Anda di halaman 1dari 80

ABSTRAK .

·STANDAR
. BIDANG PEKERJAAN UMUM

-
'

DIPARTEMIN PEKERJAAN UMUM


8AOAN P'ENELITIAN DAN P'ffltGfMBANGAN P' . U .
PUSAT PENEur1AN DAN PENGEMBANGAN PEMUKIMAN
Jin. T.,,.,..,, M CTromol ~ 151 - 8eftdung - Tilp. 11082181083
ABSTRAK

l\irr -,,
. -- '"
,,1.
., .-..··:__1 ..'J .• '. .•1!l. 1\P
• ....,

JjA l.~ .1. .J..::i.~ G It .

2
STANDAR
BIDANG PEKERJAAN UMUM

Dl,AATEMIN PEKEAJAAN u.-uM


IAOAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN P .ll
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEMUKIMAN
Jin. T - 1 8' ITr-1 Pot 151 - IMdung - Tilp. 81082181083
KATA PENGANTAR

Sampai dengan tab.on 1989 Departemen Pekerjaao Umum te1ah bcrbasil


mmsahlcan SJ buah standar bidang pekerjaan umum yang tccdiri dari:

- Tl buah standar bidang pemnkiman;


- 22 buah standar bidang jalan dan
- 8 buah b.idaag pengairan.

Sesuai dengan hirarkis standardisasi yang berlaku di Indonesia, dari 57


buah tersebut 32 diantaranya masih bersifat standar departemen atau di
kenal SK SNI, yan$ tertua~ dalam Surat Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 306/I<PfS/1989. Sedangkan sisanya yang 25 buah
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
41/J>RT/1989 sebagai Startdar Nasional Indonesia (SNI).

Bentuk-bentuk standar yatJg dikenal da1am bidang pekerjaan konstruksi


adalah:

- Tata Cara (Perencanaan, Pelaksanaan);


- Spesifikasi;
- Metode Pengujian.

Buku basil yang berisi kumpulan abstrak dari 57 buah standar bidang
pekerjaafi Ul'huift ini dimaksudkan sebagai bahan informasi singkat dalam
upaya penyebarluasan dan penerapan standar bidang pekerjaan umum.

Jakarta, 1.0 ~ 1989

Badan.Litbang PU

i
DAFfARISI

Halaman

Kata Pengantar ................................................................................

Daftar Isi ll

ABSTRAK STAND AR BIDANG PEMUKIMAN .............. 1

1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Rumah dan Gedung .............................................................. 2

2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk


Rumah dan Gedung ......................................................_.. 3

3. Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan


Gedung..........................................................·-···············-··· 4

4. Tata Cara Perencanaan bangunan Baja untuk


Gedung........................................................................ ·--····· 5

5. Tata Cara Pereqcanaan Gedung Sekolah


Menengah Umum ·········-·······················-·······--··--·· 6

6. Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan


Kota ··································································-···-·-·- 7
7. Tata Cara Perencanaan Beton Berru,lang
dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah
dan Gedung ·····························-·····················-··--- 9

8. Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Linglcungan


untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rwnah dan Gedung ·--·--·····-·· 10

ii
9. Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan
untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung ······························-···--· 11

10. Metode Pengujian Jalar Api Pada Permukaan


Bahan Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung...•.·-··· u
11. Metode Pengujian Tahan Api Komponen
Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung ............ 13

U. Tata Cara Pemasangan Hidran untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung .......................................... 14

13. Metode Pemasangan Pemadam Api Ringan untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rum ah dan Gedung ............................................................. 15

14. Metode Pengujian Bakar Bahan Bangunan untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung ............................................................ 16

15. Tata Cara Perencanaan dan Perancangan


Bangunan Kedokteran Nuklir di Rumah Sakit ·······-······ 17

16. Tata Cara Perencanaan dan Perancangan


Bangunan Radiologi di Rumah Sakit ··········-··---···-·· 18

17. Tata Cara Perancangan Penerangan Alami


Siang Hari untuk Rumah dan Gedung ·······-····---···-- 19

18. Tata Cara Perancangan Rumah Sedcrhana


Tahan Angin ······-···-·······························-··-· 20

iii
19. Tata Cara Perencanaan Tangki Septik .............................. 21

20. Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum............. 22

2L Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untulc


Perancangan Bangunan Rum.ah dan Gedung........-.......... 24

22. Spesifikasi Koordinasi Modular untulc


Bangunan Rum.ah dan Gedung .......................................... 24

23. Spesiftkasi Ukuran Terpilih untuk


Bangunan Rumah dan Gedung ························-················ 25

24. Spesifikasi Matra Ruang untuk Bangunan


Rumah Tinggal ..................................................................... 25

25. Spesifikasi Bahan Bangunan ............................................... 28

ABSTRAK STANDAR BIDANG JALAN

1. Tata Cara Pembcbanan Jembatan Jalan............................ 30

2. Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan


Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Kornponen ............................................................................. 31

3. Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Belon


(Laston) untulc Jalan Raya ····-······························-············ 32

4. Metode Pengujian CBR Lapangan .................................... 33

5. Metode Pengujian Kepadatan Ringan untulc Tanah..... 34

6. Metode Pengujian Kepadatan Berat untulc Tanah........... 35

7. Metode Pengujian CBR Laboratorium ............................. 36

iv
8. Spesifikasi Konstrulcsi Jembatan Tipe Balok T
Bentang s/d 25 M untuk Beton BM 70 ··················-·-- 37

9. Spesitikasi Konstruksi Jembatan Tipe Balok T


Bentang s/ d 25 M untuk Belon BM - 100 ·······-······--·- 38

10. Metode Pengujian Berat Jenis Tanah ·······-··············--·-· 39

11. Metode Pengujian Kadar Air Tanah ................. ·-········-··· 40

12. Metode Pengujian Batas Plastis ......................................... 41

13. Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat


Cassagrande ·························································-········--··· 42

14. Metode Pengujian Tentang Nilai Analisis


Saringan Agregat Halus clan Kasar .................................... 43

15. Metode Pen~ujian Berat Jenis dan Penyerapan


Air Agregat Kasar ... .................................. .... ....................... 44

16. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penycrapan


Air Agregat Halus ···························································-··· 45

17. Metode Pengujian Kadar Air Agregat ···············-········--·· 46'

18. Metode Pengujian Slump Beton ·····················-·--·-·-·· 47

19. Metode Pengujian Berat Isi Beton ·················--·······-- 48

20. Metode Pengujian Kuat Tekan Seton ···········-····-·····- 49

21. Metode Mempersiapkan Contoh Tanah


dan Tanah Mengandung Agregal-··-······-·-·----- 50

22. MetO<le Koreksi untuk Pengujian Pemadatan


Taoah yang Mengandung Bu~ Kasar ··-··········--- 51

y
ABSTRAK STANDAR BIDANG PENGAIRAN

1. Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan


Hidraulik untuk Desain Bangunan di Sungai -----···· 53

2. Tata Cara Keamanan Bendungan ·················--·-·····--··-· 54

3. Tata Cara Pelaksanaan Injeksi Semen


Pada Batu ···················································-··-----···- 55
4. Metode Pengujian Lapangan Tentang
Kelulusan Air Bertekanan ·····················-··············----···-· 56

5. Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air -··-·······- 57

6. Metode Pengujian Kualitas Fisika Air ·-··---···-···--- 58

7. Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran


Terbuka ........................................ ·······················-····-········· 59

8. Metode Perhitungan Debit Banjir ···--·----·····-·-· 00

vi
ABSTRAK

STANDAR
BIDANG PEMUK IMAN

1
TATA CARA
PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA
UNTUK RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1726 - 1989 - F

Wilayah Indonesia adalah merupakan pertemuan 3 jalur gempa-dunia,


oleh karena gem pa sering tcrjadi di kepulauan Indonesia lainnya.
Untuk menjamin keselamatan bangunan, khususnya di lota-kota besar,
· maka telah disusun suatu pedoman yang berisikan Tata Cara Perenca-
naan Struktur Gedung yang kuat dan tahan terhadap beban dinamik
gem pa.

Metoda perencanana struktur, masalah daktilitas dan pemencaran ensersi


gempa, analisa beban statik ekwivalen, koefisien gempa dasar - C, faktor-
faktor keutamaan dao jenis struktur serta waktu getar alami sampai
dengao aoalisa dioamik dengan segala aspeknya dibahas di dalam Bab II.

Selanjutnya tentang syarat-syarat pereocanaan Tahao Gempa untuk


Komponen Struktur Sekunder dibahas dalam Bab III. Komentar atau
penjelasan dari Pedoman ini juga diberikan dalam bab berikutnya.

