Anda di halaman 1dari 39

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

LAPORAN KASUS

Hernia Inguinalis Lateral

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:
dr. Shofia Agung P, Sp.B, M.Si.Med

Disusun Oleh:
Aletha Ayu
1710221018

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

2018

2
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Hernia Inguinalis Lateralis

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Aletha Ayu
1710221018

Telah Disetujui Oleh Pembimbing:

dr. Shofia Agung P, Sp.B, mSi.Med

Tanggal: Agustus 2018

2
BAB I
STATUS PASIEN

I. 1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 47 Th 2 Bln
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No. RM : 149870-2018
Tanggal Periksa : 5 Juli 2018

I.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 5 Juli 2018 jam 08:00 WIB secara
aloanamnesa di bangsal Asoka RSUD Ambarawa.
A. Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh terdapat benjolan di lipat paha sebelah kanan.
Benjolan tersebut muncul sekitar 2 tahun SMRS. Benjolan tersebut
muncul tiba-tiba saat setelah mengangkat kayu. Benjolan tersebut muncul
tanpa rasa nyeri. Pasien mengaku belum berobat perihal keluhan tersebut,
pasien mengaku hanya pernah dipijat namun tidak membaik. Benjolan di
lipat paha kanan tersebut dapat masuk dengan sendirinya bila tubuhnya
dalam posisi tidur. Nyeri tekan (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
keluhan saat BAK (-), BAB normal, riwayat trauma (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama disangkal. Riwayat tekanan darah tinggi
disangkal. Riwayat sakit kencing manis disangkal. Riwayat sakit jantung
disangkal. Riwayat sakit asma disangkal. Riwayat sakit ginjal disangkal.

3
Riwayat alergi disangkal. Riwayat rawat inap disangkal. Riwayat operasi
disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit tekanan darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi,
asma, dan sakit jantung dalam keluarga disangkal.
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok maupun minum alcohol.
Kebiasan olahraga jarang pasien lakukan. Pasien bekerja sebagai kuli
angkat kayu, dan sehari-hari terbiasa mengangkat beban yang berat.

I.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Saturasi O2 : 98%
Suhu : 36oC

C. Status Generalisata
Mata : Edema palpebra (-); ptosis (-); konjungtiva anemis (-); sclera
ikterik (-); kornea jernih; pupil bulat, regular dan isokor
Telinga : Tidak ada gangguan pada pendengaran
Hidung : Deformitas (-), perdarahan (-), secret (-), septum deviasi (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-); Gigi karies (-)
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba, nyeri tekan (-), benjolan (- );
kelenjar tiroid pembesaran (-), nyeri tekan (-)

4
Thorax :
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, lesi (-)
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Batas kiri bawah ICS 5 mid axilaris anterior
sinistra, batas kiri atas ICS 3 mid clavicularis sinistra, batas
kanan bawah ICS 4 parasternal dekstra, batas kanan atas ICS 2
parasternal dekstra
- Auskultasi : Murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : Gerakan pernapasan dada kanan sama dengan kiri
- Palpasi : Vocal fremitus dalam batas normal
- Perkusi : Paru kanan dan kiri sonor
- Auskultasi : Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
- Inspeksi : Permukaan dinding perut datar, massa (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
- Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), regio supra pubis kandung kemih teraba penuh
Ekstremitas : Simetris, sianosis (-/-), akral hangat (+/+),CRT<2detik
Pemeriksaan Colok Dubur : Tidak dilakukan
Status Lokalis :
- Regio : Inguinalis Dextra
- Inspeksi : (Setelah dilakukan maneuver) Terlihat adanya
benjolan sebesar telur puyuh di daerah inguinalis dextra, warna
kulit sama dengan sekitarnya
- Palpasi : Teraba benjolan, bentuk lonjong kira-kira sebesar telur
puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), benjolan dapat
didorong masuk dalam posisi pasien berbaring

5
I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin (2/07/2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 14.2 g/dl 13,2 – 17,3
Leukosit 5.93 ribu 3.8-10.5
Eritrosit 4.96 juta 4.4-5.9
Hematokrit 42.3 % 40 – 52
Trombosit 197 ribu 150 – 400
MCV 88.8 fL 82 – 95
MCH 30.4 Pg 27 – 32
MCHC 34.2 g/dl 32 – 37
RDW 11.9 % 10-16
MPV 6.28 Mm3 7-11
Eosinofil 0.131 103/ul 0.04 - 0.8
Basofil 0.107 103/ul 0 – 0.2
Netrofil 3.76 103/ul 1.8-7.5
Limfosit 1.75 103/ul 1.0-4.5
Monosit 0.823 103/ul 0.2-1.0
PCT 0.305 % 0.2-0.5
PDW 16.8 % 10-18
PTT 11.4 Detik 9.3-11.4
INR 0.97 Detik
APTT 32.4 Detik 24.5-32.8

6
Kimia Klinik (Serum)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

GDS 120(H Mg/dL 74-106


)

Ureum 20.1 Mg/dL 10,00 – 50,00

Kreatinin 1.08 Mg/dL 0,70 – 1,10

SGOT 17 U/L 0 – 35

SGPT 18 U/L 0 – 35

I.5 RESUME
Pasien Tn. S usia 47 tahun mengeluh terdapat benjolan di lipat paha sebelah
kanan yang muncul sekitar 2 tahun SMRS. Benjolan tersebut muncul tiba-tiba saat
setelah mengangkat kayu. Benjolan di lipat paha kanan tersebut dapat masuk dengan
sendirinya bila tubuhnya dalam posisi tidur. Pasien bekerja sebagai kuli angkat kayu,
sehari-hari pasien mengangkat beban yang berat. Pada pemeriksaan tanda vital dan
status generalis didapatkan hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis,
pada regio inguinalis dextra saat inspeksi,(Setelah dilakukan maneuver) terlihat
adanya benjolan sebesar telur puyuh di daerah inguinalis dextra, warna kulit sama
dengan sekitarnya. Saat dilakukan palpasi, terdapat benjolan, bentuk lonjong kira-kira
sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), benjolan dapat didorong
masuk dalam posisi pasien berbaring

I.6 ASSESSMENT
Diagnosis : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible

I.7 INITIAL PLAN


Operative: Hernioraphy

7
Persiapan Operasi
1. Infus RL 20 tetes/hari
2. Injeksi Efotax 1 gram
3. Cek lab (darah rutin, fungsi hati, faktor pembekuan, fungsi ginjal)
4. Puasa
5. Konsul Sp.An (Anestesi)

Laporan operasi

Tanggal pembedahan : 3 Juli 2018, pukul 11:20 WIB


6.
Tn.S
Usia 47 tahun
14980
Dokter operator : dr. Shofia Agung P, Sp.B, M.Si.Med
Diagnosa pra bedah : Hernia Inguinalis Dextra Reponible
Cara bius : Spinal anestesi

Prosedur :
- OS telentang dengan regio anatomi
- Desinfeksi Duk steril
- Insisi // Ligamentum inguinalis dextra
- Identifikasi batas hernia
- Potong 2 taut lintang
- Pasang mesh
- Jahit luka operasi
- Operasi selesai

Diagnosis pasca bedah : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible

8
Instruksi Pasca Operasi:
1. IVFD RL 20 tts/menit + Biocombin I
2. Cegah nyeri
- Injeksi Ketorolac 3x 30 mg
3. Cegah infeksi
- Cefotaxime 3x1 gr
4. Menghentikan Perdarahan
- Asam Traneksamat 3 x 500 mg

I.8 Prognosis
1. Quo ad vitam: ad bonam
2. Quo ad sanationam: ad bonam
3. Quo ad functionam: ad bonam

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi
melalui celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris
resistensiae baik bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intra abdomen yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot
dinding perut.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial (faktor


pencetus selama hidup).

 Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila

10
prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital.
 Akuisial (didapat)
1. peninggian tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi
hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti
batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, konstipasi, dan
asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga dapat membuka
kembali kanalis inguinalis.
2. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia.
3. kelemahan otot dinding perut karena usia, malnutrisi, ataupun paralisis
dari saraf motorik.
4. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena
hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR (Locus
minoris resistance).
5. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.

C. Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum
inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi
medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya
ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara

11
cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas
deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat
otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus
genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus
dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan
ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh
fascia transversalis dan aponeurosis transverses abdominis.
Annulus Inguinalis Interna
Suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm
di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di
sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian
dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus Inguinalis Eksterna
merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada
aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista
pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas
lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus
abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.

12
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus,dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati
trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang
muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.

13
14
Apponeurosis Obliqus Eksternus

Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial


dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan
transversus abdominis, membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba.
External oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis.
Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum
pubicum.

Otot obliqus Internus

Otot obliqus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis


inguinalis .bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan
serat dariaponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk
membentuk conjoined tendon.

15
Fascia Tranversalis

Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan


aponeurosisnya.

16
Hernia terdiri dari cincin hernia, kantong dan isi hernia.

1. Kantong Hernia

Pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis

2. Isi hernia

Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam.
Pada abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus.
Kemungkinan lainnya termasuk usus besar dan appendiks, vesica
urinaria, ovarium (dengan atau tanpa tuba falopi) dan cairan ascites.

17
3. Pintu Hernia

Merupakan Locus Minoris Resistance (LMR) yang dilalui oleh kantong


hernia.

D. Klasifikasi Hernia

Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Hernia Reponible

Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2. Hernia Irreponible

Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher
yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical) .
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan
strangulasi daripada hernia reponibel.

18
3. Hernia Strangulata

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap
dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga
dapat terjadi nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi
dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus
terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang
bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju
pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi
(biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang
mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan
peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian.

4. Hernia Inkerserata

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai

19
terjadinya gangguan pasase usus. iasanya obstruksi terjadi pada leher
kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction).
Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi
strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi
dapat juga disebut dengan inkarserata.

Tipe khusus Hernia lainnya

1. Sliding Hernia

Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk


sebagian dinding kantong. Apabila sebagian dinding kantong hernia
terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon
sigmoid atau kandung kemih, disebut sliding hernia. Sliding hernia dapat
terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya
retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia,
melainkan tergeser dari retroperitoneal.

20
2. Hernia Ritcher

Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap
(biasanya usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi
dari dinding usus. Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami
iskemi tanpa perkembangan nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase
usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai
obstruksi usus.

21
Menurut letaknya, hernia dibagi menjadi beberapa yaitu :

1. Hernia Inguinalis

Merupakan hernia yang paling sering terjadi. Hernia inguinalis


merupakan hernia yang terjadi di kanalis inguinalis, yang dibatasi oleh :

Kraniolateral : annulus inguinalis internus yang merupakan bagian


terbuka dari fascia tranversalis dan apponeurosis m. tranversus
abdominus.

Medial bawah : annulus inguinalis eksternus yang merupakan bagian


terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.

Atap : aponeurosis m. oblikus eksternus.

Dasar : ligamentum inguinale

Pada pria kanalis inguinalis ini berisi facikulus spermatikus, vasa


spermatika, nervus spermatikus, m.kremaster, prosesus vaginalis
peritonei, dan ligamentum rotundum, pada wanita berisi ligamentum
rotundum.

Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup
annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya facia
transversalis yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hernia.

22
Klasifikasi Hernia Inguinalis

a. Hernia Ingunalis Lateralis (Indirek)

Terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus


inguinalis internus yang terletak sebelah lateral dari pembuluh darah
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam
m.kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam tali sperma.

Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.

Gambaran klinik

 Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat


paha yang timbul pada waktu mengedan , batuk atau mengangkat
beban berat dan menghilang pada waktu istirahat baring.
 Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat
paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan
anak atau bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut
kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.

Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,


skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta

23
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris
dapat dilihat
 Palpasi : dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direpoisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat teraba berupa
annulus inguinalis yang melebar.

b. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)

Terjadi karena hernia menonjol langsung ke depan melalui


trigonum Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh :

Inferior : ligamentum inguinale

Lateral : pembuluh darah epigastrika inferior

Medial : tepi otot rectus

Dasar trigonum Hasselbach dibentuk oleh facia transversa yang


diperkuat oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi
lemah. Hernia inguinalis medialis, karena tidak keluar melalui kanalis
inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin hernia longgar.

Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor


peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi
bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak
pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia
geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Kadang

24
ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus
abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami
strangulasi.

Pemeriksaan fisik

Inspeksi : terlihat adanya massa tumor pada annulus inguinalis eksterna


yang mudah mengecil bila tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

Palpasi : jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini
langsung menuju annulus unguinalis eksterna sehingga disebut hernis
direkta. Bila hernia ini dimasukkan sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia. Bila jari dimasukkan
dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding
belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan
ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum Cooper pada ramus
superior tulang pubis.

2. Hernia Femoralis

25
Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi pada kanalis femoralis.
Kanalis femoralis ini terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna
vasorum dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna
bermuara di dalam v. femoralis.

Batas kranioventral : ligamentum inguinalis

Batas kaudodorsal : pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum


iliopektineale ( ligamentum Cooper )

Batas lateral : v. emoralis

Batas medial : ligamentum lakunare Gimbernati

Umumnya dijumpai pada wanita tua. Kejadian pada perempuan kira –


kira 4 kali laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan
intra abdomen seperti mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak
dilipat paha dibawah ligamentum inguinale di medial V. femoralis dan
lateral tuberkulum pubikum.

Pintu masuk hernia femoralis adalan annulus femoralis. Selanjutnya isi


hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan V. femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa
ovalis pada lipat paha.

3. Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang


hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung

26
isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian
tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian
hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.

Hernia umbilikalis pad orang dewasa merupakan lanjutan hernia


umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas
atau asites merupakan factor predisposisi.

4. Hernia Epigastrika

Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar
melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi
hernia terdari penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa
kantong peritoneum. Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut
aponeurosis lamina anterior dan posterior sarung M. rektus. Anyaman ini
sering hanya satu lapis saja. Disamping itu linea alba disebelah cranial
umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal sehingga
merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan ‘lipoma’
preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar baru kemudian keluar
kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Hernia ini
ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak preperitoneal dan peritoneum.

E. Patofisiologi

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayilahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering

27
belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
makakanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalyang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul herniainguinalis
lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi keranausia
lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalandengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami prosesdegenerasi.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerahini
merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk- batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia,akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi
sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila
terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian
terjadi nekrosis. Bilat erjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan
akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi
nekrosis.

28
F. Penegakan Diagnosis

a. Anamnesis

Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.


Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan
kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan,
adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis.
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien
sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat
dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi
dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia
muncul lagi.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan
mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan
hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila
lihat, penderita disuruh batuk. Kalau pembengkakan yang kemudian
terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan
lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut
adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu

29
kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan
hernia inguinalis medialis.
2. Palpasi
Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa
pelipatan paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai
tangan kanan.
Caranya:
 Zieman’s test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak
diatas ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum
pubikum ). Jari ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas
ligamentum inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4
diletakkan diatas fossa ovalis ( terletak dibawah ligamentum inguinale
disebelah medial dari a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau
mengejan, bila terdapat hernia akan terasa impulse atau dorongan pada
ujung jari pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan
benjolan yang jelas.

 Thumb test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan


dipegang diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari
benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan
berdiri sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi
bukan merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat
ditentukan berarti benjolan itu merupakan kantong yang ada

30
kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang leher
benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan impulse pada
tangan yang memegang benjolan itu.

 Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan
kiri untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum
diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas
spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral
scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka
akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan
demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis
inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada
ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada
bagian samping jari.

31
3. Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan berbunyi timpani
4. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui
derajat obstruksi usus.
c. Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di
masukkan dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum
yang lembut. Pasien berbaring dengan kepala terangkat dan
membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang kontras di
daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain
akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga
fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya
fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang
agak ke tengah dan dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung
muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa medial atau hernia
langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.

