Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENANGANAN STUNTING

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBEUNYING

A. PENDAHULUAN
Dalam undang-undang kesehatan no36 tahun 2009 salah satu isinya adalah mencakup tentang
perbaikan gizi masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat antara
lain melalui perbaikan pola konsumsi makanann ,perbaiakan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya pembinaan gizi
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan masalah gizi pertahapan dan prioritas
pembangunan nasional.

B. LATAR BELAKANG
Pemerintah telah meluncurkan rencana aksi nasional penanganan Stunting pada bulan Agustus 2017 ,
yang menekankan konvergensi di tingkat Nasional, Daerah dan Desa, untuk memprioritaskan kegiatan intervensi
gizi spesifik dan gizi sensitif pada 1.000 hari pertama kehidupan hingga usia 6 tahun. Kebijakan penanganan
stunting ini didukung oleh :
1. Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Percepatan Perbaikan gizi.
2. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat.
3. Peraturan Presiden No.83Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi.
Balita Stunting (Tinggi Badan per Umur), pada kenyataannya merujuk hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 di Indonesia mencapai 37,2 %. Hasil pemantauan Status Gizi Tahun 2016,
mengalami penurunan menjadi 27,5%, tetapi masih jauh dari standar yang dikeluarkan WHO < 20%. Hal ini
berarti terjadi pertumbuhan yang tidak maksimal yang dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3
anak Indonesia mengalami Stunting. Bahkan lebih dari 1/3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia tingginya
berada di bawah rata-rata.
Dari data bulan peninmbangan balita yang ada di wiayah kerja Puskesmas Cibeunying per bulan
Agustus 2021 balita stunting jumlahnya mencapai :

No Desa /Kelurahan Jumlah Balita Pendek Sangat Pendek %


1 Kel.Cibeunying 1944 56 (4,17) 21 (1.56%) 5,73
2 Kel. Padasuka 949 19 (2,23) 11 (1,29%) 3,52
3 Desa Ciburial 864 8 (1,14%) 1 (0,14%) 1,28
4 Desa Mekarsaluyu 281 19 (6,81%) 9 (3,23%) 10,4
5 Puskesmas Cibeunying 4038 99 (3,12%) 42 (1,32%) 4,44
Grafik Data
C. TUJUAN
Tujuan dari dilakukannya analisa ini adalah untuk mengetahui permasalahan mengenai
tingginya stunting sehingga penangannya bisa tepat.

D. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUSKESMAS CIBEUNYING

- Batas-batas wilayah kerja


a. Sebelah barat Ciburial Kota Bandung.
b. Sebelah timur berbatasan Mekar manik Kota Bandung.
c. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kota Bandung.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Padasuka, Cibeunying Kota Bandung.
e. Peta wilayah
- Wilayah kerja Puskesmas Cibeunying termasuk dataran tinggi, dan berbuit-bukit dengan
ketinggian dari permukaan air laut .791 s/d 1050 m, sedangkan curah hujan rata-rata per bulan
2200 – 3000 m m /tahun keadaan suhu rata-rata 18 - 29⁰ C.
E. PETA WILAYAH KERJA

F. LUAS WILAYAH
Luas Wilayah kerja Puskesmas Cibeunying adalah 1474,5588 ha dengan jumlah penduduk 67837 jiwa.
Wilayah kerja Puskesmas Cibeunying ini meliputi Kelurahan Cibeunying, Kelurahan Padasuka Desa Ciburial,
dan Desa Mekar saluyu.
Nama Desa/ Kelurahan & Jumlah RW dan RT

Jumlah
No. Nama Desa/Kelurahan Luas Wilayah (ha)
RT RW
1 Kelurahan Cibeunying 341,81 137 27
2 Kelurahan Padasuka 466,366 82 14
3 Desa Ciburial 202,015 54 12
4 Desa Mekar Saluyu 464,366 26 7
5 Puskesmas Cibeunying 1474,5588 299 60
Sumber : Kecamatan Cimenyan
Dari data di atas, bisa disimpulkan hasil perbandingan antara jumlah penduduk dengan balita stunting
Desa Mekarsaluyu mempunyai nilai paling tinggi yaitu 10.4 % atau bobotnya paling tinggi dan inilah yang
menjadi sorotan.

