Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Istirahat dan tidur

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Istirahat adalah suatu keadaan yang tenang, relaks tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan/anxietas.
Sedangkan tidur adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang
dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup. (Atoilah & Kusnadi, 2013)
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah
menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur adalah
suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah
yang berbeda. (Tarwoto & Wartonah, 2015)
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan
emosional , bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi
juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti
berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk
menyegarkan diri atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala
hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Tidur adalah kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensoris yang sesuai., atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan
hanya keadaan yang penuh kegiatan tanpa kegiatan, tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya
aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respons
terhadap rangsangan dari luar . (Hidayat & Uliyah, 2014)
2. Kebutuhan Tidur Setia Usia (Saryono, 2011)
a. Neonatus
Sifat tidur pada neonates adalah pola tidur yang tidak teratur
(hingga usia 6-8 minggu yang berhubungan dengan rasa lapar,
tidurnya bersifat aktif, tersenyum, mengisap, pergerakan badan,
14-18 jam/hari.
b. Bayi
Jumlah tidur yang dibutuhkan 14-15 jam/hari, sifat tidurnya
jumlah tidur malam bertambah, pola tidur mulai terlihat tidur
siang yang awalnya berjumlah 3-4 kali berubah menjadi 1-2 kali
diakhir tahun pertama.
c. Todies
Jumlah tidur yang dibutuhkan 12-14jam (tidur siang 1,5-3,5
jam)/harinya.
d. Pra sekolah
Kebutuhan tidur untuk usia 3-5 tahun, jumlah tidur yang
dibutuhkan 11-13 jam/hari.
e. Sekolah
Jumlah tidur yang dibutuhkan 10-11 jam/hari, sifat tidur
semakin meningkatnya kegiatan anak mengaibatkan
berkurangnya tidur.
f. Dewasa tengah
Periode tahapan tidur pada tahap 4 mulai menurun,
penggunaan obat tidur sering digunakan oleh dewasa tengah
agar cepat tidur 7-8 jam/hari.
g. Lansia
Kualitas tidur mengalami perubahan, tidur REM mulai
memendek. Perubahan pola tidur lasia disebabkan perubahan
sistem syaraf.
3. Tahap-Tahap Tidur (Atoilah & Kusnadi, 2013)
Tahap I
- Seseorang baru saja terlena
- Seluruh otot menjadi lemas
- Kelopak mata menutupi mata
- Kedua bola mata bergerak bolak-balik kedua samping
- Pada EEG didapatkan penurunan Voltasi gelombang Alpha
- Dapat dibangukan dengan mudah
- Berlangsung selama 5 menit
- Frekuensi pernapasan dan nadi menurun
Tahap II
- Kedua bola mata mulai berhenti bergerak
- Suhu tubuh menurun
- Tonus otot perlahan lahan menurun
- Berlangsung selama 10-15 menit
- Pada EEG timbul gelombang Theta, gelombang ini dsebut
“Sleep Spindless”
Tahap III
- Keadaan fisik lemah lunglai, tonus otot lenyap secara
menyeluruh
- Terjadi perubahan gelombang dasar Theta
- Sesekali timbul Sleep Spindless
- Sulit untuk dibangunkan
Tahap IV
- Keadaan fisik lemah lunglai
- EEG hanya terlihat gel. Deltha, tanpa Sleep Spindless
- Dapat terjadi mimpi
- Denyut jantung dan pernapasan menurun 20%-30%
- Otot-otot relak, jarang bergerak dan sangat susah dibangunkan
- Memulihkan keadaan tubuh.

