Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH


A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)
Harga diri rendah juga adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering si
sertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih
banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah
(Keliat, 2020).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)
2. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang menurut (Muhith, 2015)
a. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan
Harga Diri Rendah yaitu:
1) Perkembangan individu yang meliputi
a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga
anak merasa tidak dicintai kemudian
dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan
akan gagal pula untuk mencintaui orang lain.
b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan
dari orang-orang tuanya atau orang tua yang
penting/dekat individu yang bersangkutan.
c) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak
berguna, orang tua atau orang terdekat sering
mengkritik sering merevidasikan individu.
d) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak
berguna dan merasa rendah diri.
2) Ideal diri
a) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat
salah.
c) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan
hilangnya rasa percaya diri
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari
munculnya Harga Diri Rendah menurut (Pardede, Keliat,
& Yulia 2020), mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota
keluarga sehingga keluarga merasa malu dan
rendah diri.
2) Pengalaman traumatik berulang seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap
trauma pada umunya akan mengubah arti trauma
tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
c. Perilaku
1) Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat
memulai dengan mengobservasi penampilan Klien,
misalnya kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian
Perawat mendiskusikannya dengan Klien untuk
mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran
dirinya.
2) Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah.
Harga diri yang Rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan mengekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat, &
Wardani, 2013).
3. Patofisiologi
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses
kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak
terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak
pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku
klien sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu
memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah. (Febrina et al., 2018)
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan
stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi
tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus
akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis(Febrina et al., 2018)
4. Rentang Respon
Rentang Respon Harga Diri Rendah (Muhith, 2015)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonal


Diri Rendah Identitas isasi

Keterangang :
a. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif
serta bersifat membangun (konstruksi) dalam usaha
mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan
dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat
merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu
masalah individu berpikir secara positif dan realistis.
e. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya
dari lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat
ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu
mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan
orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing
baginya.
5. Menifestasi Klinis
Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan
pasien yang menunjukkan penilaian tentang dirinya dan
didukung dengan data hasil wawancara dan observasi
(Kemenkes, RI.2012)
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
b. Data objektif
1) Penurunan produktifitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara rendah
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa
dengan harga diri rendah menurut Fitria (2009) adalah:
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) selera makan kurang
10)Tidak berani menatap lawan bicara
11)Lebih banyak menunduk
12)Bicara lambat dengan nada suara lemah
6. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar
dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat
dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan
Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan
dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrenia yang ditunjukan pada
kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
7. Pohon Masalah

