Allah Tuhan Kami
Allah Tuhan Kami
Kita sering bingung doa, apakah yang cocok untuk menyambut tahun yang baru. Padahal kita
lupa, kita punya tradisi Gereja yang berasal dari abad keempat dan masih digunakan sampai saat
ini yakni memadahkan madah TE DEUM—TUHAN ALLAH KAMI. INILAH TRADISI
YANG JARANG DILAKUKAN MENJELANG TAHUN BARU ADALAH MENDOAKAN
ATAU MENDARASKAN MADAH “TE DEUM”—ALLAH TUHAN KAMI.
"Gereja pada begitu banyak kesempatan merasakan sukacita dan kewajiban melantunkan
nyanyiannya kepada Allah dengan kata-kata pujian", kata Paus Fransiskus lebih lanjut. Secara
khusus, kata-kata terakhir madah “Te Deum” tersebut - "Limpahkanlah kasih setia/kerahiman-
Mu kepada kami, sebab kami berharap pada-Mu" - memiliki gaung khusus terlebih bagi Paus
yang pernah mengajak Gereja merayakan Tahun Yubileum Kerahiman ini “Te Deum”, beliau
melanjutkan, juga membantu kita melihat karya-karya Allah dalam sejarah dan dalam kehidupan
kita sendiri, dan memberi kita harapan untuk tahun baru yang ada di depan kita. “Te Deum” atau
“Allah Tuhan Kami” ini sendiri merupakan hymne atau madah pujian Kristiani kuno yang
berasal dari abad keempat dan masih digunakan sampai saat ini. Gereja Katolik kerap
menggunakan “Te Deum” dalam Ibadat Bacaan, yang merupakan salah satu rangkaian Ibadat
Harian.
Mendaraskan atau menyanyikan beberapa madah pujian untuk Allah dan Bunda Maria sangatlah
baik. Bahkan mendaraskan atau menyanyikan "TE DEUM" pada setiap akhir tahun (31
Desember) secara individu akan mendapatkan "INDULGENSI SEBAGIAN' dan jika secara
bersama-sama di Gereja akan mendapatkan "INDULGENSI PENUH.".
[Setelah itu, hening sejenak kemudian lanjutkan dengan madah pujian kepada Bunda Maria]