Anda di halaman 1dari 26

JW.E.10.

MODUL AJAR
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Membaca
Teks Cerita Wayang
Kelas X
SMK Negeri 1 Gerih

Fase E
CP Elemen (Membaca)
360 menit (8 JP)
Leny Dyah Pitaloka
SMK N 1 Gerih, 2023
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu membaca dan merespon berbagai artikel, wayang, teks beraksara Jawa
dari teks visual dan audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta
didik menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan simpati, peduli,
empati dan/atau pendapat pro/kontra dari teks visual dan audiovisual secara kreatif. Peserta
didik menggunakan sumber lain untuk menilai akurasi dan kualitas data serta membandingkan
isi teks, seperti dari buku, web, majalah, dan youtube.

TUJUAN PEMBELAJARAN INDIKATOR PENCAPAIAN TUJUAN


PEMBELAJARAN
10.2 Peserta didik membaca, menanggapi, 10.2.1 Menjelaskan arti kata dalam teks cerita
menemukan isi tersurat dan wayang (mahabharata
tersirat dari teks cerita wayang 10.2.2 Menganalisis unsur intrinsik dan
dan mengungkapkan gagasan ekstrinsik cerita wayang dengan
atau pendapat dari teks cerita benar.
wayang dengan kreatif. 10.2.3 Membandingkan relevansi isi cerita
wayang dengan zaman sekarang.
10.2.4 Membaca indah teks wayang.

PROFIL PELAJAR PANCASILA


Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan melalui penerapan doa
Bernalar kritis yang ditunjukkan melalui gagasan yang orisinal dalam menganalisis isi teks
cerita wayang
Gotong royong yang ditunjukkan melalui kerjasama dan ketergantungan positif dalam
mengikritik isi teks wayang

KATA KUNCI KONSEP UTAMA TUJUAN PEMBELAJARAN PRASYARAT


Cerita wayang Menganalisis isi teks Memahami unsur intrinsik cerita
cerita wayang wayang

PEMAHAMAN BERMAKNA
Peserta didik akan menerima manfaat setelah setelah mengikuti proses
pembelajaran ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan arti kata dalam teks cerita
2. Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita wayang
3. Membandingkan relevansi isi cerita wayang dengan zaman sekarang
4. Membaca indah teks wayang

PERTANYAAN PEMANTIK
Peserta didik diajak berdiskusi tentang teks satra, kemudian diberi pertanyaan pemantik.

❖ Tokoh wayang sapa sing kongerti?


❖ Cerita wayang apa sing tau ko tonton/waca?
❖ Menawa nonton wayang, paham apa ora karo isi ceritane?

TARGET PESERTA DIDIK PENGATURAN SISWA METODE


Siswa regular Individu Diskusi
Kelompok (4 siswa per Presentasi
kelompok) Proyek

KEGIATAN PEMBELAJARAN UTAMA

Menganalisis unsur intrinsik cerita wayang

(180 menit)

Menjelaskan arti kata dalam tekscerita


Membandingkan relevansi isi cerita wayang (90 menit)
dengan zaman sekarang

Membaca indah teks wayang


(90 menit)
URUTAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Kegiatan satu menggunakan sintak discovery learning (LK 1)

Identifikasi masalah, pengumpulan


data, pengolahan data,
pembuktian (60 menit)

• Peserta didik
merespons salam
dari guru.
• Guru bersama
Peserta didik • Peserta didik dan
• Stimulation: peserta didik diajak guru membuat
melakukan doa
bersama-sama membaca teks atau kesimpulan
bersama.
menyaksikan tayangan video Cerita pembelajaran
• Peserta didik Wayang
menjawab hari ini.
• Problem statement: peserta didik • Guru bersama
pertanyaan dari
mengidentifikasi kata-kata sulit Peserta didik
guru berhubungan
pada teks Cerita Wayang melakukan
dengan
pembelajaran • Pengumpulan data : Peserta didik refleksi
bahasa Jawa di mengumpulkan data dari berbagai pembelajaran.
jenjang sebelumnya. sumber tentang arti kata-kata sulit • Pembelajaran
yang terdapat pada teks cerita diakhiri dengan
• Peserta didik
wayang. doa sebagai
menerima informasi
secara proaktif • Pengolahan Data : Peserta didik tanda syukur.
tentang keterkaitan mengolah data/informasi tentang
pembelajaran arti kata-kata sulit yang terdapat
sebelumnya dengan pada teks cerita wayang.
Penutup
pembelajaran yang • Verification: peserta didik (15 menit)
akan dilaksanakan. memeriksa data hasil pengumpulan
dan pengolahan data tentang arti
Orientasi, Apersepsi,
kata-kata sulit yang terdapat pada
Motivasi (15 menit)
teks cerita wayang.
Kegiatan dua menggunakan sintak discovery learning

Identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan


data, pembuktian (30 menit)

