Modul 2
Modul 2
RAGAM BAHASA
Tujuan Perkuliahan:
1. Mahasiswa dapat memahami ragam bahasa
2. Mahasiswa dapat memahami laras bahasa
3. Mahasiswa dapat memahami bahasa lisan dan tulis
4. Mahasiswa dapat memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar
5. Mahasiswa dapat menerapkan ragam bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
Sumber: http://eprints.uny.ac.id/4881/1/Bahasa_Indonesia_Ragam_Jumalistik.pdf
4. Ragam sastra
Ragam bahasa yang sering digunakan oleh penulis sastra atau sastrawan seperti dalam
karya sastra cerpen, novel, puisi, dan lain-lain. Ragam sastra menekankan pada aspek
estetik yang dominan. Ragam ini dikenal dengan istilah stilistika.
Contoh kasus:
Puisi Sapardi Djoko Damono
Aku Ingin
5. Ragam kedokteran
Ragam bahasa kedokteran merupakan salah satu jenis ragam bahasa yang berkaitan
dengan bidang profesi/fungsional tertentu. Misalnya, terdapat istilah-istilah penyakit
dalam bidang kesehatan atau kedokteran, seperti Hepatitis, Aedes Aegepty, diabetes,
dan lain-lain.
Selain dilihat berdasarkan penutur dan jenis pemakaiannya, serta pokok permasalahan
atau pembiacaannya, ragam bahasa pun dapat dibedakan berdasarkan media pengantarnya dan
berdasarkan situasi pemakaiannya (Finoza dalam Rahayu, 2019: 11). Berdasarkan media
pengantarnya, ragam bahasa terdiri dari ragam lisan dan tulis, sedangkan berdasarkan situasi
pemakaiannya, ragam bahasa terdiri dari ragam formal, ragam semiformal, dan ragam
nonformal.
B. Ragam Lisan dan Tulis Sebagai Media Pengantar Bahasa
1. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diucapkan secara langsung oleh pengguna bahasa
dengan memperhatikan penekanan nada dan maksud yang ingin disampaikan. Seperti
halnya ketika seseorang sedang berbicara dengan orang lain misalnya interaksi antarteman,
pedagang, dan rekan kerja dengan menunggunakan bahasa yang santai (nonstandar), atau
pun mendengarkan orang yang sedang berpidato dan memberikan sambutan dalam situasi
resmi dengan menggunakan bahasa yang standar.
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan dari adanya proses pengucapan
kosa kata sebagai unsur dasarnya (Satata, 2019: 32). Ragam bahasa lisan ini lebih dikenal
sebagai ujaran atau tuturan bukan kalimat yang mana selalu bersinggungan dengan tata
bahasa, kosakata, dan lafal. Pemakai ragam bahasa lisan atau pembicara dalam ujarannya
dapat memanfaatakan penekanan suara, wajah, gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkap makna atau ide. Selain itu, penggunaan ragam lisan kerap disertai dengan
tampilan ekspresif dari gekstur mimik, tubuh, dan intonasi yang bisa menyamarkan maksud
perkataan sebenarnya. Dalam hal ini tentu pengguna ragam lisan perlu berhati-hati dalam
berbicara agar tidak ada kesalahpahaman yang dapat membuat lawan bicara tersinggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
a. Memerlukan kehadiran orang lain (langsung)
b. Unsur gramatikal tidak diungkapkan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Tidak terikat ejaan bahasa Indonesia tetapi terikat situasi pembicaraan
e. Penggunaan kalimat tidak efektif (basa-basi)
f. Dipengaruhi oleh intonasi suara
g. Kalimat sering terputus dan tidak lengkap
Satata (2019) mengemukakan bahwa dalam penggunaan ragam lisan dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ragam lisan baku dan ragam lisan nonbaku. Ragam
lisan baku digunakan pada saat situasi formal atau resmi seperti halnya bahasa pengantar
yang digunakan di lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga pemerintahan.
Sedangkan ragam bahasa lisan nonbaku biasa digunakan pada situasi nonresmi atau
nonformal seperti halnya berkomunikasi dengan orang lain di perjalanan, warung makan
atau warung kopi, pasar atau pusat perbelanjaan, tempat wisata, dan lainnya.
2. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang digunakan dan dituangkan dalam bentuk tulisan
atau cetak. Sama halnya dengan ragam lisan, ragam tulis memiliki bentuk standar dan
nonstandar. Ragam standar atau resmi sering mucul di dalam berbagai bentuk genre teks
seperti buku teks pelajaran, artikel, proposal, surat kabar, makalah ilmiah, dan skripsi/tesis.
Sedangkan, ragam tulis nonstandar sering dijumpai di berbagai teks iklan, poster, dan fiksi.
Rahardi dalam Satata (2019) menegaskan bahwa ragam tulis merupakan bahasa yang
muncul dalam konteks tertulis saja. Ragam tulis lebih memperhatikan pemakaian tanda
baca, ejaan, pemilihan diksi/kata, struktur gramatikal yang berkaitan dengan
pengembangan tulisan.
Ragam tulis memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam penggunaannya,
tergantung pada tingkatan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh seorang penulis.
