Makalah Kelompok 4 Hukum Indonesia
Makalah Kelompok 4 Hukum Indonesia
KELOMPOK IV:
NAMA:MESTI BAGO
:ERNIWATI NDRAHA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibuk … (CICI FITRI BETY S,d.M,pd) sebagai dosen
pengampu mata kuliah … (HUKUM INDONESIA) yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
HUKUM PERDATA.
1.KATA PENGANTAR
BAB 1: PENDAHULUAN
A.latar belakang....
B.rumusan masalah...
C.tujuan.................
BAB 2: PEMBAHASAN
2.KATA PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanyasuatu “hubungan”, baik
hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.Adakalanya hubungan antara seseorang atau
badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan
permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja
seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya
perkawinan seringkali menimbulkan permasalahanhukum. Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum
perdata.Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang
dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk
mengatur masyarakat demiter ciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu
bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara
obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum
publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan
umummisalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari
(hukumadministrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur
hubungan antara penduduk atau warga negara sehari- hari. Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada
hukum perdata di Belanda,khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUH Perdata.)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perdata?
2. Bagaimana sejarah hukum perdata?
3. Apa saja sumber-sumber hukum perdata?
4. Apa saja asas-asas hukum perdata?
5. Bagaimana sistematika hukum perdata?
6. Bagaimana hukum perdata yang berlaku di Indonesia?
7. Bagaimana keadaan hukum di Indonesia
C. Tujuan
1. Memahami pengertian hukum perdata
2. Memahami sejarah hukum perdata
Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai terjemahan dari
bahasa Belanda yaitu burgerlijkrechtWetboek (B.W) pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah
itu, sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.Para ahli memberikan batasan hukum
perdata, seperti berikut. Van Dunnemengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah,
“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti
orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkanhukum publik memberikan jaminan yang
minimal bagi kehidupan pribadi.Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata
adalah,“Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan
perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang
satu
dengn kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang
mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas Hukum perdata merupakan salah satu bidang
hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek
hukum ada dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya).Hukum perata ada
karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu“hubungan”, baik hubungan berdasarkan
kebendaan atau hubungan yang lain.Hukum perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara
penduduk atau warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan,perceraian,
kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifa tperdata lainnya. Karena hukum
perdata “rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu
dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perseoranagn “. Hukum perdata merupakan
ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingannya serta
membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingannya.Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).Hukum privat
adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada kepentingan pribadipribadi.
Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua belah pihak berhak untuk menentukan metode
pembayaran, apakah kontan atau kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public
seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi,ketika ditemukan masalah
perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus tersebut (dengan membawa baju institusinya),
maka tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual
bukan hak milik si Penjual, maka kasus ini bisa dilaporkan ke polisi.Hukum perdata menentukan, bahwa
didalam perhubungan antar mereka,orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa
saja yang harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan
Berkaitan dengan sejarah terbentuknya hukum perdata, perkembangan hukum perdata di Indonesia
tidak terlepas dari sejarah perkembangan Ilmu Hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti
perkembangan hukum perdata di Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan hukum di negara-
negara lain, terutama yang mempunyai hubungan langsung. Indonesia sebagai negara yang berada di
bawah jajahan pemerintahan Hindia Belanda, maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak
terlepas dari kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda. Sementara itu Belanda pernah
dijajah oleh Perancis, maka secara otomatis apa yang terjadi dalam perkembangan hukum di negara
Perancis amat berpengaruh dengan kebijakan hukum di negara Belanda.
Hukum perdata Belanda sebagian besar adalah hukum perdata Perancis, yaitu Code Napoleon tahun
1811-1838 akibat pendudukan Perancis di Belanda, maka hukum perdata berlaku di negeri Belanda
sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Sipil yang resmi sedangkan dari Code Napoleon ini adalah Code
Civil des Francais yang disusun berdasarkan hukum Romawi Corpus Juris Civilis yang pada waktu itu
dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini
dipergunakan karangan dari beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping
itu juga dipergunakan Hukum Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum Cononiek.Dan mengenai
peraturan - peraturan hukum yang belum ada di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, asuransi,
badan-badan hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (jaman baru sekitar abad pertengahan) akhirnya
dimuat pada kitab
undang - undang tersendiri dengan nama "Code de Commerce".Hukum Privat yang berlaku di Perancis
dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut Code Civil (hukum perdata) dan Code de Commerce (hukum
dagang). Sewaktu Perancis menguasai Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri
Belanda yang masih dipergunakan terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis
(1813).
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang - Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS
Negeri Belanda, setelah pendudukan Perancis berakhir oleh pemerintah Belanda dibentuk suatu panitia
yang diketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda
dengan menggunakan sebagai sumber sebagian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil hukum
Belanda kuno, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh Mr. J.M. Kemper disebut
Ontwerp Kemper (Rencana Kemper) namun sayangnya ia meninggal dunia pada tahun 1824, sebelum
menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi
Belgia. Meskipun penyusunan sudah selesai sebelum 5 Juli 1830, tetapi Hukum Perdata Belanda baru
diresmikan pada 1 Oktober 1838 oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :
Burgerlijk Wetboek yang disingkat BW atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda (KUH
Perdata).
Wetboek van Koophandel disingkat WvK atau yang dikenal dengan Kitab Undang - Undang Hukum
Dagang (KUH Dagang).
Kodifikasi ini menurut Prof Mr. J. Van Kan, BW adalah merupakan terjemahan dari Code Civil hasil
jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.
