Abstrak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH ILMU PENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA

Abstrak
Artikel ini membahas sejarah pendidikan luar biasa di Indonesia dan peran Ki Hajar Dewantara.
Ini juga membahas jenis-jenis pendidikan khusus dan langkah-langkah pemerintah dalam
memastikan akses pendidikan yang setara untuk semua anak.
Kata kunci: Pendidikan luar biasa, Pendidikan inklusif

Pendahuluan diberikan di kelas-kelas pendidikan umum.


Pendidikan luar biasa adalah Yang terpenting, individu dengan disabilitas
pengajaran yang dirancang khusus untuk harus diperlakukan setara dengan teman
memenuhi kebutuhan unik anak penyandang sebayanya dan dihargai sebagai manusia,
disabilitas. Ini diperlukan ketika seorang dengan fokus pada kemampuan mereka
anak diidentifikasi sebagai penyandang cacat daripada kekurangan mereka.Yang
dan hanya jika kebutuhan mereka tidak dapat mendasari sikap masyarakat dunia sekarang
dipenuhi dalam program pendidikan umum. ini terhadap individu penyandang cacat
Pendidikan luar biasa melibatkan adalah berbagai upaya yang telah dilakukan
penggunaan materi, peralatan, layanan, dan oleh para filsuf, aktivis, dan humanitarian
strategi pengajaran khusus sesuai dengan Eropa. Dedikasi mereka sebagai pembaharu
kebutuhan siswa. Hal ini dapat mencakup dan rintisan pemikirannya menjadikan
buku dengan huruf yang diperbesar, kursi dan mereka sebagai katalisator perubahan. Para
meja yang dirancang khusus, waktu ekstra ahli sejarah pendidikan biasanya
untuk menyelesaikan pekerjaan, atau menggambarkan mulainya pendidikan luar
pembelajaran kooperatif. biasa pada akhir abad ke 18 atau awal abad
Penting untuk memberikan 19.1
pendidikan luar biasa di lingkungan yang Dokumen pertama yang mencoba
alami dan normal, seperti program di rumah, menggambarkan pendidikan luar biasa
kelas khusus di sekolah umum, atau sekolah adalah upaya Jean Marc-Gaspard Itard,
khusus. Pendidikan luar biasa juga dapat seorang dokter Prancis, untuk mendidik

1
Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar Pendidikan
Luar Biasa. Surabaya: Universitas Press. Hal. 1
Victor, seorang anak liar berusia 12 tahun. potensi anak berkebutuhan khusus agar
Dalam program pelatihan sensorik dan mereka dapat memiliki kekuatan spiritual,
modifikasi perilaku yang dilakukan Itard, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
Victor hanya mengembangkan keterampilan akhlak mulia, dan keterampilan yang
sosial dan bina diri dasar setelah lima tahun. diperlukan dalam kehidupan mereka,
Meskipun demikian, Itard berhasil masyarakat, bangsa, dan negara. Hambatan
menunjukkan bahwa belajar masih mungkin yang dihadapi oleh sekolah luar biasa adalah
dilakukan untuk individu yang dianggap dinamika perkembangan ilmu pengetahuan
tidak memiliki harapan.2 dan teknologi yang terus berubah. Namun,
Edouard Seguin, murid Itard, meski memiliki tugas yang berat, peran
merupakan pelopor lain yang berpengaruh sekolah ini sangat penting untuk memastikan
dalam pendidikan khusus. Seguin kelangsungan hidup anak berkebutuhan
mengembangkan program pembelajaran khusus dan mengembangkan potensi mereka.
untuk anak-anak yang dianggap tidak mampu Dalam rangka mencapai tujuan ini, sekolah
belajar oleh orang lain. Metodologi yang luar biasa harus selalu beradaptasi dengan
digunakan Seguin berfokus pada aktivitas cepat dan optimis.
sensorik motorik dan melibatkan penilaian Pembahasan
komprehensif terhadap kekuatan dan 1. Sejarah Ilmu Pendidikan Luar Biasa di
kelemahan siswa serta perencanaan latihan Indonesia
untuk memperbaiki gangguan tertentu. Sejarah perkembangan pendidikan
Seguin juga memperkenalkan konsep yang luar biasa di Indonesia dimulai dengan
pendidikan dini dan teori-teorinya menjadi kedatangan Belanda di negara itu dari tahun
dasar pendidikan anak-anak miskin dan 1596 hingga 1942. Mereka menciptakan
penyandang disabilitas yang dilakukan oleh sistem pendidikan yang berorientasi
Maria Montessori di perkotaan.3 Barat.Institusi khusus didirikan untuk
Sekolah luar biasa memiliki peran memberikan pendidikan kepada anak-anak
strategis sebagai lembaga pendidikan di penyandang cacat. Sekolah untuk anak
Indonesia. Tujuan utama dari lembaga tunanetra pertama dibuka pada tahun 1901,
pendidikan ini adalah untuk mengembangkan sekolah untuk tunagrahita pertama pada

