Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna

dihadapan Allah SWT. Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran

agama Islam diseluruh penjuru dunia tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Semua itu tidak terlepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Degradasi akhlaq disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang

mendalam tentang Islam. Kebanyakan orang Islam sekarang mengaku Islam tetapi

tidak disertai dengan pengamalannya. Dengan kata lain, umat Islam tidak secara

kaffah memeluk Islam, tetapi hanya setengah. Oleh karena itu perlunya

pemahaman tentang Kerangka Dasar Agama Islam yang meliputi aqidah, syari‟at,

dan akhlaq.

Salah satu permasalahan fundamental yang kian menjamur adalah

menyangkut praktek dasar ajaran Islam. Dasar ajaran Islam yang terdiri dari

aqidah, syari‟ah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya. Contohnya:

seseorang melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syari’ah. Tetapi shalat itu

dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya, berarti dia tidak

melaksanakan aqidah. Karena shalat itu dilakukannya bukan karena Allah SWT,

maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan dan menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran

Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak yang kian

terlupakan;

2. Menjelaskan mengenai ruang lingkup Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak

dalam ajaran Islam dan kedudukannya dalam ajaran Islam. Manfaat dari

makalah “Kerangka Dasar Ajaran Islam”, yaitu:

a. Memahami dan mangkaji mengenai Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak

dalam ajaran Islam;

b. Merefleksikan pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-

hari;

3. Memahami kekeliruan-kekeliruan menyangkut Aqidah, Syari‟ah, dan

Akhlak untuk kemudian menjadi cermin untuk berintrospeksi diri

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerangka Dasar Agama Islam

I. Aqidah

Aqidah dalam istilah Islam yang berarti Iman Semua sistem

kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu aqidah

Menurut etimologinya, aqidah dalam bahasa Arab berasal dari kata al-

aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau

keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan

(menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan

kuat.Secara terminologi, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti. Aqidah

juga dapat diartikan sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah

oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah (Al-

Maidah

       

3
Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT

dan kitab yang menerangkannya.

Ilmu aqidah terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Ilmu tauhid, yaitu ilmu yang menerangkan tentang sifat Allah SWT

yang wajib dipercayai. Ilmu tauhid ada 3 macam, yaitu tauhid Al-

Uluhiyyah, tauhid Ar- Rububiyyah, dan tauhid Al-Asma‟ was-sifat.

2. Ilmu Usuluddin, yaitu kepercayaan dalam agama Islam, kepercayaan

kepada Allah SWT dan pesuruhNya.

3. Ilmu Makrifat, yakni perkara-perkara yang berhubungan

dengan cara-cara mengenal Allah SWT.

4. Ilmu kalam, yaitu aqidah dengan dalil-dalil aqliyah (ilmiah)

sebagai perisai terhadap tantangan dari pihak lawan.

II. Syari’ah

Syari’ah secara etimologi berasal dari kata Syar’u. Yang memiliki

arti membuat jalan, penjelasan, tempat yang didatangi, dan jalan.

Adapun secara terminologi, syari‟at memiliki makna umum

dan khusus. Makna syari‟at secara umum adalah agama yang telah

dibuat oleh Allah, mencakup aqidah ( keyakinan ) dan hukum-hukumnya.

Sebagaimana tersebut dalam firman Allah dalam Q.S. Asy-Syuraa 42:13.

          
        
         

4
         
  

Artinya : Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang apa yang


telah diwasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang yang musyrik agama yang kamu seru mereka
kepadanya. Allah menarik kepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada-Nya).

Adapun makna khusus dari syari‟at yaitu peraturan yang dibuat

oleh Allah yang berupa hukum-hukum dan larangan-larangan. Allah SWT

berfirman dalam surah Al-Maidah 5:48.

    

Artinya : Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang.

