Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga Pedoman Kegiatan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ini dapat diselesaikan.
Masa Lanjut usia adalah masa di mana individu dapat merasakan kesatuan,
integritas,dan refleksi dari kehidupanya. Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan
dan bahkan mengakibatkan patologis,di mana lansia sebagai penguat transpormator
nilai dan noma berkurang ,baik secara kualitas dan kwantitas.
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkan pelayanan bagi lansia
melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah
pelayanan posyandu lansia. Posyandu lansia ini sangat diperlukan . dimana posyandu
lansia ini dapat membantu lansia sesui dengan kebutuhannya dan pada lingkungan
yang tepat, sehingga para lansia tidak lagi merasa terabaikan didalam masyarakat.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setingitingginya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam proses
penyusunan pedoman ini. Saya berharap Kerangka Acuan ini dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya serta memberikan manfaat untuk posyandu lansia di wilayah
kerja Puskesmas Plaju sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia yang setinggi tingginya.

Palembang, Januari 2023


Penanggung Jawab Program Usia Lanjut

Ratna Triasari, SKM


NIP.197603082000122001

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................3
B. TUJUAN PEDOMAN.......................................................................................4
C. SASARAN PEDOMAN....................................................................................4
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN.......................................................................5
E. BATASAN OPERASIONAL.............................................................................5
BAB II STANDAR KETENAGAAN..........................................................................7
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA......................................................7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN..........................................................................7
C. JADWAL KEGIATAN......................................................................................8
BAB III STANDAR FASILITAS................................................................................9
A. DENAH RUANG............................................................................................. 9
B. STANDAR FASILITAS....................................................................................10
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN..................................................................11
A. LINGKUP KEGIATAN.....................................................................................11
B. METODE.........................................................................................................11
C. LANGKAH KEGIATAN....................................................................................11
BAB V LOGISTIK..................................................................................................13
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM...............................16
BAB VII KESELAMATAN KERJA...........................................................................17
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU...........................................................................18
BAB IX PENUTUP.................................................................................................20

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (UU RI No 13 tahun 1998) (dalam
Bratanegara,2012).Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya angka harapan hidup (life expactancy).
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Usia lanjut
sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal
yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia
(Notoatmodjo, 2014).
Usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia pada 1983 hanya 58 tahun
dan 1988 menjadi 63 tahun. Proporsi penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan
meningkat menjadi 9,37 %. Diperkirakan tahun 2010 proporsi itu akan meningkat
menjadi 12% dan UHH meningkat menjadi 65–70 tahun (Hartanto, 2009). WHO
pun telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami
peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan PBB memperkirakan bahwa di tahun 2050
jumlah warga lansia di Indonesia akan mencapai lebih dari 60 juta jiwa.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik RI tahun 2012 lansia yang
tidak pernah sekolah sebanyak 26,84%, lansia yang tidak tamat SD sebanyak
32,32%, dan lansia yang lulusan SD sebanyak 23,49%. Dapat dibayangkan
bagaimana kelompok lansia berpendidikan rendah ini menghadapi persaingan
yang semakin keras dalam memperoleh kesempatan kerja. Menurut Biro Pusat
Statistik (1990), tingkat partisipasi angkatan kerja pada penduduk lanjut usia 60
hingga 64 tahun besarnya 59,9 % dan pada usia 65 tahun 40,5 %.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 3


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2011) lansia yang bekerja
sebanyak 45,41%, bila ditinjau menurut tipe daerah, persentase lansia yang
bekerja di daerah Perkotaan (51,46%) lebih tinggi dibandingkan lansia yang
bekerja di Pedesaan (38,99%). Berdasarkan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes)
tahun 2011 secara nasional persentase Puskesmas yang memiliki Posyandu
lansia adalah 78,8%. Provinsi dengan persentase Puskesmas tertinggi yang
memiliki Posyandu lansia adalah Provinsi DI Yogyakarta (100%) diikuti Jawa
Tengah (97,1%) dan Jawa Timur (95,2%). Sedangkan persentase terendah ada di
Papua (15%), Papua Barat (18,2%) dan Sulawesi Barat (22,2%). Bila dilihat dari
lokasi, persentase.
Upaya kesehatan wajib harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas dan
upaya kesehatan pengembangan ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas. Upaya kesehatan usia Lanjut merupakan salah satu upaya
kesehatan pengembangan. Atas dasar tersebut diatas, maka buku Petunjuk
Pelaksanaan Kesehatan Lansia di Puskesmas perlu disesuaikan.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Meningkatnya derajat Kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk
mencapai masa tua yang Bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
2. Meningkatkan kesadaran para lanjut usia untuk membina sendiri
kesehatannya.
3. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia.
4. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia.
5. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.

C. SASARAN PEDOMAN
Pembinaan kesehatan lanjut usia meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu:
1. Sasaran langsung

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 4


a. Kelompok pra lanjut usia 45 – 59 tahun.
b. Kelompok lanjut usia 60 – 69 tahun.
c. Kelompok lanjut usia risiko tinggi yaitu usia lanjut 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan dan usia lanjut usia 70 tahun atau lebih.
2. Sasaran tidak langsung
a. Keluarga dimana lanjut usia berada.
b. Masyarakat di lingkungan lanjut usia berada.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan kesehatan
lansia baik di dalam gedung maupun di luar gedung di wilayah kerja Puskesmas
Plaju yaitu di Kecamatan plaju ulu yang meliputi 5 Kelurahan yaitu Kelurahan
plaju ulu, kelurahan plaju ilir, kelurahan talang bubuk, kelurahan bagus kuning,
kelurahan komperta.

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Kesehatan keluarga adalah kesehatan kelompok individu yang berkaitan
dalam satu kesatu biologik-psikologik-sosial budaya, mencakup segi
kesehatan, jasmani rohani dan sosial.
2. Kesehatan lanjut usia adalah kesehatan mereka yang berusia 60 tahun
atau lebih, baik jasmani rohani dan sosial. Pra lanjut usia adalah seseorang
yang berusia 45 – 49 tahun.
3. Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.67 Tahun 2015).
4. Lanjut usia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih,
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
5. Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia adalah suatu alat untuk mencatat
kondisi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun mental emosional.
Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan lanjut
usia yang dilaksanakan di kelompok lanjut usia atau Puskesmas.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 5


6. Kegiatan promotif adalah kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan gairah hidup para lanjut usia agar merasa tetap dihargai dan
tetap berguna. Upaya promotif juga ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat di lingkungan lanjut usia. Dalam kegiatan ini berperan upaya
penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang gizi lanjut
usia, pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada lanjut
usia, upaya meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain yang dapat
memelihara kemandirian serta produktivitas lanjut usia.
7. Kegiatan preventif adalah upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah
sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh
proses degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan
lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok, Puskesmas. Instrumen yang
dipergunakan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan kesehatan
lanjut usia adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut Usia dan Buku
Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjut usia.
8. Kegiatan Kuratif adalah upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan
perawatan bagi lanjut usia sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas
pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dokter praktek
swasta.
9. Kegiatan Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan bersifat medik,
psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk
mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan
kepercayaan diri pada usia lanjut.
10. Kegiatan Rujukan adalah upada yang dilakukan untuk mendapatkan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai
kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan
dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit, atau secara
horizontal ke sarana tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih
lengkap.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 6


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Jenis/kualifikasi dan jumlah tenaga Pelayanan kesehatan Lansia di Puskesmas
Plaju adalah sebagai berikut :
No Jenis Tenaga Kualifikasi Kondisi di
Puskesmas
1. Penanggung 1 Orang 1 Orang
Jawab (Dokter)

2. Perawat/ a. S1 Keperawatan NS 2 Orang


Bidan /Promkes b. DIII Keperawatan 3 Orang
c. DIII Kebidanan 2 Orang
d. S1 Kesehatan Masyarakat 1 Orang

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas plaju Palembang berdasarkan
standar ketenagaan Permenkes No.43 tahun 2019
No Jenis tenaga Stanar Menurut Kondisi di
. Permenkes Puskesmas
No.67 tahun 2015 Plaju
1 Dokter atau Dokter Layanan Primer 1 Orang 3 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang 1 Orang
3 Perawat 5Orang 8 Orang
4 Bidan 4 Orang 15 Orang
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2 Orang 2 Orang
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 Orang 1 Orang
7. Ahli Teknologi laboratorium medik 1 Orang 4 Orang
8. Tenaga Gizi 1 Orang 2 Orang
9. Tenaga Kefarmasian 1 Orang 4 Orang
10. Tenaga Administrasi 3 Orang 4 Orang
11. Pekarya 2 Orang 1 Orang

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 7


C. JADWAL KEGIATAN
1. Kegiatan Dalam Gedung
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan Lansia setiap hari kerja
mulai jam 07.30 WIB sampai dengan 14.00 WIB.
2. Kegiatan Luar Gedung
Jadwal terlampir:
No Tanggal Setiap Posyandu Kelurahan
. Bulan
1, 6 Posyandu lansia Mulya Talang Bubuk
2. 8 Posyandu Lansia Melati Plaju Ilir
3. 14 Posyandu Lansia Bunga Tanjung Plaju Ulu
4 16 Posyandu Lansia Happy 2020 Bagus kuning
5 25 Posyandu Lansia Ika Plaju Ilir
6 28 Posyandu Lansia Lavender Bagus Kuning

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 8


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan Lansia dilakukan oleh
Penanggung jawab program yang masih bergabung dengan Poli Umum.

Tata ruang pelayanan kesehatan Lansia Puskesmas plaju Palembang

KOMPUTER
MEJA
MEJ
A
PEMERIKSAAN
MEJA

BED PASIEN
MEJ
PINTU

PIN
TU
BED PASIEN
PINTU

MEJ
A

A. StandarFasilitas
PINTU

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 9


B. STANDAR FASILITAS
NO. FASILITAS FASILITAS YANG KONDISI
DIBUTUHKAN PUSKESMAS
1. Ruang Konsultasi Ruang untuk Ada
konsultasi
pelayanan
kesehatan Lansia
yang terintegrasi
dengan pelayanan
kesehatan lain
2. Peralatan Stetoskop 3 buah Ada
Tensi Meter 3 buah
3. Media komunkasi informasi dan 1 paket (lembar Ada
Edukasi balik, leaflet, brosur)

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 10


BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pelayanan pasien Lansia yang datang berobat ke puskesmas
Kegiatan berupa konsultasi pasien Lansia, pemberian obat sesuai kebutuhan
pasien yang tersedia di Puskesmas.
2. Home Visit
Kegiatannya berupa kunjungan rumah untuk melakukan pemantauan pasien
Lansia yaitu dengan anamnesa ulang, memeriksa fisik pasien, assesment
ulang, dan pemantauan makan obat pasien.
3. Pelaksanaan Posyandu Lansia
Terdapat 6 posyandu lansia di Puskesmas Plaju Palembang. Pelaksanaan
posyandu jadwal terlampir.
No. Tanggal setiap Posyandu Kelurahan
bulan
1, 6 Posyandu Lansia Mulia Talang Bubuk
2. 8 Posyandu Lansia melati Plaju Ilir
3. 14 Posyandu Lansia Bunga Tanjung Plaju Ulu
4 16 Posyandu Lansia Happy 2020 Bagus kuning
5 25 Posyandu Lansia Ika Plaju Ilir
6 28 Posyandu Lansia Lavender Bagus Kuning

B. METODE
Metode pelayanan kesehatan Lansia yang dilakukan di Puskesmas Plaju
Palembang menggunakan metode penyuluhan, pendataan, dan konseling.

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan pelayanan lansia di Puskesmas Plaju Palembang
yaitu untuk menentukan kegiatan dan menyusun jadwal kegiatan.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 11


2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan upaya yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
kegiatan. Mekanisme pelaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
sebagaimana dijelaskan di lingkup kegiatan diatas.
3. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian dan pelaksanaan program kesehatan Lansia di puskesmas.
Monitoring dapat dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan baik dalam
gedung maupun di luar gedung. Mekanisme monitoring dapat dilakukan
dengan cara melakukan pelaporan pelaksanaan dan pencapaian program
kesehatan Lansia di Puskesmas, yang disampaikan oleh pengelola program
kesehatan Lansia di puskesmas kepada kepala puskesmas setiap bulannya
(secara langsung ataupun melalui mini lokakarya bulanan puskesmas).
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun untuk menilai proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan kesehatan lansia di Puskesmas. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan indikator kinerja program kesehatan lansia Puskesmas
Plaju Palembang.
5. Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lansia setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lansia di
Puskesmas Plaju Palembang tercatat dalam laporan puskesmas.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 12


BAB V

LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan mengenai


perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya setiap bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun
kualitas yang dibutuhkan secara efesien. Dengan demikian manejemen logistik dapat
dipahami sebagai proses pergerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai
adalah dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang
dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang
menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi, berapa banyak bahan yang
kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:
A. Perencanaan kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa
besar kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu
tertentu, biasanya untuk satu tahun. Ada dua cara pendekatan yang
digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu:
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan
nyata dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode.
b. Jumlah pembelian pada periode waktu.
c. Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode.
d. Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan
dengan kinerja yang dicapai.
e. Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekuensi barang yang diminta “habis” atau tidak ada penyedian jumlah
barang yang menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 13