2 3
Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar Pendidikan Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar Pendidikan
Luar Biasa. Surabaya: Universitas Press. Hal. 2 Luar Biasa. Surabaya: Universitas Press. Hal. 2
tahun 1927, dan sekolah untuk anak tunanetra ganda. Eko (2006) menunjukkan
tunarungu pertama pada tahun 1930, semua bahwa dari 1.48 juta orang yang berkelainan,
didirikan di Bandung. 21.42% adalah anak-anak usia sekolah.
Republik Indonesia mengeluarkan Meskipun demikian, hanya 25 persen, atau
undang-undang pendidikan pertamanya tujuh 79.061 siswa, saat ini terdaftar di sekolah luar
tahun setelah kemerdekaan. Dalam hal anak- biasa. Sekolah-sekolah yang luar biasa
anak dengan kelainan fisik atau mental, dibangun untuk menyelesaikan wajib belajar
undang-undang menyatakan bahwa 9 tahun. Dilakukan juga banyak upaya,
pendidikan dan pengajaran luar biasa seperti sosialisasi dan penerapan pendidikan
diberikan dengan khusus untuk mereka yang inklusif.5
membutuhkan (Pasal 6 Ayat 2). Oleh karena Helen Keller International, Inc.
itu, pasal 8 menyatakan bahwa semua anak memperkenalkan konsep pendidikan terpadu
yang sudah berumur enam tahun berhak dan ke Indonesia pada tahun 1978. Ketika itu
yang sudah berumur delapan tahun HKI, Ketika membantu Departemen
diwajibkan untuk belajar di sekolah selama Pendidikan dan Kebudayaan mendirikan
minimal enam tahun. Sekolah baru yang sekolah terpadu yang ditujukan untuk anak
dirancang khusus untuk penyandang cacat, tunanetra. Karena proyek itu berhasil, SK
termasuk anak tunadaksa dan tunalaras, Mendikbud nomor 002/U/1986 tentang
dibuka setelah undang-undang tersebut Pendidkan Terpadu bagi Anak Cacat
ditetapkan. Sekolah-sekolah ini dikenal dikeluarkan. Peraturan ini menetapkan
sebagai sekolah luar biasa (SLB).4 bahwa anak-anak penyandang cacat yang
Sebagian berdasarkan urutan di mana memiliki kemampuan dapat bersekolah di
SLB pertama untuk masing-masing kategori sekolah reguler.
kecacatan didirikan. SLB-SLB terdiri dari Sayangnya, implementasi pendidikan
enam kategori: (1) SLB-A untuk anak terpadu semakin mundur setelah proyek itu
tunanetra; (2) SLB-B untuk anak tunarungu; berakhir, terutama di tingkat sekolah dasar.
(3) SLB-C untuk anak tunagrahita; (4) SLB- Meskipun demikian, menjelang akhir tahun
D untuk anak tunadaksa; (5) SLB-E untuk 90-an, ada upaya baru untuk meningkatkan
anak tunalaras; dan (6) SLB-G untuk anak pendidikan inklusif. Ini dilakukan melalui

4 5
Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar Pendidikan Ibid
Luar Biasa. Surabaya: Universitas Press. Hal. 5
proyek kerjasama antara Depdiknas dan Republik Indonesia mulai mengikuti
pemerintah Norwegia di bawah manajemen kecenderungan dunia dengan menggunakan
Braillo Norway dan Direktorat PLB. Dengan konsep pendidikan inklusif, sebagai upaya
menerapkan pendidikan inklusif, diharapkan untuk memastikan bahwa semua anak,
lebih banyak anak dengan kebutuhan khusus termasuk mereka yang memiliki keterbatasan
di usia sekolah akan dapat bersekolah. dalam kemampuan, memperoleh pendidikan
Sejak awal tahun 2000, Pemerintah yang layak.
Republik Indonesia telah mengembangkan Sebagai hasil dari perkembangan ini,
program pendidikan inklusif sebagai pendidikan inklusif di Indonesia telah
kelanjutan dari program pendidikan terpadu menjadi bagian integral dari sistem
yang sebelumnya diluncurkan pada tahun pendidikan nasional, dengan tujuan untuk
1980-an. Program ini merupakan respons meminimalkan keterbatasan kondisi
terhadap simposium internasional di pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
Bukittinggi pada tahun 2005 yang memaksimalkan kesempatan anak terlibat
menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi, dalam aktivitas yang normal. Selain itu,
yang menekankan perlunya pengembangan sejarah pendidikan khusus di Indonesia juga
program pendidikan inklusif untuk menunjukkan bahwa negara ini telah
memastikan bahwa semua anak benar-benar mengambil langkah-langkah konkret untuk
memperoleh pendidikan dan pemeliharaan memastikan bahwa semua anak, termasuk
yang berkualitas. Sejarah perkembangan mereka yang memiliki kebutuhan khusus,
inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai mendapatkan akses yang sama terhadap
dan diawali dari negara-negara Scandinavia, pendidikan.
Amerika Serikat, dan Inggris sebelum Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
kemudian diperkenalkan di Indonesia.6 (SGPLB) adalah sekolah PLB pertama yang
Organisasi profesi dan kelompok didirikan di Bandung pada tahun 1952 dan
pendukung mulai didirikan dan menjadi menawarkan pendidikan dua tahun. Pada
kekuatan yang mendukung banyak awalnya, SGPLB ditujukan untuk pengajar-
perubahan dalam layanan-layanan pengajar yang memiliki pengalaman
pendidikan khusus di Indonesia. Seiring mengajar di SD dan memiliki ijazah SGB.
dengan perkembangan tersebut, Pemerintah Kemudian, inputnya dapat mencapai tamatan

6
SLTA, dan lulusannya dihargai setara dengan penglihatan rendah atau ketajaman
sarjana muda. Saat SGPLB dilikuidasi pada penglihatan kurang dari 6/60. Ada
tahun 1994, enam SGPLB ada di seluruh beberapa kategori tunanetra,
Indonesia: Bandung, Yogyakarta, Surabaya, termasuk tunanetra sejak lahir,
Surakarta, Makasar, dan Padang. Diharapkan tunanetra pada usia muda, tunanetra
bahwa kualifikasi guru PLB akan pada usia sekolah atau remaja,
ditingkatkan menjadi setidaknya berijazah tunanetra pada usia dewasa atau usia
S1. tua, dan tunanetra akibat kebutaan
IKIP Bandung, yang sekarang bawaan.
menjadi UPI, adalah perguruan tinggi b. SLB-B untuk Tunarungu
pertama di Indonesia yang menawarkan Kelompok B, yang terdiri dari
program S1 PLB pada tahun 1964. Beberapa tunarungu, adalah anak-anak yang
tahun kemudian, beberapa IKIP dan mengalami gangguan pendengaran
perguruan tinggi lain mulai menawarkan dengan tingkat yang berbeda-beda.
jurusan PLB. Saat ini, sembilan universitas di Seseorang dikatakan tunarungu jika
Jawa, Sumatera, dan Sulawesi menawarkan kehilangan kemampuan mendengar
jurusan PLB.7 pada tingkat 70 dB atau lebih,
Untuk memulai program PLB pada sedangkan kurang dengar jika
jenjang S2, UPI membuka konsentrasi kehilangan pendengaran pada tingkat
Bimbingan Anak Khusus di Program 35 dB. Mereka mengalami kesulitan
Bimbingan dan Penyuluhan Pasca Sarjana dalam memahami pembicaraan orang
pada tahun 1996. Pada tahun 2004, program lain melalui pendengaran.
ini menjadi mandiri sebagai Program Studi c. SLB-C untuk Tunagrahita
Inklusi dan Pendidikan Kebutuhan Khusus. Kelompok C, yang terdiri dari
2. Jenis-Jenis SLB8 tunagrahita, adalah orang dengan
a. SLB-A untuk Tunanetra keterbelakangan mental atau retardasi
Kelompok A, yang terdiri dari mental. Keterbelakangan mental
tunanetra, adalah individu dengan ditandai dengan kecerdasan yang