•Peserta didik
merespons salam
dari guru.
•Guru bersama
peserta didik
melakukan doa •Peserta didik membaca teks cerita wayang yang telah
bersama. disediakan guru •Peserta didik dan
•Peserta didik guru membuat
• Peserta didik mencermati unsur pembangun kesimpulan
menjawab cerita wayang
pertanyaan dari pembelajaran hari
guru berhubungan • Peserta didik mencermati isi cerita wayang ini.
dengan • Peserta didik bertanya jawab mengenai unsur – •Guru bersama
pemahaman unsur intrinsik cerita wayang Peserta didik
informasi unsur melakukan refleksi
• Peserta didik bertanya jawab mengenai unsur
intrinsik cerita pembelajaran.
ekstrinsik cerita wayang
wayang dan •Pembelajaran
langkah - langkah. • Peserta didik mengumpulkan informasi diakhiri dengan
•Peserta didik mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik secara doa sebagai tanda
menyimak berkelompok syukur.
informasi • Peserta didik menyampaikan hasil pekerjaannya
pembelajaran hari • Peserta didik / kelompok lain menanggapi Penutup
ini. pekerjaan yang telah disampaikan dalam forum (10 menit)
• Guru mengulas materi yang telah didiskusikan
Orientasi, Apersepsi,
Motivasi (5 menit)
Kegiatan ketiga menggunakan sintak discovery

Identifikasi masalah, pengumpulan data,


pengolahan data, pembuktian (30 menit)
•Peserta didik
merespons salam
dari guru.
•Guru bersama
•Peserta didik dan
siswa melakukan
guru membuat
doa bersama.
kesimpulan
•Peserta didik • Peserta didik dibagi menjadi kelompok, setiap
pembelajaran
menjawab kelompok terdiri dari empat siswa. hari ini.
pertanyaan dari • Peserta didik membaca teks cerita wayang •Guru bersama
guru berhubungan • Peserta didik dan kelompoknya menganalisis isi siswa melakukan
dengan unsur
cerita dan unsur intrinsik cerita wayang refleksi
cerita wayang
• Peserta didik dan kelompoknya menyimpulkan pembelajaran.
•Peserta didik
amanat yang terkandung dari teks yang telah •Pembelajaran
menyimak
dibaca. diakhiri dengan
informasi
doa sebagai
pembelajaran hari • Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi tanda syukur.
ini. berkaitan dengan isi dari teks di depan kelas.
• Peserta didik memberi tanggapan hasil penyajian Penutup
kelompok lain. (10 menit)
Orientasi, Apersepsi,
Motivasi (5 menit)
Kegiatan keempat menggunakan sintak Discovery Learning (PjBL)

Identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data,


pembuktian
• Peserta didik • Peserta didik
merespons salam dan guru
dari guru. membuat
• Peserta didik dibagi ke dalam kelompok (1 kesimpulan
•Guru bersama kelompok 4 orang) untuk mengamati satu teks pembelajaran
Peserta didik hari ini.
melakukan doa
wayang (mahabarata)
bersama. • Peserta didik diberi kesempatan mengajukan • Guru
• Peserta didik pertanyaan terkait membaca indah teks wayang bersama
menjawab (Mahabarata) yang diamati. siswa
pertanyaan dari • Peserta didik mempraktikkan membaca indah teks melakukan
guru mengenai cerita wayang refleksi
•Peserta didik • Kelompok yang lain memperhatikan dan menilai pembelajara
menyimak n.
pembacaan crita kelompok yang tampil
informasi • Pembelajara
pembelajaran hari • Peserta didik dalam setiap kelompok
mengemukakan tanggapan pembacaan cerita n diakhiri
ini. dengan doa
kelompok yang lain.
sebagai
tanda syukur
Orientasi, Apersepsi,
Stimulus (15menit) Evaluasi dan
penutup
(30 menit)
MATERI, ALAT, DAN BAHAN
Materi Ajar Lembar kerja 1 (menelaah kata sulit dalam teks cerita)
Lembar kerja 2 (memahami unsur intrinsik cerita wayang)
Lembar kerja 3 (membaca ekspresif artikel)
Alat dan Bahan Ponsel atau laptop
Jaringan internet
Lembar kerja siswa

REFLEKSI
Guru Siswa
• Apakah pembelajaran yang saya lakukan • Apakah saya sudah menganalisis
sudah sesuai dengan urutan aktivitas struktur dan isi artikel dengan tepat?
pembelajaran? Sudah cukup efektif? • Apakah saya cukup cermat dalam
• Bagian manakah dari rencana menganalisis struktur dan isi artikel?
pembelajaran yang sulit dilakukan? Apa • Bagaimana keseluruhan proses
yang dapat saya lakukan untuk menganalisis unsur intrinsik cerita
mengatasinya? wayang? Apakah sudah sesuai keriteria
• Apakah 100% siswa sudah dapat penilaian guru? Bila sudah baik,
menganalisis unsur intrinsik cerita wayang bagaimana untuk mempertahankannya,
? Bila belum, berapa persentase siswa yang lalu bila belum baik, usaha apa yang akan
tercapai dan berapa persentase siswa yang dilakukan untuk memperbaikinya!
belum tercapai, lalu apa yang menjadi
kendalanya, bagaimana solusinya?

