(W3) Buku UAP FL2-08 Ini Fix Yaakk, Bismillah Bener
(W3) Buku UAP FL2-08 Ini Fix Yaakk, Bismillah Bener
Asisten Pembimbing
Miftachul lutfiah 5001201009
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2023
1
UJIAN AKHIR PRAKTIKUM
Asisten Pembimbing
Miftachul lutfiah 5001201009
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2023
3
FINAL PRACTICUM EXAMINATION
Advisor
Miftachul lutfiah 5001201009
Physics Departemen
Faculty of Science and Data Analytics
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya 2023
i
ABSTRAK
Abstrak
Praktikum Polarimetri Cahaya yang bertujuan untuk mengetahui peristiwa polarisasi
cahaya, memahami cara kerja polarimeter dan memahami pengaruh konsentrasi terhadap
besar sudut rotasi spesifik. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, meliputi
polarimeter Polax-D, gelas ukur, neraca atau timbangan, sendok pengaduk, gula, pipet,
akuades, handphone. Prinsip kerja dari polarimetri yakni polarisasi cahaya, dimana peristiwa
ini merupakan peristiwa perubahan arah getar cahaya dimana awalnya suatu cahaya yang
memiliki arah rambat yang menuju ke segala arah berubah menjadi satu arah saja. Pada
percobaan ini digunakan akuades dan tiga buah variasi larutan gula sebagai zat optik aktif
dengan massa 0,005 kg, 0,01 kg, dan 0,015 kg. Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum
yaitu dengan mengkalibrasi polarimeter dengan akuades, membuat sampel larutan, lalu
sampel diuji pada polarimeter, dan sudut yang terbaca lalu dicatat. Data yang didapatkan dari
percobaan ini adalah massa zat sampel, volume air pelarut, sudut polarimeter oleh akuades
(sebagai sudut awal atau zero set), dan sudut polarimeter oleh tiap larutan (sebagai sudut
akhir). Selanjutnya, dilakukan perhitungan konsentrasi larutan percobaan dan sudut rotasi
spesifik. Didapatkan nilai antara hasil percobaan dan teori baik pada nilai konsentrasi larutan
dan nilai sudut rotasi spesifik, Hal itu dikarenakan polameter yang tidak memadai seperti
lensa buram serta tidak ada termometer. Selain itu, dihasilkan grafik pengaruh konsentrasi
i
terhadap sudut rotasi. Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa polarisasi cahaya adalah
cahaya dibuat bergerak dalam satu arah tertentu dengan menyaring getaran yang tidak searah,
polametri alat untuk mengukur besaran yangterjadi pada polarisasi cahaya, semakin tinggi
konsentrasi, semakin besar sudut rotasi.
ii
ABSTRACT
Abstract
Light Polarimetry Practicum which aims to understand light polarization events,
understand how polarimeters work and understand the effect of concentration on specific
rotation angles. The tools and materials used in this practicum include a Polax-D
polarimeter, measuring cup, balance or scale, stirring spoon, sugar, pipette, distilled water,
cellphone. The working principle of polarimetry is the polarization of light, where this event
is a change in the direction of light vibrations where initially a light that had a direction of
propagation that went in all directions changed to only one direction. In this experiment,
distilled water and three variations of sugar solutions were used as optically active
substances with masses of 0.005 kg, 0.01 kg and 0.015 kg. The work steps carried out in the
practicum are to calibrate the polarimeter with distilled water, make a solution sample, then
the sample is tested on the polarimeter, and the angle read is then recorded. The data
obtained from this experiment are the mass of the sample substance, the volume of solvent
water, the angle of the polarimeter by distilled water (as the initial angle or zero set), and the
angle of the polarimeter by each solution (as the final angle). Next, the concentration of the
experimental solution and the specific rotation angle are calculated. The values obtained
between the experimental results and theory were good for the solution concentration value
iii
and the specific rotation angle value. This was due to inadequate polarometers such as
blurred lenses and no thermometer. In addition, a graph of the effect of concentration on the
rotation angle is produced. From this practicum it can be concluded that light polarization is
light being made to move in one particular direction by filtering vibrations that are not in the
same direction, polarimetry is a tool for measuring the magnitude that occurs in light
polarization, the higher the concentration, the greater the rotation angle.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelancaran praktikum
sehingga kami telah menyelesaikan pengambilan data hingga laporan praktikum Fisika
Laboratorium II yang berjudul “Polarimetri Cahaya”. Laporan ini kami susun secara cepat
dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak sebagai pengarah dan pembimbing, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen-dosen S1 Departemen Fisika ITS yang banyak memberikan materi pendukung
sehingga dapat diaplikasikan dalam praktikum Polarimetri Cahaya,
2. Miftachul Lutfiah, selaku asisten laboratorium pembimbing kami yang membimbing
dalam pelaksanaan praktikum,
3. Serta pihak lain yang mendukung hingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan Ujian Akhir Praktikum Polarimetri Cahaya ini belum
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dibutuhkan dalam
penyempurnaan laporan ini.
Tim Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
BAB 1 PENDAHULUAN 13
1.1 Latar Belakang 13
1.2 Rumusan Masalah 13
1.3 Batasan Masalah 13
1.4 Tujuan 13
1.5 Manfaat 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 15
BAB 3 METODOLOGI 19
3.1 Metode yang digunakan 19
3.2 Bahan dan peralatan yang digunakan 19
3.3 Urutan pelaksanaan penelitian 20
3.4 Diagram Alir 21
3.5 Persamaan yang digunakan 21
BAB 4 Hasil dan Pembahasan 23
4.1 Analisis Data 23
4.2 Analisis Perhitungan 24
4.3 Grafik 27
4.4 Pembahasan 27
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 31
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 33
BIODATA PENULIS 35
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Data hasil percobaan polarimeter pada variasi massa gula 5 gram dan 20 mL
aquades dengan panjang tabung 0,2 m.....................................................................................23
Tabel 4. 2 Data hasil percobaan polarimeter pada variasi massa gula 10 gram dan 20 mL
aquades, dengan panjang tabung 0,2 m....................................................................................23
Tabel 4. 3 Data hasil percobaan polarimeter pada variasi massa gula 15 gram dan 20 mL
aquades, dengan panjang tabung 0,2 m....................................................................................23
Tabel 4. 4 Data hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 5 gram dan 20 mL
aquades, dengan panjang tabung 0,2 m....................................................................................25
Tabel 4. 5 Data hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 10 gram dan 20 mL
aquades, dengan panjang tabung 0,2 m....................................................................................25
Tabel 4. 6 Data hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 15 gram dan 20 mL
aquades, dengan panjang tabung 0,2 m....................................................................................26
Tabel 4.7 Data error hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 5 gram dan 20 mL
aquades, dengan panjang tabung 0,2 m....................................................................................26
Tabel 4.8 Data error hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 10 gram dan 20
mL aquades, dengan panjang tabung 0,2 m..............................................................................26
Tabel 4. 9 Data error hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 15 gram dan 20
mL aquades, dengan panjang tabung 0,2 m..............................................................................27
xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan dari praktikum kali
ini adalah sebagai betikut:
1. Mengetahui proses terjadinya peristiwa polarisasi cahaya.
2. Memahami cara kerja polarimetri cahaya.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap sudut rotasi.
1.5 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari pratikum yaitu sebagai berikut:
13
14
15
16
partikel air bergerak naik dan turun tegak lurus terhadap arah gelombang yang merambat.