Terkait dengan susunan tertib syari‟at, Al-Qur‟an surah Al-Ahzab

33:36 mengajarkan bahwa Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan

suatu perkara, maka umat Islam tidak memperkenalkan mengambil

ketentuan lain. Dan jika terdapat suatu perkara yang Allah SWT dan Rasul-

Nya belum menetapkan ketentuanyamaka umat Islam dapat menentukan

sendiri ketetapannya itu. Perkara yang dihadapi umat Islam dalam

menjalani hidup beribadahnya kepada

Allah dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:

1. Asas Syaraa‟, yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

5
2. Furu‟ Syaraa‟, yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas dalam Al-
Qur‟an dan Al-Hadits.

III. Akhlaq

Pengertian akhlaq secara etimologi, berasal dari kata khalaqa yang

berarti mencipta, membuat, atau menjadikan. Akhlaq adalah kata yang

berbentuk mufrad, jamaknya adalah khuluqun, yang berarti perangai,

tabiat, adat, atau khalaqun yang

berarti kejadian, buatan, ciptaan. Ar-Rahman : 1-4.

          

Artinya : (Tuhan) yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan

Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai

berbicara.

Secara terminologi, akhlaq berarti tingkah laku seseorang yang

didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu

perbuatan yang baik.

Akhlaq Islam itu sudah ada formatnya dan juga mapan,

berlainan dengan akhlaq, moral, etika dalam sistem budaya buatan manusia

di luar Islam yang tidak pernah memiliki standar baku dan senantiasa

berubah bergantung pada main stream budaya yang ada pada waktu itu.

6
Ukuran kebaikan dan kesopanan begitu relatif dan variatif,

bergantung kepada tempat dan waktu. Oleh karena itu, kita harus

membiasakan dan menshibghoh (mencelup) diri dengan akhlaq Islam,

sehingga mentradisi dalam jiwa dan kehidupan kita, dimanapun serta

kapanpun dengan spontan terlihat bahwa akhlaq yang Islami merupakan

akhlaq kita.

Saat ini, sering kita saksikan bahwa wanita tidak lagi memiliki sifat

seperti seharusnya wanita. Di televisi maupun media-media cetak, wanita

dipampang dengan menampakkan auratnya seolah mereka adalah pelaris

barang dagangan. Wanita sudah seperti komoditi yang diperdagangkan.

Wanita yang mengumbar aurat dimana-mana, sudah merupakan hal yang

biasa. Padahal dalam Al-Qur‟an surah An-Nur 24:31 telah

diperintahkan oleh Allah untuk menutup aurat.

       

Artinya : dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan

janganlah mereka menampakkan perhiasannya.

B. Agama Islam Dan Ajarannya: Ilmu-Ilmu Keislaman

Agama Islam sebagai ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada

manusia tidak hanya dipandang sebagai suatu keyakinan saja, melainkan juga

merupakan ajaran yang penuh dengan kandungan ilmu. Setiap aspek ajaran

Islam berkembang membentuk ilmuilmu tersendiri antara lain:

7
1. Aspek aqidah melahirkan ilmu kalam (teologi) yang mempelajarai sifat-

sifat Allah dan hubungan antara wahyu dan akal.

a) Khawarij adalah aliran dalam teologi Islam yang pertamakali muncul.

Dan juga merupakan aliran teologi kaum yang terdiri para pengikut Ali

Ibn. Abi Thalibyang meninggalkan barisannya, karena tidak setuju

terhadap sikap Ali Ibn Abi Thalib yang menerima Arbitrase sebagai jalan

untuk menyelesaikan persengketaan khalifah dengan Muawiyah ibn Abu

Sufyan.

b) Murjiah adalah aliran yang muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang

tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang

melakukan dosa besar, sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran

Khawarij.

c) Qodariyah adalah sebagai aliran dalam ilmu kalam, adalah merupakakn

nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan

terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan

perbuatan perbuatannya.

d) Jabariah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Posisi

manusia dalam paham ini tidak memiliki kebebsan dan inisiatif sendiri,

tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan.

e) Mu’tazilah adalah aliran yang mempunyai pandangan bahwa orang

mukmin yang melakukan dosa besar, tidak mengatakan sebagai orang

kafir dan mukmin, tetapi berada di antara keduanya, tidak mukmin dan

tidak kafir.