ASESMEN JENIS ASESMEN


Individu Fortopolio
Kelompok Fortofolio dan Performa
BAGAIMANA ASESMEN DILAKUKAN?
Observasi guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung
Fortopolio pada hasil kerja LK siswa
Performa pada praktik membaca ekspresif artikel siswa
RUBRIK PENILIAN
Penilaian Performa (proyek membaca)
Aspek yang dinilai Kriteria Skor
Kelancaran dan ketepatan Sangat lancar dan tepat dalam pengucapan (tidak ada
4
pengucapan dalam yang salah)
kegiatan membaca Lancar dan terdapat kesalahan pengucapan kata 1-
3
ekspresif 5 kali
Cukup lancar dan terdapat kesalahan pengucapan
2
6-10 kali
Kurang lancar dan terdapat kesalahan pengucapan
1
lebih dari 10 kali
Penghayatan dan Ekspresi dan penghayatan sesuai dengan isi cerita 4
ketepatan ekspresi sesuai Ekspresi dan penghayatan kurang sesuai dengan isi
3
dengan isi cerita cerita
Ekspresi dan penghayatan tidak sesuai dengan isi
2
cerita

PENGAYAAN REMEDIAL
Kegiatan tambahan untuk siswa dengan Kegiatan lanjutan kepada siswa yang
pencapaian tinggi agar lebih mahir. Bentuk hasil belajarnya kurang memenuhi
pengayaan dengan meningkatkan variasi teks standar. Bentuk remedial dapat berupa:
cerita wayang. tutor sebaya, mengganti teks yang lebih
sederhana, memberikan latihan soal
untuk mengulang konsep unsur intrinsik
cerita wayang

Lembar Observasi Guru


Guru memberikan tanda centang (√) pada kotak yang sesuai dengan perilaku siswa
Kegiatan : Individu/Kelompok
Tanggal :…

Individu Kelompok
o Mengerjakan tugas dengan mandiri o Terlibat aktif dalam setiap tahapan selama
mengerjakan tugas
o Percaya kemampuan diri (tidak o Berkomentar secara positif
banyak bertanya teman)
o Tugas dikumpulkan sesuai jadwal o Menghargai upaya rekan sekelompok
o Partisipasi seimbang dengan seluruh mitra
dalam kelompok
o Negosisasi dalam kelompok untuk mencari
kesepakatan
GLOSARIUM
✓ Wayang : seni tradisi menceritakan berbagai aspek kehidupan tokoh wayang yang
menggambarkan kehidupan manusia.
✓ Mahabharata: adalah epos cerita wayang yang menceritakan kehidupan keluarga
Pandawa dan Kurawa.
✓ Pakem : Cerita pokok yang dipakai dasar cerita.
✓ Kelir : Kain atau layar yang dipakai pementasan.
✓ Blencong : Lampu sorot yang dipakai dalam pementasan sebagai gambaran
matahari.
✓ Pathet : Pembagian wilayah waktu dalam pergelaran wayang, pathet terbagi dari
tiga; pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura

DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolter.
Purnomo, Bambang dkk. 2014 . Sastri Basa Kanggo SMA/SMK/MA/MAK Kelas X.
Surabaya: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Sukendro, Dita Puspitasari dkk.2015. Wiyata Basa Kanggo SMA/SMK/MA Kelas X.
Surabaya:Penerbit Duta
Majalah Bahasa Jawa “Jayabaya” koleksi pribadi

https://www.youtube.com/watch?v=lShUgtubxQ4 : Lakon wayang Dewaruci Ki Manteb


Sudarsono
https://www.youtube.com/watch?v=hOxjDNXddgg : Lakon Cerita Bima Bungkus
Channel P Udin

Mengetahui, Ngawi, Juli 2022


Kepala SMK Negeri 1 Gerih
Guru Mata Pelajaran,

MUSLIM,S.Pd.,M.KPd. LENY DYAH PITALOKA, S.Pd.,Gr.


NIP. 19700718 200501 1 003 NIP. 19880701 202221 2 019
LAMPIRAN 1 :

CERITA WAYANG

Pasinaon wulangan kaloro iki sesambungan karo piwulang kabudayan. Piwulang, aji,
utawa nilai mau kadhapuk sajrone pasinaon tumrap teks carita wayang, mligine wayang purwa.
Pasinaon iki kaleksanan kanggo nepungake para siswa karo perangane kabudayan Jawa, kang
urip lan diuri-uri dening bebrayan Jawa panyengkuyunge. Tundhane, para siswa diajak
ngonceki ajining kabudayan Jawa kang nyengkuyung mawujude piwulang budi pakarti utawa
sarana panggulawenthah tumrap para siswa kabeh.

❖ Sejarah Wayang

Miturut sejarahe, wayang purwa mujudake reriptane para Wali nalika ngrembakakake
piwulang agama Islam ing tanah Jawa. Panggunane wayang minangka sarana dakwah Islam,
kaleksanan saka kawicaksanane para Wali, kang bisa nggayutake tradisi Hindu-Buddha
kalawan kapitayan anyar kang asipat Islami.Wayang mujudake asiling kabudayan kang tuwuh
lan tinampa bebrayan penyengkuyunge. Kanthi crita epik utawa wira carita maneka warna,
terus ngrembaka. Sumbering crita, akeh-akehe saka manca, kayata: epos Ramayana utawa
Maha Bharãta saka tanah Indu. Ing tembe buri, sumber crita saya ngrembaka, kaya ta: Critane
Wong Agung Menak (saka Arab lan Persia), crita Panji apadene Damar Wulan (epos lokal),
crita mawa sumber mitos agama, kaya ta critane para Nabi lan Rasul saka kitab suci Injil),
caritane Para Wali lan paraga Mitos Islami liyane (saka tanah Jawa), carita dongeng (kancil,
lsp), lan paraga lumrah ing jaman saiki.