Berdasarkan asas konkordansi (asas politik hukum), kodifikasi hukum perdata Belanda mejadi contoh
bagi kodifikasi hukum perdata Eropa di Indonesia. Kodifikasi ini diumumkan pada tanggal 30 April 1847
Staatsblad No. 23 dan mulai berlaku pada 1 Mei 1848 di Indonesia. KUHPer yang terlaksana dalam tahun
1848 itu adalah hasil panitia kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud
daripada kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum dan keadaan di
Indonesia dengan hukum dan keadaan di negeri Belanda.
Resikonya hampir semua hasil kodifikasi tahun 1848 di Indonesia adalah tiruan hasil kodifikasi yang
telah dilakukan di negeri Belanda pada tahun 1838. Setelah Indonesia merdeka adapun dasar hukum
berlakunya peraturan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Indonesia adalah pasal II Aturan
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan, bahwa segala badan negara dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang - Undang Dasar ini.
Dengan demikian sepanjang belum ada peraturan yang baru, maka segala jenis dan bentuk hukum yang
ada serta merupakan peninggalan dari jaman kolonial masih dinyatakan tetap berlaku. Hal ini termasuk
keberadaan Hukum Perdata hanya saja dalam pelaksanaannya yang menyangkut keberlakuan hukum
perdata ini disesuaikan dengan asas dan falsafah negara Pancasila, termasuk apabila telah lahir peraturan
perundang - undangan yang baru maka apa yang ada dalam KUH Perdata tersebut dinyatakan tidak
berlaku. KUH Perdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan undang -
undang baru berdasarkan undang - undang dasar ini. BW Hindia Belanda disebut juga Kitab Undang -
Undang Hukum Perdata Indonesia sebagai induk Hukum Perdata Indonesia.
adalah sumber hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum materiil.
Misalnya, undang-undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Adapun yang menjadi sumber hukum perdata tertulis di Indonesia antara lain:
b. Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan produk hukum dari
Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas concordantie.
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. KUndang-undang Agraria secara umum
mengatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan hukum adat.
f. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda berhubungan dengan
tanah.
I. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, yang mengatur hukum perkawinan,
hukum kewarisan dan hukum perwakafan.
Dalam buku tulisan Rahman Syamsuddin, Menurut Titik Triwulan Tutik, ada beberapa unsur dari hukum
perdata, yaitu:
1.Adanya kaidah hukum tertulis yang terdapat dalam perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi
2.Adanya kaidah hukum tidak tertulis yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam praktik kehidupan
masyarakat (kebiasaan)
3.Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lainnya
4.Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda
dan sebagainya.
Pembagian Hukum Perdata
Dalam buku Hukum Perdana Indonesia oleh P.N. H. Simanjuntak (2015) ada empat bagian hukum
perdata menurut ilmu pengetahuan hukum, yaitu:
1.Hukum perorangan (personenrecht) adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan tentang manusia
sebagai subjek dalam hukum, peraturan-peraturan mengenai perihal kecakapan seseorang di dalam
hukum.
2.Hukum keluarga (familierecht) adalah hukum yang mengatur hubungan-hubungan yang timbul karena
hubungan kekeluargaan, seperti perkawinan, hubungan antara orangtua dan anak, perwalian dan
pengampunan.
3.Hukum harta kekayaan (vermogensrecht) adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan
hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum harta kekayaan meliputi dua jensi hak, yaitu:
a. Hak mutlak: berlaku terhadap setiap orang, baik hak-hak atas benda maupun hak-hak atas barang tidak
berwujud, seperti hak milik, hak usaha, hak cipta dan hak paten.
b. Hak relatif: hak-hak yang timbul karena suatu peristiwa hukum di mana pihak yang satu terikat dengan
pihak lain, seperti perjanjian jual-beli dan perjanjian kerja.
4.Hukum waris (erfrecht) adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beralihnya harta kekayaan dari
seorang yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup atau para ahli warisnya.
Hukum Perdata di Indonesia secara garis besar diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPDT) atau dikenal juga dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). BW terdiri dari empat bagian,
yaitu Buku I memuat hukum tentang orang, Buku II memuat hukum tentang benda, Buku III memuat
hukum tentang perikatan, dan Buku IV memuat hukum tentang pembuktian dan daluwarsa.
1.Asas yang melindungi hak-hak asasi manusia: tercantum dalam Pasal 1-3 BW
2.Asas bahwa setiap orang harus mempunyai nama dan tempat kediaman hukum (domicile): tercantum
dalam Pasal 5a dan seterusnya BW
3.Asas perlindungan kepada orang-orang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum
(rechtsonbekwaam): tercantum dalam Pasal 1330 BW Asas yang membagi hak manusia ke dalam hak
kebendaan dan hak perorangan
4.Asas hak milik itu adalah fungsi sosial: bahwa orang tidak dibenarkan untuk membiarkan atau
menggunakan hak miliknya secara merugikan orang atau masyarakat (lihat Pasal 1365 BW)
5.Asas pacta sunt servanda: setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati dengan iktikad
baik (lihat Pasal 1338 BW)
6.Asas kebebasan dalam membuat perjanjian dan persetujuan: sering juga dikenal dengan asas kebebasan
berkontrak, setiap orang bebas dalam membuat perjanjian bagaimana pun bentuk dan isinya dengan
syarat tidak bertentangan dengan kesusilaan, tertib hukum, dan undang-undang yang berlaku.
Beberapa contoh kasus hukum perdata yang sering terjadi antara lain:
2.Masalah warisan
5.Perceraian
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima dan kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.