Anda di halaman 1dari 9

Global Forest Journal Vol.00, No.

00 (2023) 000–000

Global Forest Journal GF


Journal homepage: https://gfj.usu.ac.id
J
Respon Tanaman Alpukat (Persea americana) terhadap Berbagai
Dosis Pupuk Kompos dan Interval Penyiraman
Kansih Sri Hartini*1 , Afifuddin Dalimunthe1 , Vinny Alvionita Br Tarigan1
1
Faculty of Forestry, Universitas Sumatera Utara, Campus 2 Bekala Pancur Batu, Deli Serdang Sumatera Utara,
20353, Indonesia
*
Corresponding Author: kansih_sri_hartini@usu.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: Avocado is a multifunctional plant that can be utillized by all parts. The growth
Received 24 January 2020 of avocado and yield of it can be achieved by fulfilling requirements for growth
Revised 30 April 2020 and maintenance of the plant well. Planting on dry land requires the addition of
Accepted 2 December 2020
organic fertilizer and optimal water requirements to increase organic matter
Available online xxx
content and plant fertility. This research aims to obtain the the optimal dosage of
E-ISSN: compost and watering intervals for the growth of avocado (Persea americana).
P-ISSN: The research was carried out from February to June 2021 in the Greenhouse of
Agriculture, University of North Sumatera. This research used a factorial
How to cite: completely randomized design (CRD) with the addition of compost fertilizer
K.S. Hartini, A. Dalimunthe, doses and watering intervals with parameters of observation of height, diameter,
V.A.B. Tarigan “Respon upper fresh weight, lower fresh weight, upper dry weight and lower dry weight.
Tanaman Alpukat (Persea The results showed that the interaction of compost and watering intervals had a
americana) terhadap Berbagai significant effect on the addition of Compost and watering intervals had a
Dosis Pupuk Kompos dan Interval
Penyiraman,” Global Forest
significant effect on the addition of height, diameter, lower fresh weight and
Journal, lower dry weight of avocado plants. The interaction of giving 1.5 kg of compost
and watering intervals every day had the best effect on the growth and quality of
avocado seedlings.
Keyword: Compost, Dry land, Persea americana, Water requirements

ABSTRAK
Alpukat merupakan tanaman multifungsi yang dapat dimanfaatkan seluruh
bagiannya. Pertumbuhan Alpukat yang baik dan hasil yang maksimal dapat
dicapai dengan memperhatikan syarat pertumbuhan dan pemeliharaannya.
Penanaman pada lahan kering perlu penambahan pupuk organik dan air yang
optimum untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan kesuburan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk kompos dan
interval penyiraman yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman alpukat
(Persea americana). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni
2021 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan perlakuan
This work is licensed under a Creative
penambahan dosis pupuk kompos dan interval penyiraman dengan parameter
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 pengamatan tinggi, diameter, jumlah daun, bobot segar bagian atas, bobot segar
International.
http://doi.org/10.26594/ bagian bawah, bobot kering bagian atas dan bobot kering bagian bawah. Hasil
register.v6i1.idarticle penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk kompos dan
interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter,
bobot segar bagian bawah dan bobot kering bagian bawah tanaman alpukat.
Kombinasi perlakuan pemberian pupuk kompos 1,5 kg dan interval penyiraman
setiap hari memiliki pengaruh yang paling baik terhadap pertumbuhan dan
kualitas bibit alpukat.
Keyword: Interval Penyiraman, Kompos, Lahan Kering, Persea americana,

1. Latar belakang
Penanaman pada lahan kering secara umum memerlukan penambahan bahan organik karena tingkat
kesuburannya yang rendah. Menurut [1] permasalahan dalam pengelolaan lahan kering adalah keterbatasan
2
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

air dan kurangnya kandungan organik dalam tanah. Lahan kering dapat diperbaiki dengan konservasi tanah
dan air, pemilihan komoditas, pengaturan pola dan masa tanam untuk meningkatkan produktivitas lahan dan
tanaman [2]. Konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah, salah satu bahan organik yang dapat digunakan adalah pupuk kompos.
Menurut [3] pupuk kompos dapat mengembalikan kesuburan tanah dengan menyediakan unsur mikro bagi
tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta mengikat air dalam tanah..

Pemilihan komoditas yang akan ditanam pada lahan kering harus memiliki kesesuaian lahan, manfaat
lingkungan dan juga manfaat ekonomi untuk masyarakat sekitar [4]. Alpukat merupakan salah satu Multy
Purpose Tree Species (MPTS) yang dapat dijadikan solusi untuk penanaman dilahan kering. Tanaman
alpukat memiliki akar tunggang yang dapat meningkatkan infiltrasi sekaligus berpotensi dibudidayakan pada
lahan marginal [5], walaupun begitu untuk mendapatkan hasil pertumbuhan alpukat yang optimal perlu
penambahan bahan organik salah satunya yaitu pupuk kompos. Menurut hasil penelitian [6] penambahan
pupuk kompos dapat meningkatkan bobot basah, bobot kering dan rasio pucuk akar bibit mahoni.

Selain penambahan pupuk kompos, pada penanaman alpukat juga perlu memperhatikan kebutuhan air.
Pasokan air ke tanaman harus sesuai dengan kebutuhannya karena terlalu sedikit atau terlalu banyak akan
berdampak buruk bagi tanaman [7]. Pemberian kebutuhan air yang tepat dapat diketahui dengan interval
penyiraman, interval penyiraman memberi pengaruh nyata d alam pertumbuhan tanaman sukun terhadap
parameter tinggi dan persentase kadar air tanaman bagian bawah [8]. Untuk itu penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang dosis pupuk kompos dan interval penyiraman yang optimal terhadap
pertumbuhan alpukat (Persea americana).

2. Metode
2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2023.

2.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit alpukat yang berumur 3 bulan sebanyak 60 bibt,
top soil, pupuk kompos dan air. Penelitian ini menggunakan beberapa peralatan yaitu polybag dengan ukuran
40 x 50 cm, ember, penggaris, caliper, timbangan, gunting, neraca analitik, oven, kamera dan software
Microsoft Excel.

2.3 Rancangan Penelitian


Uji coba dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan
dan 2 perlakuan yaitu dosis pupuk kompos (0 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg dan 2 kg) dan interval penyiraman
(satu hari sekali, 3 hari sekali, 5 hari sekali dan 7 hari sekali). Parameter yang diamati meliputi tinggi,
diameter, jumlah daun, bobot segar bagian atas tanaman, bobot segar bagian bawah tanaman, bobot kering
bagian atas tanaman dan bobot kering bagian bawah tanaman.

2.4 Prosedur Penelitian


Persiapan bibit yang digunakan berumur 3 bulan dan dalam kondisi yang sehat dengan tinggi rata-rata 30-50
cm. Tanah yang sudah dihomogenkan dimasukkan ke dalam polybag lalu ditambahkan pupuk kompos sesuai
perlakuan. Media tanam diperoleh dari tanah di daerah Kecamatan Besitang, Kabupataen Langkat, Provinsi
Sumatera Utara. Lalu diberi label pada setiap polybag berdasarkan perlakuan dan ulangan yang telah
diberikan. Setelah itu disiram berdasarkan perlakuan yang telah ditentukan dan diamati selama 3 bulan (90
hari).

2.5 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of variance (Anova) untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan tanaman
alpukat. Apabila Anova berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Dilakukan penilaian berdasarkan skoring pada tabel pengaruh
perlakuan terhadap seluruh parameter dengan skor 1-5 untuk hasil yang tertinggi sampai terendah untuk
mengetahui kombinasi perlakuan yang paling optimal bagi pertumbuhan bibit alpukat (Persea americana).
3
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

3. Hasil dan Pembahasan

Interaksi pemberian kompos dan interval penyiraman memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan
tinggi, diameter, bobot segar bagian bawah dan bobot kering bagian bawah. Rekapitulasi hasil analisis
keragaman ditunjukkan pada tabel 1.

Table 1. Rekapitulasi hasil analisis keragaman parameter pengamatan.


F Hitung
Parameter
Pupuk Kompos Interval penyiraman Interaksi
Pertambahan tinggi 6,24* 10,20* 2,27*
Pertambahan diameter 9,78* 16,95* 3,90*
Jumlah daun 1,96tn 5,95* 1,31tn
Bobot segar bagian atas 1,30tn 7,05* 1,90tn
Bobot segar bagian bawah 1,43tn 29,92* 2,45*
Bobot kering bagian atas 1,27tn 7,87* 1,70tn
Bobot kering bagian bawah 1,01tn 30,08* 2,07*
Notes: *: Perlakuan signifikan pada level kepercayaan 0,05; tn:perlakuan tidak berpengaruh nyata

3.1 Pertambahan Tinggi


Berdasarkan Tabel 1 interaksi antara pemberian pupuk kompos dan interval penyiraman memiliki
pengaruh yang nyata terhadap rata rata pertambahan tinggi bibit alpukat. Rata rata pertambahan tinggi bibit
alpukat yaitu 7,14 cm. pertambahan tinggi ini menunjukkan bahwa pupuk kompos dan pemberian air yang
tepat berperan penting dalam pertumbuhan tinggi tanaman alpukat. Pemberian pupuk kompos 2 kg dengan
penyiraman setiap hari mendapatkan pertumbuhan tertinggi yaitu 20,27 cm seperti tersaji pada Gambar 1.
Menurut [3] pupuk kompos mengandung mineral yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan struktur tanah
sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara untuk membantu pertumbuhan tinggi tanaman.

Pertambahan tinggi yang terbaik yaitu pada pengaplikasian dosis pupuk kompos tertinggi yaitu 2 kg. Hal
tersebut dikarenakan dosis pupuk kompos 2 kg menyebabkan struktur tanah menjadi remah. Menurut
pendapat [9] media yang remah menyebabkan akar terus melakukan penyerapan unsur hara maupun
perpanjangan akar sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman. Interval penyiraman setiap hari
memberikan pertambahan tinggi terbaik, hal tersebut menandakan bahwa alpukat sangat membutuhkan air
dalam proses pertumbuhannya. Menurut [10] air sangat berpengaruh pada pertumbuhan suatu tanaman,
kurangnya kondisi air yang tersedia dapat mengganggu proses fisiologis tanaman dan menyebabkan stress.

25.00
Rerata Tinggi (Cm)

20,27 c
20.00
12,97 b
15.00 9,43 ab
8,50 ab
7,87 ab 6,07 a
10.00 5,40 a 5,00 a 9,40 ab 7,47 ab 7,50 ab 6,60 a
4,23 a 3,97 a 6,33 a
5,17 a 5,90 a 4,00 a
5.00 3,37 a 3,30 a

0.00

Perlakuan
Gambar 1. Uji lanjut dmrt pertambahan tinggi tanaman alpukat
Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
K0 : kontrol A1 : penyiraman setiap hari
K1 : pupuk kompos 0,5 kg A2 : penyiraman tiga hari sekali
K2 : pupuk kompos 1 kg A3 : penyiraman lima hari sekali
K3 : pupuk kompos 1,5 kg A4 : penyiraman tujuh hari sekali
4
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

