Anda di halaman 1dari 14

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

FAZIRA NURMA AFRIANI


P032215401059

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN RIAU
1 OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan hidayah dan inayahnya bagi saya sehingga saya bisa menulis
setetes lautan ilmunya ke dalam makalah sederhana ini. Shalawat serta
salam saya tujuakan kepada suri tauladan kami, yakni Nabi Muhammad
SAW. Beserta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini saya
selesaikan atas dasar tugas yang diberikan kepada saya. Terimakasih atas
kepercayaan Ibu untuk memberikan tugas ini kepada saya. Makalah ini
berjudul “ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR”. Saya selaku penulis
makalah ini memiliki banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun
penyusunan mohon maaf karena ada pepatah yang mengatakan “tak ada
gading yang tak retak”. Saya juga berharap Makalah ini tidak hanya
sebagai bacaan semata, namun dapat memperluas pengetahuan serta
menambah wawasan kita. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 1 Oktober
2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I........................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................4
BAB II..........................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir............................................................6
2.2 Gejala Asfiksia Neonatorum...............................................................7
2.3 Penyebab asfiksia pada bayi baru lahir...............................................8
2.4 Cara Mendiagnosis Kondisi Asfiksia.............................................10
2.5 Penanganan Asfiksia Neonatorum.....................................................11
2.6 Kondisi Asfiksia Pada Bayi...............................................................12
BAB III...................................................................................................... 13
PENUTUP..................................................................................................13
3.1 Simpulan........................................................................................... 13
3.2 Saran..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia pada bayi baru lahir (asfiksia neonatorum) merupakan suatu
dimana keadaan bayi mengalami susah bernafas secara lansung, teratur
sesudah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan
tidak bisa mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya, sehingga dapat
menurunkan O2 (oksigen) dan mungkin meningkatkan CO2
(karbondioksida) yang dapat dipengaruhi umur ibunya, persalinan
premature, letak bayinya sunsang, serta paru lama macet sehingga
dapat mengakibatkan dampak buruk dalam kehidupan selanjutnya.
Jika bayi lahir tidak menangis, warna kulit ungu kebiruan, dan sulit
untuk bernafas, maka bisa dikatakan bayi tersebut mengalami anfiksia.
Jika tidak ditangani dengan cepat dapat merusak otak bayi atau bisa
merenggut nyawa bayi tersebut. Anfiksia pada bayi baru lahir dapat
dikenal juga dengan asfiksia perinatal (neonatorum). Kondisi tersebut
terjadi pada saat bayi kekurangan oksigen sebelum, selama, dan setelah
proses persalinan. Tanpa asupan oksigen yang cukup serta jaringan dan
organ tubuh pada bayi akan mengalami kerusakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Asfiksia pada bayi baru lahir ?
2. Apa saja gejala asfiksia neonatorum ?
3. Apa penyebab asfiksia pada bayi baru lahir ?
4. Bagaimana cara mendiagnosisnya ?
5. Bagaimana penanganan asfiksia neonatorum ?
6. Apakah bisa penyakit asfiksia disembuhkan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa itu asfiksia pada bayi baru lahir.
2. Mengetahui gejala apa saja yang ada pada penyakit asfiksia.
3. Mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi
baru lahir.
4. Mengetahui cara mendiagnosa asfiksia pada bayi baru lahir.
5. Mengetahui cara menangani asfiksia neonatorum.
6. Mengetahui penyakit asfiksia bisa disembuhkan apa tidak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut ikatan dokter anak
indonesia merupakan kegagalan bernafas secara tiba-tiba dan teratur
pada saat lahir atau beberapa menit setelah lahir. Menurut AAP asfiksia
merupakan suatu keadaan yang disebabkan karena kurangnya oksigen
pada udara respirasi, yang ditandai dengan :
1. Asidosis (pH<7,0) pada darah arteri umbilikalis
2. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetap 0-3
3. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik
iskemia ensefalopati)
4. Gangguan multiorgan sistem.
Anfiksia pada bayi baru lahir dapat dikenal juga dengan sebutan
asfiksia perinatal (asfiksia neonatorum). Secara harfiah, pengertian
asfiksia merupakan kondisi saat pasokan oksigen menurun atau
berhenti. Perinatal adalah kondisi yang mencakup sebelum, selama dan
setelah melahirkan, baik melahirkan normal dengan posisi persalinan
apa pun maupun secara operasi caesar. Sedangkan neonatorum merujuk
pada penyakit yang dialami pada bayi baru lahir.
Berdasarkan pengertian tersebut, asfiksia neonatorum pada bayi baru
lahir merupakan kondisi dimana bayi kurang mendapatkan oksigen
pada saat ia dilahirkan. Hal itu otomatis membuat bayi menjadi susah
bernapas, baik sebelum, selama, maupun setelah kelahiran. Adapun ini
membuat otak serta organ tubuh bayi lainnya tidak mendapatkan
asupan oksigen serta nutrisi yang cukup.
Asfiksia neonatorum merupakan kondisi fatal bagi bayi. Pasalnya,
kekurangan oksigen membuat sel-sel di otak dan tubuh bayi tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Dapat menyebabkan masalah jangka
panjang pada bayi, seperti gangguan intelektual, kejang, perkembangan
terhambat, hingga cerebral palsy.

2.2 Gejala Asfiksia Neonatorum


Gejala asfiksia pada bayi baru lahir bermacam-macam bisa berbeda-
beda antara satu dan lainnya. Bahkan terkadang, gejala dari kondisi ini
bisa langsung muncul, tapi bisa juga tidak terdeteksi seketika setelah
bayi dilahirkan. Salah satu tanda yang biasanya muncul yaitu kadar
oksigen darah atau saturasi yang lebih rendah.
Secara umum, ada berbagai gejala asfiksia perinatal sebelum
bayi dilahirkan berdasarkan UCSF Benioff Children’s Hospital.
 Irama atau denyut jantung bayi yang tidak normal.
 Peningkatan kadar asam di dalam aliran darah bayi.
Setelah bayi tersebut dilahirkan, gejala asfiksia neonatorum atau
pada bayi baru lahir biasanya sebagai berikut.
 Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.
 Susah bernapas, hingga menyebabkan bayi bernapas dengan cepat
atau terengah-engah, dan menggunakan perut.
 Detak jantung agak melambat.
 Otot melemah.
 Bayi terlihat lemas.
 Pertumbuhan terhambat.
 Ada mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban, kulit, kuku,
atau tali pusar.
Selain itu, gejala asfiksia neonatorum juga dapat dibedakan
berdasarkan tingkat keparahannya. Berikut adalah penjelasannya.
Gejala ringan atau sedang
Berikut ini adalah gejala asfiksia kategori ringan atau sedang
pada bayi baru lahir.
 Kekuatan otot lemah atau tonus otot buruk.
 Bayi mudah marah dan rewel.
 Rasa kantuk ekstrem.
 Bayi susah makan dan menyusu karena tidak mampu mengisap
puting susu ibu.
Gejala berat
Sementara itu, berikut adalah beberapa gejala asfiksia neonatorum
yang berada pada bayi baru lahir.
 Tubuh bayi kejang.
 Kulit dan bibir bayi berwarna biru.
 Susah bernapas.
Lama waktu bayi tidak mendapatkan persediaan oksigen yang cukup
dapat memengaruhi ringan dan berat gejala asfiksia neonatorum yang
dialami. Berarti, semakin lama bayi tidak memperoleh jumlah oksigen
yang cukup, semakin besar pula kemungkinan gejala tersebut muncul.

2.3 Penyebab asfiksia pada bayi baru lahir


Pada dasarnya, asfiksia bermula dari kondisi gawat janin (Fetal
Distress). Kondisi ini dapat terjadi apabila aliran darah dari tubuh ibu
ke plasenta mengalami gangguan. Sehingga menyebabkan janin
kekurangan pasokan oksigen (Hipoksia).
Apabila keadaan ini tetap berlanjut maka bayi berisiko lahir
mengidap asfiksia saat lahir.Ada berbagai hal yang bisa menjadi
penyebab asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir. Itulah
mengapa dokter dan tim medis harus selalu memantau kondisi ibu dan
bayi sebelum, selama, bahkan setelah proses persalinan.
Berikut adalah penyebab asfiksia neonatorum yang umum terjadi.
 Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
 Ibu menderita Eklampsia atau Preeklampia
 Adanya gangguan plasenta pevia
 Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum
maupun selama persalinan.
 Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.
 Kelainan pada tali pusat
 Ibu hamil mengindap Anemia
 Bayi mengindap sindrom aspirasi mekonium
 Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak
mendapatkan cukup oksigen.
 Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu hamil atau bayi.
 Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.
 Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi, seperti
plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan (abruptio plasenta).
 Prolaps tali pusat atau tali pusat yang keluar lebih dulu daripada
bayi.
 Terjadi sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup
sebelum, selama, ataupun setelah persalinan.
 Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), paru-paru
bayi prematur mengalami komplikasi karena belum berkembang
sehingga sulit bernapas.
 Bayi mengalami penyakit jantung bawaan atau penyakit paru-paru.
Persediaan oksigen yang kurang pada bayi sebelum, selama, atau
setelah melahirkan bisa terjadi dalam dua cara.
Pertama, kurangnya oksigen menyebabkan gangguan secara
langsung yang terjadi selama beberapa menit setelah persalinan.
Kedua, gangguan muncul ketika sel-sel tubuh sebenarnya sudah
tidak lagi kekurangan oksigen. Namun, sel-sel tersebut justru
melepaskan racun ke dalam tubuh bayi.

2.4 Cara Mendiagnosis Kondisi Asfiksia


Pada saat lahir, dokter dan tim medis akan memeriksa kondisi
bayi baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi :
 warna kulit,
 detak jantung,
 tonus otot,
 refleks, dan
 upaya pernapasan.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dokter akan memberi nilai 0
hingga 10 atau yang disebut dengan skor Apgar. Jika skor Apgar sangat
rendah (0 hingga 3) yang berlangsung lebih dari lahir, ini bisa menjadi
tanda dari asfiksia neonatorum.
Selain melihat skor Apgar, dokter dan tim medis juga akan
melakukan pemeriksaan lainnya untuk mencari tanda-tanda dari
asfiksia neonatarum. Misalnya :
 sirkulasi darah yang buruk
 tekanan darah rendah
 kekurangan energi
 kelainan pembekuan darah.
Lalu, ada juga pemeriksaan laboratorium untuk mencari
kemungkinan hasil asidosis (kadar asam tinggi) pada darah tali pusat.
Selain itu juga ada berbagai pemeriksaan penunjang lainnya juga yang
mungkin akan dilakukan untuk mendiagnosis asfiksia pada bayi baru
lahir, seperti di bawah ini :
 es darah.
 Tes urin.
 Pemeriksaan tinja.
 Tes cairan di sekitar otak dan tulang belakang.
 USG.
 Ekokardiogram (EKG).
 Pemeriksaan electroencephalography (EEG).
 CT scan.
 MRI.

2.5 Penanganan Asfiksia Neonatorum

Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir tergantung pada tingkat


keparahannya. Dengan kondisi yang ringan, dokter mungkin akan
memberi alat bantu pernapasan berupa kanul oksigen atau CPAP
(continuous positive airway pressure). Kanul oksigen merupakan
tabung plastik tipis dan lembut yang dipasang di hidung bayi. Tabung
ini akan mengalirkan oksigen ke saluran pernapasan bayi agar ia lebih
mudah bernapas.
Sementara pada CPAP, bayi juga akan mendapat oksigen
tambahan melalui tabung yang dipasang di hidung bayi. Hanya saja,
oksigen yang dikirimkan berada di bawah tekanan yang lebih tinggi
dan konstan untuk membantu saluran pernapasan dan paru-paru tetap
terbuka.
CPAP biasanya diberikan bila bayi membutuhkan bantuan
oksigen lebih banyak ketimbang menggunakan kanul oksigen, tetapi ia
masih bisa bernapas sendiri.Sementara bila asfiksia neonatorum yang
terjadi parah hingga bayi terlihat lemah, lelah, dan sangat sulit untuk
bernapas, ventilator biasanya akan diberikan.
Selain alat bantu pernapasan, dokter juga mungkin akan
memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala yang timbul.
Misalnya obat antikejang untuk mengatasi kejang pada bayi.

