Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL TARI PROVINSI DKI JAKARTA

Disusun oleh: Eska Rizqi Chasna Mufida (VIID/12)

 TARI TUNGGAL, BERPASANGAN, KELOMPOK, MASSAL

1. Tari Tunggal (Tari Topeng Langam, Betawi)

Tari Topeng (Kedok) Tunggal diciptakan tahun 1930 oleh Djiun dan Mak Kinang,
pasangan seniman Betawi yang setelah menikah tinggal di Cisalak, sehingga
sebagian orang mengenalnya sebagai Topeng Cisalak. Tarian ini diberi nama tari
Topeng bukan semata-mata karena penggunaan topeng oleh sang penari, tetapi
karena tarian ini menjadi bagian dari pertunjukkan Topeng Betawi, yaitu teater
rakyat berbahasa Betawi Pinggir (Betawi Ora) yang terdiri dari musik, tari,
nyanyi, lawak dan lakon (sandiwara) dengan tema kehidupan sehari-hari
masyarakat Betawi. Pertunjukkan Topeng Betawi diawali dengan permainan
musik atau tetalu yang mengiringi lagu langgam sari sebagai tanda dimulainya
acara, disusul kemunculan seorang penari perempuan yang disebut “ronggeng”
dan memulai tarian Topeng Tunggal. Awalnya tari Topeng Tunggal diletakkan di
akhir pementasan sebagai penutup, tetapi kemudian justru menjadi pembuka
acara. Tari ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena ronggeng topeng
harus memainkan tiga karakter sekaligus secara berurutan, Tiga karakter dalam
tari Topeng Tunggal direpresentasikan melalui (1) Tari Panji, berkarakter lemah
lembut dan gemulai disimbolkan oleh topeng berwarna putih, (2) Tari Samba,
berkarakter lincah, centil, dan ceria disimbolkan topeng berwarna pink atau merah
muda, dan (3) Tari Jingga, berkarakter kuat, gagah berani, dan kasar yang
disimbolkan dengan topeng berwarna merah atau merah hati.
2. Tari Berpasangan (Tari Sirih Kuning, Betawi)

Tarian daerah Betawi bernama tari sirih kuning dilakukan secara berpasangan dan diiringi
musik khas Betawi yaitu Gambang Kromong. Tarian Betawi ini umumnya dilangsungkan
ketika menyambut atau memeriahkan acara dan menjadi tarian kembangan dari tari cokek
yakni tari tradisional adat Betawi dan banyak berkembang di daerah Tangerang.Tari sirih
kuning ini juga biasa dipakai sebagai pengiring pengantin Betawi ketika masuk ke pelaminan
dengan proses penyerahan sirih dare dari mempelai pria pada pengantin wanita.Tari Sirih
Kuning adalah tarian tradisional Betawi. Tarian yang melambangkan cinta dan kasih sayang
ini biasanya dibawakan dalam prosesi pernikahan adat Betawi. semulanya Tari Sirih Kuning
berkembang dari tari leluhurnya, yakni Tari Cokek. Tari Cokek adalah tari permainan dan
pergaulan masyarakat Tionghoa di daerah pinggiran Betawi pada zaman penjajahan Belanda.
Tari Cokek dimainkan sebagai tari berpasangan laki-laki dan perempuan. Ketika Tari Sirih
Kuning berkembang, awalnya masih dilakukan secara berpasangan namun posisinya diberi
jarak dan tidak saling bersentuhan. Seiring berjalannya waktu, Tari Sirih Kuning tidak wajib
harus berpasangan. Hingga akhirnya seringnya sekarang, tari khas Betawi ini dibawakan oleh
sekelompok penari Perempuan.
3.Tari Kelompok ( Tari Lenggang Nyai, Betawi )

Ini adalah tarian kreasi baru dan biasanya ditarikan secara berkelompok oleh penari
perempuan. Gerakannya yang beragam, lincah, dinamis, serta penuh keceriaanIni adalah
tarian yang berasal dari Jakarta yang kental akan budaya Betawi. Namun, tarian ini adalah
salah satu bentuk asimilasi budaya Betawi dengan Tiongkok. Hal ini bisa dilihat dari property
serta alat musik pengiring dari tarian ini. Tarian yang kerap kali ditampilkan di banyak acara
ini memiliki banyak pesan mengenai kebebasan perempuan. Selain itu, tarian ini juga
memiliki dua nilai, yaitu nilai moral dan nilai estetika. Untuk tarian ini, nilai estetikanya
terdapat pada perpaduan antara sentuhan budaya Betawi, Indonesia dengan budaya Tiongkok.
Adapun nilai moral pada tarian ini disampaikan melalui gerakannya yang amat beragam.
Adapun 8 nilai moral yang disampaikan pada tarian ini adalah kesedihan, kebingungan,
keyakinan, rasa malu, percaya diri, bahagia, cinta sejati, dan keberanian. Pencipta dari tarian
ini adalah Wiwik Widiastuti, yakni seorang seniman asal Yogyakarta. Meskipun begitu,
beliau terkenal akan kekagumannya dan kecintaannya terhadap kesenian Indonesia serta
kebudayaan Betawi. Tarian ini sendiri berasal dari dua kata , yakni Lenggang yang artinya
berlenggak-lenggok. Kemudian, Nyai artinya adalah karakterisasi dari Nyai Dasimah,
seorang tokoh perempuan Betawi pada cerita rakyat. Menurut kisahnya. Nyai Dasimah
merupakan sosok perempuan Betawi yang melegenda dan memiliki paras yang cantik. Dalam
hidupnya, beliau kerap kali dilanda kebingungan mengenai siapa yang kelak menjadi
pasangan hidupnya. Kemudian, beliau menetapkan pilihan pada Edward William, yakni
seorang pria asal Belanda. Sayangnya pilihannya salam karena semasa hidupnya, Nyai
Dasimah kerap dikekang serta diatur oleh suaminya. Oleh karena itu, Nyai Dasimah
kemudian berusaha memperjuangkan kebebasannya dan melakukan pemberontakan. Atas
keberanian yang dimilikinya, akhirnya Nyai Dasimah bebas dari kekangan tersebut. Inilah
kisah yang kemudian menginspirasi Wiwik Widiastuti untuk menciptakan tarian ini. Dengan
begitu, tarian ini mengisahkan tentang bagaimana seorang wanita memperjuangkan
kebebasan dan juga membela haknya. Terdapat keunikan tersendiri pada tarian ini sehingga
tarian ini masih eksis hingga kini. Selain itu, tari asal Jakarta ini juga memiliki beragam
fungsi dimata masyarakat. Adapun keunikan tarian yang asalnya dari Betawi ini adalah
sebagai berikut:1. Kepentingan upacara, 2. Sarana hiburan, 3. Seni Pertunjukan, 4. Media
pendidikan
4. Tari Massal (Tari Ondel-Ondel, Betawi)

Sebelum ondel-ondel dikenal sebagai salah satu tarian tradisional Betawi, kreasi kesenian ini
melalui deretan sejarah panjang. Menurut catatan sejarah, tarian ini awal mula muncul pada
abad ke-16 di Batavia. Namun pada saat itu masyarakat menyebutnya boneka raksasa, bukan
ondel-ondel seperti yang kita kenal sekarang. Fakta tersebut juga tertulis dalam buku W Scott
yang menceritakan tentang dirinya ketika melihat boneka raksasa yang diarak keliling
kampung. Kemudian pada era tahun 1900-an, masyarakat mulai mengenal ondel-ondel
dengan istilah barongan. Uniknya, boneka barongan tersebut punya karakteristik seram
dengan kumis yang melintang sehingga membuat anak-anak pada masa itu ketakutan. Nama
ondel-ondel kemudian mulai dikenal sejak almarhum Benjamin meliris lagunya yang
berjudul ondel-ondel. Kemudian pada era gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tahun 1966-
1977, beliau mengubah wajah ondel-ondel yang mulanya seram menjadi tampak lebih
bersahabat. Tujuannya agar arak-arakan kesenian ondel-ondel di Jakarta bisa dinikmati oleh
anak-anak tanpa ada rasa takut. Tarian ondel-ondel juga mempunyai nilai estetis sebagai
salah satu kearifan lokal untuk mengajak masyarakat hidup bersih dari segala sesuatu yang
dapat merusak tatanan kehidupan. Pada era tahun 40-an, kesenian tari ondel-ondel bertujuan
untuk memerankan nenek moyang atau leluhur yang senantiasa menjaga seluruh penduduk
desa. Akan tetapi, makna mistis tersebut hanya bertahan hingga era 50-an seiring dengan
kemajuan pemikiran masyarakat Betawi. Dewasa ini, fungsi ondel-ondel lebih bertujuan
untuk menambah semarak pesta pesta rakyat di daerah ibukota. Misalnya peresmian gedung
baru tanpa, penyambutan tamu terhormat hingga festival festival tahunan di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai