Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERSALINAN


NORMAL

Di susun oleh
Devika Putri Maharani
AK2520975

AKADEMI KEPERAWATAN ALKAUTSAR TEMANGGUNG


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. Persalinan Normal
1. Definisi
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap.Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti et all, 2015).
persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 minggu-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 8 jam,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin(Bahru, 2022).
Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan normal adalah proses
dimana janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu yang
terjadi pada usia kehamilan 37 minggu – 42 minggu,lahir normal yang
dimulai sejak uterus berkontraksi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap.
2. Penyebab persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2019)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang
otot —otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang


dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
3. Tanda-tanda persalinan
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada
multigravida tanda ini tidak begitu kelihatan. Mulai menurunnya
bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang
persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu merasa
tidak nyaman.
b. Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering dikemukakan sebagai keluhan, karena
dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosins.
c. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin
e. Servik menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah,
kadang bercampur darah (bloody show) .
(Rohani, 2013)
4. Factor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Rohani, 2013 faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu :
a. Power (tenaga)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari
ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan
adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah
tenaga meneran ibu.
b. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatife kaku,
oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
sebelum persalinan dimulai.
c. Passenger (janin dan plasenta)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu
ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga
dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
d. Psikis (psikologi)
Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas ― kewanitaan sejati ‖ yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi
anak. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya
mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu ― keadaan yang belum pasti ‖ sekarang
menjadi hal yang nyata.
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.
5. Tahap-tahap persalinan
a. Kala I (pembukaan)
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10cm).
Proses ini berlangsung antara 18-24 jam, terbagi dalam 2 fase.
1) Fase laten berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif: Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka dari 3 ke 10 cm,
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi
tiga fase
a) Akselerasi pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang
membutuhkan waktu 2 jam
b) Dilatası maksimal pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm
dalam waktu 2 jam
c) Deselarasi pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10
cm dalam waktu 2 jam (Nursiah, dkk. 2014).
b. Kala II
Kala dua persalinan disebut juga dengan kala pengeluaran
bayi yang dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Tanda dan gejala kala dua
sebagai berikut :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan vagina
3) Perineum menonjol
4) Vulva dan spinterani membuka
Pada kala dua his dan keingan ibu untuk meneran semakin
meningkat sehingga akan mendorong bayi keluar. Kala dua
berlansung hingga 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara
persalianan Kala II dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase keredaan
Fase ini dimulai dari pembukaan lengkap hingga saat
timbulnya keinginan untuk meneran secara berirama dan
sering
2) Fase meneran aktif
Fase ini dimulai pada saat usaha meneran sehingga bagian
terendah janin tidak masuk lagi antara peneranan yang
dilakukan (crowing)
3) Fase perineal
Fase ini dimulai dari crowing sampai lahirnya seluruh
tubuh (Jannah, 2017)
c. Kala III
Kala uri atau pengeluaran plasenta dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
setelah Kala III, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Plasenta lepas berlansung tidak lebih dari 30 menit, jika
lebih maka harus diberi penanganan lebih atau dirujuk. Berikut
tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu:
1) Uterus teraba bundar (globuler)
2) Tali pusat bertambah panjang
3) Terjadi perdarah secara tiba-tiba
4) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah Rahim
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit
setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta secara schultze biasanya tidak
ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan
darah setelah plasenta lahir. Sedangkan dengan cara ducan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara
selaput ketuban. Manajemen aktif kala III terdiri dari beberapa