Tahap V
- Keadaan bola mata bergerak kembali dengan kecepatan lebih
tinggi (REM)
- Paradoksal Sleep: sifat tidurnya nyenyak sekali tetapi sifat
fisknya terutama mata bergerak aktif.
- Mimpi terjadi saat ini
Tahap I-IV digolongkan NREM, Tahap V di golongkan REM. Selama
tidur malam rata-rata terjadi 4-6 kali siklus tidur, selama 7-8 jam.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Tidur (Haswita &
Sulistyowati, 2017)
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk
tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang mengharuskan untuk istirahat dan tidur, misalnya
penyakit yang disebabkan infeksi (infeksi limpa) akan
membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi
keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur, bahkan tidak bisa tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang
dapat mempercepat terjadinya proses tidur.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas tinggi memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.
Maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena
tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek.
e. Stres psikologis
Pada keadaan cemas sesorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekaas
marah.
g. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya
proses tidur. Karena adanya triptofan yang merupakan asam
amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya,
kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses
tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
h. Obat-obatan
Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis
obat yang dapat mempengaruhi proses tidur antara lain:
1) Diuretik : menyebabkan insomnia
2) Antidepressan : menyupresi REM
3) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
4) Beta-Bloker : menimbulkan insomnia
5) Narkotika : menyupresi REM
5. Masalah – Masalah pada Kebutuhan Tidur (Haswita & Sulistyowati,
2017)
a. Insomnia
Ketidakmampuan untuk mencukupi tidur baik kualitas maupun
kuantitas. Jenis insomnia yaitu : insomnia inisial (seseorang sulit
memulai tidur), insomnia intermiten (seseorang sering terbangun
saat tidur), insomnia terminal (seseorang terbangun lebih dini
dan sulit tidur lagi).
Insomnia dibagi lagi menjadi:
1) Insomnia primer; penderita bisa tidur bahkan tidurnya sambil
mendengkur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. Masa REM
sangat kurang, sedangkan NREM cukup.
2) Insomnia sekunder psikoneurotik; organ-organ psikoneurotik
pada umumnya banyak problem dan keluhan. Banyak pikiran
dan perasaan yang mengganggu individu sampai saat tidur.
Misalnya pusing, sakit kepala, perut kembung, badan terasa
pegal-pegal.
3) Insomnia sekunder penyakit organik; karena terganggu oleh
suatu penyakit organik, misalnya nyeri dan sesak napas.
b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari sembilan jam
biasanya disebabkan oleh masalah psikologis, depresi.
Kecemasan, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit yaitu
ginjal, liver dan gangguan metabolik.
c. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak
seperti smnohebalisme (tidur sambil berjalan) yaitu pada tahap
III dan IV dari tidur NREM.
d. Narkolespsi
Keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya
tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau
di saat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu
gangguan neurologis.
e. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun
bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur
disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran udara di hidung
dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot-otot dibelakang
mulut mengendor dan bergetar. Periode apnea berlangsung
selama 10 detik sampai 3 menit.
f. Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering
dan diluar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa
hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur
REM.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015)
a. Riwayat keperawatan
1) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada:
waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah
mengalami kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur,
apakah mengalami mimpi yang mengancam.
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah
merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
3) Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum
tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu
tidur.
4) Gangguan tidur atau fakto-faktor kontribusi: jenis gangguan
tidur, kapan masalah itu terjadi.
b. Keluhan utama pasien
1) Ketidakmampuan memejamkan mata
2) Ketidakmampuan tidur dengan nyenyak, sering terganggu
oleh tindakan medis dan perawatan, lingkungan yang tidak
mendukung untuk tidur.
3) Tidak sesuai pola tidur pasien
4) Pasien mengatakan tidak bisa tidur
c. Pemeriksaan tidur
1) Observasi penampilan wajah. Perilaku, dan tingkat energi
pasien.
2) Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu, dan
konjungtiva merah.
3) Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering
menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan
kurang koordinasi.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Elektroensefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)
2. Diagnosa keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Gangguan Pola Tidur
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkunga, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/ tindakan)
b) Kurangnya kontrol tidur
c) Kurangnya privasi
d) Restraint fisik
e) Ketiadaan teman tidur
f) Tidak familiar dengan peralatan tidur
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh sulit tidur
(2) Mengeluh sering terjaga
(3) Mengeluh tidak puas tidur
(4) Mengeluh pola tidru berubah
(5) Mengeluh istirahat tidak cukup
b) Objektif
(tidak tersedia)
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
b) Objektif
(tidak tersedia)
5) Kondisi klinis terkait
a) Nyeri kronik
b) Hipertiroidisme
c) Kecemasan
d) Penyakit paru obstruktif kronis
e) Kehamilan
f) Periode pasca partum
g) Kondisi pasca operasi
b. Keletihan
1) Definisi
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat.
2) Penyebab
a) Gangguan tidur
b) Gaya hidup monoton
c) Kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit terminal,
anemia, malnutrisi, kehamilan)
d) Program perawatan/pengobatan jangka panjang
e) Peristiwa hidup negatif
f) Stres berlebihan
g) Depresi
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
(2) Merasa kurang tenaga
(3) Mengeluh lelah
b) Objektif
(1) Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
(2) Tampak lesu
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(1) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan
tanggung jawab
(2) Libido menurun
b) Objektif
(1) Kebutuhan istirahat meningkat
5) Kondisi klinis terkait
a) Anemia
b) Kanker
c) Hipertiroidisme/Hipotiroidisme
d) AIDS
e) Depresi
f) Menopause
c. Kesiapan Peningkatan Tidur
1) Definisi
Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang
memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup
yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
(2) Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur
b) Objektif
(1) Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan
perkembangan
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(1) Tidak menggunakan obat tidur
b) Objektif
(1) Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan
tidur
4) Kondisi klinis terkait
a) Pemulihan pasca operasi
b) Nyeri kronis
c) Kehamilan (periode prenatal/postnatal)
d) Sleep apnea
3. Intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
a. Gangguan Pola Tidur
1) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pola Tidur membaik dengan kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan tidak puas tidur menurun
d) Keluhan pola tidur berubah menurun
e) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi pola aktivitas dan pola tidur
(2) Identifikasi faktor penganggu tidur (fisik/psikologis)
(3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makanmmendekati waktu
tidur, minum banyak air sebelum tidur)
(4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
b) Terapeutik
(1) Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
(2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
(3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
(4) Tetapkan jadwal tidur rutin
(5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
(6) Sesuaikan jadwal pemberian obat/tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
c) Edukasi
(1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
(2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
(3) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
(4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supressor terhadap tidur REM
(5) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
(6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
b. Keletihan
1) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil :
a) Tenaga meningkat
b) Verbalisasi lelah menurun
c) Lesu menurun
d) Gangguan konsentrasi menurun
e) Pola istirahat membaik