G. APA PENYEBAB STUNTING


Stunting disebabkan karena kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin sejak dalam kandungan hingga
pada masa awal lahir, tetapi stunting itu sendiri baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.
Stunting merupakan masalah multi dimensi. Dan intervensi paling menentukan ada pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan. (1.000 HPK).
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik.
 Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan.
 60% dari anak usia 0 – 6 bulan tidak mendapatkan ASI Ekslusif.
 2 dari 3 anak usia 0 – 24 bulan tidak menerima Makanan Pengganti ASI (MP-ASI).
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care / layanan kesehatan untuk
ibu selama kehamilan, Post Natal Care dan pembelajaran usia dini yang berkualitas.
 1 dari 3 anak usia 3 – 6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai.
 Menurunnya tingkat kehadiran di Posyandu
 Tidak atau kurangnya akses yang memadai ke layanan imunisasi.
3. Kurangnya akses ke makanan bergizi.
 1 dari 3 ibu hamil anemia
 Makanan bergizi mahal / menyangkut kemampuan daya beli.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum
bersih.

H. PENANGANAN STUNTING
Penanganan stunting dilakukan dengan cara Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada sasaran di
1000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun.Intervensi spesifik berkontribusi 30%
terhadap penurunan stunting.
1. Intervensi Gizi Spesifik
1.1 Intervensi dengan sasaran Ibu hamil.
 Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis.
 Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
 Mengurangi kekurangan Iodium.
 Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
 Melindungi ibu hamil dari malaria.
1.2 Intervensi dengan sasaran Ibu menyusui dan anak usia 0 – 6 bulan.
 Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/ colostrum)
 Mendorong pemberian ASI Ekslusif
1.3 Intervensi dengan sasaran Ibu menyusui dan Anak usia 7 – 23 bulan.
 Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI
 Menyediakan obat cacing
 Menyediakan suplementasi zink.
 Melakukan fortifikasi zat besi kedalam makanan
 Memberikan perlindungan terhadap malaria
 Memberikan imunisasi lengkap.
 Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

2. Intervensi Gizi Sensitif


Kegiatan ini dilakukan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi 70% terhadap penurunan
stunting.Sasaran dari intervensi gizi sensitif adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus Ibu hamil dan
balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
2.1 Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih
2.2 Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi
2.3 Melakukan fortifikasi bahan pangan.
2.4 Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan keluarga berencana
2.5 Menyediakan jaminan kesehatan nasional (JKN)
2.6 Menyediakan jaminan persalinan universal (Jampersal)
2.7 Menyediakan pendidikan pengasuhan pada orang tua
2.8 Memberikan pendidikan anak usia dini universal
2.9 Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
2.10Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja
2.11Memberikan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
2.12 Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

I. TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKAN DALAM RANGKA MENURUNKAN TINGKAT TINGGINYA


STUNTING

 Memberikan penyuluhan pada Rematri tentang Anemia dan pemberian tablet tambah
darah.
 Sosialisasi mengenai MP-ASI tentang PMBA yang dilaksanakan di RW 02
Mekarsaluyu dan di Posyandu lainnya. Sosialisasi tentang IMD dan ASI Ekslusif.
 Telah dilakukan pemberian suplemen zat besi pada ibu hamil tingkat pencapaiannya
diatas 75%
 Penggiatan kegiatan Posyandu dan meningkatkan kehadiran
 Memudahkan layanan imunisai.
 Memberikan tablet zat besi pada ibu hamil untuk menghindari anemia.
 Giat melakukan penyuluhan tentang hidup sehat bersama tim lintas sektor
 Memberikan penyuluhan tentang pentingnya garam beryodium
 Penyuluhan tentang penanganan penyakit demam berdarah, malaria melalui
pemberian abate dan dilakukan fogging bersama tim lintas sektor.
 Pemberian MP-ASI pada balita.
 Pemberian imunisasi lengkap melalui lintas program
 Melakukan penyuluhan tentang pengetahuan gizi masyarakat melalui pelatihan kader.

Anda mungkin juga menyukai