komponen, antara lain:
1) Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir
2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
3) Masase fundus uteri
(Naomy, 2013)
d. Kala IV
Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir
dalam dua jam. Pada kala empat ini sering terjadinya perdarahan
post partum. Masalah atau komplikasi yang dapat muncul pada
kala empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh
atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Pemantauan kala
empat dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama pasca
persalinan, setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Observasi yang dilakukan pada kala empat antara lain:
1) Tingkat kesadaran
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), tekanan darah, nadi,
suhu
3) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
4) Kandung kemih dan perdarahan. Dikatakan normal jika tidak
melebihi 500 cc
(Naomy, 2013)
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara memeriksa keadaan umum
ibu yakni :
a. Keadaan umum untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang dan buruk.
b. Kesadaran untuk mengethui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis, somnolen atau koma.
c. Tekanan darah untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dengan
dinilai hipertensi dengan satuan mmHg. Batas normalnya 120/80
mmHg
d. Suhu untuk mengetahui suhu badan dengan normalnya
36,5˚C37,5˚C
e. Nadi untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung
selama 1 menit, sedangkan normal denyut nadi dalam 1 menit
adalah 60-100x/menit
f. Pernafasan untuk mengetahui pernafasan pasien dalam batas
normal. Dengan menghitung selama 1 menit dan pernafasan
normalnya 18-24x/menit
g. Pemeriksaan fisik (head to toe) pemeriksaan dilakukan secara
menyeluruh untuk mendeteksi kelainan
h. Pemeriksan dalam dilakukan untuk mengetahui kemajuan proses
persalinan
(Naomy, 2013)
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang
suara tinggi yang dipantulkan ke tubbuh untuk mengetahui
gambaran rahim
b. Pemeriksaan laboratorium
(Rohani, 2013)
8. Penatalaksanaan kala I s.d IV
a. Kala I
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah,
ketakutan, dan kesakitan
2) Jika ibu merasa kesakitan lakukan perubahan posisi
3) Penolong tetap manejaga privasi ibu dalam persalinan
4) Menjelaskan kemajuan persalinan
5) Berikan cukup minum untuk memenuhi kebutuhannya
b. Kala II
1) Dengan memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
dengan mendampingi ibu agar merasa nyaman
2) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his anjurkan kepada ibu
untuk mengambil nafas
3) Periksa djj pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi
c. Kala III
1) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis untuk deteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang
atas (dorsocranial) secara hati-hati untuk mencegah inversion
uteri
d. Kala IV
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) rahim untuk merangsang
rahim berkontraksi baik dan kuat
2) Evaluasi tinggi fundus dengan letakkan jari tangan secara
melintang dengan pusatsebagaipatokan. Umumnya, fundusuteri
setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laser atau
episiotomi) perineum
5) Evaluasi keadaan umum ibu
6) Dokumentasikan semua sakit dan temuan selama persalinan
kala 4 di bagian belakang partograf, segera setelah sakit
diberikan atau setelah penghakiman yang dilakukan
(Naomy, 2013)
9. focus pengkajian
a. Pengkajian
1) Identitas klien
2) HPHT (hari Pertama Menstruasi Terakhir)
3) Mulainya kenceng-kenceng teratur
4) Pengeluaran lendir darah dari kemaluan
5) Kemungkinan ketuban sudah pecah
6) Gerakan janin
7) Skala nyeri dan his
b. Pemeriksaan fisik
1) Ttv
2) Pemeriksaan abdomen
c. Pemeriksaan laboratorium
(Nida, 2021)
10. Focus intervensi
Manajeman nyeri (I. 08238)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan
Tindakan
Observasi
- dentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeuti
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat dingin, terapi bermain)
- Kontrol Ingungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
- Fasilitasi istrahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyerl
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(PPNI, 2018)
B. Konsep bayi baru lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat 2500-
4000 gram (Armini, dkk. 2017).
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar> 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterin. ( Jamil dkk,2017).
Jadi bayi baru lahir adalah neonates yang baru mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri.
2. Ciri- ciri bayi normal
a. Berat badan 2500 -4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Lingkar lengan atas 11-12 cm
f. Frekuensi jantung 180 denyut/menit,kemudian menurun sampai
120-140 denyut/menit
g. Kulit kemerah-merahan
h. Rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. APGAR lebih dari 7
k. Gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat
l. Genetalia pada laki-laki ditandai dengan dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan genetalia pada
perempuan ditandai dengan labia mayora menutupi labia minora
m. refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah
terbentuk dengan baik
n. saat inisiasi menyusui dini bayi akan berhasil menemukan putting
ibunya biasanya dalam waktu 30-60 menit

o. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam


pertama. Mekonium berwarna hitam kecoklatan
(Armini, 2017 )
3. Adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi fisiologis pada bayi yang baru lahir menurut
Nuurmuizz (2022)
a. Sistem pernafasan
Bernafasnya bayi untuk pertama kali akibat dari
reflek yang dipicu perbedaan tekanan antara intrauterin dan
ekstrauterin. Selain itu kemoreseptor di aorta memulai reflek
neurologis sehingga bayi bernafas. Pada bayi baru lahir
fungsi pernafasan merupakan pengaruh kontraksi diafragma
sehingga pernafasan abdominal adalah karakteristik bayi
baru lahir, pernafasan dangkal dan kadang tidak teratur juga
bisa terjadi. Nafas bayi baru lahir berkisar 30-60 x/menit.

b. Sistem kardiovaskuler
Saat bayi bernafas pertama kali paru-paru akan
mengembang sehingga mengurangi resistensi arteri
pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun maka
tekanan atrium kanan ikut menurun. Hal tersebut menjadikan
tekanan pada atrium kiri dan ventrikel kiri meningkat yang
akhirnya menjadikan foramen ovale, duktus arteriosus dan
venosus menutup.
Arteri umbilical, vena umbilical arteri hepatic
menutup menjadi ligamen saat tali pusat dipotong dan di
klem atau dijepit. Frekuensi denyut jantung bayi baru lahir
bervariasi antara 120-160 x/menit. Frekuensi ini menurun
saat bayi tertidur.
c. Sistem hematopoetik
Saat bayi lahir darah bayi mengandung rata rata 70%
hemoglobin janin, tetapi hemoglobin janin berumur pendek
sehingga semakin bertambah umur bayi semakin berkurang
kandungan kadar hemoglobin janin, kadang anemia
fisiologis dapat terjadi saat bayi berusia sekitar 4-5 bulan.
d. Sistem renal
Pada kehamilan matur, ginjal akan menempati
sebagian besar abdomen bayi baru lahir. Saat lahir urin
biasanya terdapat pada kandung kemih bayi. Frekuensi
berkemih berkisar 2-6 kali pada hari pertama dan berkisar 5-
25 kali pada hari sesudahnya. Bayi matur berkemih 15-60 ml
urine/kgBB/ hari.
e. Sistem integument
Pada sistem integumen epidermis dan dermis
berikatan longgar dan sangat tipis. Verniks kaseosa
menempel pada epidermis yang berfungsi sebagai pelindung.
Bayi matur memiliki warna kulit erimatosa (kemerahan)
beberapa jam setelah lahir. Tangan dan kulit terlihat sedikit
sianosis (akrosianosis) yang disebabkan oleh instabilitas
vasomotor dan vaskuler. Akrosianosis normal terjadi
sementara selama 7-10 hari, terutama jika terpajan udara
dingin.
f. Sistem gastrointestinal
Pada bayi baru lahir hanya mampu mencerna,
memetabolisme protein dan karbohidrat sederhana, serta
mengemulsi lemak seperti yang terdapat pada ASI (air susu
ibu). Bayi baru lahir tidak mampu memindahkan makanan
dari bibir ke faring sehingga puting susu harus diletakkan
cukup dalam di mulut bayi. Saat lahir, perilaku menghisap
pada bayi dipengaruhi oleh maturitas dari neuromuskuler,
pengobatan yang diterima bayi saat ibu persalinan dan jenis
makanan awal.
g. Sistem imunitas
Pada bayi baru lahir dilindungi oleh kekebalan pasif
yang di dapat dari ibu selama tiga bulan pertama kehidupan.
Sistem pertahanan alami seperti keasaman lambung (pepsin
dan tripsin) belum berkembang baik sampai usia bayi
sekitar 3-4 minggu. Ig A pada bayi tidak terlihat pada traktus
gastrointestinal kecuali jika bayi mendapatkan ASI. Bayi
yang menyusu mendapat kekebalan pasif dari kolostrum
dan ASI.
h. Sistem neuromuskuler
Sistem neuromuskuler pada bayi baru lahir sangat
dipengaruhi oleh kondisi otak. Otak memerlukan glukosa
dan oksigen untuk proses metabolisme yang adekuat.
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk
tremor sementara di mulut dan di dagu terutama saat bayi
menangis.
i. Sistem termogenik
Sistem termogenik merupakan sistem pengaturan suhu
tubuh bayi baru lahir. Bayi baru lahir berusaha
menstabilkan temperatur tubuhnya dengan
caramempertahankan keseimbangan antara kehilangan
panas dan produksi panas.
4. Pathway

