Anda di halaman 1dari 54

NAMA : IMAM SAIFI

NIRM : 01.01.23.651
TUGAS PANCASILA REKAYASA IDE
“Bagaimana Warga Negara Indonesia yang Pancasilais serta ·

Apakah Pancasila masih ada dijiwa para penguasa”


Abstrack
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai Pancasila tercermin
dalam sikap dan tindakan warga negara Indonesia yang mengidentifikasi diri
sebagai pancasilais. Selain itu, penelitian juga menyelidiki apakah nilai-nilai
Pancasila masih memegang peranan penting di dalam jiwa para penguasa. Melalui
analisis mendalam terhadap persepsi dan perilaku masyarakat serta kebijakan
yang diimplementasikan oleh pemerintahan, penelitian ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai sejauh mana Pancasila masih
menjadi fondasi moral dan etika dalam tatanan sosial dan politik Indonesia.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selain sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila juga merupakan

sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Lahir dari akar sejarah budaya

bangsa, Pancasila tak dapat dipungkiri, mengandung nilai-nilai luhur universal

yang menjadi pedoman bagi kehidupan berbangsa. Nilai-nilai luhur lima sila

Pancasila - Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

Indonesia - ini tak sekedar dihafalkan, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari. Khususnya, dalam kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai luhur Pancasila yang seharusnya dijadikan

acuan seperti dilupakan. Akibatnya, korupsi marak di mana-mana. Ironisnya,


tindak korupsi itu dilakukan elite politik yang seharusnya memberikan contoh

dalam menjunjung moralitas. Terkuaknya kasus korupsi di hampir semua lembaga

atau departemen pemerintahan seakan meneguhkan bahwa kekuasaan cenderung

korup. Fenomena itu menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya dijadikan

slogan, tak dijiwai sebagai nilai luhur yang patut dijunjung tinggi.

Perumusan Masalah

1.Bagaimana Warga Negara Indonesia yang Pancasilais? ·

2.Apakah Pancasila masih ada dijiwa para penguasa? ·

PEMBAHASAN

Bagaimana Warga Negara Indonesia yang Pancasilais? Pancasila selalu

menjadi rujukan banyak pihak terhadap kepemilikan watak mulia seseorang. Ini

wajar, sebab Pancasila diyakini sebagai sebuah formulasi dari nilai-nilai kebaikan

manusia. Sehingga seseorang yang dikatakan sebagai manusia Pancasila pasti

memiliki berbagai hal terpuji dan perlu dicontoh. Jika dalam dunia perkayuan

sangat gampang, yang dinamakan kayu yang baik adalah panjang, lurus, mulus,

tidak ada matanya dan sebagainya. Demikian juga dengan pakaian, pakaian yang

baik bisa dilihat dari jenis kainnya, kualitas jahitannya, keawetannya, dan lain-

lain. Lalu bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila?

Indikator semacam apa yang bisa dijadikan ukuran? Apakah manusia Pancasila

cukup diukur dengan melihat siapa yang hafal lima sila dari Pancasila ataukah

bisa dilihat dari orang yang selalu menyertakan nama Pancasila dibelakangnya;

Paijo Pancasila, mBah Darmo Pancasila, Ponikem Pancasila? Indikator seseorang

untuk memiliki label Pancasila di belakangnya sangat sulit dilakukan. Jika


indikatornya hanya diukur dari bagaimana dia mampu menghafalkan lima sila

yang ada, itu semua orang juga bisa disebut Pancasila. Bahkan orang-orang yang

sering melakukan korupsi pun sangat banyak yang bisa dikatakan sebagai manusia

Pancasila. Pemaknaan manusia Pancasila lebih dari itu. Sayangnya, selama ini kita

masih terjebak dalam kondisi dimana Pancasila masih sebatas bahan perdebatan

dan seminar saja. Orang-orang sering mendiskusikan panjang lebar nilai-nilai dan

keutamaan Pancasila. Namun mereka lupa untuk mengamalkan nilai-nilai

tersebut. Bukankah seharusnya Pancasila dijadikan bahan refleksi dan koreksi diri,

kemudian menjadi salah satu landasan untuk bertingkah laku yang baik, dan pada

akhirnya akan mendorong (memotivasi) orang lain berbuat yang lebih baik?

Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila jika mampu membawakan

dirinya pada posisi yang tepat, sesuai kewajiban dan haknya. Manusia Pancasila

harus mampu menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus

menjadi hamba Tuhan pada saat yang bersamaan. Dua sifat kemanusiaan dan ke

Illahian ini harus di terapkan secara bersama-sama, tidak terpisah. Ketika

seseorang bekerja, maka dia harus sadar bahwa dia tidak sekedar mencari uang.

Akan tetapi dia seharusnya juga memiliki kesadaran bahwa hasil pekerjaannya

akan bermanfaat bagi orang lain dan tidak melanggar ketentuan Allah. Karena

esensi dari Pancasila adalah perpaduan antara nilai-nilai kemanusiaan dan sifat ke-

Tuhanan. Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa sifat Pancasila dari

seseorang adalah abadi (jangan dibaca kekal). Artinya seseorang tidak selamanya

(kekal) menjadi manusia Pancasila, sebaliknya dia juga tidak akan kekal menjadi

pengkhianat Pancasila. Bisa saja pada jam sembilan pagi dia adalah seorang

Pancasila sejati, namun pada setengah jam berikutnya dia akan berposisi sebagai
penentang Pancasila nomor wahid. Begitu seterusnya, antara jiwa pancasila dan

jiwa penentangnya akan selalu hadir terus menerus (abadi). Seorang yang di mata

masyarakat dicap sebagai penjahat dan sampah masyarakat tiba-tiba berubah

menjadi seorang Pancasila. Pun, dengan orang-orang yang selama ini selalu

mengagungagungkan dan menyebut-nyebut ”Pancasila...Pancasila...Pancasila..”

bisa jadi dia menjadi agen pemberontak Pancasila sejati.Ki Ageng Suryo

Mentaram dalam Kawruh Begja mengatakan bahwa kebahagiaan dan kesedihan

itu abadi sifatnya. Ketika seseorang sedih karena kematian kerabat dekatnya, tiba-

tiba dia merasa bahagia karena kehadiran saudara lain yang tidak pernah

berkunjung ke rumahnya. Begitu juga ketika seseorang sedang bahagia karena

kehadiran sang buah hati mendadak hatinya sedih karena persediaan dananya

tidak mencukupi untuk biaya persalinan. Kebahagiaan – kesedihan datang silih

berganti dan tidak pernah berhenti (abadi). Begitu juga dengan jiwa Pancasila

selalu timbul tenggelam bersama jiwa pemberontak terhadap Pancasila. Pada saat

tertentu sebagai pahlawan Pancasila dan pada detik berikutnya menjadi

pengkhianat Pancasila. Sebagai manusia, kita tidak mungkin menghilangkan salah

satu dari keduanya. Namun jangan khawatir Allah telah membekali hati kepada

setiap manusia untuk memilih jalan mana yang diinginkannya. Apakah memilih

berjiwa Pancasila ataukah menjadi pemberontak dan pengkhianat. Dan tentunya

kita juga tidak terlalu perlu menempatkan label Pancasila di belakang nama kita

agar dihormati orang lain.

Yang penting dari yang terpenting adalah Dalam perjuangan bangsa

Indonesia Pancasila telah berperan amat besar dan bahkan menentukan. Dampak

utama Pancasila sebagai Dasar Negara RI adalah bahwa hingga sekarang


Republik Indonesia masih tetap berdiri meskipun selama 55 tahun harus

mengalami ancaman, tantangan dan gangguan yang bukan main banyaknya dan

derajat bahayanya. Pancasila telah menjadi pusat berkumpul (rallying point) bagi

berbagai pendapat yang berkembang di antara para pengikut Republik sehingga

terjaga persatuan untuk menjamin keberhasilan perjuangan. Pancasila juga

memberikan pedoman yang jelas untuk menetapkan arah perjuangan pada setiap

saat, terutama apabila harus dihadapi ancaman yang gawat yang datang dari luar.

Pancasila juga telah menimbulkan motivasi yang kuat sehingga para pengikut

Republik terus menjalankan perjuangan sekalipun menghadapi tantangan dan

kesukaran yang bukan main beratnya. Dengan begitu Pancasila menjadi Identitas

bangsa Indonesia. Namun ada satu kekurangan penting yang terdapat pada Dasar

Negara kita, yaitu bahwa Pancasila belum menjadi kenyataan hidup dalam

masyarakat Indonesia. Adalah amat aneh dan tragis bahwa Bung Karno sebagai

pencetus Pancasila dalam menjalankan pemerintahannya malahan melanggar

nilai-nilai Pancasila ketika menerapkan Demokrasi Terpimpin serta berbagai

pengaturan politik dan ekonominya. Akibatnya adalah bahwa Bung Karno tidak

berhasil menjadikan Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam masyarakat

Indonesia. Apalagi saat Orde Baru (Orba) Kekuasaan telah menjadikan Pancasila

sebagai alat legitimasi kekuasaan. Tafsir dan moralitas sosial banyak diambil alih

elite dalam kerangka politis.Pemerintah Orba betul-betul melakukan dominasi dan

hegemoni atas pemaknaan Pancasila, sehingga kebaikan Pancasila hanya dilihat

dari sisi substansialnya, mirip rumah kaca yang sangat indah dari luar.Tidak

heran, meski gencar indoktrinasi P4 dan melahirkan banyak orang cerdas dan

penatar P4, tapi sikap dan moralitasnya tidak mencerminkan Pancasilais sejati.
Realitas tersebut kemudian melahirkan politik "balas dendam", khususnya saat

Orde Baru tumbang. Kemudian muncul euforia perlawanan atas berbagai hal yang

berbau Orba, termasuk mereka yang selama kejayaan Orba menikmati begitu

banyak keistimewaan. Pancasila kini tidak lagi menarik diperbincangkan. Lebih

parah lagi, sebagian kalangan ingin menggantinya dengan ideologi baru karena itu

dianggap sudah tidak sesuai dengan zaman. Sejarah panjang Pancasila dan

perspektif masa depan tidak akan berhenti dari serbuan godaan, apalagi

berkorelasi dengan penguatan demokrasi dan etika moral kemanusiaan, segalanya

masih perlu bukti riil. Pancasila disadari akan melahirkan kebersamaan dalam

pluralitas. Namun Pancasila juga memungkinkan peluang bagi penguasa untuk

melakukan dominasi dan hegemoni sebagaimana di era orba. Pada aspek lain,

serbuan ideologi neoliberalisme yang bertumpu pada pasar makin menggoyahkan

nilai-nilai kehidupan yang selama ini dianggap sebagai nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia. Kecenderungan kuat "pasar" menjadikan orang bersifat konsumtif,

segalanya diukur berdasarkan materi dan kapital berubah menjadi dewa.

Karakteristik tersebut mengikis habis nilai-nilai Pancasila yang sarat dengan nilai-

nilai social dan kemanusiaan. Bagaimana pun kuatnya pengaruh dari luar maupun

dari dalam, Pancasila sesungguhnya dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai

tantangan. Tentu, Pancasila harus benar-benar mampu diaplikasikan dengan baik

oleh kita semua, khususnya para pemimpin. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh

Roeslan Abdulgani (1986), Pancasila kita bukan sekadar berisikan nilai-nilai

statis, tetapi juga jiwa dinamis. Pancasila Vs Korupsi Kita masih ingat sebuah

sejarah ”pengkhianatan” Pancasila yaitu Gerakan 30 September 1965. Dengan

gagah perkasanya Pancasila menunjukkan ”kesaktian” nya hanya dalam waktu


satu hari saja yaitu 1 oktober 1965. Dan akhirnya kita ”sepakati” tanggal 1

Oktober adalah hari kesaktian Pancasila. Dalam keberadaan reformasi ini

sepertinya Pancasila sudah ”mati” dengan banyak bukti tindakan korupsi para

penyelenggara negara. Korupsi jelas anti Pancasila yang kemudian kita tidak

mampu lagi menunjukkan ”kesaktian” Pancasila. Dengan Korupsi, Ketuhanan

Yang Maha Esa jelas sudah dilanggar karena para pelaku sudah mengingkari

perintah Tuhan mereka yaiu Tidak Boleh Mencuri. Dalam Korupsi, maka

Kemanusiaan yang adil dan beradab jelas telah dilanggar karena manusia korupsi

atau koruptor hanya memikir diri sendiri dan kelompoknya dan melanggar hak

keadilan manusia lain. Dalam Korupsi, maka Persatuan Indonesia juga terganggu

karena terlibatnya para politisi dalam korupsi mengakibatkan ”perseteruan”

salaing menjatuhkan dan saling melindungi pelaku korupsi. Dalam Korupsi, maka

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan sangat terbukti telah dilanggar karena alasan demokrasi maka

keputusan politik dalam pemberantasan korupsi lebih mendasar pada besarnya

kekuatan dalam parlemen bukan berdasarkan sebuah kebijaksanaan untuk bangsa

dan negara.Dalam Korupsi, maka Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

jelas hanya mimpi belaka karena alokasi anggaran untuk kesejateraan rakyat

banyak diambil oleh mereka yang tidak berhak yaitu politisi dan birokrasi.

PENUTUP

KESIMPULAN

Kekuasaan yang artinya sendiri itu memerintah jika tidak dilandasi

ideologi akan menimbulkan kejahatan-kejahatan seperti kasus-kasus

korupsi,mafia hukum dan pengelapan. Penyalahgunaan


kekuasaan yang dilakukan oleh para penguasa atau orang yang memiliki

kekuasaan dapat pula meningkatkan angka statistik kejahatan yang dialami

korban.Kekuasaan pemerintahan yang sewenang-wenang melanggar HAM rakyat

masih banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan. Korban ini

timbul bila pejabat/penguasa dalam pelayanan terhadap masyarakat, baik sengaja

atau kelalaian menyebabkan kerugian material atau immaterial dan hak asasi dari

rakyat yang dilayaninya. Jadi, Asas keseimbangan pelayanan hukum

terhadap korban dan penguasa perlu dipelihara dengan baik melalui perlindungan

hukum. -

SARAN

Upaya untuk menghindarkan diri jadi korban penyalahgunaan kekuasaan

dapat dilakukan melalui jalur legal (hukum) baik melalui KPK, SATGAS

PEMBERANTASAN MAFIA HUKUM, KOMNAS HAM, dan

masyarakat seharusnya semakin bias memperhatikan gerak gerik penguasa jangan

sampai dibodohi ataupun dibohongin dan sebaiknya bertindak bijak dengan

berupaya mempelajari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penguasa, serta

melakukan pembelaan diri secara langsung atau tidak langsung dari kemungkinan

timbulnya korban dari penyalahgunaan kekuasaan.

DAFTAR PUSTAKA

Muslimin, Husein. "Tantangan terhadap pancasila sebagai ideologi dan dasar

negara pasca reformasi." Jurnal Cakrawala Hukum 7.1 (2016)

Amri, Sri Rahayu. "Pancasila sebagai sistem etika." (2023).


PANCASILA
REKAYASA IDE
Nama Nurhidayah Nasution
Kelas TAN 1A

“PENERAPAN DAN IMPLEMENTASI NILAI KEADILAN SOSIAL


PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MAHASISWA”

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang telah tertuang dalam


pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pentingnya Pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia menjadi pilar dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Pilar-pilar itu tercermin dalam kehidupan tiap-tiap nilai atau sila Pancasila.
Penerapan atau implementasi sila-sila dalam Pancasila merupakan hal yang wajib
dilakukan bagi tiap-tiap warga negara. Akan tetapi saat ini semakin lama
pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila justru semakin memudar. Pengaruh
masuknya budaya asing dan perkembangan teknologi di tengah kehidupan
masyarakat yang selalu diikuti tanpa adanya penyaringan atau seleksi merupakan
salah satu penyebab semakin terkikisnya rasa patriotisme dan nasionalisme bangsa
Indonesia.

Sebagai mahasiswa tentunya memiliki lingkungan yang tepat untuk


mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Implementasi Pancasila sebagai
paradigma kehidupan kampus tidak berbeda jauh dengan kehidupan bernegara
karena pada dasarnya tananan kehidupan di kampus memiliki kesamaan dengan
tatanan negara. Jadi kampus itu memiliki tatanan pembangunan seperti tatanan
negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum, dan kehidupan beragama. Untuk
mencapai tujuan dari sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat terutama
masyarakat kampus maka mahasiswa perlu merefleksikan nilai-nilai Pancasila
tersebut dalam kesehariannya. Sebagai mahasiswa dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan kemampuan
yang kita punya serta dukungan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama.
Pembangunan merupakan realisasi praktis dalam kampus untuk mencapai tujuan
seluruh mahasiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek
pelaksanan sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu, hakikat manusia
merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.

Penjabaran nilai-nilai sila Pancasila di kehidupan kampus merupakan salah


satu contoh apa yang dapat kita lakukan untuk mengimplementasikan Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila antara sila satu dengan yang saling berkaitan dan memiliki
prioritas bedasarkan urutan silanya. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah
sepatutnya mahasiswa menumbuhkan dan meningkatkan rasa kecintaan terhadap
tanah air dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila. Mahasiswa sebagai kaum
yang intelektual sangat berperan penting dalam kemajuan bangsa, sebab
mahasiswa adalah tonggak perubahan bangsa. Meningkatkan rasa cinta kepada
pancasila bukanlah suatu hal yang mudah, semuanya harus dimulai dari kesadaran
diri kita sendiri misalnya kita harus mampu bertanggung jawab, bersikap disiplin,
jujur, dan berjiwa patriotisme (berani, pantang menyerah, dan rela bekorban demi
bangsa dan Negara), sehingga kita bisa mengamalkan dan memahami nilai-nilai
yang terkandung di dalam pancasila.

B. Rumusan

Masalah berdasarkan hal-hal yang melatar belakangi penulisan makalah ini,


maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan diangkat adalah sebagai
berikut.

1) Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan mahasiswa.


2) Langkah-langkah apa saja yang bisa digunakan untuk menghindari dari
penyimpangan penerapan nilai-nilai pancasila?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1) Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
mahasiswa.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat mahasiswa
dalam menerapkan nilai-nilai pancasila.
3) Untuk mengetahui langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah ini.
4) Mahasiswa memahami tentang pentingnya keadilan sosial dalam
kehidupan di kampus.

BAB II

KERANGKA PIKIR

A. Arti Makna Sila Ke 5 Pancasila

Sila kelima dari pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mempunyai
makna bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan keadilan baik dalam
bidang hukum, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, maupun kebudayaan
sehingga tercipta masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Sila ke 5 ini
mengandung nilai vital yaitu bersama mewujudkan Indonesia yang berkemajuan
secara merata dan berkeadilan sosial, dalam rangka untuk memanusiakan
manusia, sehingga harkat dan martabatnya dijunjung tinggi oleh sesama
manusianya.

B. Arti Keadilan Sosial dalam Sila Ke 5 Pancasila

Keadilan sosial dalam sila ke 5 pancasila mempunyai arti keadilan yang berlaku di
masyarakat baik dalam segala bidang kehidupan baik material maupun spiritual.
Keadilan sosial juga menjamin setiap warga negara diperlakukan dengan adil
sehingga kedudukan tiap-tiap individu dan kedudukan masyarakat ditempatkan
dalam hubungan keselarasan dan keserasian.Nilai yang mengadung konsep
keadilan sosial itu memberi jaminan hak tiap warganya untuk mencapai taraf
kehidupan yang layak dan terhormat sesuai dengan kodratnya.Sesuai makna sila
ke 5 Pancasila "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", keadilan
merupakan hak yang dimiliki setiap orang, tanpa terkecuali, dan memiliki
kedudukan yang sama di mata hukum.

Keadilan memiliki makna keseimbangan bagi seluruh masyarakat


Indonesia. Keseimbangan yang dimaksud yaitu, kesamaan hak, tidak ada
perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, meskipun bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang majemuk. Dengan demikian, dalam berkehidupan
berbangsa tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun. Sila ke 5 tersebut didasari
dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya dalam lingkup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta hubungan manusia dengan
Tuhannya.

C. Tujuan Luhur dari Makna Sila Ke-5

Sila ke-5 Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan tujuan bernegara
sebagai tujuan dalam hidup bersama. Secara tersurat maupun tersirat nilai sila ke
5 mengandung tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil, makmur
dan sejahtera secara lahiriah maupun batiniah. Kesejahteraan rakyat secara
lahiriah yaitu terjaminnya sandang, pangan, papan, dan rasa aman. Sementara itu
kesejahteraan rakyat secara batiniah yaitu keadilan serta kebebasan dalam
memeluk agama dan kepercayaannya.

D. Norma Dasar Sila Kelima

Pemerintah menghen daki agar perekonomian rakyat disusun sebagai


usaha bersama dengan berasaskan demokrasi Pancasila. Pemerintah menguasai
dan memanfaatkan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak. Negara menghendaki agar kekayaan alam
yang terdapat di atas dan di dalam bumi haruslah dipergunakan sepenuhnya untuk
kemakmuran rakyat. Pemerintah menghendaki agar setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan baik bidang material
maupun spiritual. Pemerintah menghendaki agar tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran. Pemerintah menyediakan dan menyelenggarkan suatu
sistem pengajaran dan pendidikan nasional yang diatur oleh undang-undang.
Pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggung jawab agar seluruh rakyat
Indonesia bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Pembangunan nasional
yang dijalankan pemerintah harus bertujuan keadilan sosial, dengan fokus pada
membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya.merupakan
rangkuman dari cita-cita bangsa untuk mencapai masyarakat yang adil dan
sejahtera.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerapan Dan Impementasi Sila Ke 5 Pada Mahasiswa


Pancasila merupakan landasan hidup berbangsa dan bernegara bagi masyarakat
Indonesia terkhususnya mahasiswa, nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila
Pancasila sangat berhubungan erat dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia
yang majemuk dan heterogen. Seiring dengan perkembangan zaman dan hadirnya
globalisasi, maka pemahaman dan rasa cinta terhadap Pancasila sudah mulai
berkurang. Hal ini berdampak buruk terhadap seluruh elemen bangsa Indonesia,
khususnya para generasi muda.

Secara tidak langsung globalisasi memberikan kesempatan besar bagi kebudayaan


asing untuk masuk ke Indonesia, hal ini diperkuat dengan semakin rendahnya rasa
bangga dari generasi muda menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Sebagai
mahasiswa dan generasi muda harapan bangsa ada beberapa bentuk-bentuk
tindakan yang dapat kita lakukan sebagai wujud Implementasi Pancasila dalam
lingkungan kampus.

Pancasila yang dilambangkan dengan lambang padi dan kapas yang merujuk pada
persamaan hak yang dimiliki oleh setiap warga negara, namun saat ini sangat sulit untuk
menemukan nilai - nilai keadilan dikarenakan mulai pudarnya rasa cinta generasi muda
terhadap Pancasila dan berkurangnya nilai - nilai kejujuran. Suatu tindakan nyata yang
dapat kita lakukan dalam lingkungan Kampus sebagai implementasi sila kelima Pancasila
adalah pemberian fasilitas yang merata bagi seluruh mahasiswa kampus tanpa saling
membeda - bedakan, misalnya memberikan izin akses yang sama bagi mahasiswa dalam
meminjam buku ke perpustakaan dan senior memberikan kesempatan kepada junior
untuk aktif dalam kegiatan kampus.

Langkah-langkah menyelesaikan masalah mahasiswa pada sila ke 5

Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberi fasilitas yang sama serta
hak yang sama untuk seluruh mahasiswa sehingga tidak ada lagi ketidak adilan serta
bertindak tegas apabila terjadi ketidak adilan .

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sila ke 5 merupakan
pedoman dan kunci keberlangsungan bangsa.. Dimana mahasiswa sebagai makhluk sosial
yang ada dalam kehidupan kampus dimana dalam kehidupan kampus yang juga
merupakan lingkungan sosial,mahasiswa di berikan hak atas fasilitas yang sama dalam
kampus serta menerapkan keadilan sehingga tidak terjadi kesenjangan ataupun pumbulian
yang dapat merusak kehidupan mahasiswa ,misalnya dengan memberikan aksen
memijam buku untuk setiap mahasiswa serta diberikan kesempatan untuk memberikan
pendapat dalam setiao mahasiswa.

Saran

Melalui makalah ini, penulis sangat mengharapkan kesadaran mahasiswa akan


pentingnya penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan kampus, seperti sila “sila ke
5”. Diharapkan setiap mahasiswa diberikan hak dan fasilitas yang sama dalam kehidupan
kampus.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Suadi, dkk, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan 2 SMU,


Jakarta : Yudhistira, 2000.

Kaelan, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta : Paradigma, 1995.

Rahma, Srijanti A dan Purwanto S.K, Etika Berwarga Negara : pendidikan


kewarganegaraan di perguruan tinggi, Jakarta : Salemba Empat, 2008.

Suparyanto, yudi, dkk, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk SMA


kelas XI, Jakarta: Intan Pariwara, 2009.

Taupan, M, Buku guru pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk SMA kelas X,
Bandung: Yaama widya, 2010.
Mempertahankan Nilai - Nilai Luhur Pancasila

dalam Era Modernisasi

Noni Andriani

Jurusan Pertanian

Politeknik Pembangunan Pertanian Medan

noniandriani999@gmail.com
Abstrak:

Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis tantangan dan strategi dalam


mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam konteks era modernisasi. Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang meliputi Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Era modernisasi yang ditandai oleh
perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial telah memberikan dampak
signifikan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila. Tulisan ini menganalisis pentingnya
mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam menghadapi perubahan zaman,
mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, dan merumuskan strategi untuk memperkuat
dan menanamkan nilai-nilai tersebut dalam masyarakat modern.

Pendahuluan

Latar belakang pengenalan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sangat penting
dalam memahami nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah
latar belakang pengenalan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia:

1. Perjuangan Kemerdekaan:

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia lahir sebagai hasil perjuangan bangsa Indonesia
dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan kolonial Belanda. Pasca proklamasi
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia sebagai negara baru membutuhkan
dasar hukum yang jelas dan prinsip-prinsip yang mengikat untuk membangun
negara yang demokratis dan berkeadilan.

2. Sumpah Pemuda:
Pada tanggal 28 Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta, yang dihadiri
oleh perwakilan dari berbagai organisasi pemuda Indonesia. Pada kongres
tersebut, disampaikan Sumpah Pemuda yang menyatakan tekad untuk bersatu
dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Meskipun Sumpah Pemuda
tidak secara langsung menyebutkan Pancasila, namun semangat persatuan dan
kesatuan yang terkandung di dalamnya menjadi dasar bagi pembentukan
Pancasila.

3. Sidang PPKI:

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(PPKI) yang dipimpin oleh Soekarno dan Mohammad Hatta diadakan di Jakarta.
Sidang ini bertujuan untuk membahas dasar negara yang akan menjadi landasan
bagi proklamasi kemerdekaan. Pada sidang tersebut, Pancasila diusulkan sebagai
dasar negara dan disetujui oleh para peserta sidang sebagai ideologi negara.

4. Pembentukan UUD 1945:

Setelah disepakatinya Pancasila sebagai dasar negara, langkah selanjutnya adalah


merumuskan konstitusi negara. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menyusun
dan mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
(UUD 1945). Dalam UUD 1945, Pancasila secara resmi diakui sebagai dasar
negara Indonesia.

Pengenalan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki tujuan untuk menciptakan
negara yang berlandaskan prinsip persatuan, keadilan, demokrasi, dan nilai-nilai
luhur. Pancasila mencerminkan semangat kebangsaan, identitas nasional, dan
keberagaman masyarakat Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi
acuan dalam pembentukan hukum, kebijakan publik, dan tatanan sosial politik
Indonesia.

Nilai-nilai luhur Pancasila merupakan prinsip-prinsip moral dan filosofis yang menjadi
dasar negara Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa:


Nilai luhur ini mengandung prinsip keyakinan akan adanya Tuhan yang Maha Esa.
Dalam era modernisasi, di mana terjadi perkembangan teknologi dan globalisasi,
nilai ini relevan untuk mempertahankan kesadaran akan keberadaan Tuhan dan
nilai-nilai spiritual. Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan kesederhanaan,
kerendahan hati, dan penghormatan terhadap keberagaman agama dan
kepercayaan.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:

Nilai ini menekankan perlunya menghormati, menghargai, dan memperlakukan sesama


manusia dengan adil dan beradab. Dalam era modernisasi yang sering kali
diwarnai dengan individualisme dan kompetisi yang ketat, nilai ini relevan untuk
mempromosikan nilai-nilai empati, keadilan sosial, serta penghormatan terhadap
hak asasi manusia.

3. Persatuan Indonesia:

Nilai ini menegaskan pentingnya membangun persatuan dan kesatuan antarwarga


negara Indonesia, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, dan golongan.
Dalam era modernisasi yang ditandai dengan pergeseran nilai-nilai tradisional dan
paham individualisme, nilai persatuan Indonesia relevan untuk mengatasi
perpecahan sosial dan memperkuat ikatan kebangsaan.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan:

Nilai ini menggarisbawahi pentingnya partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan


negara melalui musyawarah dan perwakilan yang bijaksana. Dalam era
modernisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
nilai ini relevan untuk memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

Nilai ini menekankan pentingnya menciptakan kesetaraan dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dalam era modernisasi yang sering kali diwarnai dengan
kesenjangan ekonomi dan sosial, nilai ini relevan untuk memastikan distribusi
sumber daya yang adil, mengurangi kesenjangan sosial, dan memberikan akses
kesempatan yang setara bagi seluruh warga negara.

Relevansi nilai-nilai luhur Pancasila dalam era modernisasi adalah untuk memperkuat
fondasi moral dan etika dalam menghadapi tantangan dan perubahan sosial. Nilai-
nilai luhur Pancasila membantu menjaga keberagaman, mengatasi konflik,
membangun persatuan, dan memastikan kesejahteraan sosial. Dalam konteks
modernisasi yang serba cepat dan kompleks, mempertahankan nilai-nilai luhur
Pancasila menjadi penting untuk membangun masyarakat yang beradab,
berkeadilan, dan harmonis.

Isi

Tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam era modernisasi.


Dalam era modernisasi, mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila menghadapi
beberapa tantangan. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi dalam
mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam era modernisasi:

1. Individualisme dan Konsumerisme: Era modernisasi sering kali ditandai dengan


individualisme yang kuat, di mana nilai-nilai kolektivitas dan kebersamaan
menjadi kurang diperhatikan. Konsumerisme yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan material juga dapat menggeser nilai-nilai luhur Pancasila. Tantangan
ini dapat dihadapi dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai
sosial, kebersamaan, dan kepentingan bersama di tengah perkembangan
individualisme yang berlebihan.

2. Perubahan Nilai dan Norma: Perubahan sosial dan budaya yang terjadi dalam era
modernisasi sering kali membawa pergeseran nilai dan norma dalam masyarakat.
Nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi dalam Pancasila dapat tergerus oleh
nilai-nilai yang lebih individualistik dan materialistik. Tantangan ini dapat diatasi
melalui pendidikan dan sosialisasi yang intensif tentang makna dan relevansi
nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3. Globalisasi dan Pengaruh Budaya Asing: Era modernisasi membawa pengaruh
globalisasi yang kuat, termasuk pengaruh budaya asing yang dapat menggeser
nilai-nilai luhur Pancasila. Pengaruh budaya asing yang dominan dapat
mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, dan norma sosial masyarakat. Untuk
menghadapi tantangan ini, penting untuk memperkuat identitas budaya dan
nasional, serta menjaga keseimbangan antara pengaruh budaya asing dengan nilai-
nilai lokal yang luhur.

4. Teknologi dan Media Sosial: Perkembangan teknologi informasi dan media sosial
dalam era modernisasi memberikan akses yang luas terhadap informasi dan
komunikasi. Namun, hal ini juga membawa tantangan dalam menyaring dan
memfilter informasi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Penggunaan
teknologi dan media sosial yang kurang bertanggung jawab dapat memperkuat
diskriminasi, kebencian, dan intoleransi. Maka, penting untuk mengedukasi
masyarakat tentang penggunaan teknologi dan media sosial yang positif serta
mengembangkan literasi digital dan media yang kritis.

5. Pergeseran Sosial dan Ekonomi: Era modernisasi sering kali menyebabkan pergeseran
sosial dan ekonomi yang signifikan. Ketimpangan sosial dan ekonomi dapat
menyebabkan ketidakadilan dan marginalisasi, yang bertentangan dengan nilai-
nilai luhur Pancasila. Tantangan ini membutuhkan upaya serius dalam
menciptakan keadilan sosial, mengurangi kesenjangan, dan memberikan akses
yang setara bagi seluruh warga negara. Mempertahankan nilai-nilai luhur
Pancasila dalam era modernisasi memerlukan upaya yang terus-menerus.
Pendidikan, sosialisasi, dan partisipasi aktif masyarakat dalam mempromosikan
dan menjalankan nilai-nilai tersebut sangat penting. Selain itu, peran pemimpin
politik, tokoh masyarakat, dan lembaga sosial dalam memelihara dan menerapkan
nilai-nilai luhur Pancasila juga sangat krusial.

Mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila memiliki banyak kepentingan yang


fundamental bagi bangsa Indonesia. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
penting untuk mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila:

1. Identitas Nasional:
Nilai-nilai luhur Pancasila mencerminkan identitas nasional Indonesia.
Mempertahankan nilai-nilai tersebut merupakan upaya untuk menjaga
keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa yang ada di Indonesia. Pancasila
menjadi perekat yang kuat dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia.

2. Stabilitas Sosial dan Politik:

Pancasila sebagai dasar negara memberikan landasan yang kokoh untuk menjaga
stabilitas sosial dan politik. Nilai-nilai luhur Pancasila, seperti persatuan, keadilan,
dan demokrasi, menjadi pijakan untuk meminimalisir konflik sosial dan
membangun masyarakat yang harmonis.

3. Keberagaman dan Toleransi:

Pancasila mengajarkan prinsip persatuan dalam keberagaman. Mempertahankan nilai-


nilai luhur Pancasila berarti mempromosikan toleransi, menghormati perbedaan,
dan menghindari diskriminasi. Nilai-nilai ini penting untuk menjaga kerukunan
antarumat beragama, suku, dan kelompok di Indonesia.

4. Keadilan Sosial:

Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila berarti berkomitmen untuk
mengurangi kesenjangan sosial, memperjuangkan hak asasi manusia, dan
menciptakan masyarakat yang adil dan merata.

5. Keberlanjutan Pembangunan:

Pancasila memberikan arah dan tujuan pembangunan nasional. Dalam mempertahankan


nilai-nilai luhur Pancasila, pemerintah dan masyarakat dapat menjalankan
pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berorientasi pada
kesejahteraan sosial.

6. Keberhasilan Demokrasi:
Pancasila memberikan pijakan bagi demokrasi yang kuat dan berkeadilan. Nilai-nilai
luhur Pancasila, seperti musyawarah, kebebasan berpendapat, dan partisipasi
masyarakat, penting dalam membangun sistem politik yang inklusif dan responsif
terhadap kepentingan rakyat.

Mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila bukan hanya menjadi tanggung jawab


pemerintah, tetapi juga melibatkan peran aktif seluruh komponen masyarakat.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, Indonesia dapat membangun
masyarakat yang harmonis, adil, dan berkeadilan serta mencapai tujuan
pembangunan yang berkelanjutan.

Untuk mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam era modernisasi, diperlukan


strategi yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Berikut ini adalah
beberapa strategi yang dapat dilakukan:

1. Pendidikan dan Sosialisasi:

Meningkatkan pendidikan dan sosialisasi tentang nilai-nilai luhur Pancasila di semua


tingkatan, mulai dari pendidikan formal hingga pendidikan nonformal.
Memperkuat kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam
pembelajaran, serta melibatkan para pendidik dan dosen dalam
mengimplementasikan dan menjelaskan nilai-nilai tersebut. Sosialisasi juga dapat
dilakukan melalui kampanye, seminar, dan kegiatan-kegiatan publik yang
mempromosikan pengertian dan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Peran Pemimpin dan Tokoh Masyarakat:

Mendorong pemimpin politik, tokoh masyarakat, dan figur publik untuk menjadi
teladan dalam mempraktikkan dan mempromosikan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pemimpin dan tokoh masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam
membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat. Dengan mengedepankan nilai-
nilai Pancasila dalam tindakan dan sikap mereka, mereka dapat memberikan
inspirasi dan motivasi bagi masyarakat untuk mengikuti jejak yang sama.
3. Media dan Teknologi Informasi:

Memanfaatkan media dan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-
nilai luhur Pancasila secara luas dan positif. Menumbuhkan media yang
bertanggung jawab, objektif, dan berkomitmen untuk mempromosikan nilai-nilai
Pancasila, serta melibatkan influencer dan content creator yang mendukung nilai-
nilai tersebut. Meningkatkan literasi media dan digital masyarakat agar dapat
memfilter informasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

4. Penguatan Partisipasi Masyarakat:

Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan dan dalam


membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Membangun mekanisme
partisipasi seperti musyawarah, dialog, dan konsultasi publik untuk melibatkan
masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan. Melakukan kegiatan sosial dan
kemanusiaan yang mendorong kolaborasi dan kepedulian sosial antarwarga
negara.

5. Pemberdayaan Generasi Muda:

Melibatkan dan memberdayakan generasi muda dalam menjaga dan menerapkan nilai-
nilai luhur Pancasila. Melakukan program pendidikan, pelatihan, dan kegiatan
positif yang mengembangkan pemahaman dan komitmen mereka terhadap
Pancasila. Mendorong generasi muda untuk terlibat dalam organisasi
kemasyarakatan, politik, dan kegiatan-kegiatan sosial yang mempromosikan nilai-
nilai Pancasila.

6. Penegakan Hukum dan Keadilan:

Memastikan penegakan hukum yang adil dan berkeadilan sebagai cerminan dari nilai-
nilai luhur Pancasila. Menegakkan hukum yang melindungi hak asasi manusia,
mencegah korupsi, dan menindak pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila.
Memperkuat lembaga penegak hukum, sistem peradilan yang independen, dan
transparansi dalam pemerintahan.
Melalui strategi-strategi ini, nilai-nilai luhur Pancasila dapat dipertahankan dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah perkembangan era modernisasi.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, pemimpin, dan generasi muda sangat
penting untuk menjaga integritas dan relevansi nilai-nilai Pancasila dalam
membangun masyarakat yang adil, berkeadilan, dan harmonis.

Studi Kasus

a. Inisiatif dan program yang berhasil dalam memperkuat nilai-nilai Pancasila:

1. Pendidikan karakter:

Beberapa sekolah dan lembaga pendidikan di Indonesia telah melaksanakan program


pendidikan karakter yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila. Program ini
dirancang untuk membentuk sikap, perilaku, dan nilai-nilai positif pada siswa,
sehingga mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang Pancasila dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Gerakan Tolak Radikalisme:

Pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat telah meluncurkan gerakan tolak


radikalisme untuk melawan paham-paham ekstremisme dan intoleransi yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Melalui kampanye, seminar, dan
program edukasi, gerakan ini berupaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya
persatuan, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama.

3. Program Pemberdayaan Masyarakat:

Berbagai program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan untuk memperkuat nilai-


nilai Pancasila, terutama dalam hal keadilan sosial. Program-program ini termasuk
pelatihan keterampilan, bantuan ekonomi, dan pembangunan infrastruktur yang
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

4. Kampanye Kesadaran Hukum:


Dalam rangka menjaga supremasi hukum dan menghormati nilai-nilai Pancasila,
dilakukan kampanye kesadaran hukum untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang pentingnya mematuhi hukum dan melibatkan mereka dalam
proses peradilan. Kampanye ini berfokus pada penegakan hukum yang adil,
pencegahan korupsi, dan penindakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia.

b. Tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam menjaga nilai-nilai luhur Pancasila:

1. Pengaruh Globalisasi:

Globalisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan sosial, budaya, dan nilai-nilai
yang dapat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pengaruh budaya asing dan
arus informasi yang masif dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman
masyarakat terhadap nilai-nilai luhur Pancasila.

2. Ekstremisme dan Intoleransi:

Meningkatnya kecenderungan ekstremisme dan intoleransi di beberapa segmen


masyarakat menjadi tantangan serius dalam menjaga nilai-nilai Pancasila. Paham-
paham radikal dan konflik sosial yang berbasis identitas dapat mengancam
persatuan dan kerukunan nasional.

3. Ketimpangan Sosial dan Ekonomi:

Ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih terjadi di masyarakat dapat menciptakan
ketidakadilan dan ketidakpuasan yang berpotensi mengganggu stabilitas sosial.
Ketidakadilan ini menciptakan ketegangan dan dapat mengubah persepsi dan
penghayatan nilai-nilai Pancasila.

4. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan:

Masih ada sebagian masyarakat yang kurang memiliki pemahaman yang memadai
tentang nilai-nilai Pancasila. Kurangnya kesadaran dan pendidikan mengenai
Pancasila mempersulit upaya mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai luhur
tersebut.
5. Politisasi dan Penyalahgunaan:

Terdapat risiko politisasi atau penyalahgunaan nilai-nilai Pancasila untuk kepentingan


politik tertentu. Penyalahgunaan tersebut dapat merusak integritas nilai-nilai
Pancasila dan mengaburkan tujuan aslinya

Kesimpulan:

a. Pentingnya mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dalam era modernisasi:

Dalam era modernisasi yang gejolak dan kompleks, mempertahankan nilai-nilai luhur
Pancasila sangat penting. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung
prinsip-prinsip persatuan, keadilan, demokrasi, kemanusiaan, dan ketuhanan yang
maha esa. Nilai-nilai ini menjadi fondasi yang kuat untuk membangun masyarakat
yang beradab, berkeadilan, dan harmonis di tengah perubahan sosial, budaya, dan
teknologi.

b. Tindakan yang dapat diambil untuk memperkuat dan menanamkan nilai-nilai tersebut:

-Untuk memperkuat dan menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila, beberapa tindakan yang
dapat diambil antara lain:

- Meningkatkan pendidikan dan sosialisasi tentang nilai-nilai Pancasila di semua


tingkatan.

- Melibatkan pemimpin dan tokoh masyarakat sebagai teladan dalam mempraktikkan


dan mempromosikan nilai-nilai Pancasila.

- Memanfaatkan media dan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyebarkan


nilai-nilai Pancasila secara luas dan positif.

- Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan dan


membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Memberdayakan generasi muda melalui program pendidikan, pelatihan, dan kegiatan
positif yang mengembangkan pemahaman dan komitmen mereka terhadap
Pancasila.

- Memastikan penegakan hukum yang adil dan berkeadilan sebagai cerminan dari nilai-
nilai luhur Pancasila.

Dengan tindakan-tindakan ini, nilai-nilai luhur Pancasila dapat dipertahankan dan


diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di era modernisasi. Ini akan membantu
membangun masyarakat yang adil, berkeadilan, dan harmonis, serta memperkuat
identitas nasional yang berlandaskan pada Pancasila.

Daftar Pustaka

1. Arifin, Anwar. (2015). Pancasila dalam Tantangan Modernisasi. Jakarta: Pustaka Setia.

2. Dahlan, Abdul Rahman. (2017). Pancasila dan Tantangan Modernisasi di Indonesia.


Jakarta: Kompas Penerbit Buku.

3. Effendy, Bahtiar. (2016). Pancasila dalam Era Modernisasi: Perspektif Filosofis.


Jakarta: Rajawali Pers.

4. Hasan, Noorhaidi. (2018). Pancasila dan Tantangan Modernisasi: Refleksi atas Wacana
Islamisasi Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
“IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI LANDASAN
IDEOLOGI DALAM MENANGANI SIKAP RADIKALISME SERTA
TERORISME PADA MASYARAKAT DI INDONESIA”

Merindah Lestari Siburian (01.01.23.656)


Politeknik Pembangunan Pertanian Medan (POLBANGTAN) 2023

ABSTRACT

Pancasila merupakan landasan hidup berbangsa dan bernegara bagi masyarakat


Indonesia terkhususnya mahasiswa, nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila
Pancasila sangat berhubungan erat dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia
yang majemuk dan heterogen. Seiring dengan perkembangan zaman dan hadirnya
globalisasi, maka pemahaman dan rasa cinta terhadap Pancasila sudah mulai
berkurang. Hal ini berdampak buruk terhadap seluruh elemen bangsa Indonesia,
khususnya para generasi muda. Secara tidak langsung globalisasi memberikan
kesempatan besar bagi kebudayaan asing untuk masuk ke Indonesia, hal ini
diperkuat dengan semakin rendahnya rasa bangga dari generasi muda menjadi
bagian dari Bangsa Indonesia. Sebagai mahasiswa dan generasi muda harapan
bangsa ada beberapa bentuk-bentuk tindakan yang dapat kita lakukan sebagai
wujud Implementasi Pancasila dalam lingkungan kampus : Implementasi Sila
Ketuhanan yang Maha Esa, Implementasi Sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Implementasi Sila Persatuan Indonesia, Implementasi Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyarawatan Perwakilan, Implementasi Sila Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
Munculnya aksi radikalisme dan
PENDAHULUAN terorisme akibat kekosongan nilai
ideologi Pancasila mulai muncul pada
Pancasila awal tahun 2000-an-setelah tragedi
merupakan dasar Bom WTC di Amerika Serikat tahun
negara yang 2001-seperti tragedi Bom Bali tahun
dipergunakan sebagai 2002 oleh Amrozy dkk. Aksi bom
dasar mengatur atau kedubes Australia, Bom Tanah
menyelenggarakan Abang, Bom Bunuh diri Cirebon,
pemerintahan Negara. Penembakan aparat polisi di Solo,
Semua kegiatan aksi terorisme kelompok Noor Din
manusia, baik dari segi M Top, Dr. Azahari, dan aksi teroris
pemerintahan, pimpinan kelompok Santoso, dan
pekerjaan, keluarga aksi terorisme di Sarinah Tamrin oleh
bahkan individu Kelompok Bahrun Naim pada awal
sekalipun harus 2016.
berdasarkan Pancasila.

Lima Sila
tersebut harus
diamalkan sesuai
fungsinya kemudian
Pancasila yang benar
itu kita amalkan agar
jiwa dan semangatnya,
perumusannya dan
sistematikanya yang
sudah tepat dan benar
itu tidak diubah-ubah
apalagi dihapuskan atau
diganti dengan faham
yang lain.
Fenomena yang tanggung jawab negara, tapi
muncul pasca jatuhnya rezim sudah menjadi ancaman
orde baru dan munculnya kemanusiaan yang harus
era reformasi tahun 1998 menjadi tanggung jawab kita
yaitu dihapuskannya semua untuk mengatasinya.
kebijakan sosialisasi nilai
Oleh sebab itu, makalah
nilai Pancasila dan UUD NRI
ini menyajikan satu pemikiran
1945 dalam kehidupan sosial
Rekayasa Ide yang berkaitan
politik dan kemasyarakatan.
tentang Program Implementasi
Kebijakan dan Nilai Nilai Pancasila dan UUD
program Implementasi Nilai NRI 1945 yang harus sejalan
Nilai Pancasila dan UUD dengan landasan filosofis,
NRI 1945 Dalam landasan konstitusional serta
Menghadapi Radikalisme dan peraturan terkait lainnya,
Terorisme, guna sehingga program ini bisa
meningkatkan Ketahanan mendukung pencapaian tujuan
Ideologi dalam rangka pembangunan nasional.
Ketahanan Nasional,
Program imlementasi
merupakan sebuah program
Nilai Pancasila dan UUD NRI
bersama yang melibatkan
1945 dan harus memiliki
berbagai pihak yaitu negara,
landasan moral dan operasional
pemerintah dan masyarakat.
yang sesuai dengan jiwa,
Oleh sebab itu semangat dan amanah konstitusi.
program ini memerlukan
TINJAUAN PUSTAKA
adanya sinergi dan kerjasama
dari seluruh stakeholder A. Pancasila Sebagai Dasar
Negara
terkait.
Pancasila sebagai dasar
Hal ini sangat penting
negara mengandung makna
karena persoalan radikalisme
bahwa nilai-nilai Pancasila harus
dan terorisme bukan semata
menjadi landasan dan pedoman
menjadi ancaman dan
dalam membentuk dan dapat dibina menjadi suatu pola
menyelenggarakan negara, kehidupan yang dinamis, penuh
termasuk menjadi sumber dan dengan keanekaragaman yang
pedoman dalam pembentukan berada dalam satu keseragaman
peraturan perundang- yang kokoh.
undangan. Hal ini berarti
Dengan peraturan yang
perilaku para penyelenggara
berlandaskan nilai-nilai
negara dalam pelaksanaan
Pancasila, maka perasaan adil
penyelenggaraan pemerintah
dan tidak adil dapat
Negara, harus sesuai dengan
diminimalkan. Hal tersebut
perundang- undangan yang
dikarenakan Pancasila sebagai
mencerminkan nilai-nilai
dasar negara menaungi dan
Pancasila.
memberikan gambaran yang
Menurut Muzayin jelas tentang peraturan tersebut
(1992), pancasila merupakan berlaku untuk semua tanpa ada
pandangan hidup dan perlakuan diskriminatif bagi
kepribadian bangsa yang siapapun. Oleh karena itulah,
nilainilainya bersifat nasional Pancasila memberikan arah
yang mendasari kebudayaan tentang hukum harus
bangsa, maka nilai-nilai menciptakan keadaan negara
tersebut merupakan yang lebih baik dengan
perwujudan dari aspirasi berlandaskan pada nilai-nilai
(cita-cita hidup bangsa). ketuhanan, kemanusiaan,
Dengan Pancasila, persatuan, kerakyatan, dan
perpecahan bangsa Indonesia keadilan. Dengan demikian,
akan mudah dihindari karena diharapkan warga negara dapat
pandangan Pancasila memahami dan melaksanakan
bertumpu pada pola hidup Pancasila dalam kehidupan
yang berdasarkan sehari-hari, dimulai dari
keseimbangan, keselarasan, kegiatan-kegiatan sederhana
dan keserasian sehingga yang menggambarkan hadirnya
perbedaan apapun yang ada nilai-nilai Pancasila tersebut
dalam masyarakat. Misalnya negara-negara Asia Tenggara,
saja, masyarakat selalu bahu- Indonesia-lah yang dalam
membahu dalam ikut Konstitusinya, pertama-tama
berpartisipasi membersihkan dan paling tegas melakukan latar
lingkungan, saling menolong, belakang psikologis yang
dan menjaga satu sama lain. sesungguhnya daripada revolusi
Hal tersebut mengindikasikan melawan penjajah. Dalam
bahwa nilai-nilai Pancasila filsafat negaranya, yaitu
telah terinternalisasi dalam Pancasila, dilukiskannya alasan-
kehidupan bermasyarakat. alasan secara lebih mendalam
dari revolusi-revolusi itu (Latif,
B. Pancasila Sebagai Ideologi
2011: 47). Dari pendapat
Negara
tersebut, Indonesia pun pernah
Pancasila sebagai ideologi
merasakan berkembangnya
Indonesia mempunyai ajaran-
nilai-nilai ideologi-ideologi
ajaran yang memang
besar dunia berkembang dalam
mengandung nilai-nilai yang
gerak tubuh pemerintahannya.
terkandung dalam ideologi
lain. Ajaran yang dikandung
C. Makna Yang Terkandung
Pancasila bahkan dipuji oleh
Pada Nilai-nilai Pancasila
seorang filsuf Inggris,
Bertrand Russel, yang 1. Sila Pertama
menyatakan bahwa Pancasila Ketuhanan Yang Maha
sebagai sintesis kreatif antara Esa
Declaration of American
Sila Ketuhanan Yang
Independence (yang
Maha Esa merupakan “roh”
merepresentasikan Ideologi
sekaligus dasar dari keempat
demokrasi kapitalis) dengan
sila lainnya. Ketuhanan Yang
Manifesto Komunis (yang
Maha Esa bermakna bahwa
mereprensentasikan ideologi
Bangsa Indonesia adalah
Komunis). Lebih dari itu,
Negara yang monotheisme
seorang ahli sejarah, Rutgers,
percaya terhadap Tuhan yang
mengatakan, “Dari semua
satu bukan sebaliknya. menanamkan nilai- nilai
Dengan kata lain, negara kebenaran, kebaikan,
Indonesia berlandaskan kejujuran, dan kemuliaan
agama. Pancasila dengan dalam diri, sehingga
sila pertamanya, adalah meningkatkan moral bangsa.
sebuah falsafah yang
2. Sila Kedua
sesuai dan bersahabat
Kemanusiaan Yang
dengan agama. Oleh
Adil dan Beradab
karenanya, sudah
seharusnya sebagai Insan Nilai yang terkandung

yang beriman dan dari sila kedua pancasila

bertakwa kepada Allah adalah nilai kemanusiaan.

dengan mendirikan Kemanusiaan yang dimaksud

perintahnya guna adalah manusia yang adil dan

meningkatkan kesalehan beradab, menjunjung tinggi

kita. Kita sebagai bangsa nilai-nilai keadilan dan

Indonesia sudah martabat manusia sebagai

sepatutnya menyadari makhluk Tuhan, yang

realitas kemajemukan diwujudkan dalam semangat

Indonesia sebagai sebuah saling menghargai, toleran,

berkah dari Allah, yang yang dalam perilaku sehari-

perlu dikembangkan dan hari didasarkan pada nilai-

dilestarikan. Keberagaman nilai moral yang tinggi, serta

semestinya tidak bersifat untuk kepentingan bersama.

hierarkis, melainkan Dengan

egaliter, dan oleh karena mengimplementasikan sila

itu Berimplikasi pada nilai kedua ini diharapkan bahwa

etis toleransi. Sebagai permaslahan yang dialami

umat beragama yang bangsa saat ini seperti tidak

beriman dan bertakwa adanya toleransi, konflik

Kepada Allah, sudah antar golongan,

semestinya kita pengangguran, kemiskinan,


mafia kasus, korupsi, seluruh warga dimananapun
diskriminasi dan berada haruslah dilakukan
kesenjangan sosial, oleh pemerintah tanpa
tindakan kekerasan, baik memandang latar belakang
secara vertikal maupun suku, ras, budaya, maupun
horizontal, dapat teratasi. agamanya. Warga negara
dalam semangat kebersamaan
3. Sila Ketiga
seharusnya melakukan
Persatuan Indonesia
tindakan yang tetap
Indonesia adalah Negara
menunjukkan sikap dan
yang kaya akan
perbuatan yang NKRI untuk
keberagaman suku,
kebahagiaan dan kemajuan
agama, bahasa, budaya,
bersama. Semangat persatuan
dan ras. Namun dengan
inilah yang harus terus dijaga
terbentuknya NKRI,
agar NKRI tetap eksis, dan
dimulailah komitmen
dapat menjadi kuat karena
bersama untuk terus
terbangun dari jalinan
membentengi
keberagaman yang harmonis.
keberagaman itu untuk
4. Sila Keempat
mewujudkan Indonesia
Kerakyatan yang
yang maju, adil, dan
Dipimpin oleh Hikmat
sejahtera. Itulah makna
Kebijaksanaan dalam
yang terkandung dari sila
Permusyawaratan/Per
persatuan Indonesia.
wakilan konstitusi
Sesuai dengan konstitusi
mengamanatkan untuk
tujuan negara ialah
newujudkan
berkewajiban memberikan
negara yang demokratis, yang
perlindungan kepada
mana kedaulatan diserahkan
segenap tumpah darah
sepenuhnya kepada
Indonesia dan seluruh
rakyat. Nilai yang terkandung
isinya dengan semangat
Sila keempat Pancasila
persatuan tersebut.
adalah pedoman
Perlakuan yang sama pada
berdemokrasi Indonesia. Saya yakin bahwa syarat
Namun bagaimana cara yang mutlak untuk kuatnya
mengimplementasikan negara Indonesia ialah per-
demokrasi Indonesia musyawaratan perwakilan”
masih dalam tahap (Amin Arjoso ed. 2002, hal
pencarian identitas. Sejak 25 dalam Oetama, dkk).
merdeka, Indonesia telah Dengan kata lain Demokrasi
melalui be- berapa Indonesia adalah musyawarah
tahapan demokrasi, yaitu mufakat. Namun, dalam
demokrasi masa revolusi, kenyataannya, pelaksanaan
demokrasi parlementer, praktik politik di Indonesia
demokrasi terpimpin, belum mengutamakan
demokrasi era orde baru permusyawaratan untuk
dan demokrasi era mufakat. Sebaliknya, tren
reformasi. Bagaimana baru yang berkembang pada
dasar demokrasi khas saat ini mengarah pada
Indonesia, dikemukakan demokrasi transaksional.
oleh Soekarno di depan Uang menjadi kekuatan
Sidang BPUPKI 1 Juni dalam menguasai politik,
1945. Soekarno berpidato, kelompok yang memiliki
“… Dasar itu ialah dasar uang yang berlimpah yang
mufakat, dasar akan menguasai dan
perwakilan, dasar memenangkan perpolitikan.
permusyawaratan. Negara Inilah yang pada akhirnya
Indonesia bukan satu dikhawatirkan akan
negara untuk satu orang, memberikan negara kepada
bukan negara untuk satu kendali suatu kelompok
golongan, walaupun tertentu. Kondisi ini akan
golongan kaya. Tetapi kita diperparah apabila demokrasi
mendirikan negara, „satu ekonomi, dan sosial tidak
untuk semua‟, satu buat dilakukan, dan pemimpin
semua, semua buat satu. yang visioner tidak dimiliki.
Oleh karena itu, penting dan kebodohan, serta dari
untuk mengkaji ulang tekanan pihak asing.
gagasan demokrasi Pemerintah berpihak kepada
sesungguhnya sesuai rakyat yang harus dibela,
dengan amanat sila ke- bukan kepada golongan
empat Pancasila. tertentu yang mempunyai
kepentingan. Itulah prinsip
5. Sila Kelima
keadilan yang terkandung
Keadilan Sosial
dalam sila ke-lima. Namun
Bagi Seluruh
sesungguhnya prinsip
Rakyat Indonesia
keadilan sosial bagi seluruh
Sila keadilan sosial rakyat Indonesia menjadi
mengandung makna anak tangga pertama yang
bahwa setiap warganegara harus dipijak dalam
diperlakukan sama tanpa kehidupan berbangsa dan
adanya perbedaan suku, bernegara. Keadilan dalam
ras, agama, bahasa, kaya konteks aturan, kebijakan,
dan miskin, maupun tindakan, dan perlakuan yang
jabatan. Semua adil
warganegara harus
terhadap rakyatnya dapat
diperlakukan adil oleh
membuat masyarakat leluasa
negara. Perwujudan dari
bermusywarah dan
sila keadilan sosial ini
bermufakat mencari solusi
dapat berupa penegakan
persoalan. Tegaknya keadilan
mukum dengan asas
membuat bangsa akan lebih
keadilan bukan keuangan
mudah dalam menyatukan
dan jabatan, tidak ada
kekuatan untuk dapat
tekanan baik fisik maupun
mewujudkan
mental terhadap rakyat,
kemakmurannya yang
mendapatkan kehidupan
bermartabat. Keadilan juga
yang sejahterah atau
akan mempertebal rasa
terbebas dari kemiskinan,
kemanusiaan dan saling
mencintai sesama ciptaan Esa karena bertentangan dengan
Tuhan. Akhirnya keadilan sifat ketuhanan yang tidak boleh
dapat membuat setiap memaksakan kehendak dan
orang tenang beribadah menggunakan cara kekerasan
tanpa harus merasa dalam mencapai tujuan. Gerakan
terancam oleh kelompok radikalisme dan terorisme juga
lain yang berbeda bertentangan dengan Sila
keyakinan. Kemanusiaan karena

PEMBAHASAN radikalisme dan terorisme

A. Pancasila Sebagai Landasan mendorong munculnya tindakan


Idiologi kekerasan, pembunuhan,
Pancasila merupakan kematian yang bertentangan
landasan idiil dalam dengan nilai kemanusiaan dan
mengatasi persoalan tidak menghargai Hak Asasi
radikalisme dan terorisme. Manusia
Gerakan radikalisme dan (korankedaulatanrakyat, 2016).
terorisme secara khusus Gerakan radikalisme juga
bertentangan dengan tiga sila bertentangan dengan sila
utama dalam pancasila yaitu Persatuan Indonesia, karena
Sila Ketuhanan Yang Maha adanya pemaksaan kehendak
Esa, sila Kemanusiaan yang melalui cara cara kekerasan,
Adil dan Beradab dan sila dan keinginan untuk
Persatuan Indonesia. Sila mengganti dasar negara
Ketuhanan berarti kita harus Pancasila dengan dasar lainnya,
mempercayai dan mengimani akan merusak persatuan dan
keberadaan Allah SWT yang kesatuan bangsa (Devi ariani,
mengajarkan sifat kasih 2015).
sayang, menolak kekerasan B. UUD NRI 1945 sebagai
dan toleransi. Gerakan Landasan Konstitusional

radikalisme dan terorisme Dalam pembukaan UUD

sangat bertentangan dengan NRI 1945, salah satu tugas

sila Ketuhanan Yang Maha negara adalah melindungi


segenap tumpah darah mencegah muculnya radikalisme
Indonesia, memajukan dan terorisme (deradikalisasi)
kesejahteraan umum, secara lebih efektif dan efisien.
mencerdaskan kehidupan C. Wawasan Nusantara sebagai
bangsa dan ikut serta Landasan Visional

menciptakan perdamaian
dunia. Keberadaan gerakan Pada awal kemerdekaan,
radikalisme dan terorisme berdirinya negara Indonesia
merupakkan ancaman tidak didasarkan karena
terhadap keamanan dan kesamaan etnis, suku, agama,
keselamatan seluruh warga bahasa, budaya, dan kedaerahan.
bangsa. Negara wajib Akan tetapi berdirinya negara
melindungi warganya dari Indonesia karena –sebagaimana
segala bentuk ancaman tercantum dalam pembukaan
kelompok kelompok radikal UUD NRI 1945 adanya
yang menggunakan cara cara keinginan untuk hidup bersama
kekerasan dan terorisme. sebagai suatu bangsa dalam
Penanaman nilai nilai sebuah negara yang merdeka,
Pancasila dan UUD NRI bersatu, berdaulat, adil dan
1945 dalam kehidupan makmur. Hal itu juga diperkuat
berbangsa dan bernegara, dalam Lambang negara Burung
diharapkan bisa memberikan Garuda Pancasila dengan
imunitas atau kekebalan semboyannya Bhinneka Tunggal
terhadap warga negara, untuk lka yang berarti berbeda beda
tidak terpengaruh dengan tetapi tetap dalam satu kesatuan
faham faham kelompok juga. Keragaman etnis, suku,
radikal yang menggunakan agama, bahasa, dan budaya
cara kekerasan dalam bukan alasan untuk kita
pencapaian tujuan. berpecah belah sebagai sebuah
Implementasi nilai Pancasila bangsa. Perbedaan dan
dan UUD NRI 1945 bisa keragaman merupakan sebuah
menjadi virus untuk khazanah kekayaan bangsa yang
bisa menjadi potensi atau dari kelompok lainnya.
kekuatan, bukan malah
menjadi kendala dan D. Ketahanan Nasional sebagai
Landasan Operasional
penghambat terhadap
Hakikat ketahanan
persatuan dan kesatuan.
nasional Indonesia adalah
Disinilah urgensinya kita
keuletan dan ketangguhan
sebagai sebuah bangsa
bangsa yang mengandung
mengelola sebuah keragaman
kemampuan mengembangkan
dalam semangat persatuan
kekuatan nasional untuk dapat
(unity in diversity). Oleh
menjaminkelangsungan hidup
sebab itu, adanya gerakan
bangsa dan negara dalam
radikalisme dan terorisme
mencapai tujuan nasional.
yang cenderung
Hakikat konsepsi ketahanan
menyeragamkan perbedaan,
nasional Indonesia adalah
menjadi sebuah ancaman
pengaturan dan penyelenggaraan
terhadap harmoni sosial dan
kesejahteraan dan keamanan
persatuan nasional. Gerakan
secara seimbang, serasi, dan
radikalisme keagamaan
selaras dalam seluruh aspek
muncul karena adanya
kehidupan nasional( timPokja
pemahaman yang sempit
Geo,2016).
terhadap teks teks ajaran
Keberhasilanimplementasi Nilai
agama, dan juga masih
Pancasila dan UUD NRI 1945
adanya sekelompok kecil
dalam konteks kehidupan
yang masih memiliki cita cita
berbangsa dan bernegara, dalam
ideologi yang berbeda
menghadapi gerakan
bahkan berlawanan dengan
radikalisme dan terorisme, akan
cita cita nasional, yaitu
mampu memperkuat ketahanan
keinginan mendirikan sebuah
nasional. Nilai nilai Pancasila
negara berdasarkan paham
dan UUD NRI 1945 yang
keagamaan satu kelompok
diyakini kebenarannya, dihayati
tertentu, dan mengabaikan
dan diamalkan oleh warga
keragaman dan perbedaan
negara Indonesia dalam perilaku
kehidupan sosial sehari hari, memberikan efek atau dampak).
bisa menjadi kekuatan Sedangkan nilai nilai
efektif untuk menolak dan Pancasila adalah nilai nilai yang
menangkal potensi terdapat dalam lima sila
munculnya benih benih Pancasila yaitu nilai ketuhanan,
radikalisme dan terorisme. nilai kemanusiaan, nilai
Kekuatan ideologi Pancasila persatuan, nilai kerakyatan dan
dan UUD NRI 1945 nilai keadilan sosial. Jadi
sebagai landasan idiil dan implementasi nilai pancasila
konstitusional, diharapkan adalah sebuah proses penerapan,
bisa mencegah masuknya ide konsep, kebijakan untuk
faham faham radikal dan aksi menerapkan atau
terorisme yang akan merusak mengaplikasikan lima nilai
persatuan dan kesatuan Pancasila dalam kehidupan
bangsa. individu, sosial kemasyarakatan
E. Implementasi Nilai dan kebangsaan.
Pancasila
a) Radikalisme
Implementasi
merupakan suatu proses Munculnya perilaku

penerapan ide,konsep, radikalisme yang cenderung

kebijakan, atau inovasi dalam mengarah kepada kekerasan

suatu tindakan praktis ekstrimisme (violent extrime)

sehinggamemberidampak, dari kelompok kelompok

baik berupa perubahan keagamaan, pada dasarnya

pengetahuan, merupakan sebuah tindakan

keterampilanmaupun nilai, menyimpang (deviasi) dari

dan sikap. Dalam Oxford sebuah pemahaman teks menjadi

Advance Learner’s sebuah tindakan sosial. Deviasi

Dictionary dikemukakan aktualisasi keberagamaan dari

bahwa implementasi adalah spirit damai kepada tindakan

“Put something intoeffect”, radikalisme yang cenderung

(penerapan, sesuatu yang menggunakan pendekatan-


pendekatan kekerasan baik
dalam konteks sosial dan ekstrem dimana pelaku sanggup
politik dapat diindentifikasi menjadi combattan bagi misi
dari dua aspek, (i) aspek tertentu dengan impuls psikis.
internal, yaitu berupa emosi Nilai keagamaan yang
keagamaanyang berdasarkan dikategorikan moderat
interpretasi ajaran agama. berpotensi pula untuk
Dan (ii) aspek eksternal, menjalankan kekerasan
yaitu lingkungan budaya, agama yang ekstrem dalam
sosial dan politik yang bentuk serangan-serangan
membentuk radikalisme individual yang combattan.
keberagamaan, seperti pada Hal ini merupakan modeling
masa represif politik Orde dari suatu penelitian kuantitatif
Baru (syamsulbakrie, 2004). (Andrew Kydd-Walter, 2002)
Dengan demikian, atas radikalisme yang berada
radikalisme dan kekerasan dalam relasi negara dan
atas nama agama tidak organisasi para- militer dimana
disebabkan oleh variabel terjadi interaksi kepercayaan
tunggal, yaitu internalisasi dan ketidakpercayaan antar
nilai keagamaan yang negara dan organisasi para-
tekstualis (skripturalis), militer dan internal organisasi
melainkan multi-variabel para militer. Studi radikalisme
yang berinterseksi (Jonathan (Kydd-Walter) menganalisis
H.Turner, 2005). Misalnya kekerasan ekstrem yang
menyebut variabel emosi dilakukan individu Hamas
negatif yang terepresi. (individu dari organisasi para-
Variabel ini adalah hasil militer) terhadap Israel (negara).
reduksi dari konsepsi b) Terorisme
(conception) teori Terorisme adalah paham
interaksionisme simbolik dan yang berpendapat bahwa
lainnya. Ia mengamati secara penggunaan cara-cara kekerasan
kualitatif bentuk radikalisme dan menimbulkan ketakutan
yang berlandaskan kekerasan adalah cara yang sah untuk
mencapai tujuan untuk mencapai tujuan.
(Muhammad Ali Sya’faat, Kelompok jihad Islam di Mesir,
2003). Oleh sebab itu teror jihad Islam di Yaman National
merupakan reaksi jahat yang IsamicFront di Sudan, Al-Qaeda
dipandang “lebih jahat” oleh yang berbasis di Afganistan,
pelaku, sehingga bukan Jamaah Islamiyah yang berbasis
merupakan kejahatan yang di Malaysia atau kelompok-
berdiri sendiri kelompok radikal Yahudi
(interactionism) dan dapat seperti Haredi, Bush Emunim,
dikelompokkan kedalam Kach Kaheni di Israel adalah
kejahatan balas dendam sekedar contoh elemen- elemen
(hatecrimes) (Nazir Abas, dengan spirit radikalisme agama
2012). yang cenderung mengedepankan
kekerasan danteror (Luqman
Awalnya terorisme
Hakim, 2004).
dikategorikan sebagai
kejahatan terhadap negara Memasuki abad ke 21,
(CrimeAgainst State) tapi modus operandi terorisme mulai
lambat laun berkembang berkembang dengan mengadopsi
menjadi kejahatan terhadap kemajuan teknologi komunikasi,
kemanusiaan (Crime Against elektronik, transportasi dan
Humanity). Terorisme perkembangan ilmu
memiliki berbagai pengetahuan di bidang kimiawi.
karakteristik, salah satu Tragedi 11 September
karakteristik terorisme adalah 2001merupakan bukti konkrit
semangat radikalisme agama. dari perkembangan ini. Dua
Kelompok- kelompok pesawat komersial Amerika
radikalis agamapun Serikat menabrak gedung
ditengarai menggunakan kembar World Trade Center
metode teror untuk mencapai (WTC), dan salah satu pesawat
kepentingannya. Kekerasan lagi menabrak Pentagon, gedung
politik dalam bentuk teror pusat pertahanan Amerika
seringkali dijadikan alat Serikat. Politik kambing hitam
(Scape Goart Theory) pun konsensus dasar yang
dilancarkan untuk bersumberkan dari nilai ajaran
mengurangi rasa malu agama, kebudayaan, nilai-nilai
Negara yang mengaku yang berkembang di masyarakat
sebagai adi kuasa. Penahanan diharapkan bisa menjadi budaya
dan pengadilan terhadap kearifan lokal dalam
sejumlah individu dan melakukan counter radikalisme
kelompok di negara-negara melalui pelaksanaan nilai
Asia Tenggara seperti Pancasila.
Malaysia, Singapura,
Tentunya konsep
Filipina, dan Indonesia atas
implementasi Pancasila dan
tuduhan keterlibatan dalam
UUD NRI 1945 menggunakan
aksi terorisme
pendekatan berbeda
mengindikasikan bahwa
dibandingkan program sejenis
kelompok-kelompok tersebut
yang pernah ada selama Orde
memiliki keterkaitan secara
Baru. Program implementasi
regional satu sama lain, dan
Pancasila tidak hanya sekedar
juga dengan kelompok-
menyentuh aspek kognitif
kelompok radikal
(pengetahuan) tapi juga sudah
internasional (Azyumardi
menyentuh level attitude dan
Azra, 2012).
psikomotorik, sehingga bisa
Rekayasa Ide ini menimbulkan kesadaran baru
merupakan bagian dari upaya tentang urgensinya kembali
deradikalisasi melalui kepada nilai-nilai Pancasila.
pemahaman kembali nilai Model implementasi tidak lagi
nilai Pancasila dan UUD NRI bersifat monolog, satu arah tapi
1945, dalam menghadapi sudah lebih dialogis dan
munculnya faham faham demokratis. Implementasi nilai
radikalisme dan terorisme di Pancasila tidak lagi bersifat elitis
masyarakat. Pancasila dan tapi sudah lebih populis karena
UUD NRI 1945 yang sudah menjadi kesadaran
menjadi bagian dari 4 bersama semua rakyat
Indonesia. Sebuah kesadaran upaya untuk melawan negara
baru tentang pentingnya dan menggantikannya dengan
mengamalkan nilai Pancasila rezim
sebagai benteng terakhir yang seagama dan se-ideology.
menghadapi radikalisme dan Mereka akan melakukan
terorisme atas nama tindakan radikal ekstrimis dan
keyakinan agama. Ada tiga teroris dalam rangka
faktor yang mempengaruhi memperjuangkan cita cita
munculnya radikalisme dan ideologinya. (iii) transformasi
aksi terorisme diantaranya: pemikiran, gagasan, ide dan
(i) pemahaman teks suci gerakan dari luar negeri yang
keagamaan yang sempit, mencoba diadopsi dan
literalis dan tekstualis. direplikasi untuk diterapkan di
Pemahaman sempit ini dilatar Indonesia. Pemikiran politik
belakangi oleh bahan bacaan, keagamaan yang trans-
lingkungan pergaulan,latar nasionalisme ini tidak sesuai
belakang pendidikan. dengan cita cita bangsa
Keberagamaan sempit ini Indonesia sebagaimana
membuat mereka tercantum dalam Pancasila dan
mudahmenganggaporang lain UUD NRI 1945.
yang tidak sealiran sebagai
Penamanan nilai nilai
kelompok yang sesat, kafir,
Pancasila dan UUD NRI 1945
sekuler dan labelling negative
dengan model pendekatan yang
lainnya. (ii) rezim
lebih menarik, intelektual,
pemerintahan negara yang
akademis diharapkan bisa
dianggap memusuhi
menjadi counter wacana
kelompok agamanya. Negara
terhadap pemahaman
dianggap musuh agama yang
keberagamaan yang sempit.
harus dilawan. Dasar negara
Pancasila tidak hanya sekedar
yang tidak sesuai dengan
teoritis belaka yang tidak bisa
keyakinannya harus dilawan
dilaksanakan, tapi ajaran
dan tidak ditaati. Muncul
Pancasila sudah hidup, menjadi
perilaku dan akhlak para radikalisme terorisme yang
pendiri bangsa. Para cenderung menghalalkan segala
founding fatherbangsa ini cara, menolak keberagaman, pro
telah memperaktekkan nilai terhadap kekerasan dan tindakan
nilai Pancasila dan menjadi kekejaman lainnya. Dengan
mata air keteladanan yang kesadaran nilai-nilai Pancasila
layak diteladani oleh generasi dan UUD NRI 1945, maka
muda bangsa Indonesia tidak ada lagi radikalisme dan
(Yudi Latif, 2014). Karena terorisme yang muncul atas
dalam Pancasila kita belajar nama agama, memaksakan
dan memahami pentingnya kehendak untuk mengubah dasar
nilai nilai ketuhanan dengan negara dengan keyakinan
sifat kasih sayangnya yang ideologi lain. Karena dengan
sangat menghormati HAM, Pancasila-lah, ideologi yang bisa
kita belajar nilai merancang dan menjadi
kemanusiaan, keadilan dan arsitektur dalam membangun
keberadaban, nilai persatuan, demokrasi bangsa ini sesuai
nilai kerakyatan dan nilai dengan cita cita awal para
keadilan sosial. Kelima nilai pendiri bangsa (Haryono, 2013).
Pancasila tersebut selama ini
Konsep ketahanan
terbukti mampu menjaga
nasional merupakan gabungan
keutuhan bangsa sejak dulu
antara gatra ilmiah (trigatra)
hingga sekarang. Gagasan
dan gatra dalam kehidupan
para pendiri bangsa tentang
sosial masyarakat dan politik
Pancasila seolah menjadi roh
(Pancagatra) yang meliputi
dasar dalam pembangunan
ideologi, politik, ekonomi, sosial
kebangsaan yang sangat
budaya dan pertahanan
progresif dan revolusioner
keamanan (Ipoleksosbud dan
(Hariyono, 2014).
Hankam). Aksi aksi radikalisme
Kelima nilai Pancasila berdampak dan mengancam
tersebut sangat kontra dengan ketahanan nasional kita
nilai nilai kelompok khususnya pada Panca Gatra
yaitu: menurunkan kepercayaan
negara negara luar terkait
1) Ancaman terhadap
jaminan keamanan investasi dan
IdeologiPancasila dan UUD
rasa aman didalam negeri. Kasus
1945,
Bom Bali, Bom Kedubes
Karena jelas aksi radikalisme Australia, Bom Polres Cirebon
dan terorisme merupakan memperlihatkan bahwa sasaran
sarana/tindakan antara karena terorisme sudah sangat beragam
tujuan akhir adalah merebut tidak lagi rakyat sipil, tapi sudah
kekuasaan dan mengganti kepada aparatur negara, kedutaan
ideologi negara Pancasila dan asing dan warga asing di
UUD NRI 1945 diganti Indonesia.
dengan dasar negara yang
2) Stabilitas Perekonomian
bersumber dari idologi
terganggu,
maupun ajaran keagamaan.
Seperti yang dikatakan oleh Aksi radikalisme dan terorisme
Abu Bakar Baasyir, Amir bisa mengganggu perekonomian
Majelis Mujahidin Indonesia karena mempengaruhi nilai tukar
berpendapat bahwa Pancasila rupiah, harga rupiah menjadi
adalah rekayasa pihak anjlok dan dolar naik. Akibatnya
Kristen/Katolik untuk harga kebutuhan menjadi
menghancurkan institusi Islam semakin mahal, daya beli rakyat
di Indonesia (A.M. melemah, investor ketakutan
Hendropriyono, 2009). Jadi bahkan mereka menarik
radikalisme merupakan modalnya dari Indonesia, PHK
ancaman terhadap Pancasila dimana mana, sehingga timbul
dan UUD NRI 1945. kekacauan dimana mana.

1) Ancaman terhadap Keutuhan 3) Sosial Budaya,


Politik,
Aksi radikalisme bisa Aksi radikalisme dan terorisme
mengancam ketahanan bisa merusak tatanan budaya
nasional karena menimbulkan masyarakat dan mengganggu
instabilitas politik, kohesifitas sosial. Masyarakat
menjadi mudah curiga keamanan karena akan
terhadap orang lain, tidak ada menimbulkan rasa cemas,
lagi rasa toleransi dan ketakutan orang untuk berada
perdamaian, karena mereka di kawasan umum karena
menjadi mudah terhasut dan khawatir ada serangan bom
terprovokasi. Dari aspek bunuh diri dan lainnya. Orang
budaya, aksi radikalisme dan mulai mencurigai dan menjadi
terorisme bisa merusak paranoid terhadap setiap orang
tatanan budaya masyarkat asing di wilayahnya.
Indonesia yang selama ini F. Kontribusi Nilai Pancasila
terhadap Ketahanan Nasional
dikenal sangat toleran,
Dengan penanaman nilai
beradab, sopan santun, lemah
Pancasila yang terus menerus,
lembut menjadi budaya yang
intensif, massif, terkoordinasi
beringas, kasar, barbar dan
dan terintegrasi dengan baik,
biadab.
akan membuat faham dan
4) Pertahanan dan Keamanan, gerakan radikal menjadi mati
dan tidak berkembang. Gerakan
Aksi radikalisme dan
radikal mati karena sudah tidak
terorisme telah
ada lagi orang yang mau terlibat
mengakibatkan korban luka
dan berjuang bersamanya.
dan kematian bagi mereka
Mereka tidak mau dibodohi
yang tidak bersalah. Dari
dengan ideologi maut yang
aspek pertahanan, aksi
membuat mereka mati sia sia.
radikalisme terorisme
Dengan matinya gerakan dan
membuat kekuatan pertahanan
ideologi radikal, maka akan
lebih banyak dikonsentrasikan
berdampak terhadap suasana
untuk menghadapi kelompok
kehidupan sosial masyarakat
radikalis teroris, ketimbang
yang lebih tenang, damai, aman
menghadapi serangan dari
dan tanpa ada rasa ketakutan.
luar. Dari sisi keamanan, aksi
Suasana ini akan berdampak
radikalisme telah menciptakan
terhadap ketahanan ideologi
gangguan instabilitas
Pancasila karena ajaran
Pancasila semakin bisa Kesimpulan
dipercaya dan dirasakan Munculnya aksi aksi
kebenarannya. Ketahanan radikalisme dan terorisme telah
ideologi Pancasila pada menjadi ancaman nyata bagi
akhirnya akan berdampak kelangsungan ideologi
terhadap ketahanan nasional Pancasila dan keutuhan NKRI.
bangsa Indonesia. Oleh sebab Ideologi radikal yang
itu perlu sebuah kebijakan menggunakan cara-cara
yang komprehensif dan kekerasan, teror, menebar
terpadu dalam penanaman ancaman, kebencian telah
Nilai-Nilai Pancasila dan menimbulkan instabilitas
UUD NRI 1945 sehingga politik dan keamanan,
hasilnya bisa lebih optimal. mengganggu perekonomian
Kebijakan tersebut harus Indoensia karena membuat
didukung oleh dengan investor luar takut untuk
langkah-langkah strategis datang dan berinvestasi,
dan upaya upaya teknis jatuhnya nilai tukar
untuk melaksanakan strategi rupiah,tidak adanya jaminan
tersebut pada tingkat kepastian hukum dan
operasional. Dengan keamanan serta mengancam
Kebijakan, Strategi dan persatuan dan kesatuan.
upaya yang lebih kongkrit, Ideologi radikalisme juga
pemerintah dan jajarannya bertentangan dengan Nilai-
bersama masyarakat dapat Nilai Pancasila yaitu nilai
bersinergi melakukan ketuhanan, nilai kemanusiaan,
penanaman Nilai-Nilai nilai persatuan, nilai
Pancasila dan UUD NRI kerakyatan dan nilai keadilan
1945 sebagai bagian sosial. Ancaman terhadap
deradikalisasi dalam ideologi Pancasila dan UUD
menghadapi radikalisme dan NRI 1945 secara langsung
terorisme. berdampak terhadap ketahanan
nasional. Dengan tidak adanya
Pancasila sebagai dasar yang sekarang ini dilakukan
negara, maka tidak ada lagi pada era demokrasi yang
ideologi yang bisa penuh kebebasan dan
menyatukan keragaman keterbukaan. Tujuannya bukan
(Suku, etnis, agama, untuk mempertahankan rezim
budaya, bahasa) sehingga negara, tapi untuk menjaga
mengancam persatuan dan keutuhan bangsa, menciptakan
kesatuan bangsa. Pancasila kondisi negara yang damai,
tidak lagi berfungsi sebagai aman, tenteram, toleran,
simbol pemersatu bangsa menghargari perbedaan dan
karena sudah digantikan keragaman. Kebijakan
dengan ideologi lain. penanaman nilai Pancasila
Kondisi ini akan berdampak harus dilakukan secara sinergi
terhadap ketahanan nasional dan koordinatif dengan
karena bisa mengganggu melibatkan berbagai sektor
dan menghancurkan yang ada, dan konten
eksistensi sebuah bangsa materinya harus komprehensif,
yang bernama Indonesia. integral dan berkelanjutan
Kebijakan program dengan memperhatikan kondisi
penanaman nilai Pancasila sasaran peserta, latar
dan UUD NRI 1945 saat ini pendidikan, pengalaman, usia
dipandang penting dan dengan metode pendekatan
memiliki relevansi yang dialogis, demokratis dan
mengingat kondisi bangsa partisipatif.
yang masih menghadapi DAFTAR PUSTAKA
ancaman dari kelompok A.M. Hendropriyono, Terorisme:
2009. Fundamentalisme
kelompok radikal teroris.
Kristen, Yahudi, dan
Penanaman nilai Pancasila Islam, Jakarta: Kompas.
tentunya berbeda dengan Azyumardi Azra, Islam Politik
apa yang pernah Radikal di Indonesia :
Akar Ideologi
dilakukan di era Orde Baru.
Terorisme, Makalah
Penanaman nilai Pancasila disampaikan pada
Diskusi Kajian tentang
Terorisme di
Ditjenstrahan
Kemhan tanggal 16
Januari 2012.
Hariyono, 2014.
Ideologi
Pancasila; Roh
Progresif
Nasonalisme
Indonesia,
Malang:
Instrans
Publishing.
Haryono, 2013. Arsitektur
Demokrasi Indonesi, Malang:
Setara Press.
Koran Kedaulatan Rakyat,
Terorisme Tetap Menjadi
Ancaman, edisi 15/11/2015
http://www.krjogja.com/web/n
ews/read/281208/terorisme_tet
ap_jadi_ancaman di
download 16 Januari
2022.

Anda mungkin juga menyukai