2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksanaan
kegiatan pelayanan, pola penyakit, target kinerja kerja.
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan,
ataupun kebijakan dalam pengaduan. (untuk obat misalnya ada
formularium, untuk pengadaan di puskesmas).
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal,
baik meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik.
d. Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah pengangggaaran, yaitu menghitung kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan pengadaan bahan logistik.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan.
D. Penyimpanan
Fungsi berikutnya adalah penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi
penerimaan barang. Secara garis besar yang harus dicek kebenarannya
adalah:
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP) dan surat perintah kerja
(SPK).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,
noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP.
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita cara
penerimaan (BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan
barang/bahan logistik ada beberapa jenis barang logistik, yaitu biasanya
tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung
kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus
diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secra

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 14


otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang
(pimpinan).
Fungsi penyimpanan ini sangat menetukan kelancaran distribusi.
Beberapa keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah:
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat.
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock).
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga
beban.
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap pakai.
5. Untuk mempercepat pendistribusian.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di
puskesmas adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah
termasuk barang vital, esensial atau normal (VEN system). Digabungkan
dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau slow moving. Selama
periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaan,
sehingga diketahui rata rata penggunaan per bulan juga fluktuasi
permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan
berapa besar jumlah.
1. Persediaan minimal/jenis barang perbulan.
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan.
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock).
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out).
Khusus di puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired
first out (FEFO). Mana yang mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat
harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya
digudang.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan Lansia tersebut direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini
lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan yang
akan dilaksanakan

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 15


BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan


pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan penggelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melakukan tindakan.
Standar keselamatan pasien tersebut antara lain:
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
dan tindakan yang diambil.
Adapun identifikasi resiko keselamatan sasaran kegiatan kesehatan Lansia
sebagai berikut.
No Identifikasi Resiko Keselamatan Sasaran Upaya Pencegahan
1. Kondisi pasien tidak stabil akibat penyakit Konseling keluarga baik di
yang dideritanya sehingga bisa dalam maupun luar gedung.
membahayakan baik diri sendiri maupun
orang lain akibat:
- Pasien tidak teratur kontrol ke pusat
pelayanan kesehatan/tidak makan obat
teratur
- Kesalahan cara makan obat (jenis dan

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 16


dosisnya)

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan pasien sampai selesai
dapat menimbulkan bahaya atau resiko terhadap petugas.
Untuk mengurangi dan mencegah bahaya yang akan terjadi, setiap pemegang
program harus mengerjakan pekerjaannya dengan hati-hati, mengenali bahan
potensial berbahaya dan penanggungannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja.
No Identifikasi Resiko Keselamatan Kerja Upaya Pencegahan
Petugas
1. Kegiatan Home Visit Mematuhi rambu-rambu lalu
Petugas menggunakan kendaraan beroda lintas dan menggunakan alat
dua menuju rumah pasien. Resikonya perlindungan sesuai dengan
berupa Kecelakaan Lalu lintas dalam standar (menggunakan helm
perjalanan. SNI, jaket, sepatu dan sarung
tangan).
2 Kegiatan Posyandu Lansia Mematuhi rambu-rambu lalu
Petugas menggunakan kendaraan lintas dan menggunakan alat
beroda dua menuju rumah pasien. perlindungan sesuai dengan
Resikonya berupa Kecelakaan Lalu lintas standar (menggunakan helm
dalam perjalanan. SNI, jaket, sepatu dan sarung
tangan).

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 17


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manjemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pasien.Pengendalian mutu pada
pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu.
Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous
improvement) mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M, terkenal dengan konsep “Trilogy” mutu dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan.
1. Perencanaan mutu meliputi siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk
suatu produksi.
2. Pengendalian mutu mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:
1. Merencanakan (PLAN): sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan
dan apa kriteria keberhasilan
2. Pelaksanaan (DO): melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 18


yang terjadi dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi.
3. Cek (CHECK): amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
4. Bertindak (ACTION): ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran
yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman yang tertulis dan dapat dijadikan pedoman
kerja bagi tenaga pelaksana:
1. Tiap pedoman yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur untuk melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelaksanaan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis akan menjamin
konsistensi hasil yang dicapai.
4. Standar opersional prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh penanggung
jawab program.

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 19


BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kesehatan Lansia merupakan Upaya Kesehatan Masyarakat.


Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelayanan kesehatan Lansia. Keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan lansia ini
tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lansia, menurunnya penyakit atau
gangguan kesehatan serta meningkatkan pencapaian standar pelayanan minimal di
kota Palembang.

Mengetahui
Kepala Puskesmas Plaju Penanggung Jawab Program Usia Lanjut

dr. Erine Dwinda Indra Putri Ratna Triasari, SKM


NIP. 197801312006042012 NIP.197603082000122001

PEDOMAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT 20

Anda mungkin juga menyukai