8
f) Asyariyah berpendapat bahwa kemauan dan daya untuk berbuat adalah

kemauan dan daya Tuhan dan perbuatan itu sendiri.

2. Aspek ibadah melahirkan ilmu fiqih dan ushul fiqih. Dalam bidang ini

terdapat aliran-aliran Malikiyah, Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanbaliyah.

3. Aspek mu’amalah atau hubungan manusia dengan manusia lahir ilmu-

ilmu fiqih mu’amalah. Dalam bidang ini terdapat aliran-aliran Malikiyah,

Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanbaliyah.

4. Aspek akhlak, etika, dan tata cara mendekatkan diri kepada Allah lahir

ilmu tasawuf. Dalam bidang ini terdapat aliran Sunni dan syi’ah.

5. Aspek filsafat yang membahas hakekat manusia, alam dan Tuhan

melahirkan filsafat Islam. Dalam bidang ini terdapat aliran tradisional

dan liberal.

Semua ilmu tersebut di atas pada dasarnya adalah hasil kajian yang

mendalam yang semuanya merujuk kepada Alquran dan As-sunnah sebagai

landasannya. Kendatipun terdapat berbagai pandangan (aliran) yang berbeda,

tetapi tujuannya tetap satu, yaitu mencari keridhaan Allah Swt.

Hubungan agama Islam dengan Ilmu – ilmu keislaman yang

menjelaskan atau mengembangkan agama Islam menjadi ajaran Islam.

1. Akidah Islam

Akidah perlu diperinci lebih lanjut dengan ilmu kalam, yang mana

mempunyai beberapa aliran, yaitu:

9
a) Kharijiyah, sebagai kelompok disebut khawarij yakni segolongan umat

Islam yang semula pengikut Ali bin Abi Thalib, kemudian keluar dan

memisahkan diri dari Ali karena todak setuju kepada sikap Ali terhadap

Mu’awiyah dalam menyelesaikan perselisihan (politik) mereka dengan

berunding yang kemudian dilanjutkan dengan arbitrasi (perwasitan atau

tahkim).

b) Murji’ah berpendapat bahwa dosa besar yang dilakukan seorang

mukmin, tidaklah menyebabkan orang itu keluar dari agama Islam,

kecuali ia musyrik.

c) Syi’ah terdiri dari 3 aliran, yaitu: Itsna ‘Asyariyah, Sab’iyah dan

Zaidiyah. Berpendapat bahwa hanya Ali bin Abi Thalib serta

keturunannya yang berhak menjadi khalifah.

d) Jabariyah, berpendapat bahwa manusi terpaksa/dipaksa melakukan

sesuatu yang telah ditentukan Allah, manusia tidak mempunyai ikhtiar,

kemauan dan kekuasaan untuk menentukan pilihan sendiri mengenai

perbuatannya.

e) Qadariyah, berpendapat bahwa manusia mempunyai qadar (kuasa) untuk

menentukan segala perbuatannya.

f) Muktazilah, mempergunakan akal manusia dalam menjelaskan keyakinan

agama.

g) Ahlussunnah wal jama’ah (sunni), berpegang teguh pada sunah nabi

Muhammad SAW dan para sahabatnya mengenai akidah.

10
h) Ahmadiyah, terbagi menjadi 2 aliran, yaitu: Ahmadiyah Qadiyan dan

Ahmadiyah Lahore.

i) Salafiyah, berpegang teguh pada teks yang tertulis dalam Al-Qur’an

mengenai akidah, tanpa mencampurkannya dengan filsafat.

2. Syari’ah

Syari’ah mempunyai dua jalur, yaitu:

a. Jalur vertikal, ditempuh dengan mengikuti kaidah ibadah murni.

Mengenai ibadah, yaitu cara dan tata manusia berhubungan langsung

dengan Tuhan, tidak boleh ditambah – tambah atu dikurangi.