Isolasi Sosial Effect

Core Problem
Harga Diri Rendah

Mekanisme koping individu Mekanisme koping keluarga Cause


Tidak efektif Tidak efektif

Sumber : Nurhalimah(2018)
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Keliat (2015), pengkajian yang dapat dilakukan
pada pasien dengan harga diri rendah antara lain:
a. Identifikasi klien
b. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien,
Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
c. Keluhan utama / alasan masuk
1) Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
2) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah
melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga
dan tindakan kriminal.
d. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
e. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
f. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta
stress yang menumpuk
g. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi,
suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan,
kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
h. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien
dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat
dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam
masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
i. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih,
takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
2. Diadnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut PPNI (2016) yaitu
suatupenilaian klinis mengenai proses klien terhadap masalah
kesehatan atau profesi kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung actual maupun professional.
a. Harga Diri Rendah
1) Definisi : Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan ken sebagai respon terhadap
situasi saat ini.
2) Penyebab
a) Perubahan pada citra tubuh
b) Perubahan peran sosial
c) Ketidakadekuatan pemahaman
d) Perilaku tidak konsisten dengan nilai
e) Kegagalan hidup berulang
f) Riwayat kehilangan
g) Riwayat penolakan
h) Transisi perkembangan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Menilai diri negatif (mis tidak berguna, tidak
tertolong)
(2) Merasa malu/bersalah
(3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri
sendiri
(4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
b) Objektif
(1) Berbicara pelan dan lirih
(2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
(3) Berjalan menunduk
(4) Postur tubuh menunduk
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Sulit berkonsentrasi
b) Objektif
(1) Berbicara pelan dan lirih
(2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
(3) Berjalan menunduk
(4) Postur tubuh menunduk
(5) Kontak mata kurang
(6) Lesu dan tidak bergairah
(7) Pasif
(8) Tidak mampu membuat keputusan
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Cedera traumatis
b) Pembedahan
c) Kehamilan
d) Kondisi baru terdiagnosis (mis. diabetes melitus)
e) Stroke
f) Penyalahgunaan zat
g) Demensia
h) Pengalaman tidak menyenangkan
b. Isolasi Sosial
1) Definisi : ketidakmampuan untuk membina hubungan
yang erat, hangat, terbuka dan interpeden dengan orang
lain
2) Penyebab
a) Keterlambatan perkembangan
b) Ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan
c) Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
d) Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
e) Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
f) Perubahan penampilan fisik
g) Perubahan status mental
h) Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis.
disfungsi berduka, pengendalian diri buruk)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Merasa ingin sendirian
(2) Merasa tidak aman di tempat umum
b) Objektif
(1) Menarik diri
(2) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Merasa berbeda dengan orang lain
(2) Merasa asyik dengan pikiran sendiri
(3) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
b) Objektif
(1) Afek datar
(2) Afek sedih
(3) Riwayat ditolak
(4) Menunjukkan permusuhan
(5) Tidak mampu memenuhi harapan
(6) Kondisi difabel
(7) Tindakan tidak berarti
(8) Tidak ada kontak mata
(9) Perkembangan terlambat
(10) Tidak bergairahЛlesu
5) Kondisi Klinis Terkait
(1) Penyakit Alzheimer
(2) AIDS
(3) Tuberkulosis
(4) Kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi
(5) Gangguan psikiatrik (mis. depresi mayor dan
schizophrenia)
c. Koping Tidak Efektif
1) Definisi : ketidakmampuan menilai dan merespon stresor
dan/atau ketidakmampuan menggunakan sumber
sumber yang ada untuk mengatasi masalah
2) Penyebab :
a) Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah
b) Ketidakadekuatan sistem pendukung
c) Ketidakadekuatan strategi koping
d) Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
3) Gejala dan tanda minor :
a) Subjektif
(1) Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah
b) Objektif
(1) Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan
(sesuai usia)
(2) Menggunakan mekanisme koping yang tidak
sesuai
4) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
(2) Khawatiran kronik
b) Objektif
(1) Penyalahgunaan zat
(2) Memanipulasi orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri
(3) Perilaku tidak asertif
(4) Partisipasi sosial berkurang
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi perawatan Kritis
b) Gangguan perilaku
c) ADHD
d) Gangguan kecemasan perpisahan
e) Demensia
f) Gangguan amnestik
3. Strategi Pelaksanaan
a. Harga Diri Rendah
1) SP I
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
b) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang
dapat digunakan
c) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien
d) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
e) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Melatih kemampuan kedua
c) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
b. Isolasi Sosial
1) SP I
a) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
b) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
c) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
d) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu
pasien
e) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
dengan orang lain dalam kegiatan
2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang
c) Membantu pasien memasukkan kegiatan berbicang
bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktikan cara berkenalan dengan dua orang
atau lebih
c) Membantu pasien memasukkan kegiatan berbicang
bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
c. Koping tidak Efektif
1) Tujuan (PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
2019) :
a) Kemampuan memenuhi peran sesuai usia membaik
b) Perilaku koping adaktif membaik
c) Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah
membaik
d) Perilaku asertif membaik
2) Tindakan (Manajemen Halusinasi)
a) Observasi
(1) Identifikasi persepsi mengenai masalah saat
pembuatan keputusan
b) Terapeutik
(1) Fasilitasi mengklasifikasi nilai dan harapan yang
membantu membuat pilihan
(2) Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap
solusi
(3) Fasilitasi mengambil keputusan secara kolaboratif
c) Edukasi
(1) Informasikan alternative solusi secara jelas
(2) Berikan informasi yang diberikan pasien
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa
dilakukan berdasarkan Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai
dengan masing-masing masalah utama. Pada saat akan
dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
dan peran serta klien yang diharapkan, dokumentasikan semua
tindakan yang telah dilaksanakan serta respon klien
(Hafizudiin,2021).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan
khusus yang telah ditentukan.halusinasi pendengaran tidak
terjadi perilaku kekerasan, klien dapat membina hubungan
saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat
mengontrol halusinasi dengar dari jangka waktu 4x24 jam
didapatkan data subjektif keluarga menyatakan senang karena
sudah diajarkan teknik mengontrol halusinasi, keluarga
menyatakan pasien mampu melakukan beberapa teknik
mengontrol halusinasi. Data objektif pasien tampak berbicara
sendiri saat halusinasi itu datang, pasien dapat berbincang -
bincang dengan orang lain, pasien mampu melakukan aktivitas
terjadwal, dan minum obat secara teratur (Hafizudiin,2021)
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika..
Febrina, R., Studi, P., Keperawatan, D. I. I. I., & Keperawatan, J. (2018).
Asuhan keperawatan jiwa pada keluarga dengan harga diri rendah
kronis di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang karya tulis
ilmiah.
Keliat, B. A. (2020). Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Nurhalimah.(2018).Modul Ajar Konsep Keperawatan Jiwa : Jakarta
Pusat.Asosiasi Institusi Pendidkan Vokasi Keperawatan Indonesia
(AIPViKI).
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi.
Penerbit Andi.
Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Pres
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan JiwaCetakan kedua (edisi revisi).
Bandung. PT Refrika Aditama
Kemenkes. 2012. Angka kejadian gangguan kesehatan jiwa di Indonesia.
Diakses dari:http://www.surkesnas.unad.ac.id.
Hafizuddin, D. T. M. "Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan
Masalah Halusinasi Pendengaran." (2021)
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan Dan Komitmen
Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And
Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan
Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
Http://Jki.Ui.Ac.Id/Index.Php/Jki/Article/View/41
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai