1921 5358 1 SM
1921 5358 1 SM
Oleh:
E. Tadjudin Surawinata ; Umi Trisnaningsih2 dan Meiza Maajid Panuntas3
1
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of liquid organic fertilizer on the growth and yield
of mung bean (Vigna radiata L.) cultivars Wallet, Vima-1, and Murai. The experiment was
conducted in UPTD Seed Crops Development Center (BPBD) Plumbon Cirebon, from March to
May, 2016.
The method used in this research is the experimental method. The experimental design
used was a randomized block design (RBD). This experiment consisted of 12 combinations of
treatments, namely: A (POC concentration of 6 ml / 1 liter of water at Cultivars Swallow), B
(POC concentration of 6 ml / 1 liter of water at Cultivars Vima-1), C (POC concentration of 6 ml
/ 1 liters of water on the cultivar Murai), D (POC concentration of 8 ml / 1 liter of water at
cultivars Swallow), E (POC concentration of 8 ml / 1 liter of water at cultivars Vima-1), F (POC
concentration of 8 ml / 1 liter water cultivars Murai), G (POC concentration of 10 ml / 1 liter of
water on the cultivar Swallow), H (POC concentration of 10 ml / 1 liter of water on the cultivar
Vima-1), I (POC concentration of 10 ml / 1 liter of water on the cultivar Murai) , J (POC
concentration of 12 ml / 1 liter of water at cultivars Swallow), K (POC concentration of 12 ml / 1
liter of water at cultivars Vima-1), and L (POC concentration of 12 ml / 1 liter of water at Murai
cultivars).
The results showed that there is a significantly effect between mungbean cultivars and
liquid organic fertilizer (Bio-agro) to plant height at 28 DAP, leaf area index at 28 DAP, dry seed
weight per plant, and dry seed weight per plot. Dry grain weight per plot the best is on the
concentration of liquid organic fertilizer (Bio-agro) 10 ml / l given in the cultivar Vima-1 to
produce green beans 0.38 kg / plot or the equivalent of 1,266 t / ha
1
Prof. Dr. E. Tadjudin Surawinata, Ir.,MS : Dosen Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Swadaya
Gunung Jati, Cirebon-Indonesia
2
Um Trisnaningsih, Ir.,MP : Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung
Jati, Cirebon-Indonesia
3
Meiza Maajid Panuntas, MP : Mahasiswa Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung Jati,
Cirebon-Indonesia
620
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
lebih tersebut kacang hijau dapat dipandang membuatnya, murah harganya, tidak ada
sebagai komoditas alternatif untuk efek samping bagi lingkungan maupun
dikembangkan di lahan kering, khususnya tanaman, bisa juga dimanfaatkan untuk
yang memiliki indeks panen rendah mengendalikan hama pada daun (bio-
(Renasari, 2013). control), seperti ulat pada tanaman sayuran,
Peran strategis lain dari kacang hijau aman karena tidak meninggalkan residu,
adalah sebagai komplementer beras, sebab pestisida organik juga tidak mencemari
protein beras yang miskin lisin, dapat lingkungan. Kekurangan yang dimiliki
diperkaya oleh kacang hijau yang kaya pupuk organik cair adalah perlu ketekunan
lisin. Implikasi dari sosialisasi konsumsi dan kesabaran yang tinggi dalam
kacang hijau hingga mencapai 2,5 membuatnya, hasilnya tidak bisa diproduksi
kg/tahun/kapita, bila untuk 225 juta secara masal.
penduduk memerlukan tambahan produksi Kultivar unggul berperan penting
kacang hijau sebesar 200.000-215.000 ton. dalam produksi, karena untuk mencapai hasil
Tambahan produksi tersebut memerlukan yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi
tambahan areal tanam, yang berarti akan genetiknya. Potensi hasil di lapangan
menampung tenaga kerja yang diperlukan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor
untuk pengembangan lahan kering ( Deptan, genetik dengan pengelolaan kondisi
2008). lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan
Respon tanaman terhadap pemupukan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi
akan meningkat jika pemberian pupuk sesuai hasil yang tinggi dari kultivar unggul
dengan dosis, waktu, dan cara yang tepat. tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto,
Pada saat pemberian pupuk dalam bentuk 2005).
cair, yang perlu diperhatikan adalah Semua kultivar kacang hijau yang telah
konsentrasi yang diberikan, karena setiap dilepas cocok ditanam di lahan sawah
jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan maupun lahan kering. Kultivar terbaru tahan
larutan pupuk yang berbeda. Ketepatan penyakit embun tepung dan bercak daun
konsentrasi dan jumlah nutrisi yang seperti Sriti, Kenari, Perkutut, Murai dan
dibutuhkan tanaman dari setiap macam Kutilang dapat dianjurkan untuk ditanam di
larutan penting untuk diketahui. Kurangnya daerah endemik penyakit tersebut.
kandungan unsur hara makro maupun mikro Kebutuhan benih sekitar 25-30 kg/ha dengan
dapat mengakibatkan hambatan bagi daya tumbuh 90%. Pemanfaatan kultivar
pertumbuhan dan perkembangan tanaman unggul terbaru yang telah beradaptasi
serta produktivitasnya. Salah satu cara yang dengan lingkungan sekitar, akan mampu
dapat dilakukan untuk meningkatkan meningkatkan hasil produksi kacang hijau
pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Deptan, 2008).
kacang hijau adalah dengan pemberian Kelebihan dari Kultivar Walet yaitu
pupuk organik cair. hasil rata-rata 1,7 t/ha dengan polong yang
Pupuk cair organik berasal dari bahan tidak mudah pecah, serta tahan terhadap
organik dan berwujud cair yang memiliki penyakit bercak daun dan embun tepung.
manfaat menyuburkan tanaman, mengurangi Kultivar Murai memiliki kelebihan pada
dampak sampah organik di lingkungan warna biji hijau kusam, memiliki ukuran biji
sekitar, dan untuk meningkatkan kualitas besar dengan rentang hasil 0,9-2,5 t/ha (hasil
produk. Keunggulan yang dimiliki oleh rata-rata 1,5 t/ha) serta tahan penyakit bercak
pupuk organik cair yaitu mudah untuk daun. Kultivar Vima berkulit biji kusam
621
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
dengan kelebihan hasil cukup tinggi (1,76 masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga
t/ha), tahan penyakit embun tepung, dan akan terdapat 36 petak percobaan.
panen yang lebih serempak. Tandan polong Kombinasi perlakuan yang diuji di lapangan
Vima seluruhnya berada di atas kanopi adalah sebagai berikut :
merupakan daya tarik tersendiri bagi petani, A : POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air
karena relatif mudah dipelihara dan dipanen pada Kultivar Walet
(Deptan, 2008). B : POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air
Pupuk organik cair yang disemprotkan pada Kultivar Vima-1
ke daun mampu meningkatkan pertumbuhan C : POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air
tanaman. Kultivar unggul dari kacang hijau pada Kultivar Murai
berpotensi meningkatkan produksi dengan D : POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air
perawatan dan penanaman yang baik. Oleh pada Kultivar Walet
karena itu, perlu dilakukan penelitian E : POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air
pemanfaatan pupuk organik cair pada pada Kultivar Vima-1
kultivar unggul dari kacang hijau yang F : POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air
ditanam di kota Cirebon, agar dapat pada Kultivar Murai
diketahui kultivar yang cocok dan G : POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air
konsentrasi yang tepat untuk pupuk organik pada Kultivar Walet
cair. H : POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air
pada Kultivar Vima-1
B. METODE PENELITIAN I : POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air
Percobaan dilakukan di UPTD Balai pada Kultivar Murai
Pertanian Benih Palawija (BPBP) di J : POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air
Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. pada Kultivar Walet
Lokasi percobaan terletak pada ketinggian ± K : POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air
17 meter di atas permukaan laut (m dpl) jenis pada Kultivar Vima-1
tanah Regosol dengan suhu rata-rata 27oC.. L : POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air
Percobaan telah dilaksanakan mulai bulan pada Kultivar Murai
Maret sampai Mei 2016. Data hasil pengamatan utama diolah
Bahan yang digunakan dalam dengan menggunakan uji statistic dengan
penelitian ini adalah benih kacang hijau model linier seperti yang dikemukakan oleh
Kultivar Walet, Kultivar Vima-1, Kultivar Kemas Ali Hanafiah (2001) adalah sebagai
Murai, pupuk organik cair Bio-Agro, pupuk berikut :
SP-36 (36%), Urea (46%), KCl (60%) dan Yij = µ + ri+ tj + εij
pestisida Curacron. Alat-alat yang digunakan Keterangan :
yaitu alat tulis, cangkul, gunting, hand Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-
sprayer, meteran, nama perlakuan, I, perlakuan ke-j
penggaris, papan, plastik, spidol, timbangan μ = Nilai rata-rata umum
analitik, tali rafiah, dan alat-alat lainnya. ri = Pengaruh ulangan ke-i
Penelitian dilakukan dengan tj = Pengaruh perlakuan ke-j
menggunakan metode eksperimen, dengan Ɛij = Pengaruh random dari ulangan ke-
rancangan percobaan menggunakan Acak I dan perlakuan ke-j
Kelompok (RAK). Percobaan ini terdiri dari Berdasarkan model linier di atas
12 kombinasi perlakuan, yaitu pemberian dapat disusun kerangka sidik ragam
pupuk organik cair dan kultivar. Masing- sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
622
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
623
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
Pengembangan Benih dan Palawija di Kepik hijau menyerang daun, polong, dan biji
Plumbon Kabupaten Cirebon, dapat diketahui menjadi keriput. Hama ini menyerang pada
bahwa tipe curah hujan menurut Schmidt- umur 30 HST yang ditandai dengan pada
Fergusson (1951) termasuk hujan tipe D kulit polong yang terserang akan nampak titik
(60,00 ≤ Q < 100,00) yang bersifat sedang hitam atau coklat tua bekas tempat masuknya
dan sesuai dengan syarat tumbuh tanaman hama. Tanaman yang terserang hama adalah
kacang hijau yang membutuhkan curah hujan 400 tanaman atau 11,11 % yang tersebar di
100 - 200 mm/bulan (Soeprapto, 1993). beberapa petakan.
Pertumbuhan benih kacang hijau Pada umur 33 HST tanaman kacang
selama percobaan dapat tumbuh dengan baik, hijau Kultivar Vima 1 telah berbunga ± 80 %,
karena dari 3.600 benih yang ditanam di sedangkan Kultivar Walet dan Murai pada 35
seluruh petakan terdapat 81 benih yang tidak HST. Panen pertama untuk semua kultivar
tumbuh. Hal ini menunjukkan daya tumbuh pada umur 64 HST, sedangkan pada deskripsi
benih kacang hijau yaitu 97,75 %. Hama yang umur panen Kultivar Walet pada 58 HST,
dominan menyerang tanaman kacang hijau Kultivar Vima1 pada 57 HST, dan Kultivar
adalah kepik hijau dan penggerek polong. Murai pada 63 HST.
Pengamatan Utama
1. Tinggi Tanaman
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi POC dan Kultivar terhadap Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)
Umur
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
A (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 5.17a 30.00a 42.33a
B (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 5.00a 29.67a 40.00a
C (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 4.63a 35.67a 58.00c
D (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 4.97a 35.00a 41.33a
E (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 4.90a 33.00a 46.33b
F (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 5.23a 33.00a 58.67c
G (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 5.23a 31.67a 42.00a
H (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 4.70a 32.33a 47.00b
I (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 5.03a 27.33a 56.33c
J (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 5.20a 31.33a 42.00a
K (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 4.93a 26.67a 45.67b
L (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 5.07a 33.33a 59.33c
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menurut uji Gugus Scott-Knott pada
taraf 5%
624
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
625
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
Umur
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
E (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 3.33a 4.33a 5.67a
F (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 3.00a 4.33a 5.67a
G (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 3.00a 4.00a 5.33a
H (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 3.00a 4.33a 5.33a
I (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 3.33a 3.67a 4.67a
J (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 3.00a 4.00a 5.00a
K (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 3.67a 3.67a 4.00a
L (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 3.00a 4.00a 5.00a
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menurut uji Gugus Scott-Knott pada
taraf 5%
Perlakuan Kultivar dan pemberian tidak dapat berjalan dengan lancar yang
pupuk organik cair tidak memberikan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
perngaruh yang nyata terhadap jumlah kurang optimal. Penggunaan pupuk organik
cabang tanaman karena pertumbuhan gulma cair seperti Biogrow Complete, memberikan
yang tidak terkendali, menyebabkan tanaman hasil pengaruh tidak berbeda nyata terhadap
kacang hijau tidak dapat memanfaatkan unsur jumlah cabang setiap tanaman kacang hijau
hara secara maksimal dan proses fotosintesis (Barus, dkk, 2014).
626
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
627
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi POC dan Kultivar terhadap Rata-Rata Volume Akar
Umur
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
A (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 1.33a 2.33a 4.00a
B (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 1.67a 2.67a 3.67a
C (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 1.67a 3.33a 4.33a
D (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 1.00a 3.00a 3.67a
E (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 1.33a 3.0aa 4.33a
F (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 1.00a 2.67a 3.67a
G (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 1.67a 3.00a 4.00a
H (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 1.33a 3.33a 4.33a
I (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 2.00a 3.00a 3.67a
J (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 1.33a 3.33a 3.67a
K (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 2.00a 2.67a 4.33a
L (POC konsentrasi 12 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 2.00a 2.33a 4.33a
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menurut uji Gugus Scott-Knott pada
taraf 5%
7. Jumlah Polong per Tanaman (polong) tersedia didalam tanah dan tumbuhan.
Berdasarkan Tabel 14. menunjukkan Berdasarkan analisis tanah kandungan P
bahwa perlakuan memiliki pengaruh yang dalam lahan percobaan termasuk dalam
tidak nyata terhadap jumlah polong kategori sedang, yang menyebabkan
pertanaman kacang hijau. Hanisar (2015) kebutuhan P tanaman kacang hijau dalam
menyampaikan pada penelitiannya, pembentukan biji tidak terpenuhi secara
perlakuan pemberian pupuk organik cair optimal. Pada kandungan P dalam tanah yang
Nasa atau Supermes dan macam varietas kurang tinggi dapat menyebabkan
memberikan hasil tidak berpengaruh nyata pertumbuhan daun dan hasil polong rendah.
terhadap jumlah polong per tanaman kacang Sebagian besar hara P dapat diserap menjadi
hijau. Hal ini dapat disebabkan fosfor yang Al-P dan Fe-P atau bentuk P yang tidak
terdapat pada pupuk cair tidak dapat terserap tersedia bagi tanaman (Santoso dalam
secara sempurna, serta pemanfaatannya Sumarni, dkk., 2012).
digunakan untuk bentuk fosfor yang tidak
Tabel 8. Pengaruh Konsentrasi POC dan Kultivar terhadap Rata-Rata Jumlah Polong per Tanaman
(buah)
Jumlah Polong per
Perlakuan
Tanaman (buah)
A (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 10.97a
B (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 11.83a
C (POC konsentrasi 6 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 12.20a
D (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 11.30a
E (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 13.83a
F (POC konsentrasi 8 ml / 1 liter air pada Kultivar Murai) 11.50a
G (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Walet) 12.20a
H (POC konsentrasi 10 ml / 1 liter air pada Kultivar Vima-1) 12.63a
628
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
Hasil disebabkan karena hasil tanaman tanaman akan unsur hara, kandungan unsur
dipengaruhi oleh masa pertumbuhan vegetatif, hara yang ada dalam tanah, serta kandungan
jika masa pertumbuhan baik maka hasil yang unsur hara yang terdapat dalam pupuk
didapat akan maksimal. Jumlah pupuk yang (Asparno Mardjuki, 1990).
diberikan berhubungan dengan kebutuhan
629
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
Hal ini dapat disebabkan karena bobot 6 g, Kultivar Murai memiliki bobot 100 butir ±
100 biji kering tanaman kacang hijau dari 6 g. Hanisar (2015), menyatakan perlakuan
masing-masing kultivar berkisar 6 – 6,3 g, macam varietas tidak berpengaruh nyata
sesuai dengan deskripsi tanaman kacang hijau terhadap bobot kering 100 biji tanaman kacang
Kultivar Walet memiliki bobot 100 butir ± 6,3 hijau.
g, Kultivar Vima 1 memiliki bobot 100 butir ±
Berdasarkan Tabel 17. menunjukkan sebesar 7,46 %, Unsur hara fosfor berfungsi
bahwa perlakuan memiliki pengaruh nyata untuk pembentukan buah, bunga, dan biji,
pada perlakuan H (POC konsentrasi 10 ml/l mempercepat masaknya buah (Dirjen
pada Kultivar Vima-1). Hal ini disebabkan Pendidikan, 1991). Konsentrasi pupuk
karena fosfor yang terkandung dalam pupuk organik cair yang ditambahkan sebesar 10
organik cair dapat diserap secara optimal ml/l merupakan jumlah yang optimal sesuai
untuk pembentukan biji pada seluruh dengan pernyataan Utami (2007), pemberian
tanaman kacang hijau. Pupuk organik cair pupuk organik cair dengan konsentrasi 10
(Bio-Agro) memiliki kandungan P2O5 ml/l dihasilkan bobot biji kering kultivar
630
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
631
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
632
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
633
Mungbean , Liquid Organic Fertilizer , Cultivar
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Sub Soil Terhadap Pemberian
Media Tanah Pasir Pantai. Fakultas Beberapa Jenis Bahan Organik Dan
Pertanian Jurusan Budidaya Pupuk Organik Cair. Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Pertanian, Universitas Sumatera
Soedirman, Purwokerto. Utara.
Roswarkam, A. Dan Yuwono, N, W. 2002. Toha, H. M., K. Permadi., A.A, Daradjat,
Ilmu Kesuburan Tanah, Kanisius, 2008. Pengaruh Waktu Tanam
Yogyakarta Terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan
Salisburry. F.B and C.W. Ross. 1992. Plant Potensi Hasil Beberapa Varietas
Physiology, Fourh Padi Sawah Irigasi Dataran Rendah.
Edition.Wadsworth Publishing ttpwww.google. Diakses 3-12-2015.
Company. California. Utami, S. 2007. Struktur Morfologi dan
Samekto Riyo. 2008. Pemupukan Anatomi Akar Kacang Hijau (Vigna
.Yogyakarta :PT.Aji Cipta Pratama radiata L) pada Media Lumpur
Schmidt, FH. And J. H. A. Fergusson. 1951. Lapindo. Prodi Biologi FMIPA:
Rain Fall Types Based On Wet an Dry Surabaya.
Period Rations For Indonesia With Wahyuni dan Susylowati. 2003. Pengaruh
Western New Guinea. Djawatan Pengelolaan Tanah dan Pupuk OST
Meteorologi dan Geofisik. Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Verhandelingen No. 42, Jakarta. Tanaman Kacang Tanah. Jurnal
Setijo Pujo. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Budidaya Pertanian Vol. 9 No. 2
Penebar Swadaya. Jakarta. September 2003. Fakultas Pertanian
Sihotang, Rikardo Halomoan. 2013. Universitas Mulawarman. Samarinda.
Pengaruh Pupuk Organik Cair Yaseen, M., Wazir Ahmed dan Muhammad
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Shahbaz. 2013. Role of Foliar
Kacang Hijau Pada Tanah Aluvial. Feeding of Micronutrients in Yield
Universitas Tanjungpura Pontianak. Maximization of Cotton in Punjab.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Dept Turk J Agric.
Ilmu Tanah, Fak. Pertanian, IPB. Yulia Raihana dan Eddy William. 2006.
Soeprapto. 1993. Bertanam Kacang Hijau. Pemberian Mulsa Terhadap Tujuh
Penebar Swadaya. Jakarta. Varietas Kacang Hijau dan Keharaan
Suhedi Phrimantoro, Bambang. 1995. Tanah di Lahan Lebak Tengahan.
Kandungan Zat Hara Pada Pupuk Balai Penelitian Pertanian Lahan
Organik Cair. Surabaya: Pengolahan Rawa, Banjarbaru.
Lahan Sempit. Vol. 32 Yuliarti Nugraheti. 2009. 1001 Cara
Sumarni, Rosliani, Basuki, dan Hilman. Menghasilkan Pupuk Organik.
2012. Respon Tanaman Bawang Yogyakarta :Lily Publisher.
Merah Terhadap Pemupukan Fosfat Zamski, E. 1996. Anatomical and
pada Beberapa Tingkat Kesuburan Physiological Characteristic of Sink
Lahan (Status P-Tanah). Balai Cells. In E. Zamski and A.A. Schaffer
Penelitian Tanaman Sayuran, (Eds.). Photoassimilate Distribution
Bandung. in Plantsand Crops; Source-Sink
Syafrina, Silvi. 2009. Respon Pertumbuhan relationships. Marcel Dekker, Inc.
dan Produksi Kacang Hijau
(Phaseohis radiates L.)Pada Media
634