Ketentuannya diatur oleh Allah sendiri dan dijelaskan secara rinci oleh

Rasulnya, karena sifatnya yang tertutup tersebut, dalam ibadah

diberlakukan asas umum yaitu pada dasarnya semua perbuatan dilarang

dilakukan, kecuali mengenai perbuatan yang dengan tegas disuruh Allah

seperti dicontohkan Rasulnya. Misalnya Shalat, zakat, puasa dan haji.

b. Jalur horizontal , ditempuh dengan mengikuti kaidah – kaidah mu’amalah.

Tentang kaidah mu’amalah, hanya pokok – pokoknya saja yang

ditentukan dalam Al-Qur’an dan hadist. Perinciannya terbuka bagi akal

manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Karena sifatnya yang

terbuka tersebut, dalam bidang mu’amalah berlaku asas umum yaitu pada

dasarnya semua perbuatan boleh dilakukan, kecuali mengenai perbuatan

tersebut ada larangan dalam Al-Qur’an dan al- Hadits.

3. Akhlak

11
Ilmu yang mempelajari ajaran akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an

dan al-Hadist disebut juga ilmu tasawuf dan ilmu akhlak. Ilmu tasawuf adalah

ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan rohani manusi dalam rangka

usaha mencari dan mendekatkan diri kepada Allah.

Mengenai sikap terhadap sesama mahluk dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Sikap terhadap sesama manusia.

b) Sikap terhadap makhluk yang bukan manusia.

Sikap terhadap sesama manusia disebut akhlak. Ilmu akhlak adalah ilmu

yang menjelaskan arti baik dan buruk pada sikap dan perilaku manusia serta

segala sesuatu yang berkenaan dengan sikap dan perbuatan yang seyogyanya

diperlihatkan manusia terhadap manusia lain, dirinya sendiri dan lingkungan

hidupnya. Sumber akhlak Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai agama dan

ajaran mempunyai sistem sendiri yang bagian – bagiannya saling bekerja

sama untuk mencapai tujuan. Intinya adalah tauhid yang berkembang melalui

akidah. Dari akidah mengalir syari’ah dan akhlak islam. Melalui syari’ah dan

akhlak dikembangkan sistem – system Islam dalam lembaga keluarga,

masyarakat, pendidikan, hokum, ekonomi, budaya, filsafat dan sebagainya.

12
C. Tasawuf , Filsafat, dan Pembaharuan dalam Islam

1. Tasawuf. Ilmu yang mempelajari ajaran akhlak yang terdapat dalam al-

Qur’an dan al-Hadist disebut juga ilmu tasawuf dan ilmu akhlak. Ilmu

tasawuf adalah ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan rohani

manusia dalam rangka usaha mencari dan mendekatkan diri kepada Allah.

Tasawuf berasal dari kata suf, yang berarti bulu domba kasar, disebut

demikian karena orang yang memekainya disebut orang sufi/mutasawif,

hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan.

Terdapat Zahid dalam tasawuf, yaitu mereka mengembangkan rasa takut

kepada Tuhan dan azabnya, yaitu:

a. Sikap zuhud, sikap tidak tertarik pada kesenangan duniawi.

b. Sikap Wara, sikap yang hanya mau mengambil yang halal, pantang

mengambil yang diragukan / haram.

c. Sikap Qana’qh, sikap merasa cukup dengan rezki yang halal

betapapun sedikitnya.

d. Sikap ingat selalu pada-Nya

e. Sikap kusyuk dan tekun beribadat (shalat, puasa, zikir) dan lain –

lainnya

2. Filsafat, berasal dari bahasa arab yang berarti falsafah yang diturunkan

dari bahasa Yunani Philosophia, artinya cinta kepada pengetahuan atau

cinta pada kebenaran. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia,

filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai

hakikat segala yang ada, karena, asal dan hukumnya. Filsafat adalah

13
pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal tentang suatu obyek.

Obyek pemikiran kefilsafatan adalah segala yang ada, yaitu Tuhan,

manusia dan alam.