Bayi baru lahir

Adaptasi

Pemotongan Paparan lingkungan ekstrim Reflek menghisap belum


tali pusat efektif

Perbedaan suhu ekstra dan


Luka terbuka gg. pemenuhan nutrisi
intrauterin
kurang dari kebutuhan

Resiko infeksi
Resiko hipotermi

5. Penilaian bayi baru lahir


a. Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai,Nilai kondisi
bayi :
1) Apakah kehamilan cukup bulan ?
2) Apakah air ketuban jernih , tidak tercampur meconium?
3) Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan?
4) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
Bila semua jawaban di atas ―Ya‖, berarti bayi baik dan
tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera
dilakukan Asuhan Bayi Normal. Bila salah satu atau lebih
jawaban ―tidak‖, bayi memerlukan tindakan tindakan resusitasi
segera dimulai dengan langkah awal resusitasi
b. Apgar score merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat
setelah lahir meliputi 5 variabel pernafasan,frekuensi jantung,
warna, tonus otot dan iritabilitas refleks. Apgar dilakukan pada
:
1) 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada
bayi untuk memulai perubahan
2) Menit ke-5
3) Menit ke-10, penilaian dapat dilakukan lebih sering jika
ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke10 memberikan indikasi morbiditas
pada masa mendatang. Nilai yang rendah berhubungan
dengan kondisi neurologis
(Armini, 2017)
6. Penatalaksanaan
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang
keras dan hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang Bersihkan hidung, rongga mulut dan
tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
3) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau
gosok kulit bayi dengan kain.
b. Memotong dan Merawat
Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah
plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan
mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali
pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila
masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70%
atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Balutan
tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah /
kotor. Sebelum memotong tali pusat, pastikan bahwa tali
pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan Suhu
Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum
mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
d. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi
baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K
1mg intramuskuler dipaha kiri
e. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha
kanan Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk
mencegah penularan 18 Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati
f. Memberi Obat Tetes/Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir
secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya
oplitalmicneonatorum. Di daerah dimana prevalensi
gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat
mataeritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit matakarena klamidia
(penyakit menular seksual).
g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Setelah bayi lahir dan tali pusat
dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan
mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
IMD dalam waktu 60- 90 menit, menyusu pertama biasanya
berlangsung pada menit ke45-60 dan berlangsung selama 10-20
menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara
h. Identifikasi Bayi
1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu
tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar
bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan
tepi yang halus tidak mudahmelukai, tidak mudah
sobek dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum :
nama (bayi, nyonya) tanggal lahir, nomor bayi,
jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
4) Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama,tanggal, lahir, nomor
identifikasi.
i. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam
pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak aktif atau lunglaic.
3) Bayi kemerahan atau biru
(Armini, 2017)
7. Focus pengkajian
a. Aktivitas/istirahat Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat
(mengantuk, sadar aktif, sadar diam, menangis), status tidur
yang terlihat (tidur dalam, tidur sebentar).
b. Sirkulasi Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit
(kebiruan, belangbelang, abu-abu), sianosis (lokasi, efek
menangis), haemoglobin, hematokrit.
c. Integritas ego Area umum dari masalah perhatian terhadap
rangsang (penglihatan, auditorium), kebiasaaan terhadap
rangsang, perilaku sosial/keinginan untuk digendong.
d. Eliminasi Bising usus, abdomen (utuh, lunak, masa), anus
(paten, fisura, kista pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine
(waktu pertama berkemih, jumlah/frekuensi, warna).
e. Makanan/cairan Berat badan, panjang badan, kulit
(lembab/kering, turgor), fontanel (normal, tertekan), kekuatan
refleks (menghisap, menelan), muntah. 20
f. Hygiene Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara
total (tingkat 4)
g. Neurosensori Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsang,
menangis (kekuatan, karakter), respons pendengaran dan
pengelihatan, tonus otot, refleks.
h. Nyeri/ketidaknyamanan Observasi (tidak dites untuk) respons
terhadap rangsang nyeri : gelisah, iritabilitas, menangis
konstan.
i. Pernapasan APGAR skor 1 menit dan 5 menit, frekuensi
pernapasan, bunyi napas, pernapasan cuping hidung,
j. Keamanan Tipe kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering,
warna, verniks kaseosa,), tali pusat (jumlah pembuluh, warna,
perdarahan, eksudat, hernia, navel kutis), klavikula (utuh,
ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan panjang, jumlah
jari), spinal (lurus, melengkung).
k. Seksualitas Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita
(labia mayor lebih besar dari labia minor, kemerahan, bengkak,
perdarahan), genitalia pria ( skrotum ada rugae , bengkak ,
testis turun)
l. Pemeriksaan Fisik, pengukuran BB, PB, LK, LILA
(Nuurmuizz 2022)
8. Focus intervensi
Manajemen Hipotermia
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola suhu tubuh di bawah
rentang normal.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab hipotermia (mis. terpapar suhu lingkungan
rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (Hipotermia ringan;
takipnea, disartris, manggigil, hipertensi, diuresis; Hipotermia
sedang. aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun;
Hipotermia berat oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam-
base abnormal)
- Monitor suhu tubuh
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (mis. atur suhu ruangan,
inkubator)
- Ganti pakaian dan/atau linen yang basah Lakukan penghangatan
pasif (mis, selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
- Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis, kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru)
- Lakukan penghangatan aktif Internal (mis. Infus cairan hangat,
oksigen hanget, levasa peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi
- Anjurkan makan/minum hangat
(PPNI, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Ni Wayan. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Pra Sekolah. Yogyakarta : ANDI
Bahru, 2022. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Persalinan Normal. Program Studi Profesi Ners Stikes Pertamedika.
Damayanti, I.P, dkk. (2015). Panduan Lengkap Keterampilan Dasar kebidanan II.
Yogyakarta : Deepublish
Jannah,Nurul. ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi, Jakarta : ECG, 2017.
Jamil, Siti Nurhasiyah., Sukma, Febi., Hamidah. (2017). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Naomy, Marle. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir, Jakarta :
Penerbit In Media, 2013.
Nida, F. M. 2021. Asuhan Keperawatan Intranatal Normal Pada Ny. R Di Ruang
Vk Rsi Sultan Agung Semarang. Program Studi Diploma Iii Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Nursiah, Ai, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, Bandung : PT.
Refika Aditama.
Nuurmuizz, 2022. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Maternitas
: Bayi Baru Lahir. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta
PPNI, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI
Rohani, dkk. (2013). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai