Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH KEUANGAN NEGARA

ANALISIS KEBIJAKAN BARU KEUANGAN NEGARA


MONEY FOLLOW FUNCTION KE MONEY FOLLOW
PROGRAM

DOSEN PEMBIMBING : RIO YUSRI MAULANA


SIP.M.IPOL

DISUSUN OLEH :
ZULKARNAIN(H1A118091)
PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


UNIVERSITAS JAMBI

BAB 1.
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Zaman terus bergabti dan seperti yang ada dalam prinsip teknologi dalam sosiologi teknologi akan terus
merangkak ke muka.tapi dalam proses birokrasi yang sekarang hal tersebut tidak menjadi tolak ukur yang
mutlak karena masih menggunakan tenaga manusia dalam beberapa sektoral nya.seperti alur birokrasi hal ini
tak lepas dari keuangan Negara. Prinsip money follows program merupakan prinsip yang digunakan dalam
perencanaan dan penganggaran APBD dengan mengalokasikan anggaran pada program prioritas daerah.
Menurut Pasal 3 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2017 dan Permendagri Nomor 33 Tahun
2017 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2018, penyusunan perencanaan dan penganggaran
pembangunan nasional dilakukan dengan pendekatan penganggaran berbasis program (money follows
program) melalui penganggaran berbasis kinerja. Dalam konteks hukum administrasi negara, prinsip money
follows program ini merupakan strategi yang digunakan untuk mewujudkan perencanaan dan penganggaran
keuangan negara maupun daerah yang baik. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan
prinsip money follows program dalam perencanaan APBD serta faktor pendukung dan penghambat dalam
penerapan prinsip money follows program dalam APBD di Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan normatif dan empiris, data yang digunakan adalah data primer, data sekunder dan data
tersier kemudian dianalisis dengan dekriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi
terhadap data yang diperoleh. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa: 1) Dalam perencanaan dan
penganggaran APBD Provinsi Lampung telah menerapkan prinsip money follows program dengan
pendekatan anggaran berbasis kinerja yang tercantum dalam Permendagri nomor 33 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyusunan APBD tahun 2018 yang diawali dari penyusunan RPJMD, RKPD, KUA-PPAS, RKA-
SKPD, RAPBD dan Perda APBD yang telah ditetapkan dengan Perda Nomor 27 Tahun 2017 tentang APBD
Tahun Anggaran 2018. 2) Terdapat faktor pendukungnya yaitu komitmen

BAB II
PEMBAHASAN

Sedang terjadi perubahan mendasar dalam perencanaan pembangunan nasional sejak 2016. Prioritas dan
target pembangunan menjadi lebih jelas: mengatasi ketimpangan sosial dan wilayah.

Perubahan sistem agar menjadi lebih efektif dan efisien, apalagi dalam konteks negara, tentu butuh waktu
yang tak singkat. Bukan perkara gampang untuk mengubah mesin birokrasi yang telah terbiasa bergerak
ke arah tertentu dengan kecepatan tertentu. Contohnya, dalam hal perencanaan dan penganggaran
program-program pembangunan nasional.

Selama puluhan tahun, perencanaan pembangunan dilakukan dengan cara money follows function yang
tidak efektif. Cara ini, pada dasarnya, memberikan keleluasaan pada kementerian dan lembaga untuk
mengusulkan daftar program yang akan dimasukkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan.
Dari sini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) lantas “menjahit” dan membuat
pengelompokan tema program untuk kemudian mendapatkan penganggaran dari Direktorat Jenderal
Anggaran (DJA) di Kementerian Keuangan.

Sekilas tampaknya memang sebuah prosedur yang demokratis. Namun, pola ini memiliki risiko tidak
adanya prioritas atau tema besar pembangunan yang relevan dengan tantangan-tantangan nyata yang
dihadapi sebuah bangsa. Jika misalnya, negara sedang membutuhkan pembangunan pertanian yang
massif, perencanaan seperti ini takkan cukup responsif dan integratif karena sejumlah kementerian dan
lembaga cenderung punya prioritas yang berbeda.

