Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan


PT. Geo Dipa Energi merupakan perusahaan gabungan antara PT.
Pertamina (Persero) dan PT. PLN (Persero) yang mana perusahaan
tersebut merupakan 2 perusahaan BUMN terbesar di Indonesia. Keduanya
memiliki kompetensi dan pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi.
Pertamina dengan pengalamannya dalam pengembangan lapangan panas
bumi bergabung dengan PLN dengan pengalaman dalam bidang
pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik serta berwenang
dalam penyaluran dan pendistribusian listrik ke seluruh Indonesia.
Kombinasi ini merupakan jaminan dan bukti tingginya kompetensi yang
dimiliki PT. Geo Dipa Energi dalam menjalankan bisnisnya.
Saat ini kapasitas produksi PT. Geo Dipa Energi Dieng Unit 1
adalah 60 MW. Untuk mengoptimalkan potensi panas bumi yang terdapat
di Dieng dan Patuha serta menyokong kebutuhan energi di masa depan,
PT. Geo Dipa Energi telah mengembangkan prospek panas bumi Patuha
Unit 1 (beroperasi sejak 2012) dan Dieng Unit II serta Unit III sehingga
total kapasitas yang terpasang pada tahun 2015 sebesar 360 MW.
Pengembangan terus dilaksanakan dalam mendukung program pemerintah
dalam penyelidikan tenaga listrik panas bumi yang aman dan ramah
lingkungan, serta diharapkan dapat segera beroperasi untuk menambah
kapasitas produksi listrik.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan


Sejarah perkembangan PT. Geo Dipa Energi dimulai ketika
UNESCO mengidentifikasi wilayah Dataran Tinggi Dieng dan
menetapkannya sebagai salah satu prospek panas bumi yang menjanjikan
di Indonesia. Penetapan tersebut ditindaklanjuti oleh United State
Geological Survey (USGS) dengan melakukan survey geofisika pada
tahun 1970 dan melakukan pengeboran 6 sumur dangkal dengan
kedalaman maksimal 150 m pada temperature 92 ̊ C sampai 173 ̊ C pada
tahun 1973.
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1974, Dieng ditetapkan oleh
Menteri Pertambangan dan Energi (ESDM) sebagai wilayah kerja VI
panas bumi bagi Pertamina meiputi area seluas 107.361,995 hektar
berdasarkan surat keputusan No. 91/KPTS/Pertamb/1974 . Pertamina
berhasil melaksanakan penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika serta
pengeboran pada tahun 1976. Pada tahun 1976 – 1994 Pertamina telah
berhasil menyelesaikan 27 sumur uji produksi terdiri dari 21 sumur di
daerah Sikidang, 3 sumur di Sileri, dan 3 sumur di Pakuwaja. Dalam
rentang waktu tahun 1981 hingga tahun 1993 Pertamina berhasil
membangkitkan listrik sebesar 2 MW melalui pengoperasian power plant
unit kecil.
Pada tahun 1994, lapangan panas bumi Dieng dipegang oleh
Himpurna California Energy (HCE). HCE merupakan perusahaan
gabungan antara Himpurna Enersindo Abadi (HEA) sebagai pemegang
saham minoritas yakni sebesar 10% dengan California Energy Ltd (CE)
sebagai pemegang saham sebesar 90%. Sejak tahun 1995 hingga tahun
1996 HCE melakukan berbagai pengeboran pada 15 sumur injeksi dan re-
injeksi hingga mampu menghasilkan uap pada separator sebesar 194 MW.
Selain itu, HCE juga terus melakukan berbagai kegiatan yakni
membangun jaringan pipa uap, separator, brine sistem, gathering sistem
serta membangun pusat pembangkit panas bumi Unit 1 dengan kapasitas
60 MW. Kemudian HCE juga melakukan komisioning dan operasi
komersil PLTP Unit 1 selama 72 jam pada tanggal 5 Juli 1998 hingga 8
Juli 1998. Kemudian terjadi sengketa antara HCE dengan PT. PLN
(Persero) serta dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden No. 39 Tahun
1997 dan Surat Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1998, sehingga pada
tahun 1998 California Energy Ltd menggugat PT. PLN (Persero) melalui
Mahkamah Arbitrasi Internasional dan pada tahun 2000 gugatan tersebut
dimenangkan oleh HCE.
Untuk sementara klaim California Energy Ltd ini dibayar oleh
Overseas Investment Cooperation (OPIC) dan kepemilikan saham
mayoritas proyek PLTP Dieng dipegang oleh OPIC. Mengingat
pemerintah Indonesia turut menjamin proyek ini, maka OPIC meminta
agar pemerintah mengganti klaim tersebut. Kemudian OPIC dan
Pertamina menandatangani Intern Agreement untuk melaksanakan
perawatan dan pemeliharaan fasilitas asset yang ditinggalkan HCE yang
direncanakan untuk bulan September 2000 hingga Agustus 2002. Tetapi,
pada tanggal 27 Agustus 2001 pemerintah Indonesia dan OPIC
menandatangani Final Settlement yang menyatakan bahwa kepemilikan
saham mayoritas berpindah dari OPIC ke pemerintah Indonesia di bawah
Departemen Keuangan Negara. Selanjutnya Menteri Keuangan RI
menunjuk PT. PLN (Persero) untuk menerima dan mengelola asset Dieng
– Patuha melalui surat No. S,436/MK02/2001 pada tanggal 4 September
2001.
Melalui surat perjanjian kerjasama antara direksi PT. PLN
(Persero) dengan Pertamina No. 066-1/C00000/2001 pada tanggal 14
September dibentuklah Badan Pengelola Dieng Patuha (BPDP) yang
bertugas melakukan persiapan serta pengelola recommissioning PLTP
Unit 1 Dieng yang berkapasitas 60 MW serta merawat asset – asset Dieng
Patuha. Dalam masa recommissioning, semua peralatan yang ditinggalkan
HCE dilakukan perbaikan, pembuatan ruang peredam (rock muffler) serta
penggantian steam purifier sehingga proyek Dieng yang selama ini
terbengkalai mampu beroperasi kembali dan menghasilkan listrik dari
sumber daya panas bumi ke sistem jaringan interkoneksi Jawa - Bali.
Sejak tanggal 4 September 2002 PT. Geo Dipa Energi mulai
berperan dalam pengelolaan asset Dieng – Patuha. PT. Geo Dipa Energi
merupakan anak perusahaan dari Pertamina dan PLN yang didirikan pada
tanggal 5 Juli 2002. Lokasi kantor pusat terletak di Jl. Adityawarman,
Kavling 55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang kegiatannya melakukan
eksplorasi dan eksploitasi sumber panas bumi. Pemegang saham mayoritas
PT. Geo Dipa Energi yakni PT. Pertamina (Persero) sebesar 67 %
sedangan pemegang saham sebesar 33 % merupakan PT. PLN (Persero)
Kemudian pada tahun 2004 terjadi perjanjian jual beli listrik degan
PLN untuk Area Dieng dan Area Patuha masing – masing 400 MW yang
dituangkan dalam bentuk Energy Sales Contrac (ESC). Selanjutnya, pada
tahun 2006 Geo Dipa Energi memperoleh hak pengelolaan wilayah Kuasa
Pertambangan (WKP) area Dieng dan area Patuha terhitung tanggal 4
September 2002. Kemudian pada tahun 2011 Geo Dipa ditetapkan sebagai
perusahaan BUMN melalui PP No. 62/2011. Geo Dipa Energi kemudian
mendapat penegasan sebagai WKP Dataran Tinggi Dieng pada tahun
2012, yang mana terhitung mulai tanggal 1 Januari 2007 melalui Peraturan
Menteri ESDM No. 2192.K/30/MEM/2014. Pada tahun 2014, Geo Dipa
Energi mengoperasikan PLTP Patuha Unit 1 (55 MW Neto) dan mendapat
penegasan sebagai pengelola area Patuha secara penuh terhitung mulai
Jnauari 2007 melalui ESDM No. 2192.K/MEM/2014
Pada tahun 2015, Geo Dipa Energi memperoleh tambahan
Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar 600 Milyar untuk
pengembangan panas bumi Dieng dan Patuha. Kemudian pada tahun 2017,
Geo Dipa Energi mendapatkan hak pengelolaan Wilayah Kuasa
Pertambangan untuk WKP Arjuno Welirang dan WKP Candi Umbul
Telomoyo, masing – masing melalui SK ESDM No. 1749
K/30/MEM/2017 dan SK ESDM No. 1748 K /30/MEM/2017. Dan pada
tahun 2020 mendaptakna tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) lagi
sebesar 700 Milyar untuk pengembangan Dieng dan Patuha.
2.3 Logo, Visi, dan Misi Perusahaan
2.2.1 Logo Perusahaan
Gambar 1. Logo PT. Geodipa Energi