❖ Jinis lan Sumber Carita Wayang


Sumber carita wayang kang paling gedhe ana ing kitab – kitab kuna antarane yaiku
Kitab Mahabharata lan Kitab Ramayana. Kitab Mahabharata nyritakake perang
Bharatayuda antarane Pandhawa lan Kurawa. Dene Kitab Ramayana nyritakake Prabu
Rama Wijaya lan Dewi Shinta.
❖ UNSUR – UNSUR INTRINSIK CARITA WAYANG

Tema

Alur

Paraga

Wewategan
Unsur Intrinsik
Cerkak
Setting/Latar

Sudut Pandang

Lelewaning basa

Amanat

1. Tema
Yaiku gagasan pokok utawa bab kang dadi dhasare carita pewayangan.
2. Alur
Yaiku urutaning kedadeyan kang dilakoni paraga ing sajroning carita.
Jinising alur ana 3, yaiku:
a. Alur Maju yaiku alur kang diwiwiti ntriyakake kahanan saiki nganti kahanan
sateruse.
b. Alur Mundur yaiku alur kang nyritakake kahanan saiki diterusake kahanan sing
kapungkur.
c. Alur Campuran yaiku alur carita kang dumadi saka alur maju lan alur mundur.
3. Paraga
Yaiku wong kang maragakake carita.
Jinise paraga ana 3, yaiku:
a. Paraga Utama : Paraga kang dadi punjering carita.
b. Paraga Panyengkuyung : Paraga kang ora dadi punjering carita, nanging dadi
panyengkuyung carita.
4. Wewateganing paraga
Yaiku watak wantune paraga kang ginambar sajroning carita.
⧫ Jinise watak paraga :
a. Paraga Protagonis : Paraga kang nduweni wewategan apik.
b. Paraga Antagonis : Paraga kang nduweni wewategan ala.
c. Paraga Tritagonis : Paraga panengah
5. Latar / Setting
Yaiku Gegambaraning wektu, swasana lan panggonan ing sajroning carita.
⧫ Jinise latar/setting :
a. Latar panggonan : Latar kang nggambarake ing ngendi prastawa sajroning
carita kadadeyan.
b. Latar wektu : Latar kang nggambarake wektune prastawa ing sajroning
carita.
c. Latar swasana : Latar swasana kang ginambar ing sajroning carita wayang.
6. Sudut Pandang
Yaiku kalungguhaning pangripta / panulis nalika nulis carita.
- Panulis kang migunakake sudut pandang wong kapisan, minangka paraga utama.
Umume migunakake tembung “aku”
- Panulis kang migunakake sudut pandang wong katelu, minangka “pengamat”. Ora
kalebu ing sajrone carita, migunakake tembung “dheweke” utawa jeneng wong.
7. Amanat
Yaiku pitutur kang kinandhut sajroning carita.
8. Gaya Bahasa / Lelewaning basa
Yaiku Basa kang digunakake panulis.
Umume gaya bahasa migunakake :
a. Majas
b. Diksi
c. Basa Rinengga, kayata Tembung entar, tembung saroja, tembung garba, paribasan,
bebasan, saloka, wangsalan, lsp.
LAMPIRAN 2:

LEMBAR KERJA SISWA


Kagiatan 1 (Mengamati Teks/video Cerita wayang)

Bima Bungkus
Duhkitaning Prabu Pandu Dewanata lan Dewi Kunti jalaran laire ponang jabang bayi kang
awujud bungkus. Tan ana sanjata kang tumama kanggo mbedah bungkus. Kurawa uga melu
cawe-cawe arsa mecah bungkus, sanadyan amung lelamisan, bakune arsa nyirnakake si
bungkus. Permadi banjur kautus sowan eyange Resi Abiyasa ing Sapta Arga, wisiking dewa
supaya sang bungkus kinen nyingitake ana ing alas Winangsraya. Ya ing alas kono mengkono
bakal ana kae lokaning jagad ya dadi sarana ruwating si bungkus saka panandhange.
Seje papane nanging nunggal caritane, yaiku kang mapan ing Kayangan Suralaya. Yaiku
tekane Gajahsena kang bakal jaluk supaya dililani urip manunggal karo para dewa, ananging
para jawata ora ngidini satemah dadi pancakara lan para dewa.
Gajah Sena : “ e e e, ora pangling iki tetungguling para jawata. Bathara Endra…iki! “
Bathara Endra : “ ya dhasar kepara nyata, ulun bathara Endra. He…Gajah Sena yen kena
tak elingake, wurung anggonmu darbe gegayuhan urip bareng lan para
dewa dewandara ing kayangan. Awit sira iki isih sipat titah.”
Gajah Sena : “ ha.. embuh ra idhep, bakune aku pengin urip ing kayangan.”
Dewa Endra : “ wow.. jebul ora kena digawe becik. Ora enggal lunga saka kayangan
kene sampluk canela pecah sirahmu! “
Gajah Sena : “ oi…sing ngati-ati, gadhing pedhot igamu! “
Akhire dumadi perang tandhing Gajah Sena mungsuh Bathara Endra, wusanane Bathara
Endra kalah. Gilir gumanti para dewa ngadhepi kridahaning Gajahsena, kawiwitan bathara
Endra, bathara Brama lan Bathara Yamadipati, nanging kabeh padha asor ing yuda.
Bathara Naradha kang dadi sesepuhing para dewandara banjur mrepegi marang Bathara
Bayu lan paring dhawuh kinen golek dalan kanggo ngadhepi pangamuking Gajahsena. Awit
saka panemune Bathara Bayu Gajahsena kinen kadhawuhan tumuju ing wana Winangsraya
saperlu angruwat putrane Prabu Pandhu kang isih awujud bungkus. Banjur bathara Naradha
marepegi Gajahsena.
Bathara Naradha :” he…Gajahsena Manawa sira pancen penging nemu dalaning kaswargan
iki ana sranane”!
Gajahsena : “ hiya enggal tuduhna apa kuwi saranane?”
Bathara Naradha : “ sira tumuli nyedhaka ing Wana Winangsraya, Manawa sira bisa ngruwat
marang si Bungkus, ya ing kana sira bakal antuk dalaning kaswargan lan
sira bisa urip manunggal bareng para jawata” .
Gajahsena : “ ora ngomong wiwit mau! “
Ganti kang cinarita kang mapan ing tengahing wana Winangsraya, Batahara Bayu kang
nyedaki marang si Bungkus banjur maringi kanugrahan kang awujud panganggon jangkep. Ora
let suwe katon tekane Gajahsena lan banjur angruwat marang si Bungkus. Gajahsena namakake
gadhing lan tumanjep dadi bedhaing bungkus. Eloking kahanan saka jero bungkus jumedhul
manungsa kang wus gedhe, rumangsa kelaran metu saka jero bungkus satrus dadi pancakara
sakarone.
Pungkasane dadi pancabakah Gajahsena asoring yuda katuwek kuku pancanaka satemah
ilang musna nyawiji lan sang bungkus sing wus dadi manungsa lumrah iku.Sirna jasad sang
gajah. Roh lan daya kekiatanipun manjing jroning angga sang bungkus.
Praptane Bathara Narada. Si Bungkus tumakon marang Bathara Bayu lan Naradha:
Bathara Naradha: “ prekencong pak pak pong waru dhoyong kalicodhe mangetan iline…, ho
jebul gagah temenan bocah iki. Pendah bungahe wong tuwane manawa
nyumurupi putrane iki.. “
Bungkus :“Heemmm, aku iki sapa?”
Bathara Bayu : “ mangertiya ya ngger sira iku atmajane prabu Pandhu kang mau awujud
bungkus. Sarehning sira iku mau sing bisa ngruwat Gajahsena mula sira tak
paring jeneng Bratasena. “
Bathara Naradha: “ aku ya bakal menehi jeneng sira ngger,.. yaiku Werkudara. Kersane para
dewa sira besuk bakal dadi satriya utama kulup. “
Rawuhe Prabu Pandhu kadherekake para putra yaiku Puntadewa lan Permadi. Prabu
Pandhu katon bungah amarga putrane si bungkus wis pecah.
Pandhu : “ Putraku ger jeneng sira wis ruwat saka panandhangmu ger,..,. Pukulun
keparenga kula amaringi pusaka awujud asma putra kula nami …? “
Bathara Naradha:” Iya iya ger… kudu iku. Kwajibane sudarma iku antarane maringi
tetenger.”
Pandhu : “ Kulup sira sun paring tenger Gandawastratmaja, gandawastra iku jejuluk
ingsun, atmaja anak. Lire sira iku putrane Pandhu ing Astina. Ayo ger tumuli
dak kanthi bali mring praja Ngastina kulup .”
Prabu Pandhu sakwuse maringi jeneng marang putrane bungkus yaiku Gandawastratmaja.
Sateruse Bratasena kaboyong kondur mring kraton Astina. Wondene para jawata sami kondur
ing kayangan.

Sawise para siswa nyimak/nonton cerita wayang, siswa nemokake tegese tembung-
tembung kang dianggep esih angel (urung ngerti tegese)

Kelompok:

Negesi tembung

1. Duhkita
2. Arsa
3. Kinen
4. Darbe
5. Gegayuhan
6. Padatan
7. Kawruh
8. Kadang
9. Sareh
10. Kareben
11. Atmaja
lsp
LEMBAR KERJA SISWA
Kagiatan 2

Karna Gugur
Adipati Karna madeg senapati bala Kurawa ing perang Baratayuda sawise Durna gugur.
Adipati Karna ngadeg nang kreta kang dikusiri dening Prabu Salya. Ing pasukane Pandawa,
Arjuna madeg dadi senapati kanthi kusire Prabu Kresna. Ing pabaratan, Adipati Karna perang
tandhing lawan Arjuna. Kelorone padha-padha ngetogna kasektene lan ngetokna kabeh gaman
sing diduweni.

Perang tandhing kang rame nganti tekan wayah sore. Roda kretane Suryaputra kebllusuk
neng beletan. Adipati Karna banjur mudhun sekang kreta lan njunjung rodane. Emane usahane
siya-siya, malah rodhane tambah jero. Sri Kresna kang dadi kusire Arjuna banjur ngongkon
supaya Arjuna manah Karna sing lagi njunjjung rodha kreta. Karna sing meruhi Arjunan arep
ngetokna panahe, rumangsa was-was. Mula banjur arep ngrapal mantra, ning ora ana sijia sing
kemutan.