Itu sebabnya, Presiden Jokowi memperkenalkan model perencanaan money follows program. “Tidak
lagi money follow function, jadi yang betul mestinya money follow program, ya program kita apa, kita
fokus ke situ,” kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (10/2/2016).

Cara ini, menjadikan arahan Presiden sebagai acuan untuk merumuskan program-program prioritas. Dari
sini, kemudian kementerian dan lembaga, dengan difasilitasi oleh Bappenas, menurunkan atau
menerjemahkannya menjadi program-program kegiatan yang lebih rinci. Pendekatan ini juga memaksa
kementerian dan lembaga yang biasa bekerja sendiri-sendiri untuk berkoordinasi sejak awal perencanaan.

Sebagai contoh, Kementerian Pertanian harus berkoordinasi untuk memastikan sawah-sawah yang hendak
dicetak akan dialiri air yang berasal dari sistem irigasi dan bendungan yang akan dibangun dengan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Fakta yang terjadi di masa lalu, bisa terjadi sawah
yang dicetak berbeda lokasi dengan bendungan. Hal-hal semacam ini tentu tak boleh terulang kembali.

Arahan Presiden di tahun 2016 tentang pendekatan money follows program ini memang baru mulai terasa
di tahun 2017. Mengapa demikian? Karena Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, disusun sejak
tahun 2016, saat Presiden Jokowi memberikan arahan tentang pendekatan ini. Jadi, perubahan kebijakan
dalam proses perencanaan dan penganggaran membutuhkan waktu setidaknya setahun agar mulai bisa
dijalankan.

Sekali lagi, birokrasi ibarat mesin yang besar, yang membutuhkan waktu untuk menyetel dan
menyesuaikan pergerakannya. Hal ini bukan dialami oleh Indonesia saja. Semua negara di manapun
memiliki pengalaman yang sama. Oleh sebab itu, inovasi-inovasi dalam reformasi birokrasi selalu penting
untuk dipelajari.

Lalu bagaimana dengan RKP 2018 yang saat ini masih dalam tahap finalisasi setelah melalui mekanisme
Musyarawah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbang) sejak akhir April 2017 lalu di
Bappenas? Arahan Presiden Jokowi sudah cukup jelas.

Untuk RKP 2018, penyusunan program pembangunan memang kian jelas arah dan prioritasnya. Dimulai
dengan arahan presiden pada rapat Paripurna di Istana Bogor pada tanggal 4 Januari 2017, yang intinya
memberi penekanan pada program-program pemerataan untuk mengatasi ketimpangan. Arahan ini
kemudian dielaborasi lebih lanjut oleh Kantor Staf Presiden menjadi sejumlah usulan agenda dan tema
prioritas.

Selanjutnya Bappenas merumuskannya dalam dokumen sementara yang juga mengindikasikan alokasi
anggaran untuk agenda dan tema prioritas tersebut – yang kemudian menjadi referensi dalam Pembahasan
Musrenbang tadi. Tema besar pembangunan 2018, menekankan pada investasi dan percepatan
pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan sosial
dan antar wilayah.

Dalam RKP 2018 disepakati Prioritas Nasional yang meliputi: (1) Pendidikan; (2) Kesehatan; (3)
Perumahan dan Permukiman; (4) Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata; (5) Ketahanan Energi; (6)
Ketahanan Pangan; (7) Penanggulangan Kemiskinan; (8) Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman;
(9) Pembangunan Wilayah, termasuk di dalamnya Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial; (10) Politik,
Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.

BAB IV

KESIMPULAN

Diharapkan dengan adanya program money program ini juga merubah arah kejikan dan struktur
pembangunan bangsa ini dengan program yang jelas.karena juga menyangkut percepatan pembangunan
baik program sumber daya manusia ataupun dalam bentuk infrastruktur.dengan adanya kebijakan seperti
ini maka esensial dari pembangunan akan mencapai targetnnya.realisasi yang nyata dari sebuah konsep
hasil dari konsep yang benar benar mempuni.yang mana keseluruhannya sama-sama membahas tentang
anggaran yang pada akhirnnya akan bermuara pada satu tujuan yakbi kesejahteraan masyarakat indonesia.

Anda mungkin juga menyukai