2.2.2 Visi Perusahaan

Menjadi Perusahaan Energi Geothermal yang andal dan


terpercaya

2.2.3 Misi Perusahaan

 Mendorong pertumbuhan perusahaan agar dapat


mendukung target pemangku kepentingan;
 Menjaga keberlanjutan bisnis perusahaan dengan
mengoptimalkan aset negara agar bermanfaat bagi
masyarakat;
 Pelopor dan pendorong energi terbarukan untuk
memenuhi kebutuhan energi masa depan.

2.4 Nilai – Nilai Perusahaan


Dalam melaksanakan misi perusahaan,, seluruh insan PT. Geo
Dipa Energi selalu berpegang teguh pada Tata Nilai Unggulan sebagai
berikut :
Learning – Intregity – Goal Oriented – Honour – Teamwork
(LIGHT)
Gambar 2. Nilai Unggulan PT.Geo Dipa Energi

 Learning (Pembelajar)
Melakukan pembelajaran dan inovasi secara
berkesinambungan untuk memberi nilai tambah bagi
pelanggan dan pemegang kepentingan
- Berati berubah
- Berani mgambil resiko
- Perbaikan berkesinambungan Berpikir di luar
kebiasaan
 Integrity (Integritas)
Bersikap jujur dan terpercaya dalam segala pemikiran,
perkataan dan tindakan
- Dapat dipercaya dan diandalkan
- Bekerja dengan etos kerja
- Kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi
- Memberikan umpan balik yang jujur dan terbuka
 Goal Oriented (Berorientasi pada Hasil)
Berkomitmen untuk mencapai keunggulan dalam segala
hal yang kami lakukan dan bersikap penuh semangat untuk
mencapai hasil yang melebihi harapan
- Orientasi terhadap hasil
- Penuh inisiatif dan pro-aktif
- Memiliki Sense Of Urgency
- Mendorong diri untuk selalu melebihi yang
diharapkan
 Honour (Saling Menghormati)
Bertekad untuk dikagumi atas kinerja berkelas dunia
melalui profesionalisme dan sikap saling menghormati
- Menjadi role model
- Menjalankan apa yang dikatakan
- Memegang teguh komitmen
- Bertanggung jawab
 Teamwork (Kerja Sama)
Percaya akan kekuatan sinergi dan komunikasi untuk
membangun tim yang unggul
- Kolaborasi antar departemen
- Peduli dan berempati
- Rasa memiliki yang kuat
- Persatuan yang kuat

2.5 Lokasi Perusahaan


PT. Geo Dipa Energi terletak di daerah Dataran Tinggi Dieng
tepatnya di Jl. Dieng RT 01 RW 01 Desa Karangtengah Kecamatan
Batur, Banjarnegara. Selain sebagai lokasi perusahaan, Dataran Tinggi
Dieng juga dikenal sebagai objek wisata karena terdapat banyak
peninggalan sejarah seperti kompleks bangunan candi dan telaga.
Suhu Dataran Tinggi Dieng kurang lebih 14 ̊ C dengan ketinggian
2000 hingga 2300 mdpl
PT. Geodipa Energi mempunyai beberapa titik sumur (pad)
yang terletak saling berjauhan, sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan ini tidak memiliki luas area yang sesungguhnya. Pada
setiap sumur (pad) tersebut diberi kode sebagai berikut :
2.4.1 Wilayah Hulu
 Well Pad – 7
Well Pad – 7 berada pada ketinggian 1909,5
mdpl dengan 3 buah sumur produksi yaitu HCE – 7A
(tidak beroperasi), HCE – 7B (beroperasi dengan
separator V - 155), dan HCE – 7C (beroperasi dengan
separator V – 154 dan V – 158)
 Well Pad – 28
Well Pad – 28 terletak pada ketinggian 2076,3
mdpl dengan 2 buah sumur produksi yakni HCE – 28A
dan HCE – 28B yang mana kedua sumur tersebut
menggunakan separator jenis V – 159, V – 160, dan V -
161
 Well Pad – 29
Pada Well Pad – 29 terdapat 2 buah sumur
produksi yakni HCE – 29A (work over) dan HCE – 29
(beroperasi) yang mana separator yang digunakan yakni
separator jenis V – 180 dan V - 181
 Well Pad – 30
Untuk Well Pad – 30 terdiri dari 2 buah sumur
produksi yakni HCE – 30A (tidak beroperasi) dan HCE
– 30 (beroperasi). Adapun separator yang digunakan
yakni jenis V – 182 dan V - 183
 Well Pad – 31
Pada Well Pad – 31 hanya terdapat 1 buah sumur
produksi yaitu HCE – 31 dengan tipe separator jenis V
– 157A dan V – 157B yang digunakan
2.4.2 Wilayah Hilir
 Well Pad – 14
Pada Well Pad – 14 terdapat sumur DNG – 14
dan DNG – 13
 Well Pad – 5
Pada Well Pad – 5 terdapat sumur HCE – 5A,
DNG – 15, dan DNG – 5 sebagai sumur injeksi
 Power Plant
Power Plant ini merupakan lokasi pembangkit
tenaga listrik dari tenaga panas bumi dimana listrik
yang dihasilkan mencapai 60 MW

2.6 Struktur Organisasi


Operasional PLTP oleh PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng
didukung dengan sistem organisasi yang dipimpin oleh seorang
General Manager (GM) dibantu dengan Procurement Superintendant
dan 4 Staff Bidang / Fungsional. Kemudian terdapat 4 divisi yaitu :
Production Manager; Maintenance Manager; Human Capital, GA
Finance Manager; dan Healt, Safety, and Environment Manager
Direktur Operasi &
HSSE
Supriadinata
Marza

General Manager
Herdian Ardi
Febrianto
Procurement
Staff Bidang/
Spt.
Fungsional Bidang
Weni
Nikmat Kuntara
Kusumaningrum

Production Maintenance HC, GA & Finance HSSE


Manager Manager Manager Manager
Henky Irawan Sarbeni Rangkuti Ahmad Riyan S. Andhika Yudiaji

Gambar. Struktur Organisasi PT. Geo Dipa Energi


Direktur Operasi &
HSSE

General Manager

Procurement
Staff Bidang/ Spt.
Fungsional Bidang Weni
Kusumaningrum

Logistic Spv Warehouse Spv Purchasing Spv


Kurniawan Tri W. Akhmad Haris H. Rustianah

Purchasing Staff
Logistic Staff Warehouse Staff Zulfiqur Rahman
Wilar Gantina P. - Yohanes Galuh A.
N.

Production Maintenance HC, GA & Finance HSSE


Manager Manager Manager Manager

Gambar. Struktur Organisasi PT. Geo Dipa Energi Bidang Procurement Spt

Gambar. Struktur Organisasi PT. Geo Dipa Energi Bidang Production Manager
Gambar. Struktur PT. Geo Dipa Energi Bidang Maintenance Manager

Gambar. Struktur Organisasi PT. Geo Dipa Energi Bidang HC, GA & Finance
Manager
Gambar. Struktur Organisasi PT. Geo Dipa Energi Bidang HSSE Manager

Gambar di atas merupakan beberapa struktur organisasi dari PT. Geo


Dipa Energi Unit 1 Dieng mulai dari tingkat Direktur Utama hingga
staff – staff di bawah General Manager. Masing-masing posisi di PT
Geodipa Energi Unit 1 Dieng (Persero) memiliki tugas dan tanggung
jawab sendiri sesuai dengan bidang yang ditempati. Untuk penjelasan
deskripsi tugas struktur organisasi di PT Geodipa Energi Unit 1 Dieng
(Persero) yaitu :
a. Direktur Utama
Merupakan pemimpin disebuah industri, sehingga
kemajuan suatu industri tergantung oleh loyalitas dari seorang
pemimpin. Dalam jajaran direktur terdapat beberapa direktur
yang membantu direktur utama, seperti direktur operasi dan
pengembangan niaga, direktur keuangan, dan direktur umum
dan SDM, selanjutnya dari direktur utama akan diteruskan ke
general manager dan selanjutnya akan diteruskan ke manager
sesuai bidangnya.
b. General Manager
Bertugas untuk mengatur beberapa bagian manager
yang terdapat dibawahnya sehingga mempermudah dalam
mengontrol jalannya suatu struktur manager.
c. Manager Steam Field
Merupakan manager yang bertanggung jawab
mengatur dibagian steam (uap) yaitu berhubungan langsung
dengan sumur-sumur penghasil uap. Manager Steam Field
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa supervisior
dan anggota pembantu lainnya untuk mempermudah dalam
pengoperasian pada sistem steam field atau tempat penghasil uap
panas.
d. Manager Power Plant
Merupakan manager yang bertanggung jawab
mengatur di bagian power plant, dan power plant ini merupakan
sebuah sistem yang berfungsi untuk mengubah energi panas
bumi menjadi energi listrik, sehingga untuk mempermudah
dalam pengoperasian pada sistem di power plant dibutuhkan
manager yang dibantu oleh PP Planing & Technical Evaluation
Superintendent yang mengurusi dibidang perencanaan dan
mengevaluasi teknik. Selain itu Manager Power Plant juga
dibantu oleh PP Operating Superintendent yang memiliki tugas
dan tanggung jawab di dalam mengurus operasi power plant. PP
Operating Superintendent dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh beberapa Supervisior dan Balance of Plant
Supervisior.
e. Maintenance Manager
Merupakan bagian manager yang mengatur tentang
perbaikan dan perawatan didalam sistem yang ada, Manager
Maintenance ini dibantu oleh 4 anggota yaitu:
1. Steam Production Facilities Superintendent yang
dibantu oleh 3 supervisior yaitu SF Maintenance
Supervisior yang memimpin dibagian SF Mechanical
Staff, lalu SF Electrical Maintenance Supervisior yang
memimpin di bagian SF Electrical Staff, dan yg ketiga
yaitu SF Instrument & Control Supervisior yang
memimpin SF Instrument Staff dan SF Control Staff.
2. PP Maintenance Superintendent dibantu oleh beberapa
Supervisior diantaranya : PP Mechanical Maintenance
Supervisior, PP Electrical Maintenance Supervisior, dan
PP Instrument dan Control Supervisior.
3. Brine Management Facilities Superintendent dibantu
oleh 2 Supervisior yaitu Civil Supervisior dan Piping
Supervisior.
4. SF Maintenance Planing Superintendent yg dibantu
oleh SF Maintenance Planning Staff.
5. PP Maintenance Planing Superintendent yg
dibantu oleh PP Maintenance Planning Staff.
f. HC & Finance Manager
Merupakan manager yang mengurusi bidang keuangan
yang berfungsi untuk mengatur keuangan yang masuk maupun
yang keluar. Manager ini dibantu oleh dua asisten yaitu:
1. HC, GA, &PR Assistant yang dibantu oleh 3 Supervisior
yaitu HC Supervisior, GA Supervisior dan Publik Relation
Supervisior.
2. Finance Asistant Manager dibantu oleh 2 Supervisior yaitu
Accounting & Bugedting Supervisior, Finance Supervisior.
2.7 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat diperhatikan
dalam perusahaan ini, di samping untuk menjamin keselamatan setiap
karyawan yang bekerja di dalamnya, namun halini juga dilakukan
untuk melindungi asset – asset perusahaan lainnya. Untuk itu beberapa
perlengkapan pendukung yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alat Pelindung Diri
1. Baju kerja (Wearpack), berfungsi untuk melindungi tubuh pada
waktu bekerja
2. Helm kerja (Safety Helm), berfungsi untuk melindungi kepala
pada waktu bekerja di lapangan
3. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan dari benda –
benda tajam dan kotoran
4. Sepatu kerja (Safety Shoes), berfungsi untuk melindungi kaki
dari benda – benda keras yang ada di lokasi pabrik
Alat Pelindung Khusus
1. Gas detektor, digunakan untuk mengetahui apabila ada
kebocoran gas
2. SCBA (Self Circuit Breathing Apparatus), merupakan alat
bantu pernafasan
3. Kacamata Las, biasanya digunakan untuk pengerjaan
pengelasan dan pekerjaan yang berhubungan dengan serbuk
4. Sabuk Pengaman (safety belt), digunakan buat membatasi
gerak pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang
diinginkan
5. Ear Plug, berfungsi untuk menyumbat atau penutup telinga
yang bertujuan melindungi dan mengurangi tingkat kebisingan
yang masuk ke telinga

2.8 Proses Produksi


PT. Geo Dipa Energi memiliki sumur produksi dan sumur injeksi
dengan total sebanyak 44. Namun, dikarenakan adanya kendala di
beberapa sumur seperti tidak mampu menghasilkan steam lagi, maka
sumur yang yang dioperasikan sebagai pemasok uap hanya 8 buah, yakni :
HCE – 7B, HCE – 7C, HCE – 28A, HCE – 28B, HCE – 29, HCE – 30,
HCE – 31 dengan kapasitas produksi yang terpasang sebesar 60 MW.
Sementara itu, untuk sumur injeksi yang masih beroperasi hanya 8 buah
juga yakni : DNG – 10, DNG – 13, DNG – 14, DNG – 15, DNG – 17,
HCE – 5A, HCE – 17A, HCE – 33.
Rata – rata sumur produksi tersebut memiliki kedalaman sekitar
3000 m di bawah permukaan laut, yang mana masing – masing sumur
memiliki tekanan pada kepala sumur yang berbeda yakni antara 400 – 710
psig dan tentunya memiliki kemampuan untuk menghasilkan uap dengan
kapasitas yang berbeda juga. Untuk dapat menghasilkan listrik, tentunya
harus menggerakkan turbin penggerak generator. Untuk menggerakkan
turbin penggerak generator dibutuhkan uap yang benar – benar bersih dan
memiliki tingkat kelembapan serendah mungkin agar nantinya tidak
merusak turbin. Karena lapangan panas bumi Dieng merupakan jenis
lapangan panas bumi dominasi cairan, yakni menghasilkan 70% fasa air
dan 30% fasa uap, maka diperlukan pengolahan uap yang cukup kompleks
mulai dari proses pada sumur produksi, pemisahan uap, gathering system,
hingga proses di power plant
2.8.1 Komponen PLTP Unit Dieng
Komponen PLTP Unit Dieng dapat dikelompokkan
menjadi 3 bagian yaitu : komponen produksi uap, komponen
distribusi uap dan brine, dan komponen pembangkit
1. Komponen Produksi Uap
Komponen produksi uap merupakan komponen
yang digunakan pada produksi uap dari sumber panas
bumi. Peralatan yang digunakan antara lain :
a. Sumur Produksi
Sumur produksi merupakan sumur dengan
kedalaman kurang lebih 3000 m di bawah permukaan
laut yang menghasilkan uap panas bumi. Uap yang
dihasilkan merupakan jenis uap basah bukan uap
kering sehingga masih mengandung air yang nantinya
fasa cair dan uap tersebut akan dipisahkan melalui
separator. Pada sumur produksi terdapat banyak
komponen – komponen pendukung seperti valve yang
fungsinya untuk mengatur aliran fluida. Valve tersebut
letaknya di bagian kepala sumur. Selain terdapat
valve, di sepanjang lubang bor juga terdapat pipa –
pipa baja yang disebut dengan casing. Casing tersebut
direkatkan ke formasi batuan yang ada disampingnya
dengan menggunakan semen khusus.
b. Separator
Separator merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk memisahkan uap basah dari sumur produksi
menjadi fasa uap dan fasa cair. Jenis separator yang
digunakan yakni cyclone separator dengan tekanan
kerja sekitar 12 – 14 bar. Prinsip kerja separator ini
yakni memanfaatkan perbedaan massa jenis dan gaya
sentrifugal. Uap dari sumur produksi yang masuk ke
separator masih mengandung cairan, berdasarkan
perbedaan massa jenis maka fasa uap akan bergerak
naik, dan fasa cairan akan berada di bawah. Fasa uap
yang terbentuk akan digunakan untuk menggarakkan
turbin melalui gathering system sedangkan fasa cair
akan dipompa menggunakan brine injection pump
untuk diinjeksikan kembali ke sumur injeksi.
c. Rupture Disk
Repture disc berfungsi sebagai pengaman apabila
terjadi kelebihan tekanan dalam pipa alir yang terletak
sebelum separator dan setelah separator. Repture
disc akan pecah apabila tekanan melebihi tekanan
yang diatur dan fluida akan mengalir langsung ke
udara bebas, sehingga pipa aman dari kerusakan.
d. Silencer
Silencer berfungsi untuk mengurangi tingkat
kebisingan dan juga untuk mengontrol aliran fluida
yang akan dibuang.
e. Open Canal
Open canal merupakan saluran terbuka yang sengaja
dibuat dengan tujuan untuk menurunkan suhu brine
sebelum masuk ke balong maupun ke sumur injeksi.
Fungsi penurunan suhu brine yakni agar silika dapat
mengendap di sekitar open canal sebelum masuk ke
dalam pond. Pengendapan silika dapat menyumbat
pipa sehingga dapat mengganggu proses injeksi.
Dengan dilakukannya penurunan suhu di open canal
harapannya agar pengendapan silika terjadi di open
canal tersebut, yang mana akan lebih mudah
dibersihkannya.
f. Balong (Pond)
Balong atau pond digunakan untuk menampung brine
yang akan diinjeksikan. Brine dari masing – masing
pad akan disalurkan ke pad 29 untuk dilakukan
pemisahan kondensat yang terbentuk, kemudian
disalurkan ke pad 10 untuk diinjeksikan kembali.
g. Master Valve
Master valve merupakan valve yang terhubung dengan
sumur dengan fungsi untuk pengaturan aliran fluida
dari sumur
h. Throttle Valve
Throttle valve digunakan untuk pengaturan laju aliran
dan juga merupakan titik terjadinya flashing. Flashing
merupakan perubahan fasa cair menjadi 2 fasa akibat
ekspansi dan penurunan tekanan.
i. Acid Pump
Acid pump berfumgsi untuk memompakan asam ke
dalam pipa alir melalui pipa hot brine setelah
separator. Asam ini berfungsi untuk menjaga agar pH
dari brine berkisar antara 4,8 - 5,2 sehingga
memperlambat terjadinya pengendapan silika di dalam
pipa distribusi
j. Bypass Valve
Bypass valve berfungsi untuk mengalirkan fluida dua
fasa langsung ke silencer untuk mengetahui kebersihan
fluida dua fasa sebelum dialirkan ke separator. Fluida
dianggap bersih apabila asap yang keluar dari silencer
sudah tidak mengeluarkan titik-titik air dan brine yang
keluar dari silencer sudah jernih.
k. DV (Dump Valve)
Dump Valve berfungsi untuk mengatur aliran brine
apabila LCV sudah membuka 100% maka brine akan
dialirkan ke silencer.
l. LCV (Level Control Valve)
Level Control Valve berfungsi untuk mengatur level
ketinggian brine (air panas) dalam separator.
m. Block Valve
Block valve berfungsi untuk memcegah aliran fluida
dalam pipa. Terdapat bermacam – macam block valve
yakni : block valve LCV dengan ukuran 8” – 300”
yang terletak sebelum dan setelah LCV, block valve
PCV dengan ukuran 3” – 300” yang terletak antara
PCV dan separator
n. Seal Water Pump
Seal water pump berfungsi untuk memompakan air ke
dalam pipa alir guna mengencerkan acid. Seal water
pump ini dipasang secara seri dengan acid pump
o. Condensat Drop Pot (CDP)
Condensat Drop Pot adalah tempat pembuangan
kondensat yang dipasang dijalur transmisi pipa untuk
menjaga agar uap yang dialirkan berada dalam kualitas
yang baik.
p. Compressor
Compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan suatu
gas dengan cara penurunan volume. Compressor akan
men-supply udara bertekanan untuk sistem pneumatic
pada valve serta menjaga tekanan sistem agar tetap
berada pada tekanan optimal.
q. Pipa Aliran 2 Fasa
Pipa aliran 2 fasa terdiri dari 3 macam yaitu :
 Pipa ukuran 8 inch. Pipa ini dipasang dari pipa 16
inch menuju ke silencer. Pipa ini berfungsi untuk
mengalirkan fluida dari separator menuju ke
silencer. Pada pipa ini terpasang repture disk yang
akan pecah jika tekanan steam diatas tekanan yang
ditentukan
 Pipa ukuran 16 inch (line inlet separator). Pipa ini
digunakan untuk mengalirkan steam dari sumur
produksi menuju ke separator
 Pipa ukuran 12 inch (line by pass) merupakan pipa
yang dipasang dari pipa 16 inch menuju silencer
dimana fungsinya sebagai jalur by pass yang
digunakan untuk mengalirkan fluida pada kondisi
awal pengoperasian sumur karena keadaan steam
yang belum layak untuk masuk ke separator

r. Sumur Injeksi

Sumur injeksi merupakan sumur yang sengaja dibuat


untuk menginjeksikan brine dari balong masing –
masing pad ke dalam tanah. Tujuan dari penginjeksian
brine ini yakni untuk menjaga sirkulasi air di dalam
tanah

2. Komponen Distribusi Uap dan Brine


Komponen distribusi uap dan brine merupakan peralatan –
peralatan yang digunakan untuk distribusi uap menuju ke
powerplant maupun untuk distribusi brine menuju ke sumur
injeksi. Komponen tersebut antara lain :
a. Injection Pump (Brine Pump)
Brine pump ini digunakan untuk mengalirkan brine
keluaran separator menuju ke balong. Pompa yang
digunakan merupakan jenis pompa multistages dengan
variasi jumlah stage sebanyak 2, 3, dan 5 stages
b. Booster Pump
Pompa ini dipasang secara seri dengan brine pump.
Pompa ini berfungsi untuk menaikkan tekanan brine.
Pompa ini hanya akan berfungsi jika tekanan discharge
dari pompa brine tidak mencukupi
c. Pompa Injeksi
Pompa injeksi berfungsi untuk memompakan brine dari
balong menuju ke sumur injeksi
d. Pipa Uap dan Brine
Pipa ini merupakan pipa yang digunakan untuk
mengalirkan steam dari steam field menuju ke
powerplant. Pipa ini dilapisi isolasi yang berfungsi untuk
mengurangi kehilangan panas yang dapat menyebabkan
penurunan tekanan hingga berakibat pada pembentukan
kondensat
3. Komponen Pembangkit Tenaga
Komponen pembangkit tenaga merupakan komponen –
komponen penting dalam proses pembangkitan uap menjadi
energi listrik. Adapun komponen – komponennya terdiri
dari :

a. Rock Muffler

Rock muffler berfungsi sebagai pengaman uap dari


tekanan yang berlebihan sebelum masuk ke powerplant
dan meredam kebisingan yang terjadi pada saat
pengeluaran uap.

b. PCV (Pressure Control Valve)

Pressure Control Valve merupakan valve yang bekerja


pada tekanan tertentu, yang membuka ketika tekanan
masuk pada PCV lebih besar dari tekanan yang telah
diatur dan begitu juga sebaliknya.

c. Saftey valve

Safety valve berfungsi untuk melindungi alat dan


perangkat dari bahaya yang diakibatkan oleh temperatur
dan gaya karena tekanan uap berlebih dalam sistem. Jadi,
safety valve akan membuka dan membuang steam yang
berlebih apabila tekanan dan temperatur di dalam sistem
uap melampaui batas set poin (kondisi yang telah diatur)

d. Scrubber

Scrubber adalah peralatan yang memiliki fungsi seperti


separator yaitu sebagai pemisah akhir antara uap kering
dengan brine sebelum uap masuk ke turbin dan sebagai
pemurni uap (steam purifier)

e. Demister

Demister merupakan suatu alat yang memiliki fungsi


hamper sama dengan scrubber maupun separator.
Perbedaannya, demister ini berfungsi untuk memisahkan
partikel – partikel padat yang terbawa oleh uap,
contohnya adalah pasir. Letak dari demister ini yakni
antara scrubber dan turbin

f. Main Stop Valve

Main stop valve berfungsi untuk membuka dan menutup


aliran uap yang akan masuk ke control valve sebelum
menuju ke turbin

g. Master Valve (MV)

MV berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya uap


yang masuk ke turbin. Letak dari MV yakni sebelum
control valve

h. Control valve (CV)

CV berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya uap


yang masuk ke turbin. Letak dari CV yakni setelah MV
dan sebelmu turbin

i. Governor
Governor berfungsi sebagai pengendali jumlah uap yang
masuk ke turbin. Dengan mengatur jumlah uap yang
masuk turbin maka putaran turbin juga dapat diatur.
Governor terdiri dari 2 macam komponen, pertama untuk
mengukur atau mendeteksi kecepatan, yang kedua untuk
menerjemahkan pengukuran tersebut ke dalam bentuk
Gerakan pada bagian output governor untuk mengontrol
peralatan yang mengatur jumlah uap yang masuk ke
turbin
j. Turbin
Turbin berfungsi untuk menggerakkan generator dengan
menggunakan uap dari sumur produksi yang telah diolah
terlebih dahulu. Turbin yang digunakan adalah produk
dari Ansaldo, tipe KG3 double flow 7 stages condensing
turbine dengan inlet temperature 210 ̊ C, inlet pressure 5
- 12 bar, outlet pressure 0,081 bar absolute.
k. Generator
Generator berfungsi untuk menghasilkan listrik dari
putaran turbin. Generator yang digunakan mempunyai
kapasitas terpasang sebesar 60 MW dan kecepatan 3000
rpm.
l. Transformator
Transformator merupakan alat yang berfungsi untuk
menaikkan maupun menurunkan tegangan. Pada PT. Geo
Dipa Energi Unit 1 Dieng menggunakan 4 transformator
yakni :

a) Autotransformator 150 kV/15 kV

Transformator milik PLN yang berada di power


plant PT Geo Dipa Energi (Unit Dieng 1) ini
berfungsi ganda, yaitu:
 Sebagai trafo step down 150 kV/15 kV

Saat tegangan 150 kV dari jaringan transmisi PLN


dugunakan umtuk menyuplai pembangkit, maka
tegangan perlu diturunkan menjadi 15 kV, untuk
trafo ini berfungsi sebagai trafo step down.
 Sebagai trafo steo up 15 kV/150 kV

Saat tegangan 15 kV yang dihasilkan PT Geo Dipa


Energi (Unit Dieng 1) akan disalurkan ke jaringan
transmisi 150 kV, maka tegangan perlu dinaikkan
menjadi 150 kV, untuk itu trafo ini berfungsi
sebagai trafo step up.
b) Transformator step down 15 kV/6 kV

c) Transformator step down 15 kV/380 V sebanyak 2


unit

d) Transformator step down 6 kV/250 V

m. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mengondensasi uap keluaran dari turbin
n. Steam Ejector
Steam ejector berfungsi untuk menjaga agar kondisi di
kondensor tetap vacuum dan membuang non condensable
gas (NCG). NCG ini biasanya berupa gas H2S dan CO2
dengan berat 1-1,2 % dari berat insteam total (kapasitas
total).
o. Hot Well Pump
HWP ini merupakan jenis pompa sentrifugal single stage
dan merupakan jenis pompa vertikal. Pompa ini
merupakan salah 1 pompa yang penggunaannya sangat
vital pada powerplant. Pompa ini berhubungan langsung
dengan main condenser yaitu pompa ini berfungsi untuk
mengalirkan kondensat menuju ke cooling tower.
Kondensat yang dipindahkan tersebut memiliki suhu
sebesar 33 ̊ C dengan volume sekitar 5.400.000 liter
sehingga membutuhkan pompa dengan yang kapasitas
besar untuk memindahkannya. Kondensat ini perlu
dipindahkan untuk menjaga agar main condenser tetap
vacuum dengan level air sebesar 40% mengingat bahwa
suplai uap dari turbin tetap berjalan terus menerus, selain
itu juga karena uap yang dikondensasi nantinya akan
menambah volume kondensat, sehingga diperlukan
pompa untuk memindahkan kondensat ke cooling tower.
p. Cooling Tower
Cooling tower merupakan unit proses produksi yang
berfungsi sebagai pendingin dari hasil kondensasi yang
berasal dari kondensor. Jenis cooling tower yang
digunakan yaitu mechanical draft cooling tower. Pada
mechanical draft cooling tower, air panas dari kondensor
disemprotkan pada struktur kayu yang berlapis-lapis yang
disebut Fill. Pada saat melalui Fill, terjadi perpindahan
panas dari air panas ke udara. Bagian atas dari cooling
tower ini terdapat 9 pasang kipas yang mana kerjanya
saling bergantian
q. Intercondenser
Intercondenser berfungsi untuk mengkondensasi uap dan
NCG keluaran dari stage 1 steam ejector. Intercondenser
bekerja secara direct contac yakni uap dan NCG tersebut
akan kontak langsung dengan air pendingin yang berasal
dari cooling tower yang disirkulasikan oleh vacuum
pump. Hasil pendinginan tersebut akan menghasilkan
kondensat yang selanjutnya akan dialirkan ke main
condenser. Sedangkan, NCG yang masih tersisa akan
masuk ke secod stage ejector
r. Aftercooler
Aftercooler berfungsi untuk mengkondensasi uap dan
NCG keluaran dari stage 2 steam ejector. Aftercooler
bekerja secara direct contac yakni uap dan NCG tersebut
akan kontak langsung dengan air pendingin yang berasal
dari cooling tower yang disirkulasikan oleh auxiliary
cooling water pump. Hasil pendinginan tersebut akan
menghasilkan kondensat yang selanjutnya akan dialirkan
ke main condenser. Sedangkan, NCG yang masih tersisa
akan dialirkan ke cooling tower yang selanjutnya akan
dibuang ke atmosfer secara langsung.
s. Auxilliary Cooling Water Pump
Auxilliary cooling water pump berfungsi untuk
mengalirkan air pendingin yang berasal dari cooling
tower ke aftercooler

2.8.2 Proses Produksi di Sumur Produksi (Steam Field)

Proses produksi pada sumur produksi diawali dengan


pengambilan steam dari sumur produksi pada kedalaman 2000
– 4000 m diatas permukaan tanah. Steam yang dihasilkan
termasuk jenis uap basah yang masih mengandung cairan. Suhu
steam tersebut berkisar pada 250 ̊ C. Steam yang berhasil
dieksploitasi tersebut kemudian dipisahkan di separator
menjadi fraksi uap dan fraksi cair. Fraksi uap akan keluar
melalui bagian atas dari separator (upstream) sedangkan untuk
fraksi cair akan keluar melalui bagian bawah dari separator
tersebut (downstream).

Brine keluaran dari separator tersebut kemudian diinjeksi


dengan asam sulfat (acid) agar pH nya terjaga yakni sekitar 4,8
– 5,2. Pemberian acid tersebut bertujuan untuk menghambat
pembentukan silika pada pipe injection. Setelah pemberian acid
tersebut, brine kemudian diumpankan ke dalam Atmospheric
Flash Tank (AFT) atau bisa juga disebut silencer . AFT ini
berfungsi untuk menurunkan suhu brine, mengurangi
kebisingan, dan mengontrol aliran brine yang akan masuk ke
pond. Setelah brine keluar dari AFT, brine kemudian dialirkan
menuju ke open canal. Open canal merupakan saluran yang
sengaja didesain terbuka dengan tujuan untuk mendinginkan
brine sehingga dapat mengendapkan silika sebelum masuk
pond karena dapat mengganggu proses injeksi brine yaitu
menimbulkan kerak. Pada open canal, pengelolaan dan
pengambilan silika lebih mudah dilakukan dibanding
pembersihan pada pond. Setelah melalui open canal, nantinya
brine akan ditampung di balong / pond. Pond berfungsi untuk
tempat pengumpulan brine, mengendapkan silika dan untuk
menurunkan suhu brine. Tujuan dibuatkannya balong / pond
yakni untuk meminimalisir kerusakan pompa dan pipa penyalur
brine akibat suhu brine yang masih tinggi dan juga untuk
meminimalisir terbentuknya scalling di dinding pipa.

Brine yang telah ditampung di dalam pond, nantinya harus


diinjeksikan kembali ke dalam sumur injeksi. Fasilitas injeksi
sangat dibutuhkan agar kehandalan brine line tetap terjaga dan
sistem produksi dapat tetap berjalan. Proses injeksi dilakukan
di wellpad dengan mengembalikan air terproduksi dari sumur
produksi ke sumur injeksi. Tujuan dilakukannya re-injeksi
adalah untuk mencegah terbuangnya air terproduksi dan juga
untuk menjaga ketersediaan reservoir panas bumi. Kriteria
brine yang diinjeksikan yakni brine yang memiliki temperatur
rendah (cold brine injection) dengan nilai pH sekitar 4,8 hingga
5,2 untuk mencegah adanya korosif pada pompa brine, line
injeksi brine, dan komponen lain yang berbahan cast iron.

Sementara itu, uap keluaran dari separator kemudian diumpan


menuju ke powerplant melalui jalur pipa sepanjang 7,2 km.
Sebelum masuk turbin, steam diatur tekanannya terlebih dahulu
agar tidak melebihi 8,9 bar. Pengaturan tekanan dilakukan di
rock muffler yaitu dengan membuang steam berlebih ke
lingkungan. Rock muffler merupakan sebuah bangunan
berbentuk persegi seperti bak besar yang berisi batu – batu
yang berfungsi untuk meredam semburan uap. Di sepanjang
jalan steam menuju powerplant terdapat CDP yang bertujuan
untuk membuang kondensat yang terkondensasi selama
perjalanan menuju powerplant. Terbentuknya kondesat tersebut
dikarenakan adanya perpindahan panas dari lingkungan ke
dalam sistem sehingga steam mengalami pengembunan
(kehilangan panas). CDP yang terpasang di sepanjang pipa
steam kurang lebih sebanyak 46 buah.

2.8.3 Proses Pada Powerplant

Proses pertama yang dilakukan yakni memastikan steam yang


masuk ke turbin merupakan uap kering. Sebelum masuk ke
turbin, steam akan melewati scrubber dan demister terlebih
dahulu. Pada scrubber, steam akan dipisahkan kembali
menjadi uap kering dan brine, kemudian uap kering tersebut
akan melewati demister sedangkan brine akan diinjeksikan
kembali ke sumur injeksi. Ketika steam melewati demister
akan terjadi proses pemisahan antara steam dengan partikel –
partikel padat yang terbawa seperti pasir. Setelah melewati
scrubber dan demister, steam akan dialirkan melalui 2 arah
dengan fungsi yang berbeda yaitu melalui Main Stop Valve
(MSV) untuk menggerakkan turbin dan melalui ejector valve
guna menjaga kevakuman main condenser.

Setelah kondisi vacuum main condenser diperoleh, uap


bertekanan tersebut akan dilewatkan ke MSV kemudian lanjut
ke CV (Control valve). MSV dan CV berfungsi untuk
mengontrol banyaknya uap masuk yang digunakan untuk
memutar turbin. Uap digunakan untuk menggerakkan turbin
yang telah dikopel dengan generator berkapasitas 60 MW
dengan tegangan 15 kV dan frekuensi 50 Hz. Turbin akan
berputar untuk menggerakkan generator dengan daya terpasang
15 kV dan akan dinaikkan dengan trafo step up menjadi 150
kV. Uap yang telah digunakan untuk menggerakkan turbin
(exhaust steam) akan masuk ke main condenser dan akan
terkondensasi di dalam main condenser dengan sistem jet
spray (direct contact condenser) sehingga dapat berubah
menjadi air yang bersuhu sekitar 35 ̊ C

Kondensor utama (Main Condenser) harus dalam keadaan


vacuum dengan ketinggian level air sekitar 40 % dari kapasitas
total kondensor. Di dalam kondensor utama, terdapat NCG
(Non – Condensable Gas) atau gas yang tidak bias
dikondensasikan yang juga berasal dari proses vacuum melalui
ejector. NCG tersebut dibuang melalui E – 104
(intercondenser) dan E – 103 (aftercooler) menuju cooling
tower.

Jalur uap yang tidak masuk ke turbin akan disalurkan ke katup


ejector menuju ke firststage ejector kemudian ke secondstage
ejector yang berfungsi untuk menjaga kevakuman main
condenser. Di dalam firststage ejector, NCG akan
dikondensasikan. Hasil dari kondensasi berupa air, yang akan
mengalir ke main condenser untuk menjaga kestabilan level
air. Sisa kondensasi (NCG) dari intercondenser akan dihisap
oleh secondstage ejector bersama dengan uap panas yang
menuju ejector dari pipa firststage ejector. Uap panas dan
NCG akan dimasukkan ke dalam aftercooler untuk dilakukan
kondensasi lagi. Hasil berupa air akan mengalir kembali ke
main condenser untuk menjaga level air di main condenser,
sedangkan sisa NCG akan dialirkan ke cooling tower untuk
selanjutnya dibuang ke atmosfer.

Kondensat yang berasal dari main condenser masih bersuhu


sekitar 35 ̊ C akan dipompa menggunakan hot well pump
menuju ke cooling tower untuk didinginkan, namun sebagian
juga akan di bypass menuju ke blow down pump untuk
diinjeksikan kembali melalui sumur injeksi. Pada cooling
tower terjadi proses konveksi paksa yaitu pada saat proses
pembuangan NCG ke udara oleh baling – baling (blade) dan
pendingin air dengan menghisap panas oleh blade.
Sedangkkan, hasilnya berupa air bersuhu 23 – 25 ̊ C. Air dari
cooling tower akan dikembalikan ke main condenser sebagai
sprayer untuk membantu proses pengkondensasian uap dari
turbin. Sebagian lagi akan dipompa oleh vacuum auxillary
pump menuju intercondenser dan aftercooler dengan fungsi
yang sama yaitu untuk membantu pengkondensasian uap dan
NCG.

Keseluruhan proses pada powerplant akan menghasilkan listrik


dengan kapasitas daya total sebesar 60 MW. Kapasitas tersebut
dihasilkan dari putaran turbin 7 stage dengan penggunaan uap
rata rata sebesar 420 ton / jam. Turbin yang dikopel generator
dengan kapasitas 60 MW bertegangan 15 kV dan frekuensi 50
Hz menghasilkan listrik yang selanjutnya didistribusikan ke
PLN.

Anda mungkin juga menyukai