Penulis harus mampu memilih dan menyusun rangkaian kata hingga menjadi sebuah
kalimat yang efektif jika memang ragam tulis yang digunakan bersifat standar atau resmi
(formal). Selain itu, tulisan yang dibuat oleh penulis harus sampai maknanya kepada
pembaca untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal dihadirkan secara legkap
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca dan ejaan, sesuai dengan pedoman
e. Penggunaan kalimat efektif
f. Penggunaan kosa kata yang baku
C. Ragam Formal dan Nonformal dalam Situasi Pemakaian Bahasa
1. Ragam Formal
Ragam formal adalah ragam yang digunakan oleh pemakai bahasa saat situasi resmi
atau formal, dan lingkungan kedinasan. Ragam bahasa formal dapat digunakan secara lisan
maupun tulisan. Ragam formal yang digunakan secara lisan lebih mengedepankan pada
pilihan kata, sikap penutur, serta situasi pembicaraan. Lain halnya dengan lisan, secara
tulisan lebih menitikberatkan pada pilihan kata (diksi), ejaan, dan format atau kaidah
bahasa yang resmi (Satata, 2019: 30). Adapun Nasucha dalam Satata (2019) menyebutkan
bahwa ragam formal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap
c. Menggunakan kata ganti baku
d. Menggunakan EYD
e. Menghindari unsur kedaerahan
Kaitannya dengan ragam bahasa formal dan baku, Kridalaksana (2010)
menambahkan bahwa setidaknya terdapat empat fungsi bahasa yang menuntut
penggunaan ragam baku dalam berbahasa formal, yaitu: (1) komunikasi resmi, (2) wacana
teknis, (3) pembicaraan di depan umum, dan (4) pembicaraan dengan orang yang
dihormati.
2. Ragam Nonformal
Terdapat perbedaan yang mencolok antara ragam formal dan ragam nonformal.
Perbedaan yang terdapat pada ragam nonformal yakni ragam bahasa yang sering digunakan
saat situasi tidak resmi, santai, dan dapat menimbulkan keakraban antarpemakai bahasa.
Hal yang menjadi pokok dalam cakupan ragam nonformal ialah mengutamakan peran
komunikasi untuk saling memahami dan menghindari kesalahan. Satata (2019)
menyebutkan bahwa tujuan penggunaan ragam nonformal baik yang disampaikan dengan
lisan maupun tulisan sebagai berikut:
Penggunaan ragam nonformal dengan lisan :
a. Berbicara sehari-hari
b. Bergunjing
c. Bercerita
d. Mengobrol
Penggunaan ragam nonformal dengan tulisan:
a. Menulis surat atau pesan kepada teman, kerabat, dan sahabat
b. Menulis surat atau pesan kepada kekasih
c. Menulis catatan harian
D. Laras Bahasa
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan fungsi pemakaian
bahasa. Laras bahasa dikenal juga dengan istilah gaya atau style. Dalam pemakaiannya sangat
tergantung dengan bidang atau profesi yang sedang dijalani oleh seseorang atau komunikator.
Tidak hanya itu, laras bahasa dapat tergantung juga dengan kesesuaian umur komunikan. Atas
dasar itu, perlu ada keselarasan bahasa yang digunakan antarpemakai bahasa agar maksud dan
tujuan pembicaraan dapat tercapai dan tersampaikan dengan baik.
Rahayu (2015: 12) menambahkan bahwa laras bahasa dapat terkait langsung dengan
selingkung bidang (home style) dan keilmuan sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan
bagian sub-sublarasnya. Perbedaan diantara sub-sublaras bahasa seperti laras ilmiah dapat
diamati dari:
a. Penggunaan kosakata dan bentukan kata
b. Penyusunan frasa, klausa, dan kalimat
c. Penggunaan istilah
d. Pembentukan paragraf
e. Penampilan hal teknis
f. Penampilan kekhasan dalam wacana
Laras bahasa dapat diperjelas kembali dengan memahami dua konsep, yaitu
pengguna (penutur atau penulis) dan penggunaan (Kuntarto, 2017: 44). Artinya, pengguna
sebagai orang yang menggunakan bahasa dapat menimbulkan dialek, sedangkan
penggunaan adalah bagaimana sesuatu bahasa itu gunakan secara berbeda-beda dalam
berbagai situasi. Berdasarkan fungsi penggunaannya laras bahasa dapat dipilah menjadi
laras biasa atau umum, laras akademik atau ilmiah, laras perniagaan, laras perundangan,
laras sastra, laras iklan, dan sebagainya.
Kuntarto, E. (2017). Modul Mata Kuliah Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jambi:
Universitas Jambi.
Rahayu, T, dkk. (2015). Mahir Berbahasa Indonesia: Bahan Ajar di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: PBSI FKIP UAD.
Satata, S, dkk. (2019). Bahasa Indonesia untuk Perguruan: Mata Kuliah Wajib Universitas.
Yogyakarta: Mitra Wacana Media.
Waridah (2018). Ragam bahasa jurnalistik. Journalistic Language Variety. 4(2/10), 121-129,
doi:10.31289/simbollika.v4i2.1822.