32
G. Penatalaksanaan
Operatif
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari :
 Herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
kemudian dipotong.
 Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis.
Hernioplasty lebih penting artinya dalam menvegah terjdinya residif
dibandingkan dengan herniatomy.
Macam-macam Teknik Hernioplasty
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy
dapat diklompokkan dalam 4 kategori utama :
Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan
funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,dilakukan inspeksi
kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantunghernia biasanya diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
a. Bassini

Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis


dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan
ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus
eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat
dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris
resistantence hilang.

33
b. Shouldice

Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan


teknik jahitan kontinyu.

c. Ferguson

Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus


obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus
dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan
funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus
externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.

d. Mc Vay

menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus


internus abdominis ke ligamentum Cooper.

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam


rekontruksi,tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fasciadisekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis
inguinalis, kelemahannyayaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan

34
tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot
yang akan menyebakanjahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk
ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan
pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya.

Tension Free Repair with Mesh

Teknik Lichtenstein menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik


open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki
defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia.

35
Laparoscopy

Laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan


transabdominal preperitoneal (TAPP)atau total extraperitoneal (TEP) .
pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam
cavum abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.
sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic langsung yang
mengharuskan masuk ke cavumperitoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus
atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

36
H. Komplikasi

Komplikasi dari Open Repair dan Laparoscopy

Open Repair Laparoscopy Repair


Berat Berat
Hemorraghe Hemorraghe
Testicular atrophy Cedera usus
Terpotongnya vas deferens Cedera vesica urinaria
Cedera usus Cedera pembuluh darah besar
Cedera vesica urinaria
Ringan Ringan
Scrotal ecchymosis Retensi urin
Infeksi luka Cedera saraf
Retensi urin Infeksi luka
Kekambuhan Obstruksi usus halus
Hydrocele
Terjepitnya saraf
Terpotongnya saraf

37
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus di atas, diagnosis Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible


dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan
keluhan utama berupa benjolan di lipatan paha kanan tanpa adanya rasa nyeri.
Benjolan tersebut muncul tanpa disadari pasien setelah mengangkat berat. Hal
tersebut merupakan salah satu faktor resiko dari Hernia karena terdapat peninggian
tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati annulus
internus yang cukup lebar. Benjolan yang muncul di lipatan paha menunjukan letak
hernia yang mengarah pada hernia inguinalis. Tidak ada keluhan yang mengarah pada
gejala obstruksi usus sehingga kemungkinan besar isi hernia yang dialami pada
pasien ini masih dapat didorong dimasukan ke perut. Pada pemeriksaan fisik bagian
status lokalis pada inspeksi saat pasien diminta untuk mengedan muncul benjolan
lonjong sebesar telur puyuh namun tidak ada perubahan warna kulit di benjolan
tersebut atau di sekitar kulitnya. Pada saat pasien berbaring benjolan tersebut dapat
masuk kembali ke dalam perut dan bila didorong dengan jari dapat masuk kembali
hal ini menandakan bahwa hernia inguinalis yang terjadi bersifat reponible.
Penatalaksanaan yang tepat adalah dilakukan operasi hernia
repair/herniorraphy dengan persiapan puasa 6-8 jam sebelum operasi. Selain itu,
dilakukan pengisian informed consent dan konsul ke bagian anestesi. Setelah operasi
dilakukan follow up perhari, didapatkan kondisi pasien tampak baik dan tanda vital
stabil. Bekas luka operasi juga baik, tidak ada darah ataupun pus dari luka bekas
operasi.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2003. Penatalaksanaan BPH. Dalam: Website


www.iaui.or.id diakses tanggal 22 April 2018.
2. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak. Dalam:
Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta ; 329-344.
3. Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung
Seto.
4. Ramon P, Setiono, Rona, Buku Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran ; 2002: 203-75.
5. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam :
Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17
6. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar
Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 1058-64.
7. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak.
Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 1-52.

39

Anda mungkin juga menyukai