Sebingga dapat dikatakan bahwa, struktur bangunan yang dirancang


dengan berpedoman buku ini, akan cukup kuat dao aman, tetapi rasional
dan ekonomis.

2
TATA CARA
PERENCANAANPEMBEBANAN
UNTIJK RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1727 -1989 - F


Suatu bangunan gedung dapat disebut cukup kuat dan aman, bila sejak
dari awal proses pembangunannya, telah direncanakan cukup kuat dan
aman untuk mendukung bermacam-macam pembebanan yang cocok,
yang diharapkan akan terjadi selama umur pakai bangunan tersebut.

Besaran bermacam beban itu antara lain:

1. Behan mati;
2. Behan hidup.

Kedua beban itu sifatnya boleb dikatakan ~ statis. dan mengarah


vertikal (ke bawah), atau disebut beban gravitasi.
Besarnya beban ini dapat dihitung dan dirancang hampir mendekati pasti,
dan biasanya semua struktur bangunan cukup kuat mendukungnya.
Disamping itu, masih ada beban lain yang sulit dihitung secara pasti,
bersifat sementara (beberapa jam sampai beberapa detik), tetapi sangat
berbahaya, yaitu:

3. Behan sementara, seperti gempa dan angin.


Behan ini memerlukan struktur khusus yang mampu menahan beban
yang bersifat dinamik dan mengarah horizontal.
Sampai saat ini masih banyak perencana struktur yang kurang mempcr-
hatikan beban ini atau kurang memahami bahayanya bila beban sementa-
ra ini tidak diperhitungkan.
Untuk membantu dan mcmudahkan para perencana struktur bangunan
gedung, khususnya bangunan gedung bertingkat banyak, maka ketentuan-
ketentuan dan besaran ilai beban rcncana tersebut yang terdapat dalam
buku "Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung"
dapat dipelajari serta dijadikan pcgangan dalam analisa perencanaan
struktur, agar rencana-bangunan yang dihasilkan nanti memenuhi krite-
na:
- kuat
- kaku
- daktail
- efektif, dan
- ekonomis.
3
TATA CARA
PELAKSANAAN MENDIRlKAN BANGUNAN GEDUNG

SNI 1728 - 1989 - F

Tata cara ini dirnaksudkan untuk mernberikan landasan bagi semua


Pemcrintah Daerah dalam usaha untuk membuat peraturan-peraturan
mendirikan bangunan di masing-masing daerah, dengan tujuan menyera-
gamkan di dalam bentuk dan jiwa dari peraturan-peraturan bangunan
yang akan dipergunakan di seluruh kota-kota di Indonesia.

Ruang lingkup tata cara ini memberikan aturan-aturan dalam mendirikaa


bangunan dari segi administratip dan segi teknis.

Kegunaan tata cara ini adalah untuk menjamin ketertiban serta keselama-
tan teknis dalam pelaksanaan mendirikan bangunao meliputi:
- administrasi bangunan;
- arsitektur;
- konstruksi/struktur;
- utilitas
- teknik penyehatan;
- keselamatan kerja

4
TATAC-UA
PERENCANAAN BANGUNAN BAJA UNTI.JK GEDUNG

SNI 1729 - 1989 - F

Maksud standar ini adalah sebagai pedoman untuk pekerjaan perenca-


naan bangunan baja untuk gedung.
Sedangkan tujuannya adalab untuk memberikj:Ul persyaratan minimum
bagi bangunan baja untuk gedung yang a.kan didirikan.

Buku standar ini mencakup syarat-syarat minimum untuk perencanaan


bangunan baja, yang meliputi:

sifat-sifat baban dan tegangan-tegangan dasar;


perhitungan penampang-penampang;
stabilitas batang-batang tekan;
stabilitas balok-balok yang dibebani lentur (KIP);
stabilitas pelat-pelat (LIPAT);
stabµitas konstruksi atap;
sambungan-sambungan;
dasar-dasar perhitungan;
stabilitas batang-batang tekan (TEKUK)
KIP pada balok-balok dan kolom-kolom;
lendutan-lendutan.

Adapun kegunaannya adalah dalam usaha penanggulangan ter-hadap


kerusakan struktur.

5
TATA CARA
PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH UMUM

SNI 1730 -1989 • F

Buku ini disusun untuk menyederhanakan jumlah tipe sekolah menengah


umum yang disesuaikan dengan kurikulum SMP 1984 (kurikulum SMP
1975 yang disempurnakan) dan kurikulum SMA 1984 (kurikulum SMA
1975 yang disempurnakan) yang telah disetujui oleh Deprtemen Penidi-
kan dan Kebudayaan.

Buku ini adalah merupakan pedoman teknis mengenai dasar perencanaan


dan perancangan yang berdasarkan kepada kurikulum pendidikan
pembakuan gedung dan jenis ruang yang berlaku unluk sekolah menen-
gah umum tingkat pertama dan alas.

Buku ini ditujukan untuk memperoleh keseragaman dasar perencanaan


gedung sekolah menengah umum di Indonesia, memberikan jaminan
keselamatan bagi masyarakat pemakai, dan meningkatkan keamanan
terhadap bahaya yang mngkin timbul seperli gempa bumi, kebakaran
serta pencemaran lingkungan.

Buku ini memual persyaralan leknis yang menyangkut aspek-aspek ling-


kungan, arsileklur, bahan bangunan, struktur/konslruksi, ulililas dan
persyaratan lainnya.

Buku ini bermanfaal sebagai acuan teknis bagi para perencana dalam
proses perencanaan. perancangan dan pelaksanaan konstruksi bangunan
gedung sekolah menengah umum tingkat perlama dan alas.

6
TATACAlt'
PERENCANAAN KAWASAN PERUMAHAN KOTA

------------~·------~-----
SNI 1733 • 1989 • F

Buku Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan ((ota ini merupa.kan


bagian dari ketentuan mengenai perencanaan tata ruang kota yang akan
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Uinum, dengan maksud dan
tujuan sebagai berikut:

Memberikan petunjuk kepada berbagai pihak yang berkepentingan


(perorangaii/lembaga) dalam menyusun rencana detail tata ruang
kota di kawasan perumahan;
Memberi petunjuk kepada Pemerintab Daerah dalam menyusun
rencana alokasi ruang di kawasan perumahan;
Memberi patokan kepada berbagai pihak dal~ menentukan kapasi-
tas lingkungan khususnya dikaitkan dengan pelayanan lingkungan.

Dengan demikian maka melalui penerapan buku petunjuk ini diharap-


kan 8kan menghasilkan suatu lingkungan poerumahan yang fungsional,
sekurang-kurangnya bagi masyarakat penghuoi.

Bulrn ini disusun dengan membandingkan berbagai petunjuk dan


pedoman yang tela~ ada yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga yang
berwenang kemudian melalui serangkaian diskusi yang meHbatkan
berbagai pihak termasuk pemakai ditetapkan besaran-besaran seba-
gaimana tercantum dalam buku ini.

7
Pctunjuk ini diuraikan menjadi 4(empat) Bab sebagai berikut:

Bab I : Deskripsi, di mana didalamnya berisi:


- Maksud dan Tujuan
- Ruang Lingkup
- Pengertian.

Bab II Peraturan Perundangan, di mana didalamnya berisi


peraturan perundangan yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan tata ruang di kawasan perumahan kota.

Bab III Dasar Penentuan Besaran Standar untuk Perencanaan


Lingkungan, di mana didalamnya berisi asumsi-asumsi
dasar yang digunakan secara umum dalam buku petunjuk
IDl.

Bab IV Besaran Standar untuk Perencanaan Sarana Lingkungan,


di mana didalamnya berisi angka-angka besaran dari
berbagai sarana lingkungan dikaitkan dengan jumlah dan
kepadatan penduduk.

8
TATA CARA
PERENCANAAN BETON BERTULANG DAN STRUKTUR DINDING
BERTULANG UNTUK RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1734 - 1989 - F

Maksud standar ini adalah mempersingkat waktu perencanaan untuk


berbagai bentuk struktur yang umum dan menjamin syarat-syarat peren-
canaan tahan gempa untuk rumah dan gedung yang berlaku.
Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk bagi perencana
dan pelaksana dalam perencanaan struktur beton bertulang dan struktur
dinding bertulang untuk rumah dan gedung.

Standar ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai sistem struktur,


tinggi maksimum tiap jenis struktur yang meliputi:

pemisahan dinding dan struktur;


pembatasan mengenai dinding;
anggapan peranan dinding.

Kegunaannya adalah dalam usaha penanggulangan terhadap kerusakan


struktur akibat beban puntir dan melindungi kerugian jiwa dan materi

9
TATA CARA
PERENCANAANBANGUNA NDANLINGKUNGAN
UNTUK PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1735 -1989 - F

Buku petunjuk ini dimaksudkan sebagai petunjuk dalam merencanakan


bangunan dan lingkungannya khusus dalam hal pencegahan terhadap
bahaya kebakaran meliputi pengamanan dan penyelamatan terhadap jiwa,
harta benda dan kelangsungan fungsi bangunan.
Buku petunjuk ini bertujuan untuk melengkapi peraturan-peraturan
pencegahan bahaya kebakaran yang telah ada dan merupakan persyaratan
minimum bagi bangunan dan lingkungan.

Buku petunjuk ini memuat persyaratan-persyaratan untuk lingkungan


bangunan rumah dan gedung serta bangunan rumah dan gedung.

Kegunaan buku petunjuk ini adalah untuk memudahkan perencana dalam


menerapkan persyaratan-persyaratan minimum mengenai pencegahan
terhadap bahaya kebakaran terhadap bangunan rumah dan gedung.

10
TATA CARA
PERENCANAANSTRUKTUR BANGUNAN
UNTUK PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

----------------------
SNI 1736 - 1989 - F

Standar ini dimaksudkan untuk perencanaan struktur bangunan dalam


pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan nunah dan gedung.

Tujuannya adalah mengamankan dan menyelamatkan jiwa manusia, harta


benda dan kelangsungan fungsi bangunan ditinjau dari segi struktur.

Ketentuan-ketentuan untuk perencanaan yang dicakup di dalam standar


ini meliputi:

- ketentuan-ketentuan struktural untuk mem~erkecil resiko bahaya


kebakaran pada bangunan itu sendi.ti clan meniperkecil resiko peram-
batan api terhadap bangunan yang berdekatan;

- ketentuan struktural pada saat terjadi kebakaran, yaitu bangunan


masih stabil dan tidak runtuh dalam waktu yang cukup l~a;

- ketentuan-ketentuan pencegahan perluasan api antara bagian-bagian


bangunan.

11
METODE PENGUJIAN JALAR API
PADAPERMUKAANBAHANBANGUNANUNTUKPENC EGAHAN
BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1739 - 1989 -F

Meningkatnya pembangunan perumahan dan gedung dewasa ini terutama


di daerah perkotaan dapat meningkalkan resiko timbulnya kebakaran.

Untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan


gedung telah disusun berbagai pengaturan yang bertujuan untuk mengu-
rangi resiko timbulnya kebakaran dan kerugian akibat dari kebakaran
tersebut.

Buku panduan ini merupakan salah satu bagian dari pengaturan dibidang
pencegahan kebakaran pada bangunan rumah dan gedung yang bertujuan
untuk menentukan tingkat mutu bahan bangunan yang dapat terbakar
menjadi 5(lima) tingkat mutu yaitu:

M1 : tidak terbakar (non-combustible)


M2 : sukar terbakar (semi non-combustible)
M3: menahan api (fire retardant)
M4 : apk m.ewa.ban api (semi fire retardant)
Ms: mudah terbaUr' (easily combustible)

Buku ini dimaksudkan sebagai panduan dalam pengujian sifat jatar api
pada permukaan bahan bangunan dan memuat tata cara pengujian penja-
laran api yang meliputi: peralatan, ukuran dan jumlah benda uji, prosedur
pengujian serta kriteria basil uji untuk bahan-bahan yang dapat terbakar.

Buku Panduan ini merupakan satu kesatuan dengan buku "Panduan


Pengujian Bakar Bahan Bangunan untuk Pencegaban Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung•, dalam menentukan tingkat bahan
bangunan terhadap api.

12
METODE PENGUJIAN TAHAN API
KOMPONENSTRU KTURBANGUNAN
UNTUK PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1741 - 1919 - F

Maksud dan tujuan buku Panduan ini adalah u~uk menentukan cara
pengujian dan klasifikasi ketahanan api dari k-omponen bangunan.

Buku Panduan ini memuat petunjult-pengujian, peralatan uj~ ukuran dan


jumiah benda uji, kriteria basil pengu~.

Kegunaan SNI adalah untulr. menetukan ketabanan api komponen baDgu-


nan, fungsinya sebagai struktur, dinyatakan dalam waktu 1/2 jam, 1 jam,
2 jam, dan 3 jam.

Tiga kriteria basil uji bentuk menentukan ketahanan api


Stabilitas : batas komponen bangunan mengalami keruntuhan.
Integritas: batas komponen bangunan menah~n api tanpa mengala-
mi retak-retak
Isolasi ·: pada sisi yang tidak terkena panas, tidak bertambah lebih
dari 139° C di alas suhu awal dan tidak meningkat panas-
nya lebih dari 180°.

13
TATA CARA
PEMASANGAN HIDRAN UNTUK PENCEGAHAN BAHAYA
KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1745 • 1989 • F

Maksud dan tujuan panduan Pcmasangan Sistem Hidran untuk Pencega-


han Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung, adalah
sebagai panduan dalam pemasangan sistem hidran.

Tujuannya,untuk memberikan persyaratan minimum pada pemasangan


sistem hidran dalam upaya pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung.

Ruang lingkup, mencakup ketentuan-ketentuan minimum yang harus


diikuti dalam pemasangan, pengujian dan pemeliharaan sistem hidran
gedung dan halaman.

Cara Pemasangan Sistem Hidran meliputi:

Peralatan dan komponen sistem hidran gedung + hidran halaman;


Komponen-komponen hidran;
Persediaan air;
Instalasi + pompa;
Jumlah dan perlengkapan hidran;
Debit air;
Tekanan air;
Diameter slang;
Diameter pipa tegak;
Ukuran kotak hidran;
Kopling pengeluaran air;
Persyaratan bahan;
Perletakan kotak hidran;
Sumber air+ pompa

Dengan adanya buku Panduan Pemasangan Sistcm Hidran untuk Pencc-


gahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung, ~
lean usaha penangguJaogan kebakaran secara dini akan terlaksana dengan
lebih baik.

14
METODE PEMASANGAN PEMADAM API RINGAN
UNTUKPENCEGAHANBAHAYAKEBAKARAN
PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1746 • 1989 • F

Kebak.aran merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh semua pihak,


baik masyarakat pada umumnya maupun pemeriutah pada khusus.nya.
Karena bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian materiil maupun
sosial yang secara luas dapat mengganggu perelconomian dan bahkan
kestabilan nasional. ·

Ditinjau dari segi penanggulangan kebakaran yang terjadi mah untuk


mencegah meluasnya api diperlukan suatu tindakan awal pemadam.an
yaitu dipergunakan suatu alat pemadam api yang ringan, di mana alat
tersebut dapat diangkat oleh satu orang.
Alat tersebut disebut sebagai Alat Pemadam Api Rifi$an (PAR).

Berkaitan dengan masalah ini maka Departemen Pekerjaan Umum


dalam rangka tertib pembangunan d~n membina unsur kesela~atan
bangunan telah berhasil menyusun suatu Panduan Pemasangan Pema-
dam Api Ringan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung.

Buku ini dimaksudkan sebagai panduan bagi pelaksanaan pemasangan


PAR dan bertujuan memberikan jaminan keama.nan, keselamatan serta
agar diperoleh keseragaman pemasangan PAR pada banguna.n-bangunan
baru maupun bangunan lama yang belum dilengkapi peralatan seperti ini.

Panduan ini memuat persyaratan minimum dan ketentuan-ketentuan lain


seperti penggolongan jenis kebakaran dan penggolongan PAR; cara
pemasangan, cara pemeriksaan, pemeliharaan juga cara pengujian PAR.
Penentuan jenis PAR yang dipakai ditentukan oleh jenis bahan yang
terbakar.

Dengan adanya buku panduan ini diharapkan usaha penanggulangan


kebakaran secara dini akan terlaksana dengan lebih baik, sehingga wujud
pembinaan usaha jasa konstruksi menjadi lebih jelas.

15
METODE PENGUJIAN BAK.AR BAHAN BANGUNAN
UNTUKPENCEGAHANBAHAYAKEBAKARAN
PADA BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SNI 1740 - 1989 - F

Standar ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai panduan dalam melaku-


kan pengujian bakar bahan bangunan.
Tujuannya adalah untuk menentukan sifat bahan bangunan yang tidak
terbakar dan yang dapat terbakar pada bangunan rumah dan gedung.

Satandar ini memual petunjuk pengujian bakar yang meliputi:

peralatan uji;
ukuran benda uji;
jumlah benda uji;
prosedur pengujian;
kriteria basil pengujian bakar.

Standar ini berguna untuk menentukan bahan yang dapat terbakar dan
bahan yang tidak terbakar.

16
TATA CARA
PERENCANAANDANPERANCANGANBANGUNAN
KEDOKTERAN NUKLIR DI RUMAH SAKIT

SK SNI T - 03 - 1989 - F

Tata cara perencanaan dan perancangan bangunan kedokteran nuklir di


rumah sakit dimaksudkan untuk dijadikan pegangan dalam membuat
perencanaan dan perancangan bangunan radiasi khususnya untuk kedok-
teran nuklir.
Adapun tujuannya ialah untuk memperoleh keseragaman mengenai
dasar-dasar perencanaan dan perancangan untuk membuat suatu bangu-
nan kedokteran nuklir, memberi jaminan keselamatan bagi masyarakat
pengguna dan lingkungan hidupnya dan untuk meningkatkan keamanan
akibat bahaya sekunder yang mungkin timbul seperti gempa bumi, keba-
karan, banjir, kontaminasai, pencemaran lingkungan dan bahay-bahaya
lainnya.

Standar ini memuat semua persyaratan yang diperlukan dalam mcmbuat


bangunan kedokteran nuklir, seperti persyaratan umum, arsitektur, ling-
kungan lokasi, ukuran ruang, tebal dinding, bahan bangunan, utilitas,
sistem pengamanan limbah radioaktif, dan lain-lain.
Bangunan kedokteran nuklir terdapat di rumah sakit kelas A dan kelas B.

Standar ini akan bermanfaat bagi para perencana, pelaksana, para direksi,
pengurus proyek bangunan rumah sakit, pemelihara bangunan rumah
sakit, dan siapa saja yang terlibat dalam urusan bangunan rumah sakit.

17
TATA CARA
PERENCANAANDANPERANCANGAN
BANGUNAN RADIOLOGI DI RUMAH SAIOT

SK SNI T - 04 - 1989 - F

Tata Cara· Perencanaan dan Perancangan Bangunan Radiologi di


Ru.mah Sakit dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan dalam
pereneamm- daA perancangan bangunan radiasi khususnya untuk radio-
logL

Adapµn tajuannya ialah untuk memperoleh keseragaman mengenai


dasar-dasar perencanaan dan perancangan untuk membuat suatu bangu-
nan radiologi di rumah sakit, memberi jaminan keamanan dan keselama-
tan bagi masyarakat pengguna dan lingkungan hidupnya.

Standar ini memuat semua persyaratan yang diperlukan dalam membuat


bangunan radiologi, seperti persyaratan umum, arsitektur, lingkungan
lokasi, ukuran ruang, tebal dinding, bahan bangunan, utilitas, sistem
pengamanan limbah radioaktif dan lain-lain.

Bangunan radiologi terdapat disemua rumah sakit tennasuk Puskesmas.

Standar ini akan bermanfaat bagi para perencana, pelaksana, kaum direk-
si, pengurus proye.k bangunan rumah sakit, pemelihara bangwJaD rumah
sakit, dan siapa saja yang terlibat dalam urusan bangunan rumah sakit.

18
TATA CARA
PERANCANGAN PENERANGAN ALAMI SIANG HARi
UNTUK RUMAH DAN GEDUNG

SK SNI T • 05 - 1989 - F

Penerangan siang hari merupakan salah satu sumber penerangan untuk


bangunan rumah dan gedung yang sangat erat kaitannya dengan konser-
vasi enersi di bangunan.

Untuk melakukan perancangan penerangan alami siang hari telah disusun


suatu pedoman yang berjudul : Tata Cara Perancangan Penerangan
Alami Siang Hari untuk Rumah dan Gedung. Buku ini dimaksudkan
untuk memberikan dasar-dasar ilmiah yang secara praktis dapat diguna-
kan sebagai pedoman dalam merancang sistim penerangan alami siang
hari ari di dalam ruangan.
Buku ini mencakup persyaratan-persyaratan pokok untuk sistim pene-
rangan alami di dalam ruangan yang menggunakan terangnya langit
sebagai somber penerangan pada siang hari.

Buku ini sangat dibutuhkan untuk merancang suatu sistim penerangan


alami yang tepat sehingga dapat dicapai suatu rancangan yang dapat
memenuhi tingkat kenyamanan visual dengan tetap memperhatikan
faktor konservasi enersi di bangunan.

Buku ini meliputi:

Bagian I : yang merupakan deskripsi umum mengenai perenca-


naan penerangan alami.

Bagian Il dan ill: yang merupakan ketentuan dasar dan persyaratan


teknis agar tercapai kondisi kenyamanan visual yang
memenuhi syarat.

BagianIV : yang merupakan petunjuk untuk merancang dan perhi-


tungan dalam mencapai persyaratan yang harus dipe-
nuhi.

19
TATA CARA
PERANCANGAN RUMAH SEDERHANA TAHAN ANGIN

SK SNI T - 06 - 1989 - F

Tata Cara Perancangan Rumah Sederhana Tahan Angin merupakan


buku panduanbagi perencana dan pelaksana pembangunan perumahan.
Dari data yang ada menunjukkan bahwa di daerah tcrtentu di Indonesia
hampir setiap tahun mengalami bencana angin puyuh. Untuk menjarnin
keselamatan nyawa dan mengurangi kerugian material bagi masyarakat di
daerah rawan angin, disusunlah buku SK SNI tersebut, di atas.

Prisip dasar untuk menghindari/mengurangi kerusakan struktur adalah


struktur bangunan harus KOKOH dan KUAT yaitu antara elcmcn-
elemen struktur harus terikat kaku yang merupakan satu kesatuan yang
tertutup.

SK SNI Tata Cara Perancangan Rumah Sederhana Tahan Angin memuat


persyaratan teknis yang meliputi:

Dasar-dasar rancangan rumah tahan angin;


Perancangan bagian-bagian konstruksi;
Cara-cara meningkatkan ketahanan struktur rumah tahan angin.

Disamping persyaratan teknis terrnuat pula beberapa contoh rumah


sederhana.

20
TATA CARA
PERENCANAAN TANGKI SEPTIK

SK SNI T - 07 - 1989 - F

Sistem pembuangan air limbah rumah tangga yang baik adalah meru-
pakan hal yang sangat berpengaruh, baik terhadap kesehatan maupun
kehidupan manusia, maka salah satu usaha untuk mencega}i ke~ungJci­
nan timbulnya bahaya/gangguan kesehatan dapat dilakukan dengan
menyediakan sarana Tangki Septik dan pengolahan efluen dari Tangki
Septik yang memenuhi syarat bagi suatu daerah.

Salah satu kriteria dasar perencanaan dalam pembang_unan sarana


Tengki Septik dan pengolahitn efl.uen Tangki Septik adalaJt persyaratan
teknis yang dapat 01enentukan kebutuhan minimum UIJtuk batasan
perencanaan meliputi:

- Bentuk dan ukuran Tangki Septik dan pengolahan efluen Tangki


Septik dari suatu jumlah pemakai;

Bahan bangunan;

- Ukuran pipa penyalur, pengaturan aliran masuk dan ke luar dari


pelengkap (lubang pemeriksaan dan pipa udara);

- Jarak Tangki SqJtt.k dan pengolahan efluen terhadap suatu unit


tertentu.

21
TATA CARA
PERENCANAAN BANGUNAN MCK tJMtJM-- .

--------------------------
SK SNlT-ei--19&9-F

Perwujudan dari kesejabteraan manmia yang utama beflllYd pedindungan


kesehatan masyara.kat, adalah antara lain terciptanya penyediaan air
bersih yang memenuhi syarat dan sistem pembuangan air kotor yang baik
dan teratur, di mana manusia dapat hidup dalam suatu kondi&i yang
memungkinkan untuk mengembangkan kehidupan sosial budaya dan
penghidupan yanglayak.

Penciptaan tersebut dapat berupa fasilitas umum yaitu salah satunya


bangunan Mandi, Cuci, dan Kakus umum yang harus dapat memberi-
kao keseimbangan sosial dan memberikan kesempatan untuk membina
individu dan keluarga sejahtera.

Selah satu kriteria dasar perencaoaan bangunan MCK umum di kawa-


san pemukiman adalah persyaratan teknis untuk fasilitas ruangan
MCK yang dapat menentukan kebutuhan minimum untuk batasan
perencanaan meliputi:

Lokasi;
Tata letak;
Kapasitas pelayanan dan luas MCK;
Sistem penyediaan air bersih;
Bahan banguoan;
Konstruksi;
Plambing;
Instalalsi listrik;
Ukuran fasilitas MCK.

22
KOORDINASI MODULAR

------------------
Penyusunan buku-buku mengenai Koordinasi Modular bertujuan untuk
menghemat penggunaan bahan bangunan, komponen bangunan dan
elemen bangunan, menghemat waktu pemasangan serta nienghemat
penggunaan tenaga kerja.
Penerapan koordinasi modular secara konsisten akan memperoleh
beberapa keuntungan yaitu:
Menciptakan kerjasama antara perencana, produsen
komponen/ elemen, kontraktor dan pemerintah;
Meningkatkan terciptanya standardisasi yang luwes yang mendorong
penyederhanaan tipe dan ukuran komponen dengan tetap me-
mungkinkan menghasilkan tipe bangunan yang berbeda-beda;
Memungkinkan subtitusi komponen yang satu cocok dengan yang
lain;
Memperkecil terjadinya pemotongan/pemborosan bahan di
lapangan;
Penyederhanaan pelaksanaan di lapangan;
Menjamin koordinasi dimensi dengan instalasi, perabotan rumah
tangga dan sebagainya.

23
Buku-buku mengenai koordinasi modular tersebut adalah:

1.

TATA CARA
DASAR KOORDINASI MODULAR
untuk
PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SK SNI T - 01 - 1989 • F

Tata Cara ini dimaksudkan sebagai pegangan dasar dalam merencanakan


bangunan rumah dan gedung, dengan tujuan untuk mewujudkan rencana
teknis bangunan rumah dan gedung secara optimal.

Ruang lingkup tata cara ini meliputi persyaratan teknis koordinasi


modular.

Kegunaan tata cara ini adalah untuk memudahkan perencana, dalam


merencanakan teknik arsitektur dan struktur, pemilihan bahan bangunan,
komponen bangunan dan elemen bangunan sesuai dengan koordinasi
modular.

24
2.

SPESIFIKASI
KOORDINASI MODULAR
untuk
BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

SK SNI S • 01·1989 • F

Buku ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi perencana te~ pe'aksa-


na, produsen bahan bangunan, komponen bangunan, dan elemen bangu-
nan untuk memilih dimensi modul arah horizontal dan vertikal pada
bangunan rumah dan gedung.

Koordinasi modular didasarkan alas modul dasar, multi modul dan sub
modul yang besarannya ditetapkan sebagai berikut:

Modul dasar dcngan simbol M = 10 cm;


Multi modul arah horizontal = 3M, 6M, 12M, 15M, 30M, 60M;
Multi modul arah vertikal = lM;
sub modul = M/2, M/4, M/5.

25
3.

SPESIFIKASI
UKURAN TERPILIH
untuk
BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG

----------------------------------
SKSNI S • 02 -1989-F

Spesifikasi ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi perencana te~


pelaksana, dan prod.use.a bahan bangunan, komponen bang.tµIa.11, ~
elemen bangunan dalam memilih ukuran arah horizontal dan vertikal.

Dengan ukuran terpilih arah horizontal dan vertikal berdasarlcao. multi


modul untuk horizontal adalah 3M, 6M, 12M, 15M, 30M, dan ~ seaa-
multi modul untuk vertikal adalah lM.

26
4.

SPESIFIKASI
MATRARUANG
untuk
RUMAH TlNGGAL

--------------------- --------
SK SNI S - 03 - 1989 - F

Spesifikasi ini disusun dengan maksud memberikan pegangan bagi peren-


cana mengenai acuan matra ruang minimum dalam perencanaan teknis
rumah tinggal sesuai dengan ukuran modular.

Spesifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan ruang


dan bahan bangunan, serta memuat persyaratan ukuran dasar ruang
gerak berdasarkan gerak horizontal dan gerak vertikal.

Kegunaan spesifikasi ini adalah untuk memudahkan perencana dalam


menerapkan persyaratan matra ruang minimum pada perencanaan teknis
rumah tinggal.

27
SPESIFIKASI
BAHAN BANGUNAN

SK SNI S - 04 - 1989.- F
SK SNI S - OS - 1989 - F
SK SNI S - 06 - 1989 - F
Untuk menjamin tcrcapainya produk pembangunan yang baik serta
terjaminnya efisiensi di dalam pclaksanaan, diperlukan ketentuan-
kctentuan teknis bahan bangunan yang dapat digunakan sebagai pedoman
pada pelaksanaan pembangunan, baik pada tahap persiapan, perencanaan
dan konstruksi, maupun pada tahapan pengawasan dan pembiayaannya.

Buku Spesifikasi Bahan Bangunan dimaksudkan untuk memenuhi kebu-


tuhan tersebut, terutama bagi para perencana, pelaksana dan pengawas
dalam bidang ke-PU-an.

Pedoman ini perlu dipahami oleh para perencana, kontraktor, produsen


bahan bangunan dan juga instansi-instansi Pemerintah bcscrta aparatnya
yang terlibat dalam penyelenggara an pembangunan, demi tercapainya
tertib pembangunan dan tertib pemanfaatan.

Buku Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A mcmuat spcsifikasi bahan


bangunan bukan logam yang pada garis besarnya dibagi menurut kelom-
pok bahan perekat hidrolis, kapur, pozzolan, gips, dan bahan bangunan
dengan bahan dasar kapur, air, agregat, bahan tambahan untuk beton,
beton dan bahan bangunan dengan bahan dasar semen, batu alam, bahan
bangunan dengan bahan dasar lempung, bahan tah@ api, bahan pember-
sih, fatyu dan bahan bangunan dengan bahan dasar kayu, bahan pengawet
dan bahan bitumen, bahan pelapis, kaca, plastik dan bahan bangunan dari
tumbuhan bukan kayu.

Buku Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B memuat spesifikasi bahan


bangunan dari logam bcsibaja yang pada garis besarnya dibagi menurut
kelompok baja tulangan, kawat baja, baja lembaran, baja profil, alat
pengunci dan penutup, pipa baja dan besi tuang, paku, sekcup, mur, dan
baut.

Buku Spesit'ikasi Bahan Bangunan Bagian C memuat spesifikasi bahan


bangunan dari logam bukan-besi yang pada garis besarnya dibagi menu-
rut kelompok bahan dasar tembaga,· kuningan, timah hitam, logam patri
dan alqminium.

28
ABSTRAK

STA NDA R
BIDANG JALAN

29
1. TATA CARA PEMBEBANAN JEMBATAN JALAN
( SNI - 1725 - 1989 - F)

Tata cara Pembebanan jembatan jalan merupakan dasar dalarn


menentukan beban - beban dan gaya - gaya untuk perhitungan
tegangan - tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan
jalan raya. Penggunaan pedoman ini dimaksudkan untuk mencapai
perencanaan ekonomis sesuai kondisi setempat, tingkat keperluan,
kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, sehingga
proses perencanaan menjadi efektif.

Tata cara Pembebanan jembatan jalan raya meliputi data - data


beban primer, beban sekunder dan beban khusus serta perencanaan
untuk penyebaran beban, kombinasi pembebanan, syarat ruang
bebas dan penggunaan beban hidup tidak pcnuh.

Tata cara ini dapat digunakan untuk percncanaan jcmbatan


bcntang panjang bentang utama 200 m - dengan mengadakan
modifikasi sesuai jenis konstruksi dan kondisi lapangan.

30
2. TATA CARA PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
LENTUR JALAN RAYA DENGAN METODE
ANALISA KOMPONEN
(SNI- 1732-1989-F)

Perencanaan tebal perkerasan yang akan diuraikan dalarn buku ini


adalah merupakan dasa.( dalam menentukan tebal perkerasan lentur
yang dibutuhkan untuk suatu jalan raya.

Yang dimaksud perkerasan lentur ( flexible pavement ) dalam


perencanaan ini adalah perkerasan yang urnumnya menggunakan
bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan
berbutir sebagai lapisan di bawahnya.

Interprestasi, evaluasi dan kesimpulan - kcsimpulan yang akan


dikembangkan dari hasil penetapan ini, harus juga memperhitungkan
pcnerapannya secara ekonomis. scsu.ai dengan kondisi setempat,
tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis
lainnya, schingga konstruksi jalan yang direncana kan itu adalah
optimal.

Dasar - dasar percncanaan tebal perkerasan jalan ini meliputi uraian


deskrepsi paramater perencanaan dan metoda pelaksanaan, contoh -
contoh dan hasil - hasil perencanaan.

31
3. TATA CARA PELAKSANAAN
LAPIS ASPAL BETON ( LASTON) UNTUK JALAN RAYA
( SNl-1737 -1989 - F)

Pembuatan Lapis Aspal Beton ( LASTON ) dimaksudkan untuk


mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara pada
perkerasan jalan raya yang mampu memberikan surnbangan daya
dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang
dapat melindungi konstruksi di bawahnya.

Sebagai lapis permukaan, Lapis Aspal Beton harus memberikan


kenyamanan dan keamanan yang tinggi.

Lapis Aspal Beton dibuat melalui proses penyiapan bahan,


pencampuran, pengangkutan, penghamparan serta pemadatan yang
benar - benar terkendali sehingga dapat diperoleh lapisan yang
memenuhi persyaratan dalam Petunjuk ini serta sesuai dcngan
Gambar - Rencana.

Tata cara ini mcncakup uraian mengenai definisi/istilah, cara


pelaksanaan ( pencampuran, penghamparan scrta pemadatan )
pcngendalian mutu scrta hal lain yang berkaitan; dimana hal lain
tersebut, baik scbagian atau scluruhnya, dapat dijadikan bahan
dalam penyusunan spesifikasi untuk pekerjaan yang dikontrakkan
ataupun scbagai pegangan dalam pelaksanaan untuk pekerjaan
swakelola.

32
4. METODE PENGUJIAN CBR LAPANGAN
( SNI - 1738 - 1989 - F)

Pengujian ini dimaksudkan untuk CBR ( California Bearing Ratio )


langsung di tempat ( in place ) .atau bila diperlukan dapat dilakukan
dengan mengambil contoh asli tanah dengan cetakan CBR
( undisturb ). CBR lapangan ialah perbandingan antara beban
penetrasi suatu lapisan/bahan tanah atau perkerasan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.

CBR lapangan pada umumnya digunakan untuk perencanaan lapis


tambahan ( overlay ). Bila tidak diperlukan CBR tanpa direndam
( unsoaked ), maka dapat dilakukan pengujian langsung di tempat
( in place ). Tapi jika karena sesuatu dan lain hal tidak dapat dilaku
kan penguj ian langsung di temp at ( misalnya tanah dasar asli cukup
dalam atau kendaraan truk untuk beban tidak bisa masuk ke lokasi)
dapat dilakukan pengambilan contoh asli tanah dengan cetakan CBR
( undisturb sample ).
Bila diperlukan harga CBR dircndam ( soaked ) maka harus dilaku
kan pcngambilan contoh asli tanah dcngan cctakan CBR scbanyak
minimum 2 buah yaitu harga CBR dircndam ( soaked ) dan CBR
tidak direndam ( unsoakcd ).

33
5. METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN
UNTUK TANAH
( SNI - 1742 - 1989 - F)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara


kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam cetakan
silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk
2,5 kg atau 5 ,5 kg lb dan tinggi jatuh 30 cm atau 12 ".

Pengujian pemadatan dapat dilakukan dengan salah satu dari 4


( empat ) cara berikut :

Metoda A : Cetakan diameter 102 m atau 4 ", bahan


lolos aringan 4,7 5 mm atau No. 4
Metoda B Cetakan diameter 152 mm atau 6 ", bahan
lolos saringan 4,75 mm atau No. 4
Metoda C Cetakan diameter 102 mm atau 4 ", bahan
lolos saringan 19 mm atau 112 ••
Metoda D Cetakan diameter 152 mm atau 6 .., bahan
lolos saringan 19 mm atau 112 ,,

Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka ditctapkan


metoda A. Metoda pengujian yang dilakukan seharusnya dinyatakan
dalam spesifikasi benda uji. Bila tidak dinyatakan, bcrarti yang
digunakan adalah Metoda A.

34
6. METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT
UNTUK TANAH
( SNI - 1743 - 1989 - F )

Pcngujian ini dimaksudkan untuk mencntukan hubungan anwa


kadar air dan berat isi tanah dengan mcmadatkan di dalam cctakan
silindcr berukuran tertentu de~an menggunakan alat penumbuk
4,54 kg atau 10 lb dan tinggi jatuh 4,57 cm atau 18 ".
Pcngujian pemadatan dapat dilakukan dengan salah satu dari 4
( cmpat ) cara bcrikut :

Metoda A : Cctakan diameter 102 mm atau· 4 ", bahan


lolos saringan 4,75 mm atau No. 4
Metoda B Cetakan diameter 15 2 mm atau 6 ", bahan
lolos saringan 4,75 mm atau No. 4
Metoda C Cctakan diameter 102 mm atau 4 ", bahan
lolos saringan 19 mm atau 3/4"
Metoda D Cetakan diameter 152 mm atau 6", bahan
lolos saringan 19 mm atau 3/4 "

Bila tidak ditcntukan cara yang harus dilakukan maka ditctapkan


mctoda A. Mctoda pcngujian yang dilakukan scharusnya dinyatakan
dalam spcsifikasi benda uji. Bila tidak dinyatakan, bcrarti yang
digunakan adalah Metoda A.

35
7 METODE PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
(SNl-1744-19 89-F)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan CBR ( california


Bearing Ratio ) tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan
di Laboratorium pada kadar air tertentu.
CBR Laboratorium ialah perbandingan antara beban penetrasi suatu
bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama.

CBR Laboratorium biasanya digunakan antara lain untuk


perencanaan pembangunan jalan baru dan lapang terbang.
Untuk menentukan nilai CBR Laboratorium harus disesuaikan
dengan peralatan dan data hasil pengujian kepadatan, yaitu Pengujian
Pemadatan Ringan Untuk Tanah, ( SNI - 17 42 - 1989 - F ) atau
Pengujian Pemadatan Berat Untuk Tanah ( SNI- 1743 - 1989 - F)

36
8. SPESIPIKASI KONSTRUKSI JEMBATAN TIPE BALOK T
BENTANG s/d 25 M UNTUK BEBAN BM 70
( SNI - 1747 - 198 9- F )

Spcsipikasi ini merupakan ketcntuan dalarn pcmbangunan jembatan


tipe Balok T bentang dari 5 m s/d 25 m untuk beban BM - 70.
Ketcntuan tersebut adalah :
a. Bcntang jembatan atau standar bangunan atas jembatan beton
tipe balok T yaitu : 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12 13; 14;
15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25 meter.
b. Lehar jcmbatan :
lcbar jalur lalu lintas = 3, 50 m
- lebar trotoar = 2 x 0,50 m
- lebar total ( jarak tepi ke tepi sandaran ) = 5, 42 m
c. Gclagar utama untuk setiap jembatan beton tipe balok T
BM - 70 adalah 2 ( dua ) buah.
d. Jcnis perletakan
Perletakan baja, tcrdiri jenis scndi rol.
- Pcrletakan karet, tcrbuat dari sintetik ( Neoponc, Biprene,
Ellastromere ) dcngan plat baja tipis.
c. Siar muai ada 2 macam menurut jenis bahan :
Baja, dengan ketcntuan tcrcantum didalarn naskah
- Karet, harus mcncantumkan spcsifikasi kckuatan bahan dari
pcrusahaan I basil uji laboratorium dengan seizin direksi.
f. Sandaran terscbut dari pipa dcngan diameter 7 5.
Pemakaian spcsif1kasi standar ini harus dibawah pcngawasan
sonng abli.

37
9. SPESIPIKASI KONSTRUKSI JEMBATAN TIPE BALOK T
BENTANG s/d 25 .M UNTUK BEBAN BM-100
( SNI - 1748 - 1989 - F)

Spesipikasi ini merupakan ketentuan dalam pembangunan jembatan


tipe balok T, bentang dari 5 m s/d 25 m untuk beban BM - 100

Uraian ketentuan adalah seperti naskah no. 8 Spesifikasi konstruksi


jembatan tipe balok T bentang s/d 25 m untuk beban BM - 70
( SNI - 1747 - 1989 - F ), yang berbeda adalah nilai pembebanan
yaitu dengan 100 % pembebanan BM.

38
10. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH
( SK SNI M - 04 - 1989 - F )

Mctodc ini dimaksudkan scbagai pcgangan dalam pcngujian berat


jenis ( spcsific gravity) tanah di laboratorium.

Tujuan pengujian ini untuk memperolch besaran ( angka ) berat


jenis tanah, yang akan digunakan sclanjutnya untuk penentuan
parameter lainnya serta sifat tanah.

Mctode pengujian ini dilakukan untuk jenis tanah yang ukuran


butir - butirnya lewat saringan No. 4 dengan menggunakan
piknometcr atau botol ukur ( volumetric flask ).

39
11. ME TO DE PENGUJIAN KADAR AIR T ANAH
(SK SNI M - 05 - 1989 - F)

Metode ini dimaksudkan sebagai pega.ngan dalain penguiian unOik


rnenentukan kadar air tanah.

Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh- besaran kadar air


( water content ) yang terdapat di dalarn tanah.

Metode pengujian ini dilakukan terhadap sernua jenis tanah;


kadar air tanah dapat digunakan untuk rnenghitung parameter dan
sifat - sifat tanah antara lain batas atterberg, volumentri, gravimetri
dan sifat fisik lainnya.

.40
12. METODE PENGUJIAN BATAS PLASTIS
( SK SNI - M - 06 - 1989 - F )

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian


untuk menentukan batas plastis tanah dalain perencanaan jalan.

Tujuan pengujian ini untuk memperoleh besaran batas plastis


tanah, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan jenis, sifat
dan klasifikasi tanah.

Metode pengujian ini dilakukan terhadap jenis tanah yang ber -


hubungan dcngan pcmbentukan badan jalan.

41
13. METODE PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN ALAT
CASSAGRANDE
( SK SNI - M - 07 - 1939 - F )

Metode ini dimaksudkan sebagai peganga.n dalam pengujian


untuk menentukan batas cair ta.nah, dengan Ca.J"a Cassagrande.

Tujuan pengujian ini untuk memperoleh besaran batas cair tanah,


sehingga dapat digunakan untuk menentukan sifat dan klasifikasi
tanah.

Metode pengujian ini dilakukan terhadap tanah baik berbutir


halus atau butiran kasar dari sa.ringan 0,42 mm ( No. 40 ).

42
14. METODE PENGUJIAN TENTANG NILAI ANALISIS
SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
( SK SNI - M - 08 - 1989 - F )

Metodc ini dimaksudkan scbagai pcgangan dalam pcmcriksaan un tuk


mcnentukan pcmbagian butir ( gradasi ) agregat halus dan agregat
kasar dcngan mcnggunakan saringan.

Tujuan pcngujian ini ialah unruk memp~oleh distribusi besaran atau


jumlah perscntasc butiran baik agregat h3:1us maupun agregat kasar.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel atau grafik.

Metodc pengujian jcnis tanah ini mcncakup jumlah dan jenis - jenis
tanah baik agregat halus maupun agregat kasar, yang persyaratannya
tercantum dalam 2.2; basil pcngujian analisis saringan agrcgat
halus dan kasar dapat digunakan antara lain :
1) penyelidikan quarry agrcgat;
2) permcmaan campuran dan pengendalian mutu bcton.

43
15. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
( SK SNI - M - 09 - 1989 - F )

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk


menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari
agregat kasar.

Pengujian ini dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan


oleh saringan berdiameter 4,75 mm ( saringan No. 4 ); hasil pengujian
m1 dapat dipergunakan dalam pekerjaan :
1) penyelidikan quarry agregat;
2) perencanaan campuran dan pengendalia.n mutu beton;
3) perencanaan campuran dan pengendalian mu tu perkerasan jalan.
16. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS
( SK SNI - M - 10 - 1989 - F )

Mctodc ini dimak.sudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk


menentukan berat jenis cura.h, berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu, dan angka penyerapan dari pada agregat halus.

Pcngujian ini dilak.ukan pada tanah jenis agregat halus, yaitu lolos
saringan No. 4 ( 4,475 mm ); basil pcngujian ini selanqutnya
dapat digunakan dalam pekerjaan
1) penyelidikan quarry agregat;
2) perencanaan campuran dan pcngendalian mutu beton;
3) perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

45
17. METODE PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT
( SK SNI - M - 11 - 1989 - F )

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk


menentukan kadar air agregat.

Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka persentase


dari kadar air yang dikandung oleh agregat.

Pengujian ini dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran


garis tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm; hasil pengujian
kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan :
1) perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton;
2) perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

46
18. METODE PENGUJIAN SLUMP BETON
( SK SNI M - 12 - 1989 - F )

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk


menentukan slump beton ( concrete slump ).

Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar yang mewakili


campuran beton; hasil pengujian ini digunakan dalam pekerjaan :
1) perencanaan campuran beton;
2) pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.

47
19. METODE PENGUJIAN BERAT ISi BETON
(SK SNI M - 13 - 1989 - F)

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk


menentukan berat isi ( unit weight ) beton segar ( fresh concerete )
serta banyaknya semen per meter kubik beton.

Pengujian ini dilakukan terhadap contoh beton, segar yang rnewakili


suatu campuran beton; basil pengujian dapat digunakan antara lain :
1) banyak beton untuk campuran satu sak. semen ( 40 kg );
2) untuk perencanaan campuran beton;
3) untuk pengendalian mu tu beton pada pelak.sanaan.

48
20. METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
(SK SNI M -14 -1989 - F)

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian m1


untuk menentukan kuat tekan ( compressive strength ) beton
dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan
( curring ) di laboratorium maupun di lapangan.

Pengujian ini dilakukan tcrhadap beton segar (fresh conaete)


yang mewakili campuran beton; bentuk benda uji bisa berujud
silinder ataupun kubus; hasil pengujian ini dapat digunakan
dalam pekerjaan :
1) perencanaan campuran beton;
2) pengendalian mutu bcton pada pelaksanaan pembetonan.

49
21. METODE MEMPERSIAPKAN CONTOH TANAH
DAN TANAH MENGANDUNG AGREGAT
( SK SNI - M - 15 - 1989 - F )

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam mempersiapkan


contoh tanah dan tanah mengandung agregat kering secara kering.

Tujuan mempersiapkan contoh tanah adalah memperoleh benda uji


sesuai prosedur yang benar guna penyiapan pengujian selanjutnya.

Pekerjaan mempersiapkan contoh benda uji, meliputi tanah dan


tanah mengandung agregat secara kering; selanjutnya contoh yang
telah dipersiapkan sebagai benda uji dapat dilakukan pengujian
antara lain :
1) analisa saringan,
sesuai SK SNI M - 08 - 1989 - F;
2) batas cair,
sesuai SK SNI M -07 -1989 - F;
3) batas plastis,
sesuai SK SNI M -06 - 1989 - F;
4) berat jenis tanah,
sesuai SK SNI M - 04 -1989 - F;

Hasil pengujian ini dapat digunakan untuk analisa fisik, pemeriksaan


pemadatan, dan lainnya; selain itu juga dapat digunakan untuk
mempersiapkan contoh tanah dengan pencucian.

50
22. METODE KOREKSI UNTUK PENGUJIAN PEMADATAN
TANAH YANG MENGANDUNG BUTIR KASAR
(SK SNI M - 16 - 1989 - F)

Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh angka koreksi bagi


nilai kepadatan maksimum yang didapat dengan menggunakan
metode menurut SNI 1742 -1989- F dan SNI 1743 -1989 -F.

Digunakan untuk menentukan derajat kepadatan di lapangan yang


di~pai pada peketjaan pemadatan bahan yang mengandung butir
kasar tertahan saringan No. 4 ( 4,75 mm).

Metode ini berisi uraian tentang prosedur untuk mengoreksi nilai


kepadatan maksimum yang didapat dari pengujian pemadatan yang
dilakukan berdasarkan ( SNI 1743 -1989 - F) dan ( SNI 1741 -
1989 - F ), yaitu jika bahan berbutir kasar yang tertahan saringan
No. 4 berbeda dengan pengujian kepadatan di lapangan.

51
ABSTRAK

STANDAR
BIDANG PENGAIRAN

52
TATA CARA
PERENCANAAN HIDROLOGI DAN HIDRAULIK
UNTUK DESAIN BANGUNAN DI SUNGAI

SNI 1724-1989-F

Tata cara ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam mendesain bangu-


nan di sungai (bangunan pemanfaatan, konservasi, dan silang) agar
memenuhi persyaratan hidrologi dan hidraulik, dan bertujuan untuk
melestarikan dan meningkatkan keandalan bangunan di sungai dan
sungaioya seodiri.

Oleh karena itu uraiannya menekankan pada ketentuan pokok tentang


persyaratan hidrologi dan bidraulik untuk mendesain bangunan di
sungai.

Ketentuan pokok tersebut mencakup perihal: jenis, ketelitian, jumlah,


dan faktor pengaruh tentang data hidrologi dan hidraulik yang diperlu-
kan untuk mendesain beberapa bangunan di sungai; dan mencakup pula
tentang metode analisis dan persyaratannya untuk memperoleh parame-
ter terpakai dalam desain.

Selanjutnya tata cara ini juga memuat ketentuan pokok tentang desain
hidra\llik untuk setiap jenis bangunan di sungai yans meliputi: persya-
ratan dan patokan (kriteria) desain (tempat, fungsi, keamanan, dimensi
dan bentuk bang~10an), metode analisis yang sebaiknya dipakai dalam
desain, kordinasi pengelolaan dan pemantauan bangunan serta sungai-
nya sendiri.

53
TATA CARA
KEAMANAN BENDUNGAN

SNI 1731-1989-F

Tata cara ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melaksanakan kegia-


tan desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta penghapusan
bendungan dengan tujuan untuk menjamin keamanan bendungan dan
lingkungannya.

Berbagai aspek keamanan bendungan tercakup dalam tata cara in~ yaitu:
aspek umum (termasuk organisasi/ kelembagaan, kordinasi, sistem
informasi, pembiayaan), desain, pelaksanaan konstruksi, serta operasi dan
pemeliharaan; yang semuanya diuraikan ketentuan pokoknya baik untuk
pembangunan bendungan baru maupun untuk perluasan, perubahan,
rehabilitasi, perbaikan, dan penghapusan bendungan yang ada.

Ketentuan pokok tersebut meliputi: metode dan patokan (kriteria) yang


harus dipergunakan, persyaratan yang diperlukan, dan atau tata cara yang
harus ditempuh untuk melaksanakan kegiatan di semua aspek keamanan
bendungan.

Ketentuan dalam desain meliputi: (1) desain hidrologi, hidraulik, dan


struktural, (2) sistem pemantauan untuk memperoleh data hidrologi, data
seismik, dan data perilaku struktural, (3) peren-canaan untuk tindakan
darurat, dan (4) pengesahan desain.

Dalam pelaksanaan konstruksi diuraikan ketentuan tentaog: aspek kon-


struksi terhadap desain, penanganan sungai dan pengisian pertama
waduk, pengaruh waduk terhadap lingkungan dan sebaliknya.

Dalam operasi dan pemeliharaan diuraikan ketentuan pokok tentang pola


pengendalian banjir, operasi waduk dan pengaruhnya terhadap lingkun-
gan, tata cara pemantauan dan inspeks~ tinjauan ulang terbadap kekoko-
han struktural dan keamanan operasional, dan tindakan darurat bila
diperlukan.

Selanjutnya dalam pekerjaan pen~apusan bendungan perlu dipertim-


bangkan beberapa ha! antara lain: penghentian kegiatan dan penyingkiran
bangunan, pemugaran keadaan alamiah sungai dan pengaruhnya ke hilir,
dan inspeksi keamanan.
54
TATA CARA
PELAKSANAAN INJEKSI SEMEN PADA BATU

SK SNI T - 02 - 1989 - F

Tata cara ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pelaksanaan injeksi


semen pada batu fondasi bangunan air, untuk tujuan memperkecil kelu-
lusan air dan meningkatkan kekuatannya.

Ikhwal pokok yang diuraikan dalam tata cara ini antara lain: persyaratan
peralatan dan bahan injcksi, tahapan pelaksanaan dan cara injeksi. Di
samping itu diuraikan pula ikhwal khusus yang mungkin dijumpai di
lapangan dan memerlukan penanganan tersendiri, antara lain bila terjadi
kebocoran antara dua lubang injeksi dan kondisi artesis.

Penjclasan tcntang injeksi semen pada batu diuraikan secara umum dan
sederhana, agar para tcknisi lapangan dapat lebih memahami tentang
persyaratan teknis minimal dan cara pelaksanaannya, sehingga hasil yang
diperolch tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan.

Tata cara ini berkaitan erat dengan Metode Pengujian Lapangan tentang
Kelulusan Air Bertckanan (SK SNI M - 01 - 1989 - F).

55
METODE PENGUJIAN LAPANGAN
TENI'ANG KELULUSAN AIR BERTEKANAN

SK SNI M - 01 - 1989 - F

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pelaksanaan pengujian


lapangan tentang kelulusan air bertekanan dengan cara menginjeksikan
air ke dalam lubang bor, dengan tujuan untuk memperoleh koefisien
kelulusan air dan nilai Lugeon batu dan tanah.

Ikhwal pokok yang diuraikan dalam metode ini antara lain: persyaratan
yang diperlukan, tahapan. perigujian yang meliputi prosedur, tekanan
maksimum, pencatatan data, perhitungan, pembuatan· kurva, dan penaf-
siran perilaku batu dan tanah pada tekanan uji tertentu untuk dapat
menentukan nilai kelulusan air yang tepat. Di satnping itu diuraikan pula
ikhwal khusus yang dapat dijurripai di lapangan yang memerlukan
penanganan tersendir~ misalnya bila dijumpai kondisi tanah yang tidak
terkonsolidasi.

Uji kelulusan air bertekanan yang dilakukan langsung di lapangan


mempunyai arti yang sangat penting dalam hubungannya dengan peren-
canaan bangunan air, terutama untuk bendung dan bendungan, dan juga
dalam pelaksanaan injeksi sem~n.

56
METODE PENGAMBIIAN CONTOH UJI KUALITAS AIR

SK SNI M - 02 - 1989 - F

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengambilan contoh


air di lapangan untuk uji kualitas air, dengan tujuan untuk mendapatkan
contoh yang representatif.

Ikhwal pokok yang diuraikan dalam metode ini antara lain: persyaratan
Genis dan bahan peralatan, bahan kimia yang digunakan, volume pen-
gambilan, pengawetan contoh air, waktu pengambilan, dan pola kerja)
dan cara pengambilan contoh air untuk pemeriksaan kualitas air secara
fisika, kimia, mikrobiologi, dan biologi.

Lokasi pengambilan contoh air di sungai dan di danau, dan contoh air
tanah dibedakan antara satu dengan lainnya, yaitu ditentukan berdasar
tujuan pemeriksaan, misalnya untuk air baku air minum, perikanan,
pertanian, industri, rekreasi dan lain-lain.

57
METODE PENGUJIAN KUAUTAS FISIKA AIR

SK SNI M - 03 - 1989 - F

Metode ini dimaksudkan seba~ai pegangan dalam pengujian fisika air


baik di lapangan maupun di lab<:>ratorhun, dengan tujuan untuk menda-
patkan basil uji fisika air yang dapat dipercaya.

Ruang lingkup metode ini meliputi pengertian kualitas fisika air, persya-
ratan, dan cara pengujian (prinsip kerja, bahan, peralatan, tahapan kerja,
dan perhitungan basil uji).

Kualitas fisika air yang diuji adalah suhu, warna, kekeruhan, kejernihan,
residu total, residu tersuspens~ residu terlarut, residu terurai dan residu
terikat, residu mengendap, derajat keasaman, daya hantar listrik, dan
kegaraman.

Metode ini juga menguraikan tentang cara pembuatan larutan pereaksi


untuk pelaksanaan pengujian kualitas fisika air tersebut di atas.

58
METODE PENGUKURAN DEBIT SUNGA!
DAN SALURAN TERBUKA

SK SNI M - 17 - 1989 - F

Metodc ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengukuran debit


sungai clan saluran terbuka, yang tidak terpengaruh arus batik atau aliran
lahar pada saat muka air rendah sampai linggi, yang masih tertampung di
dalam alur sungai atau saluran terbuka, dengan tujuan untuk memperoleh
data debit yang benar clan terpercaya.

Ruang lingkup metode ini meliputi cara pengukuran, peralatan dan


sarana penunjang serta persyaratan teknis dan nonteknis yang telah lazim
digunakan di Indonesia.

Prinsip pengukuran debit adalah mengukur luas penampang basah,


kecepatan aliran, dan tinggi muka air.

Selanjutnya debit dihitung berdasarkan kecepatan yang diukur, kecepatan


yang dihitung, dan tinggi muka air pada bangunan ukur.

59
SKSNIM-18-1989-F

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan pokok dalam mendesain


bangunan air, dengan tujuan untuk menentukan debit banjir rencana yang
andal dan terpercaya.

Ruang lingkup metode ini antara lain meliputi berbagai data yang diper-
lulcan berikut persyaratannya, dan metode perhitungan terutama untuk
aliran yang tidak dipengaruhi arus balik.

Metode perhitungan debit banjir yang digunakan adalah: analisis curah


hujan, analisis probabilitas, analisis regional, metode pllilcak banjir di atas
ambang, metode rasiona~ metode empirls, metode statistik, dan model
matematik.

Pemilihan metode perhitungan didasarkan pada ketersediaan data dan


tergantung pada keputusan para pendesain.

60
. "', -· ·-1'
' J '- .... '._ \..\
,,.

"

Anda mungkin juga menyukai