2.6 Kondisi Asfiksia Pada Bayi


Asfiksia yang terjadi pada bayi baru lahir dalam taraf ringan atau
sedang dapat pulih dengan sepenuhnya. Namun, jika asfiksia parah dan
sel-sel tubuh bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup dalam waktu
lama, bayi mungkin akan mengalami cedera permanen.
Jika tidak secepatnya ditangani, kondisi ini dapat memengaruhi
otak, jantung, paru-paru, ginjal, usus, serta organ tubuh lainnya.
Pendinginan tubuh (hipotermia terapeutik) dapat memperbaiki kondisi
asfiksia pada bayi yang lahir cukup bulan atau hampir cukup bulan.
Namun, bayi yang lahir prematur, umumnya tidak bisa mendapat
pengobatan pendinginan tubuh ini. Sayangnya, dalam kasus yang
cukup parah, asfiksia pada bayi baru lahir bisa mengakibatkan
kegagalan organ tubuh hingga kematian.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Asfiksia atau asfiksia neonatorum merupakan gangguan kesehatan
yang dialami oleh bayi baru lahir, dimana tubuh bayi kekurangan oksigen
sehingga mengakibatkan kesulitan bernafas dan kondisinya juga tampak
lemah. Keadaan asfiksia biasanya sudah terindikasi sejak bayi di dalam
rahim. Penyebabnya bisa dikarenakan adanya kelainan pada rahim,
gangguan kesehatan ibu atau proses persalinan yang berat.
Sebagian besar bayi lahir bugar. Hanya sekitar 10% bayi
membutuhkan beberapa jenis bantuan dan hanya 1% yang membutuhkan
Tindakan resusitasinya lengkap untuk bertahan hidup. Ketika janin atau
bayi baru lahir kekurangan oksigen akan terjadi perpasan cepat diikuti oleh
apneau primer dan penurunan frekuensi jantung, keadaan ini akan
membaik dengan ransang taktil. Jika kekurangan oksigen tetap terjadi,
maka akan terjadi periode apnea sekunder selanjutnya diikuti penurunan
frekuensi jantung dan tekanan darah.
Semua bayi baru lahir perlu penilaian awal untuk menentukan
apakah resusitasinya dibutuhkan atau tidak. Resusitasi harus dilakukan
segera karena anda memiliki waktu kurang lebih 30 detik untuk melihat
respon dari setiap tahap sebelum memutuskan ke tahap berikutnya,
evaluasi dan pengambilan keputusan didasarkan terutama pada
pernapasan, frekuensi jantung dan oksigenesi.

3.2 Saran
Untuk tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan untuk
melaksanakan tindakan sesuai sop yang ada serta untuk peneliti
selanjutnya dapat dilakukan penelitian tentang efektifitas menjaga
kehangatan bayi baru lahir untuk dalam penanganan asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA

Anasari, T. and Pantiawati, I. (2016) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Persalinan Preterm Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto’,
Jurnal Kebidanan
https://unair.ac.id/asfiksia-pada-bayi-baru-lahir
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan
https://hamil.co.id/bayi/sakit/asfiksia-pada-bayi-baru-lahir
https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php
Dwi HT , Sarimawar D (2009), Aspek kehamilan dan persalinan pada
kematian neonatal akibat asfiksia lahir sebelum dan setelah interval
manajemen asfiksia di Kabupaten Cirebon, JurnalEkologiKesehatan, Vol.8
No.3
Siswanto,dkk (2014), Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran,
Yogjakarta: Bursa Ilmu

Anda mungkin juga menyukai