K4 : pupuk kompos 2 kg
3.2 Pertambahan Diameter
Interaksi pemberian pupuk kompos dan interval penyiraman berpengaruh nyata pada pertambahan
diameter sehingga dilakukan uji lanjut dmrt seperti pada gambar 2. Pertambahan diameter tertinggi yaitu
pada perlakuan penambahan pupuk kompos 0,5 kg dengan interval penyiraman setiap hari yang tidak
berbeda nyata dengan perlakuan penambahan dosis 1 kg dan 2 kg, tetapi dari keefektikan dosis yang
digunakan 0,5 kg sudah mendapatkan hasil yang sama dengan 2 kg. Berdasarkan penelitian [11] bahwa
perlakuan berbagai dosis pupuk kompos memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan
diameter bibit Gmelina arborea. Pupuk kompos mengandung hara hara mineral yang berfungsi untuk
penyediaan makanan bagi tanaman [12] sehingga pemberian pupuk kompos dengan dosis 0,5 kg
mendapatkan pertumbuhan diameter yang baik. Perlu dilakukan penyiraman setiap hari untuk mendapatkan
pertumbuhan diameter alpukat yang optimal, hal tersebut sejalan dengan penelitian [13] kondisi lingkungan
yang kering menyebabkan tanaman membutuhkan banyak air untuk bertahan hidup sehingga pemberian
interval penyiraman pada semai alpukat yang terbaik adalah penyiraman setiap hari. Air merupakan
komponen yang sangat vital dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya [14].
Rerata Diamater (cm)

0.18
0.16 0,14 e 0,15 e 0,15 e
0.14
0.12 0,11 de
0,10 cd
0.10 0,08 bcd
0.08 0,03 ab
0,03 ab 0,03 ab 0,06 abcd 0,06 abcd
0.06 0,04 ab 0,04 abc 0,05 abc 0,05 abc 0,04 abc0,04 ab
0.04 0,03 a 0,03 ab 0,03 a
0.02
0.00

Perlakuan

Gambar 2. Uji lanjut dmrt pertambahan diameter tanaman alpukat


Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
K0 : kontrol A1 : penyiraman setiap hari
K1 : pupuk kompos 0,5 kg A2 : penyiraman tiga hari sekali
K2 : pupuk kompos 1 kg A3 : penyiraman lima hari sekali
K3 : pupuk kompos 1,5 kg A4 : penyiraman tujuh hari sekali
K4 : pupuk kompos 2 kg

3.3 Jumlah Daun


Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tabel 1, terlihat bahwa interaksi penambahan pupuk kompos
dan interval penyiraman serta faktor tunggal pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan jumlah daun bibit alpukat, tetapi perlakuan interval penyiraman secara terpisah memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun bibit alpukat sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut dmrt untuk
mengetahui perbedaan antar masing masing taraf perlakuan pada gambar 3.

Hasil uji lanjut pada gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan A1 yaitu penyiraman setiap hari tidak
berbeda nyata dengan perlakuan A2 yaitu penyiraman 3 hari sekali. Penyiraman setiap hari dengan
pertambahan jumlah daun sebanyak 18 helai yang tidak berbeda nyata dengan penyiraman 3 hari sekali
sebanyak 15 helai pada tanaman alpukat (Persea americana). Berdasarkan penelitian [15] bahwa frekuensi
penyiraman satu kali sehari menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dikarenakan penyiraman setiap hari
memenuhi kebutuhan air dalam tanaman melakukan proses fotosintesisnya. Seperti yang dikemukakan [16]
bahwa semua proses fisiologis tanaman membutuhkan air, termasuk pada pembelahan sel dan proses
pembentukan daun.
5
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Jumlah Daun (Helai)


20.00 18 c
18.00
16.00 15 bc
14 ab
14.00
12 a
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
A1 A2 A3 A4

Interval Penyiraman
Gambar 3. Uji lanjut dmrt pengaruh interval penyiraman pada pertambahan jumlah daun tanaman alpukat
Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
A1 : penyiraman setiap hari
A2 : penyiraman tiga hari sekali
A3 : penyiraman lima hari sekali
A4 : penyiraman tujuh hari sekali

3.4 Bobot Segar Bagian Atas


Bobot segar bagian atas tanaman alpukat (Persea americana) merupakan bobot tanaman sebelum
tanaman mengalamil kelayuan dan kehilangan air, bobot segar bagian atas merupakan total bobot tanaman
tanpa akar. Berdasarkan hasil analisis keragaman perlakuan interval penyiraman memberikan pengaruh yang
nyata terhadap rata rata bobot segar bagian atas tanaman alpukat (Persea americana) sehingga dilakukan uji
lanjut pada gambar 4.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman setiap hari memberikan hasil yang terbaik
terhadap rata rata bobot segar bagian atas tanaman dengan bobot sebesar 32,41 gr. Hasil ini sesuai dengan
penelitian [17] pada tanaman kakao bobot segar tajuk mendapatkan bobot terbesar pada interval penyiraman
setiap hari. Tanaman yang mendapatkan air lebih optimal dapat mengembangkan luas daun yang lebih besar
[14] hal tersebut mengakibatkan peningkatan bobot segar bagian atas tanaman.
Bobot Segar Atas (gr)

35.00 32,41 b
30.00
25.00 23,63 a

20.00 17,98 a 17,02 a


15.00
10.00
5.00
0.00
A1 A2 A3 A4

Interval Penyiraman

Gambar 4. Uji lanjut dmrt pengaruh interval penyiraman pada bobot segar bagian atas tanaman alpukat
Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
A1 : penyiraman setiap hari
A2 : penyiraman tiga hari sekali
A3 : penyiraman lima hari sekali
A4 : penyiraman tujuh hari sekali
6
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

3.5 Bobot Segar Bagian Bawah


Interaksi pemberian pupuk kompos dan interval penyiraman berpengaruh nyata pada rata rata bobot sega
bagian bawah. Bobot segar bagian bawah menunjukkan banyaknya akar yang dihasilkan oleh tanaman untuk
menyerap air dan unsur hara pada media tanam [9]. Pada gambar 5 terlihat bahwa rata rata bobot segar
bagian bawah bibit alpukat pada pengamatan yaitu 16,94 gr. Bobot segar bagian bawah tanaman alpukat
(Persea americana) tertinggi pada perlakuan K3A1 yaitu interaksi perlakuan dosis pupuk kompos 1,5 kg dan
penyiraman satu hari sekali yaitu 65,63 gr. Menurut [18] kompos dapat menyerap air dan unsur hara
terutama unsur N, P dan K yang kondusif untuk pertumbuhan akar yang lebih baik, sehingga lebih banyak
akar tanaman akan langsung meningkatkan bobot segar akar. Bobot segar bagian bawah tanaman merupakan
fakor penting dalam pertumbuhan tanaman yang menunjukkan kemampuan penyerapan unsur hara serta
metabolisme yang terjadi pada tanaman [19]. Pemberian pupuk kompos dengan dosis 1,5 kg dapat
memperbaiki fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian [20] pupuk
kompos mengandung unsur P 1,05% yang berperan dalam perkembangan akar. Pemberian air yang cukup
juga mempengaruhi biomassa akar tanaman alpukat. Menurut [21] pemberian interval air dalam kondisi
optimal memungkinkan hormon tertentu secara positif mempengaruhi dan meregangkan dinding sel. Ketika
tanaman menghasilkan sel-sel baru dapat mempercepat pertumbuhan batang, daun, dan akar.
Bobot Segar Bawah (gr)

70.00 65,63 d
60.00
50.00
39,00 c
40.00
30,63bc 30,28 bc
30.00 17,60 ab
13,02 a 10,12 a 15,89 ab 12,69 a 12,39 a 10,97 a
20.00 121,44a 7,96 a
8,62 a 10,34 a 9,13 a
8,39a 8,29 a 6,78 a 8,67 a
10.00
0.00

Perlakuan

Gambar 5. Uji lanjut rata rata bobot segar bagian bawah bibi alpukat
Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
K0 : kontrol A1 : penyiraman setiap hari
K1 : pupuk kompos 0,5 kg A2 : penyiraman tiga hari sekali
K2 : pupuk kompos 1 kg A3 : penyiraman lima hari sekali
K3 : pupuk kompos 1,5 kg A4 : penyiraman tujuh hari sekali
K4 : pupuk kompos 2 kg

3.6 Bobot Kering Bagian Atas


Bobot kering bagian atas tanaman alpukat pada pengamatan 90 hst menghasilkan rata rata bobot kering
bagian atas sebesar 13,05 gr. Perlakuan interval penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata
rata Interaksi pemberian pupuk kompos dan interval penyiraman berpengaruh nyata pada rata rata bobot
kering bagian bawah tanaman sehingga dilakukan uji lanjut pada gambar 6. Perlakuan interval penyiraman
setiap hari memperoleh bobot kering bagian atas tertinggi sebesar 18,37 gr dan bobot kering terendah pada
perlakuan interval penyiraman tujuh hari sekali yaitu 10,05 gr. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan [17] pada tanaman kakao bobot kering tertinggi yaitu pada interval penyiraman setiap hari. Berat
kering sebagai hasil repsesentasi dari berat basah tanaman, merupakan kondisi tanaman yang menyatakan
besarnya akumulasi bahan organik yang terkandung dalam tanaman tanpa kadar air [16]. Bobot kering
mencerminkan nutrisi dalam tanaman [9] ketersediaan air yang cukup membantu tanaman melakukan proses
fotosintesis sehingga berat kering tanaman alpukat pada kondisi air yang optima mendapatkan hasil yang
besar
7
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Bobot Kering Bagian Atas (gr)


20.00 18,37 b
18.00
16.00
13,65 a
14.00
12.00 10,14 a 10,05 a
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
A1 A2 A3 A4

Interval penyiraman

Gambar 6. Uji lanjut dmrt pengaruh interval penyiraman pada bobot kering bagian atas tanaman alpukat
Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
A1 : penyiraman setiap hari
A2 : penyiraman tiga hari sekali
A3 : penyiraman lima hari sekali
A4 : penyiraman tujuh hari sekali

3.7 Bobot Kering Bagian Bawah


Data pengamatan bobot kering bagian bawah tanaman alpukat berdasarkan hasil analisis keragaman
terlihat bahwa pemberian pupuk kompos dan interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap parameter
bobot kering bagian bawah. Berdasarkan hasil analisis keragaman sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut
dmrt pada gambar 7. Dosis pupuk kompos 1,5 kg dengan penyiraman setiap hari menunjukkan bobot kering
bagian bawah terbaik dengan bobot sebesar 35,29 gr sedangkan bobot kering bagian bawah terendah yaitu
pada perlakuan kontrol/tanpa pemberian pupuk kompos dengan penyiraman 7 hari sekali. Menurut pendapat
Berat kering tanaman menunjukan status nutrisi tanaman dan indikator yang menentukan apakah tanaman
tumbuh dengan baik serta pemanfaatan hara oleh tumbuhan [22]. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kompos
dengan dosis 1,5 kg telah memenuhi kebutuhan nutrisi dan hara tanaman alpukat. Ketersediaan unsur hara
Bobot Kering Bawah (gr)

akan menentukan
produksi berat 40.00
kering bibit
tanaman. 35,29 c Menurut [19]
35.00
kompos dapat 30.00
memperbaiki
sifat fisik, kimia 25.00
dan biologi
tanah sehingga 20.00 16,89 b
18,74 b unsur hara
tersedia untuk 16,28 b mendukung
15.00
pertumbuhan 5,91 a tanaman.
10.00 8,90 a 7,17a 5,72 a 4,76 a 8,35 a 6,39 a
6,43 a 4,71 a 4,90 a 6,28 a 4,93 a 4,83 a 6,49 a 5,82 a
5.00 4,40 a
0.00

Perlakuan
8
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Gambar 7. Uji lanjut rata rata bobot kering bagian bawah bibi alpukat
Notes: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
K0 : kontrol A1 : penyiraman setiap hari
K1 : pupuk kompos 0,5 kg A2 : penyiraman tiga hari sekali
K2 : pupuk kompos 1 kg A3 : penyiraman lima hari sekali
K3 : pupuk kompos 1,5 kg A4 : penyiraman tujuh hari sekali
K4 : pupuk kompos 2 kg
3.8 Skoring Perlakuan Kombinasi Pupuk Kompos dan Interval Penyiraman
Hasil skoring terhadap beberapa perlakuan yang diberikan (Tabel 2), skoring yang dilakukan bertujuan
untuk Skoring mengetahui
perlakuan Parameter terbaik pada
K1A1 K2A1 K2A3 K3A1 K4A1
parameter Pertambahan tinggi 1 2 3 4 5 yang
menunjukan Pertambahan diameter 4 5 3 2 5 hasil
Bobot segar bagian bawah 3 4 1 5 2
Bobot kering bagian bawah 3 4 1 5 2
Jumlah 11 15 8 16 14
berpengaruh nyata terhadap pemberian kombinasi perlakuan penambahan pupuk kompos dan interval
penyiraman. Perlakuan kombinasi pemberian dosis pupuk kompos 1,5 kg dan interval penyiraman
mendapatkan hasil tertinggi pada bobot segar bagian bawah dan bobot kering bagian bawah serta
pertambahan tinggi tanaman menunjukkan nilai yang relatif tinggi sehingga menjadi kombinasi perlakuan
terbaik yang disarankan dari hasil penelitian ini.

Table 2. Hasil skoring perlakuan kombinasi pemberian pupuk kompos dan interval penyiraman pada
parameter pertumbuhan bibit alpukat (Persea americana)

Notes: 1-5 = nilai tinggi-nilai rendah; K1A1 (tanpa kompos, penyiraman setiap hari); K2A1 (dosis kompos
0,5 kg, penyiraman setiap hari); K2A3 (dosis kompos 1 kg, penyiraman 5 hari sekali); K3A1 (dosis
kompos 1,5 kg, penyiraman setiap hari); K4A1 (dosis kompos 2 kg, penyiraman setiap hari).

3. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi bibit, diameter batang, bobot segar bagian bawah dan
bobot kering bagian bawah meningkat secara nyata pada kombinasi pemberian perlakuan pupuk kompos dan
interval penyiraman. Perlakuan dengan penambahan pupuk kompos 1,5 kg dan interval penyiraman setiap
hari) memberikan hasil yang terbaik pada pertumbuhan bibit alpukat.

References

[1] N. Hadiyanti, A.D. Pamujiati, N. Lisanty, “Sistem Budidaya Lahan Kering dan Pemanfaatan
Pekarangan di Desa Kuncir Kabupaten Nganjuk”, Jurnal Masyarakat Merdeka, vol. 04, no. 01,
pp. 7-12. 2021.
[2] H. Helviani, A.W. Juliatmaja, D.I. Bahari, M. Masitah dan H. Husnaeni, “Pemanfaatan dan
Optimalisasi Lahan Kering untuk Pengembangan Budidaya Tanaman di Desa Puday Kecamatan
Wongeduku Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara”, Mitra Mahajana: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, vol. 02, no. 01, pp. 49-55. 2021.
[3] R.C.M. Siregar, A. Dalimunthe dan U. Budi, “Penggunaan Berbagai Dosis Kompos pada Tanaman
Sukun (Artocarpus communis) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Horison
9
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Kabupaten Simalungun Solok Provinsi Sumatera Barat”, Peronema Forestry Science Journal,
vol.04, no.04, pp. 173-177. 2015
[4] N. L. Nurida, A. Mulayani, F. Widiastuti, dan F. Agus, “Potensi dan Model Agroforestri untuk
Rehabilitasi Lahan Terdegradasi di Kabupaten Berau, Paser, dan Kutai Timur Provinsi
Kalimantan Timur”, Jurnal Tanah dan Iklim, vol. 42, no.01, pp.13-26. 2017
[5] A. Nursaiidah, N. Bafdal, K. Amaru, “Analisis Kesesuaian Lahan Tanaman Alpukat (Persea
americana) dalam Pengelolaan Lahan di Sub Das Cimanuk Hulu”, Jurnal Agrotek Indonesia,
vol 07, no. 01, pp. 1-8. 2022
[6] B. Wasis dan M. Fikri, “Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla) pada Media Tailing
dengan Penambahan Arang Tempurung Kelapa dan Pupuk Kompos”; Journal of Tropical
Silviculture, vol. 12, no. 03, pp.109-117. 2021.
[7] M. Lubis, S. Rosita dan Irsal, “Tanggap Pertumbuhan Bibit Kako (Theobroma cacao L.) terhadap
Berbagai Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Penyiraman”, Jurnal Pertanian Tropik, vol.
01, no. 06, pp.1-10. 2019.
[8] A. Dalimunthe, B. Utomo dan R. Fransiska, “Pengaruh Ketebalan Mulsa Ampas Tebu dan Interval
Penyiraman terhadap Pertumbuhan Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)”, TALENTA
Conference Series: Agriculturan and Natural Resources, vol. 03, no.01, pp. 76-84. 2020.
[9] F. Ahmad, Fathurrahman dan Bahrudin, “Pengaruh Media dan Interval Pemupukan terhadap
Pertumbuhan Vigor Cengkeh”, Jurnal Mitra Sains, vol. 04, no. 04, pp.36-47. 2016.
[10] F.J. Karo, A. Barus, dan M.K. Bangun, “Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Interval
Penyiraman terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Air Madu Deli Hijau (Syzygium
samarangense)”, Jurnal Agroekoteknologi, vol. 04, no.01, pp. 1786-1795. 2015.
[11] K. Khairunnisa, Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Kompos terhadap
Pertumbuhan Semai Gmelina, [Disertasi]. Makasar: Universitas Hasanudin. 2020. [Online].
Available: Repository Unhas.
[12] P. Tefa, M.R.I.C.O. Taolin, dan M.A. Lelang, “Pengaruh Dosis Kompos dan Frekuensi
Penyiraman pada Pertumbuhan Bibit Sengon Laut (Paraserianthes falcataria L.)”, Jurnal
Pertanian Konversi Lahan Kering, vol. 01, no. 01, pp. 13-16. 2015.
[13] A. Dalimunthe, K.S. Hartini, G.I. Tampubolon, “Peningkatan Pertumbuhan Semai Alpukat
(Persea americana) dengan Aplikasi Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan Interval Penyiraman”,
Prosiding Seminar Nasional Silvikultur VIII, Juli 2022. Lampung, pp. 78-86. 2022.
[14] B.A. Kurniawan, S. Fajriani dan Arifin, “Pengaruh Jumlah Pemberian Air terhadap Respon
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)”, Jurnal Produksi
Tanaman, vol. 02, no. 01, pp. 59-64. 2014.
[15] H. Afifah, R. Sutriono dan I.M.L. Aji, “Pengaruh Media Tanam dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Pertumbuhan Semai Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi)”, Jurnal Ganec
Swara, vol. 10, no.01, pp. 107-114. 2016.
[16] S.H. Jafar, A.T. Josephus, I. Kalangi dan M.T.Lasut, “Pengaruh Frekuensi Pemberian Ait terhadap
Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil)”, Jurnal In
Cocos, vol.02, no.02, pp. 1-13. 2013.
[17] J. Pandiangan, Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L) pada Berbagai Komposisi TKKS
dan Interval Penyiraman. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2019. [Online].
Availble: Repositori Usu.
[18] C.C. Mosooli, M.T. Lasut, J.I. Kalangi dan S. Jos, “Pengaruh Media Tumbuh Kompos terhadap
Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus)”, Jurnal Cocos, vol. 07, no. 03,
pp. 1-11. 2016.
[19] Samsudin, Nelvia dan E. Ariani, “Aplikasi Trichokompos dan Pupuk NPK pada Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.) di Medium Gambut”, Jurnal JOM Faperta, vol. 04, no.02, pp. 1-11.
2017.
[20] Surtinah, “Pengujian Kandungan Unsur Hara dalam Kompos yang Berasal dari Serasah Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata)”, Jurnal Ilmiah Pertanian, vol 11, no. 01, pp. 11-17. 2013.
[21] Haryadi. Pengantar Agronomi, Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 1986.
[22] U.K.P Sitorus, B. Siagian dan N. Rahmawati, “Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma
cacao L.) terhadap Pemberian Abu Boiler dan Pupuk Urea pada Media Pembibitan”, Jurnal
Online Agroekoteknologi, vol. 02, no. 03, pp. 1021-1029. 2014.

Anda mungkin juga menyukai