Filsafat Islam adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis dan

radikal tentang aspek-aspek agama ajaran Islam. Al-Qur’an sejak semula

telah memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya. Akal adalah

potensi luar biasa yang dianugrahkan Allah kepada manusia, karena

dengan akalnya manusia memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal,

dapat membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik

dan mana yang buruk, mengetahui rahasia hidup dan kehidupan dan

seterusnya. Oleh karena itu agama dan ajaran Islam memberikan tempat

yang tertinggi kepada akal, karena akal dapat digunakan memehami agama

dan ajaran Islam sebaik – baiknya dan seluas – luasnya.

3. Politik, didalam Islam kekuasaan politik kait mengait al-hukm. Perkataan

al-hukn dan kata – kata yang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan

210 kali dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Indonesia, perkataan al-hukm

yang telah dialih bahasakan menjadi hukum intinya adalah peraturan,

undang – undang, patokan atau kaidah dan keputusan atau vonis

(pengadilan).

Sedangkan dalam bahasa Arab, dapat dipergunakan dalam arti

perbuatan atau sifat jadi sebagai perbuatan hukum bermakna mambuat

atau menjalankan keputusan, dikaitkan dengan kehidupan bermasyarakat,

14
arti perbuatan dalam hubungan ini adalah kebijaksanaan. Disini jelas

terlihat hubungan al-hukm dengan konsep atau unsur politik. Wujud

kekuasaan politik menurut agama dan ajaran Islam adalah sebuah system

politik yang diselenggarakan menurut hukum Allah yang terkandung

dalam Al-Qur’an

4. Pembaharuan dalam bahasa arabnya yaitu tajdid. Kata tajdid sendiri secara

bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya yang

seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika

bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid

seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian

Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang lebih jelas.

Pengertian ini menunjukkan bahwa sesuatu yang akan mengalami proses

tajdid adalah sesuatu yang memang telah memiliki wujud dan dasar yang

riil dan jelas. Sebab jika tidak, ke arah mana tajdid itu akan dilakukan?

Sesuatu yang pada dasarnya memang adalah ajaran yang batil –dan

semakin lama semakin batil-, akan ditajdid menjadi apa? Itulah sebabnya,

hanya Syariat Islam satu-satunya syariat samawiyah yang mungkin

mengalami tajdid. Sebabnya dasar pijakannya masih terjaga dengan sangat

jelas hingga saat ini, dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun Syariat

agama Yahudi atau Kristen –misalnya-, keduanya tidak mungkin

mengalami tajdid, sebab pijakan yang sesungguhnya sudah tidak ada.

Yang ada hanyalah “apa yang disangka” sebagai pijakan, padahal bukan.

Tidak mengherankan jika kemudian aliran Prostestan menerima

15
“kemenangan” akal dan sains atas agama, sebab gereja pada mulanya tidak

menerimanya, sebab teks-teks Injil tidak memungkinkan untuk itu. Dan

yang seperti sama sekali tidak dapat disebut sebagai tajdid.

Dalam Islam sendiri, seputar ide tajdid ini, Rasulullah saw. Bersabda yang

artinya:

“Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk ummat ini pada setiap

pengujung seratus tahun orang yang akan melakukan tajdid (pembaharuan)

terhadap agamanya.” (HR. Abu Dawud , no. 3740) Islam sebagai agama

akhir yang tetap mutakhir mempunyain sistem sendiri yana bagian –

bagiannya saling berhubungan dan bekerja sama untuk untuk mencapai

tujuan.

D. Akidah ,Syari’ah, Akhlak dan Berbagai Aspek Lain Ajaran Islam

Aqidah syariah dan akhlak adalah komponen Dinul Islam yang

tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, hubungan ketiga

komponen itu merupakan kualitas. Akidah harus mampu menggerakkan

seseorang untuk melakukan dan mematuhi Dinul Islam." ajaran yang

dilakukan itu diharapkan dapat mendidik seseorang untuk pribadi and sehari-

hari contoh berikut ini:

 surat Al-Baqarah ayat 183," Hai orang-orang yang beriman diwajibkan

atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum

kamu agar kamu bertaqwa"(syari'ah/ibadah).

16
 Surah Al-Maidah ayat 8,artinya" Hai orang-orang yang beriman,

hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu

menegakkan( kebenaran) karena Allah menjadi sanksi adil .adil".

(Syari'ah/muamalah).

Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi

dengan aqidah dan Syari'ah, perbuatannya hanya dilakukan sebagai perbuatan

baik yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, hanya dikatakan sebagai

perbuatan baik yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu

dipandang baik oleh Allah.

Islam merupakan "ad-din" bagi seluruh Nabi dan Rasul sejak Nabi

Adam hingga Nabi Muhammad s a w. Islam pada hakekatnya mempunyai arti

"berserah diri" kepada hukum Allah dengan tanpa kritik atau kami dengar dan

kami taat (Al-An'am:162-163).

Islam sebagai agama akhir yang tetap mutakhir mempunyain sistem

sendiri yang bagian –bagiannya saling berhubungan dan bekerja sama untuk

untuk mencapai tujuan Yang diberikan agama Islam kepada manusia adalah :

1. pegangan hidup akidah.

2. jalan hidup syari’ah

3. sikap hidup yang mengarahkan perbuatan akhlak

Ketiga-tiganya merupakan ilmu ilahi yang bersifat abadi yang

menjadi sumber inisiasi yang tidak abadi dalam semua disiplin ilmu.

17
18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aqidah adalah semua sistem kepercayaan atau keyakinan . Syari’ah

adalah sistem norma (kaidah) Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan

Allah, mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia dalam

kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan

hidupnya. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk

pada sikap dan perilaku manusia serta segala sesuatu yang berkenaan dengan

sikap dan perbuatan yang seyogyanya diperlihatkan manusia terhadap

manusia lain, dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.

Sumber akhlak Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Hubungan

bagian-bagian kerangka dasar ajaran agama Islam adalah aqidah sebagai

sistem kepecayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan yang

menggambarkan sumber dan dan hakikat keberadaan agama. Sementara

syari’ah sebagai sistem nilai yang berisi peraturan yang menggambarkan

fungsi agama. Sedangkan akhlak, sebagai sistematika yang menggambarkan

arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.

B. Saran

Jadikanlah Islam itu agama yang mulia, dengan cara menjalankan

segala ajaran-Nya. Jadilah manusia yang berakhlakul karimah, yang

menjunjung tinggi nilai dan norma agama Islam. Perdalam pengetahuan kita

tentang ilmu yang menyangkut Islam. Ikutilah syari’ah dalam Islam ketika

19
hendak melakukan sesuatu. Selalu menerapkan rukun Iman dan rukun Islam

dalam kehidupan sehari-hari.

1. Dengan mempelajari makalah ini diharapkan dapat memperoleh

pengalaman praktis dalam meningkatkan pemahaman tentang ruang

linggkup Kerangka Dasar Ajaran Islam;

2. Meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran agama terutama

pembahasan tentang Kerangka Dasar Ajaran Islam

3. Dapat menjadi tolak ukur dan perbandingan tentang kebenaran ajaran

agama islam;

4. Pihak lembaga pendidikan harus memberikan dukungan penuh terhadap

pendidikanagama;

5. Pemerintah harus berpartisipasi aktif dalam upaya pengembangan ajaran

agama islam.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/74603749/MAKALAH-Kerangka-Dasar-Agama-
Islam

https://www.scribd.com/doc/40374260/Kerangka-Dasar-Agama-Dan-Ajaran-
Islam

http://minaarnas13.blogspot.com/2016/06/contoh-makalah-pai-tentang-
kerangka.html

https://vheeiyhaa.wordpress.com/2011/05/21/14/

https://anisanurainy140796.blogspot.com/2017/07/agama-islam-dan-kerangka-
dasarnya.html

21

Anda mungkin juga menyukai