Kanthi rasa mangu-mangu pungkasane Arjuna manut karo prentahe Kresna lan
nglepasna panah. Karna sing esih during bisa ngetokna kasektene maning, kena panahe Arjuna.
Sirahe Karna ngglundhung ing palagan. Karna mati ing paprangan mbelani Kurawa. Karna
tetep mbelani Kurawa senajan ngerti tumindake Kurawa ora bener, amarga Karna kepengin
males sihe Duryudana sing wis ndadekna dheweke adipati ing Negara Awangga.

Wangsulana pitakonan-pitakonan ngisor !

1. Sapa wae paraga ing lakon Karna Gugur ?

2. Kepriye watake para paraga ing lakon Karna Gugur ?

3. Kepriye budi pakarti sing bisa dijupuk saka crita Karna Gugur ?
Pedoman Penskoran:

Soal Aspek yang Dinilai Skor


Peserta didik menulis paraga dalam cerita dengan sangat tepat 20
Peserta didik menulis paraga dalam cerita wayang dengan tepat 15
1
Peserta didik menulis paraga dalam cerita wayang dengan kurang tepat 10
Peserta didik menulis paraga dalam cerita wayang dengan tidak tepat 5
Soal Aspek yang Dinilai Skor
Peserta didik menulis watak paraga dalam cerita wayang dengan sangat tepat 20
Peserta didik menulis watak paraga dalam cerita wayang dengan tepat 15
2
Peserta didik menulis watak paraga dalam cerita wayang dengan kurang tepat 10
Peserta didik menulis watak paraga dalam cerita wayang dengan tidak tepat 5
Soal Aspek yang Dinilai Skor
Peserta didik menulis budi pekerti dari cerita wayang dengan sangat tepat 20
Peserta didik menulis budi pekerti dari cerita wayang dengan tepat 15
3
Peserta didik menulis budi pekerti dari cerita wayang dengan kurang tepat 10
Peserta didik menulis budi pekerti dari cerita wayang dengan tidak tepat 5
LEMBAR KERJA SISWA
Kagiatan 3
Bima Bungkus
Duhkitaning Prabu Pandu Dewanata lan Dewi Kunti jalaran laire ponang jabang bayi kang
awujud bungkus. Tan ana sanjata kang tumama kanggo mbedah bungkus. Kurawa uga melu
cawe-cawe arsa mecah bungkus, sanadyan amung lelamisan, bakune arsa nyirnakake si
bungkus. Permadi banjur kautus sowan eyange Resi Abiyasa ing Sapta Arga, wisiking dewa
supaya sang bungkus kinen nyingitake ana ing alas Winangsraya. Ya ing alas kono mengkono
bakal ana kae lokaning jagad ya dadi sarana ruwating si bungkus saka panandhange.
Seje papane nanging nunggal caritane, yaiku kang mapan ing Kayangan Suralaya. Yaiku
tekane Gajahsena kang bakal jaluk supaya dililani urip manunggal karo para dewa, ananging
para jawata ora ngidini satemah dadi pancakara lan para dewa.
Gajah Sena : “ e e e, ora pangling iki tetungguling para jawata. Bathara Endra…iki! “
Bathara Endra : “ ya dhasar kepara nyata, ulun bathara Endra. He…Gajah Sena yen kena
tak elingake, wurung anggonmu darbe gegayuhan urip bareng lan para
dewa dewandara ing kayangan. Awit sira iki isih sipat titah.”
Gajah Sena : “ ha.. embuh ra idhep, bakune aku pengin urip ing kayangan.”
Dewa Endra : “ wow.. jebul ora kena digawe becik. Ora enggal lunga saka kayangan
kene sampluk canela pecah sirahmu! “
Gajah Sena : “ oi…sing ngati-ati, gadhing pedhot igamu! “
Akhire dumadi perang tandhing Gajah Sena mungsuh Bathara Endra, wusanane Bathara
Endra kalah. Gilir gumanti para dewa ngadhepi kridahaning Gajahsena, kawiwitan bathara
Endra, bathara Brama lan Bathara Yamadipati, nanging kabeh padha asor ing yuda.
Bathara Naradha kang dadi sesepuhing para dewandara banjur mrepegi marang Bathara
Bayu lan paring dhawuh kinen golek dalan kanggo ngadhepi pangamuking Gajahsena. Awit
saka panemune Bathara Bayu Gajahsena kinen kadhawuhan tumuju ing wana Winangsraya
saperlu angruwat putrane Prabu Pandhu kang isih awujud bungkus. Banjur bathara Naradha
marepegi Gajahsena.
Bathara Naradha :” he…Gajahsena Manawa sira pancen penging nemu dalaning kaswargan
iki ana sranane”!
Gajahsena : “ hiya enggal tuduhna apa kuwi saranane?”
Bathara Naradha : “ sira tumuli nyedhaka ing Wana Winangsraya, Manawa sira bisa ngruwat
marang si Bungkus, ya ing kana sira bakal antuk dalaning kaswargan lan
sira bisa urip manunggal bareng para jawata” .
Gajahsena : “ ora ngomong wiwit mau! “
Ganti kang cinarita kang mapan ing tengahing wana Winangsraya, Batahara Bayu kang
nyedaki marang si Bungkus banjur maringi kanugrahan kang awujud panganggon jangkep. Ora
let suwe katon tekane Gajahsena lan banjur angruwat marang si Bungkus. Gajahsena namakake
gadhing lan tumanjep dadi bedhaing bungkus. Eloking kahanan saka jero bungkus jumedhul
manungsa kang wus gedhe, rumangsa kelaran metu saka jero bungkus satrus dadi pancakara
sakarone.
Pungkasane dadi pancabakah Gajahsena asoring yuda katuwek kuku pancanaka satemah
ilang musna nyawiji lan sang bungkus sing wus dadi manungsa lumrah iku.Sirna jasad sang
gajah. Roh lan daya kekiatanipun manjing jroning angga sang bungkus.
Praptane Bathara Narada. Si Bungkus tumakon marang Bathara Bayu lan Naradha:
Bathara Naradha : “ prekencong pak pak pong waru dhoyong kalicodhe mangetan iline…,
ho jebul gagah temenan bocah iki. Pendah bungahe wong tuwane manawa
nyumurupi putrane iki.. “
Bungkus :“Heemmm, aku iki sapa?”
Bathara Bayu : “mangertiya ya ngger sira iku atmajane prabu Pandhu kang mau awujud
bungkus. Sarehning sira iku mau sing bisa ngruwat Gajahsena mula sira tak
paring jeneng Bratasena. “
Bathara Naradha: “aku ya bakal menehi jeneng sira ngger,.. yaiku Werkudara. Kersane para
dewa sira besuk bakal dadi satriya utama kulup. “

Rawuhe Prabu Pandhu kadherekake para putra yaiku Puntadewa lan Permadi. Prabu
Pandhu katon bungah amarga putrane si bungkus wis pecah.
Pandhu : “ Putraku ger jeneng sira wis ruwat saka panandhangmu ger,..,. Pukulun
keparenga kula amaringi pusaka awujud asma putra kula nami …? “
Bathara Naradha:” Iya iya ger… kudu iku. Kwajibane sudarma iku antarane maringi
tetenger.”
Pandhu : “ Kulup sira sun paring tenger Gandawastratmaja, gandawastra iku jejuluk
ingsun, atmaja anak. Lire sira iku putrane Pandhu ing Astina. Ayo ger tumuli
dak kanthi bali mring praja Ngastina kulup .”

Prabu Pandhu sakwuse maringi jeneng marang putrane bungkus yaiku Gandawastratmaja.
Sateruse Bratasena kaboyong kondur mring kraton Astina. Wondene para jawata sami kondur
ing kayangan.
Wangsulana pitakonan ing ngisor iki kanthi rembugan karo kanca sakelompok!

1. Golekana unsur intrinsik carita wayang sing wis kowaca!

2. Coba golekana relevansi carita wayang sing wis kowaca karo kahanan masyarakat jaman
saiki!

3. Coba caritana maneh kanthi ringkes isi carita wayang kasebut!


Kocap kacarita, praja Ngamarta minangka punjere nagarane Para Pandhawa, dumadakan
konclang kaya katerak dahuru. Wis ana pirang-pirang wektu, negara Amarta kena pageblug,
katekan lelara nggegirisi. Akeh para nayakane praja, sentana, dalah kawula kang nandhang
cintraka. Kahanan mau kawiwitan saka murcane kabeh piyandele Kadang Pandawa, arupa
sawernaning sanjata sekti. Para kadang Kurawa saka Ngastina, babar pisan ora duwe krenteg
menehi pambiyantu marang para Pandhawa kang nandhang coba.

“Adhuh ketiwasan, Rama...!” Mangkono panjelihe Petruk, salah sijine paraga punakawan
marang Kyai Semar, bapake.

Kala semana Ki Lurah Semar lagi sapejagong karo anak-anake, ya anake sing mbarep,
Nala Gareng, lan si wuragil, Bagong.

“Welhadalah, ana apa, Le, kok mlayu-mlayu adus kringet karo bengak-bengok...??”
pitakone Lurah Semar marang Petruk, anake sing nembe teka. Ambegane sajak ngaya

“Kang Petruk lagi kumat, Ma. Biasa, nek tanggal tuwa ngene edane kumat. Iya ta Kang
Gareng?”‖ Celathune Bagong karo mesam-mesem.

“Hus, ngawur kowe Gong. Aja sembrana! Deloken kakangmu siji kuwi, kaya ora sabaene...”

“Lha witikna piye, Kang Gareng, awan-awan panas ngene bengak-bengok karo mlayu
beyayakan. Mangka awak dhewe lagi kajibah nunggoni nDara Arjuna kang lagi semadi
neng papan kana...!”

“Iya bener kandhamu, Gong, ning sajake pancen ana sing wigati banget”

“Wis,.wis. aja malah padha regejegan. Rungokna apa jalarane sedulurmu iki mlayu-mlayu
sajak kesusu.!”

“Kaya wong dioyak macan ..........”‖ selane Gareng.

“Ora, Kang, dioyak Yu Limbuk, Kulon Pasar kae. Witikna bar mangan, ra gelem bayar.....!”

“Wis dha menenga! Kowe kabeh wis tuwa, ning pancet wae kalakuwane!” Swarane Lurah
Semar santak, sajak murina.

“Wah katiwasan tenan, Rama”‖ Kandhane Petruk karo ngos-ngosan, ambegane kaya wong
kang lara napas kumat asmane.
“Kae lho Ma, ..... karo kowe kabeh Kang Gareng apa dene Bagong...”

“Den Mas Bagong, Truk! Kok saenake dhewe, Bagong kok dadi Bagos! Nek bagus, iya....!”