2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
(2) Jadwalkan pemberian pendidkan kesehatan sesuai
kesepakatan
(3) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
c) Edukasi
(1) Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga
secara rutin
(2) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
(3) Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
(4) Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis.
kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
(5) Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan
c. Kesiapan Peningkatan Tidur
1) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pola Tidur membaik dengan kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan tidak puas tidur menurun
d) Keluhan pola tidur berubah menurun
e) Keluhan istirahat tidak cukup menurun

2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
(2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
(3) Monitor pola dan jam tidur
(4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stumulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
(2) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
(3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
(4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
c) Edukasi
(1) Anjurkan tirah baring
(2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
(3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
(4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Implementasi keperawatan (Kozier, ERB, Berman, & Snyder, 2010)
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi
terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (program keperawatan).

5. Evaluasi keperawatan (Kozier, ERB, Berman, & Snyder, 2010)


Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan (a)
kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan (b) keefektifan
rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting
proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan atau diubah.
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
Daftar Pustaka

Atoilah, E. M., & Kusnadi, E. (2013). Askep pada Klien Dengan Gangguan
kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media.

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta


Timur: Trans Info Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2 edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental
Keperawatan Ed. 7 Vol 1. Indonesia: EGC.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra


Cendekia Press.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan, Ed. 5. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai