. Penulisnya adalah
seorang psikolog eksperimen yang bernama Hugo Munsterberg. Beliau pernah menjadi murid
Wilhelm Wundt (orang yang secara umum dianggap sebagai pendiri psikologi moderen) dan
pernah diundang oleh William James untuk pindah dari Jerman untuk memimpin Laboratorium
Psikologi di Harvard. Munsterberg menulis On the Witness Stand dengan tujuan "mengalihkan
perhatian orang-orang yang serius ke bidang yang secara absurd terabaikan, padahal bidang itu
membutuhkan perhatian penuh dari masyarakat sosial" (Munsterberg, 1908, h. 12). Bukunya
berhasil menyedot perhatian masyarakat hukum, meskipun perhatian itu tidak sebesar yang
dharapkannya. Pada tahun 1909, John H. Wigmore, seorang sarjana hukum terkemuka saat itu,
mempublikasikan sebuah kritik pedas terhadap klaim Munsterberg mengenai peran psikologi
yang dinilainya terlalu dibesar-besarkan. Didalam artikel itu, Munsterberg diadili karena
dianggap melontarkan fitnah, diperiksa-silang, dan dinyatakan bersalah (Wigmore, 1909). On the
Witness Stand tidak hanya diterima dengan baik oleh para sarjana hukum tetapi juga gagal
memobilisasi para peneliti di bidang psikologi. Terlepas dari prestasi-prestasi yang diraihnya,
Munsterberg diakui sebagai bapak pendiri psikologi-dan-hukum hanya dengan setengah hati.
Psikologi hukum bermanfaat atau berkontribusi dalam penegakan hukum, dalam bentuk
memberikan pengetahuan yang berguna dalam proses penegakan hukum. Digunakan untuk
menjelaskan perilaku terdakwa maupun korban yang dapat digunakan dalam proses persidangan.

Anda mungkin juga menyukai