“Lha witikne kowe kuwi, lho Gong! Ana wong bingung, malah dikira edaan!”

“Wis Truk, rasah dipaelu, adhimu siji kuwi. Cene rada kurang ganep, kok....”‖ celathune
Gareng.

“Tobat tenan kowe kabeh, Gareng, Petruk, Bagong! Aja malah dha guyon, ora prayoga.
Kae lho Bendaramu bisa kaganggu olehe lagi nandhang prihatin! Wis ta Le, Petruk, caritakna,
kenangapa kok teka mlayu kaya ana sing wigati banget!”

Petruk, ya Ki Lurah kanthong Bolong, banjur carita, sakwise ngunjal napas sauntara.
Mangkene critane:

Saka pratikele Patih Sengkuni lan didhombani dening Pandhita Durna, Kurawa malah
duwe panganggep yen kahanane praja Ngamarta iki mujudake sawijine kalodhangan kanggo
nyirnakake para Pandhawa. Sadurunge kasil gawe cilakane kadang Pandhawa, para Kurawa
satus lan Narpati Basukarna kasoran ing jurit, lan kaperjaya dening Sang Nagarangsang, ula
naga saka kraton Cundharante kang gedhene tanpa upama.

Kala semana, Raden Arjuna nembe mangun semedi saperlu nuwun sih-kanugrahaning
Jawata, awujud usada tumrap pageblug ana ing Praja Ngamarta, sarta baline kabeh pusaka kang
ilang tanpa lari. Ing kono Raden Janaka banjur midhanget pisambate Patih Sengkuni dalah
Pandhita Durna kang nembe ginawa mlayu dening Jim sakembaran. Kanthi migunakake
minyak Jayengkaton, Raden Arjuna bisa ngonangi playune Jim Pesatnyawa dalah
Sambernyawa. Raden Arjuna enggal methuki Jim sakembaran, lan njaluk supaya Priyagung
Ngastina lelorone dibebaske.Sulayane rembug, dadi perang. Eman Raden Arjuna asor yudane,
lan gugur ana pabaratan.

Bareng nguningani bendarane nemoni tiwas, Petruk, ya Ki Lurah Kanthongbolong sigra


cancut taliwanda. Senajan tata laire arupa batur utawa punakawan tumrap para kadang
Pandawa, Ki Lurah Petruk mono sejatine sawijine gandarwa saka nagara ing dhasare samudra.
Kanthi sangu pusaka sekti Kembang Candra Urawan, duweke Ratune Gandarwa,Petruk namur
laku lan ngedegne pratapan anyar ana tepis wiringe Praja Ngamarta. Ki Lurah Petruk madeg
dadi pendhita. Dheweke banjur sesilih Ajar Panyukilan. Kejaba ulah tapa, Ajar Panyukilan
kang awatak loman, dhemen aweh usada tumrap kawula kang nandhang lelara.
Dene Ki Lurah Semar, Gareng dan Bagong kang bingung awit Raden Arjuna nemoni
tiwas, enggal-enggal sowan marang Praja Ngamarta nyuwun pambiyantune putra Pandhawa.
Bareng nguningani yen Raden Arjuna nemoni tiwas, para satriya mau banjur ngamuk
punggung ana praja Cundharante. Sakawit bisa unggul yudane, nanging bareng dipapagake
Sang Nagarangsang, Raden Wrekudara, Raden Gatutkaca, Raden Antareja, Raden Setyaki,
sarta para satriya liyane, kasoran lan tiwas ana madyane paprangan.

Sabanjure saka dhawuhe Prabu Kresna, Raden Abimanyu minta sraya marang Ajar
Panyukilan, saka patapan Karangsinamur. Kadang Pandhawa lan kabeh para putra kang nemahi
tiwas, diusadani dening Sang Ajar. Kabeh waluya temahe jati. Semono uga Adipati Karna kang
nandhang wuta, bisa saras maneh. Pungkasane, Ajar Panyukilan uga pininta sraya dadi
senapatine prang saka praja Ngamarta, saperlu ngadani paprangan lumawan praja Cundharante.

Kabeh tetungguling praja Cundharante bisa kasor yudane dening Ajar Panyukilan. Ewa
semono, bareng kena upase Nagarangsang, Ajar Panyukilan badhar dadi Ki Lurah Petruk. Ki
Lurah Petruk murina, banjur namakake pusaka Kembang Candra Urawan marang
Nagarangsang sak wadyabalane. Nagarangsang badhar dadi pusaka Dwarawati, pusakane
Prabu Kresna awujud sanjata Cakra Baskara. Jim sakembaran badhar dadi Raden Antasena
dalah Raden Irawan. Semono uga para Kadang Satriya Kajiman saka Cudharante kabeh malih
rupa, bali wujud pusaka piyandele kadang Pandhawa. Ratune kajiman kang bela pati kataman
Kembang Candra Urawan badhar dadi Raden Sadewa, dene kembang Candra Urawan malih
dadi cangkok Wijaya Kusuma, piyandele Prabu Kresna.

Gancare carita, Praja Ngamarta lan Dwarawati bali marang kahanan sakawit, gemah ripah
loh jinawi, tata titi tentrem karta raharja.

(Dening Purnama Kahar, kaadhaptasi saka Giyaran Ringgit Purwa, Dening Ki Dhalang Hadi
Sugita)

Anda mungkin juga menyukai