7
Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar Pendidikan Luar Biasa, dan Jenis-Jenis Sekolah Luar
Luar Biasa. Surabaya: Universitas Press. Hal. 6 Biasa. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 3(2), 422-427.
8
Nasution, F., Anggraini, L. Y., & Putri, K. (2022).
Pengertian Pendidikan, Sistem Pendidikan Sekolah
rendah, biasanya dengan skor IQ di gangguan perilaku yang ditandai
bawah 70, dan kesulitan dalam dengan ketidakmampuan belajar
beradaptasi dengan kehidupan sehari- bukan karena faktor intelektual,
hari. Orang dengan keterbelakangan sensoris, atau kesehatan, kesulitan
mental juga mengalami permasalahan berhubungan baik dengan teman dan
dalam penyesuaian diri dan guru, serta perilaku yang dianggap
perkembangan. Sebelum tes formal tidak sesuai. Mereka cenderung
untuk mengukur kecerdasan merasa tidak bahagia atau depresi,
ditemukan, mereka dianggap tidak dengan gejala-gejala fisik seperti rasa
mampu menguasai keterampilan sakit atau ketakutan yang
sesuai dengan usia mereka dan tidak berhubungan dengan orang atau
dapat merawat diri sendiri. masalah di sekolah.
d. SLB-D untuk Tunadaksa f. SLB-F untuk Tunawicara
Kelompok D (Tunadaksa) Kelompok F (Tuna Wicara)
terdiri dari anak-anak yang memiliki terdiri dari anak-anak yang
cacat tubuh seperti anggota tubuh mengalami kesulitan berbicara karena
yang tidak lengkap, bentuk anggota organ-organ tubuh seperti mulut,
tubuh dan tulang belakang yang tidak lidah, langit-langit, dan pita suara
normal, serta keterbatasan gerak tidak berfungsi dengan baik. Mereka
sendi. Mereka juga mengalami juga sering kali memiliki gangguan
hambatan dalam melakukan aktivitas pendengaran.9
sehari-hari. g. SLB-G untuk Tunaganda
e. SLB-E untuk Tunalaras Sementara itu, kelompok G
Kelompok E (Tunalaras) (Tunaganda) merupakan anak-anak
mencakup anak-anak dengan yang memiliki kombinasi dua jenis
gangguan perilaku yang mengalami kelainan atau lebih yang
kesulitan dalam mengendalikan menimbulkan masalah pendidikan
emosi dan kontrol sosial. Mereka yang serius. Mereka tidak dapat
memiliki hambatan emosi atau hanya ditangani dengan program

9
Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar Pendidikan
Luar Biasa. Surabaya: Universitas Press. Hal. 94
pendidikan khusus untuk satu tentang pendidikan memberikan kontribusi
kelainan saja. Anak tunaganda dapat besar dalam perkembangan sistem
memiliki masalah fisik, mental, atau pendidikan di Indonesia.
emosional yang berat atau kombinasi Ki Hajar Dewantara berperan dalam
dari ketiga masalah tersebut. membangun landasan filosofis pendidikan
3. Tokoh yang Berperan dalam inklusi di Indonesia dengan pendekatan yang
Perkembangan Pendidikan Luar Biasa ramah terhadap segala bentuk perbedaan.
di Indonesia Melalui Taman Indria, Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, juga dikenal mendidik anak-anak usia dini dengan
sebagai Ki Hadjar Dewantara, lahir pada mengakomodasi perbedaan semua anak,
tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan memberi kebebasan pada anak dengan aturan
merupakan tokoh yang berperan penting yang tertib, dan selalu menghubungkan
dalam sejarah pendidikan Indonesia. Beliau pengetahuan yang dipelajari anak dengan
memperjuangkan hak pendidikan untuk lingkungannya. Filosofi ini bertujuan agar
semua anak, termasuk anak-anak anak tidak merasa asing dan teralienasi dari
berkebutuhan khusus, dan mendirikan Taman lingkungan masyarakatnya sendiri, serta
Siswa, sebuah organisasi pendidikan yang membuka jalan pendidikan inklusif yang
memberikan pendidikan kepada seluruh mampu menyesuaikan dengan keadaan dan
rakyat Indonesia. Setelah kemerdekaan kebutuhan anak.10
Indonesia, Ki Hajar Dewantara menjabat Dalam konteks pendidikan luar biasa,
sebagai Menteri Pendidikan pertama. Ki Hajar Dewantara telah membuka jalan
Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai pendidikan inklusif yang tidak hanya
Hari Pendidikan Nasional untuk menyesuaikan dengan keadaan dan
menghormati kelahirannya melalui kebutuhan anak, tetapi juga mengusung misi
Keputusan Presiden No. 305 tahun 1959. Ki kebudayaan agar anak-anak tidak terlepas
Hajar Dewantara diakui sebagai Bapak dari akar kebudayaannya sendiri. Pendidikan
Pendidikan Indonesia dan pemikir inklusif menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan yang visioner. Pemikirannya mempunyai makna bahwa sekolah dan

10
Ayuningtyas, D., Putra, R. S., & Defyanti, D. (2022). ceria banda Aceh. Seulanga: Jurnal Pendidikan
Pendidikan inklusi dalam pembelajaran beyond Anak, 3(1), 23-39.
centers and circle time (BCCT) di PAUD terpadu Griya
masyarakat harus mengakomodasi semua perbedaan telah lama berkembang. Ki Hajar
anak dengan keunikannya, tanpa Dewantara melalui Taman Indria yang
mempedulikan keadaan fisik, intelektual, mendidik anak-anak usia dini telah
sosial, emosi, bahasa, atau kondisi lain, mengakomodasi perbedaan semua anak.
termasuk anak-anak disabilitas, anak-anak Falsafah yang digunakan Ki Hajar Dewantara
dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat memberi kebebasan pada anak dengan aturan
istimewa, pekerja anak dan anak jalanan, yang tertib dan selalu menghubungkan
anak di daerah terpencil, anak-anak dari pengetahuan yang dipelajari anak dengan
kelompok etnik dan bahasa minoritas, serta lingkungannya. Maksud dari pembelajaran
anak-anak yang tidak beruntung dan itu agar anak tak merasa asing dan teralienasi
terpinggirkan dari kelompok masyarakat. dari lingkungan masyarakatnya sendiri. Ki
Nilai-nilai pendidikan inklusif Hajar Dewantara telah membuka jalan
tercermin dalam pendekatan pendidikan Ki pendidikan inklusif yang mampu
Hajar Dewantara melalui Taman Indria menyesuaikan dengan keadaan dan
(Taman Kanak-kanak), di mana anak-anak kebutuhan anak, tapi juga mengusung misi
dididik dengan mengakomodasi perbedaan kebudaya.
semua anak, memberi kebebasan pada anak Ki Hajar Dewantara memberikan
dengan aturan yang tertib, dan selalu kontribusi yang sangat penting dalam
menghubungkan pengetahuan yang perkembangan pendidikan inklusi di
dipelajari anak dengan lingkungannya. Indonesia. Pesan dan prinsip-prinsip penting
Filosofi ini bertujuan agar anak tidak merasa yang dapat diambil dari kontribusinya antara
asing dan teralienasi dari lingkungan lain adalah prinsip bahwa semua anak
masyarakatnya sendiri, serta membuka jalan seyogyanya belajar bersama-sama, tanpa
pendidikan inklusif yang mampu memandang kesulitan ataupun perbedaan
menyesuaikan dengan keadaan dan yang mungkin ada pada diri mereka.
kebutuhan anak.11 Daftar Pustaka
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ayuningtyas, D., Putra, R. S., & Defyanti, D.
di Indonesia ramah terhadap segala bentuk (2022). Pendidikan inklusi dalam

11
Ayuningtyas, D., Putra, R. S., & Defyanti, D. (2022). ceria banda Aceh. Seulanga: Jurnal Pendidikan
Pendidikan inklusi dalam pembelajaran beyond Anak, 3(1), 23-39.
centers and circle time (BCCT) di PAUD terpadu Griya
pembelajaran beyond centers and
circle time (BCCT) di PAUD terpadu
Griya ceria banda Aceh. Seulanga:
Jurnal Pendidikan Anak, 3(1), 23-39.
Fauzan, H. N., Francisca, L., Asrini, V. I.,
Fitria, I., & Firdaus, A. A. (2021).
Sejarah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menuju Inklusi. PENSA, 3(3), 496-
505.
Nasution, F., Anggraini, L. Y., & Putri, K.
(2022). Pengertian Pendidikan,
Sistem Pendidikan Sekolah Luar
Biasa, dan Jenis-Jenis Sekolah Luar
Biasa. JURNAL EDUKASI
NONFORMAL, 3(2), 422-427.
Nurfatah, N., & Arafat, Y. (2017). Pendidikan
Inklusi Sebagai Implementasi Nilai-
Nilai Karakter Bangsa. JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan,
dan Supervisi Pendidikan), 2(2), 244-
258.
Pramartha, I. N. B. (2015). Sejarah dan
sistem pendidikan sekolah luar biasa
bagian a negeri Denpasar
Bali. HISTORIA: Jurnal Program
Studi Pendidikan Sejarah, 3(2), 67-
74.
Rahardja, Djadja. dkk. 2010. Pengantar
Pendidikan Luar Biasa. Surabaya:
Universitas Press.

Anda mungkin juga menyukai