Gelombang transversal tidak menyebabkan perubahan volume dalam mediumnya. Dengan
kata lain, tidak ada kompresi atau redaman seperti pada gelombang longitudinal. Gelombang
elektromagnetik, seperti cahaya, juga termasuk gelombang transversal. Cahaya merambat
dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan memiliki sifat transversal. Gelombang
transversal dapat memiliki polarisasi, yang berarti bahwa getaran partikel atau medan
gelombang terbatas pada satu bidang tertentu. Ini dapat terlihat dalam gelombang
elektromagnetik seperti cahaya polarisasi linier atau polarisasi sirkular [3].
2.4 Polarisasi Cahaya
Polarisasi cahaya adalah sifat gelombang elektromagnetik yang mengacu pada orientasi
medan listrik dari gelombang tersebut saat bergerak melalui ruang. Dengan kata lain,
polarisasi cahaya menjelaskan arah di mana osilasi medan listrik terjadi saat gelombang
cahaya merambat. Terdapat tiga jenis polarisasi tergantung pada bagaimana medan listrik
diorientasikan, yang pertama yaitu polarisasi linier. Dalam polarisasi linier, medan listrik
cahaya dibatasi pada satu bidang sepanjang arah rambatnya. Ini berarti bahwa medan listrik
gelombang ini bergetar dalam satu bidang datar. Cahaya alami biasanya adalah kombinasi
dari polarisasi linier dalam berbagai arah acak. Namun, cahaya dapat dipolarisasi menjadi
polarisasi linier dengan menggunakan alat yang disebut polarizer. Polarizer adalah suatu
perangkat optik yang memungkinkan hanya gelombang dengan polarisasi tertentu untuk
melewati, sementara menghambat gelombang dengan polarisasi lainnya. Yang kedua adalah
polarisasi melingkar. Cahaya terpolarisasi melingkar terdiri dari dua gelombang bidang
elektromagnetik tegak lurus dengan amplitudo yang sama dan beda fase 90°. Terdapat dua
jenis gelombang terpolarisasi melingkar, yaitu polarisasi melingkar ke kanan atau searah
jarum jam relatif terhadap arah rambat, dan polarisasi melingkar ke kiri atau berlawanan arah
jarum jam relatif terhadap arah rambat. Polarisasi melingkar adalah kasus khusus dari
polarisasi elips. Yang terakhir adalah polarisasi elips. Polarisasi elips adalah salah satu jenis
polarisasi cahaya atau gelombang elektromagnetik di mana medan listrik gelombang bergerak
dalam pola elips saat bergerak maju. Ini berarti bahwa medan listrik bergerak sepanjang kurva
elips yang mungkin bersifat eksentrik (tidak berpusat) dan memiliki orientasi tertentu
terhadap arah perambatan gelombang. Polarisasi elips dapat terjadi ketika cahaya melewati
suatu medium yang mempengaruhi osilasi medan listriknya secara asimetris [4].
2.2.5 Zat Optik Aktif
Zat yang dapat memutarkan bidang polarisasi dari cahaya dinamakan dengan zat optik,
yaitu zat-zat yang molekul- molekulnya memiliki pusat asimetris dan kurang simetris
disekitar bidang tunggal. Gejala pemutaran bidang polarisasi disebut aktivitas optik. Zat
tersebut memiliki struktur yang transparan Terdapat dua jenis zat optik yakni aktif dan pasif.
Contoh senyawa organic dalam kehidupan sehari hari ialah alkaloid, antibiotic, dan minyak
atsiri. Sedangkan zat optik pasif ialah ketika sinar yang datang dari sumber cahaya dilewatkan
melalui prisma terpolarisasi dan diteruskan ke sel yang berisi larutan sehingga menuju prisma
terpolarisasi kedua. Prisma terpolarisasi pertama atau polarizer tidak dapat diputar putar,
berbeda dengan prisma terpolarisasi kedua atau analyzer yang dapat diputar sesuai keinginan.
Salah satu contoh senyawa dalam kehidupan sehari hari adalah larutan air. Melalui
polarimetri, diketahui bahwa zat optik aktif adalah kumpulan zat yang dapat memutar bidang
polarisasi cahaya serta memiliki nilai rotasi spesifik. Cahaya yang terpolarisasi bidang berasal
dari gelombang yang memiliki orientasi parallel terhadap bidang tertentu. Dan rotasi spesifik
17
adalah sifat yang terbentuk ketika suatu senyawa memiliki struktur kiral yang juga dapat
diartikan sebagai sifat dari suatu senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya pada
suhu, panjang gelombang dan konsentrasi tertentu. Parameter ini bersifat eksklusif yang mana
setiap senyawa memiliki nilai rotasi spesifik yang berbeda - beda dan dapat dihitung atau
diukur dengan menggunakan alat polarimeter [5].
2.5 Dekstrorotatori dan Levorotatori
Dekstrorotatori dan levorotatori adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
arah rotasi cahaya polarisasi terpolarisasi yang dikenakan oleh senyawa optis aktif (senyawa
yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya).
Perbedaan antara keduanya terletak pada arah rotasi cahaya polarisasi yang dihasilkan
oleh senyawa tersebut. Senyawa dekstrorotatori menghasilkan rotasi polarisasi cahaya ke
arah kanan atau searah dengan jarum jam jika Anda melihat cahaya yang datang ke arah
Anda. Ini biasanya ditandai dengan tanda positif (+) atau huruf "d" setelah nama senyawa
(contoh: d-glukosa). Senyawa levorotatori menghasilkan rotasi polarisasi cahaya ke arah
kiri atau berlawanan dengan jarum jam jika Anda melihat cahaya yang datang ke arah
Anda. Ini biasanya ditandai dengan tanda negatif (-) atau huruf "l" setelah nama senyawa
(contoh: l-alanina). Bidang rotasi spesifik senyawa dekstrorotatori diukur dalam derajat
(+) dan nilainya positif, sedangkan pada senyawa levorotatori diukur dalam derajat (-) dan
nilainya negatif.. Perbedaan antara senyawa dekstrorotatori dan levorotatori terletak pada
struktur kiral (mirip cermin) mereka. Struktur kiral adalah struktur yang tidak dapat
tumpang tindihkan dengan gambar cerminnya, dan ini menyebabkan kemampuan senyawa
untuk memutar cahaya polarisasi. Contoh senyawa dekstrorotatori adalah d-glukosa, d-
mannosa, dan d-fruktosa, sedangkan contoh senyawa levorotatori adalah l-alanina, l-
asetilserin, dan l-sisteina [6].
2.6 Polarimeter
Polarimeter adalah instrumen laboratorium yang digunakan untuk mengukur rotasi bidang
cahaya terpolarisasi saat melewati senyawa sampel yang menunjukkan aktivitas optik. Prinsip
kerja polarimeter didasarkan pada sifat material sampel yang mengabsorpsi sinar dan
memutar bidang polarisasi cahaya. Komponen-komponen polarimeter digital diantaranya
adalah sumber cahaya monokromatis contohnya lampu natrium, kemudian filter contohnya
adalah filter dari sumber cahaya natrium yaitu filter orange. Selanjutnya ada polarisator yang
18
berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir, tabung polarimeter yang digunakan sebagai
wadah larutan zat optik aktif yang menyebabkan perputaran sudut rotasi, analisator yang
berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi, faraday cell, dan PMT detector [7].
BAB 3
METODOLOGI
19
20
terus ditekan, maka pola terang terang akan menjadi seperti bagian D dan E. Dilakuakan
pengulangan sebanyak 10 kali pada tiap variasi konsentrasi gula yang ada.
100 α
C=
l ¿¿
(1)
22
Dimana α adalah sudut rotasi yang terukur pada polarimeter, l adalah panjang tabung
pengukuran, [α ] adalah sudut rotasi spesifik, T adalah temperatur, D adalah panjang
gelombang Cahaya yang digunakan untuk pengukuran, dan C adalah konsentrasi larutan
Perhitungan sudut rotasi spesifik larutan :
¿ (2)
Dimana C adalah konsentrasi larutan, α adalah sudut rotasi yang terukur pada
polarimeter, l adalah panjang tabung pengukuran, dan ¿ adalah sudut rotasi spesifik.
Perhitungan error :
Dimana nilai eksperimen adalah data yang didapat pada saat percobaan dan nilai
perhitungan adalah data perhitungan merupakan data perhitungan atau data sebenarnya
sesuai dengan teori.
BAB 4
Hasil dan Pembahasan
Konsentrasi
Pengukuran Sudut rotasi terukur (α
eksperimen Zero set
Ke- °)
(kg /m¿¿ 3)¿
1 250 33,45 55,50
2 250 32,45 54,50
3 250 30,65 55,30
4 250 31,80 55,35
5 250 33,05 55,50
6 250 33,60 54,75
7 250 31,15 56,20
8 250 32,00 55,40
9 250 32,40 54,95
10 250 32,35 55,70
Tabel 4. 2 Data hasil percobaan polarimeter pada variasi massa gula 10 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Konsentrasi
Pengukuran Sudut rotasi terukur (α
eksperimen Zero set
Ke- °)
(kg /m¿¿ 3)¿
1 500 69,85 54,00
2 500 68,80 53,95
3 500 69,45 54,50
4 500 69,70 55,05
5 500 68,40 54,95
6 500 68,95 53,45
7 500 71,85 55,80
8 500 71,15 54,65
9 500 71,35 54,95
10 500 68,00 55,05
Tabel 4. 3 Data hasil percobaan polarimeter pada variasi massa gula 15 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
23
24
Dihitung :
¿
¿
¿
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka akan didapatkan nilai
perhitungan konsentrasi larutan dan perhitungan sudut rotasi spesifik larutan pada variasi
dan pengulangan lainnya yang dapat dilihat secara lengkap pada tabel 4 untuk variasi A,
tabel 5 untuk variasi B, dan tabel 6 untuk variasi C.
Perhitungan error
Diketahui :
Konsentrasi larutan = 252 kg /m3
Konsentrasi pengukuran = 250 kg /m3
Sudut rotasi terukur = 66 , 9°
Sudut rotasi spesifik =66 , 37°
Dicari : Error
Dihitung :
|Nilai eksperimen−nilai perhitungan|
Error= ×100 %
|nilai perhitungan|
|252−250|
Error= ×100 %
|252|
Error=0,789 %
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka akan didapatkan nilai perhitungan
error pada tiap variasi dan pengulangan lainnya yang dapat dilihat secara lengkap pada Tabel
7 untuk variasi A, Tabel 8 untuk variasi B, dan Tabel 9 untuk variasi C.
Tabel 4. 4 Data hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 5 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Tabel 4. 5 Data hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 10 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Tabel 4. 6 Data hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 15 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Tabel 4.7 Data error hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 5 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Error
Pengukuran C eksperimen C perhitungan Error C
Ke-
[α °] T
(%)
[ α ° ] TD
(kg /m¿¿ 3)¿ (kg /m¿¿ 3)¿ D
(%)
1 250 252 66,90 0,80 0,80
2 250 244 64,90 2,22 2,22
3 250 231 61,30 7,64 7,64
4 250 240 63,60 4,17 4,17
5 250 249 66,10 0,41 0,41
6 250 253 67,20 1,25 1,25
7 250 235 62,30 6,13 6,13
8 250 241 64,00 3,57 3,57
9 250 244 64,80 2,36 2,36
10 250 244 64,70 2,52 2,52
Tabel 4.8 Data error hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 10 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Tabel 4. 9 Data error hasil perhitungan polarimeter pada variasi massa gula 15 gram dan 20 mL aquades, dengan
panjang tabung 0,2 m.
Error
Pengukuran C eksperimen C perhitungan Error C
Ke-
[α °] T
(%)
[ α ° ] TD
(kg /m¿¿ 3)¿ (kg /m¿¿ 3)¿ D
(%)
1 750 696,48 61,64 7,14 7,14
2 750 689,32 61,00 8,09 8,09
3 750 662,96 58,67 11,61 11,61
4 750 697,99 61,77 6,94 6,94
5 750 696,48 61,64 7,14 7,14
6 750 703,64 62,27 6,18 6,18
7 750 695,35 61,54 7,29 7,29
8 750 695,35 61,54 7,29 7,29
9 750 701,75 62,10 6,43 6,43
10 750 693,84 61,40 7,49 7,49
4.3 Grafik
Grafik yang didapat pada percobaan berupa perbandingan konsentrasi gula terhadap
sudut rotasi spesifik yang dapat dilihat pada Gambar 4.
28
4.4 Pembahasan
Percobaan dengan judul pengaruh massa terhadap sudut rotasi dalam polarimetri cahaya
dengan tujuan mengetahui peristiwa polarisasi cahaya, memahami cara kerja polarimeter
dan memahami pengaruh konsentrasi terhadap besar sudut rotasi. Dari pengambilan data
yang telah dilakukan terdapat beberapa variasi yang dipakai. Variasi yang digunkaan
adalah variasi massa dengan besar 0,005 kg, 0,01 kg dan 0,015 kg. Besar variasi massa
yang digunakan akan mempengaruhi nilai konsentrasi. Nilai konsentrasi terukur dalam
percobaan untuk massa sebesar 0,005 kg adalah sebesar 250 kg/m 3, untuk massa 0,01 kg
sebesar 500 kg/m3, dan untuk masa sebesar 0,015 kg besar konsentasi adalah 750 kg/m 3.
Kemudian nilai rata-rata konsentrasi yang terhitung untuk massa sebesar 0,005 kg adalah
sebesar 243 kg/m3, untuk massa 0.01 kg sebesar 525,46 kg/m 3, dan untuk masa sebesar
0,015 kg besar konsentasi adalah sebesar 693,31 kg/m3. Nilai konsentrasi eksperimen
yang terukur dngan nilai konsentrasi teori yang terhitung menunjukkan nilai yang hampir
mendekati . Lalu nilai rarta- rata sudut rotasi spesifik yang terhitung dalam percobaan
untuk nilai 0,005 kg adalah sebesar 64,58° , untuk massa 0,01 kg adalah sebesar 69,75° ,
untuk massa 0,015 kg adalah sebesar 61,35 ° . Nilai sudut rotasi spesisfik dari larutan
glukosa yang diketahui adalah sekitar 66,37° . Nilai yang didapatkan dari perhitungan teori
sudut rotasi spesifik hampir mendekati nilai sudut rotasi spesifik dari larutan glukosa.
Gelombang cahaya merupakan gelombang EM yang terdiri dari gelombang medan
listrik dan gelombang medan magnet. Pada percobaan kali ini, hanya akan
mempertimbangkan gelombang medan listrik agar lebih mudah dipahami. Gelombang
medan magnet masih ada, hanya bersembunyi di balik model kita. Gelombang sendiri
dapat direpresentasikan dengan menggunakan komponen-komponen yang
membangunnya, yaitu komponen y dan komponen z (dalam percobaan kali ini). Dengan
menggunakan polarisator untuk menyelaraskan arah getaran gelombang cahaya.
Gelombang cahaya yang memiliki arah getaran yang berbeda dengan polarisator tidak
akan dilewatkan, hanya komponennya yang sejajar dengan arah polarisator. Namun, tidak
sepenuhnya gelombang yang sejajar yang dapat melalui polarisator, Oleh karena itu,
29
sebagian gelombang cahaya dari sumber dapat melewati polarizer, karena gelombang
sendiri dapat direpresentasikan sebagai superposisi dari dua (atau lebih) gelombang.
Setelah terdapat gelombang yang melalu polarisator, ketika terdapat dua gelombang
yang saling tegak lurus akan saling ber superposisi dan menghasilkan interferensi
gelombang baru yaitu gelombang yang berbentuk spiral atau Circularly Polarized Light
(CPL). Hal yang sama akan terjadi ketika terdapat dua gelombang CPL yang memiliki
arah yang berbeda (searah dan berlawanan jarum jam), akan bersuperposisi lagi sehingga
menghasilkan gelombang yang linearly polarized light (LPL) lagi seperti keadaan awal
setelah keluar dari polarisator.
Peristiwa yang terjadi pada polarimetri sendiri singkatnya, Gelombang cahaya
dihasilkan pada sumbernya, yang kemudian melewati polarisator sehingga membuatnya
terpolarisasi. Kemudian terdapat polarisator yang dapat disesuaikan disebut dengan
"analyzer" yang bebas untuk kita putar sehingga bidang polarisasi dari analyzer dapat
diatur pada sudut mana pun. Setelah melewati analyzer, gelombang cahaya dilihat dari
teleskop yang ada di sisi kanan polarimeter.
Zat optik aktif sendiri merupakan zat yang dapat memutar arah getaran gelombang
cahaya saat merambat melalui senyawa tersebut. Sebaliknya, zat optik pasif adalah zat
yang tidak dapat memutar arah getaran gelombang cahaya ketika melewatinya. Larutan
gula merupakan salah satu zat optic aktif sehingga pada percobaan kali ini digunakan
larutan gula. Karena, gula salah satu senyawa paling sederhana yang dapat memutar
gelombang cahaya.
Pada paragraf 1, dijelaskan bahwa gelombang apapun dapat direpresentasikan sebagai
superposisi dari dua (atau lebih) gelombang pada satu waktu. Setelah melewati polarizer,
semua gelombang cahaya disejajarkan, dan mereka bergerak melalui larutan. Oleh karena
itu, ketika memutar penganalisis secara tegak lurus ke polarizer pertama, seharusnya pasti
tidak ada cahaya yang keluar. Namun jika zat di antara polarizer dan penganalisis adalah
senyawa yang aktif secara optik, terdapat cahaya yang keluar.
Pada analyzer yang terdapat pada polarimetri bisa dilihat bahwa terdapat pola setengah
lingkaran lebih gelap daripada yang lainnya. Tetapi, jika tidak ada rotasi arah getaran yang
terjadi, polanya seharusnya gelap semua. Ini berarti larutan gula melakukan sesuatu pada
gelombang cahaya. Cahaya yang melewati polarizer pertama, semuanya sejajar - hanya
ada satu arah getaran. singkatnya, anggap saja semua cahaya itu bergetar ke atas dan ke
bawah pada sumbu y. Dapat dibayangkan bahwa semua molekul gula dalam larutan itu
seperti pasta (fusilli). Dapat dikatakan bahwa gelombang cahaya yang bergerak ke arah
tertentu dapat direpresentasikan sebagai dua gelombang CPL, dan kita akan
menerapkannya di sini. Dengan mengasumsikan bahwa molekul gula terlihat seperti
fusilli, ketika gelombang cahaya ini mendekati molekul gula.
Dapat diasumsikan terdapat gelombang CPL searah jarum jam sama persis dengan bentuk
spiral pasta, sementara gelombang CPL berlawanan jarum jam tidak menyentuh pasta sama
sekali. Karena dua gelombang CPL tersebut melalui dua medium yang berbeda maka
kecepatannya berkurang karena bahan memiliki indeks bias yang berbeda, yang merupakan
rasio kecepatan cahaya dalam ruang hampa terhadap kecepatan cahaya dalam objek tersebut.
Kita tidak terlalu pedulikan dengan nilai pastinya; kita hanya tahu bahwa kecepatan
30
gelombang CPL searah jarum jam berkurang. Hal ini tentu saja menyebabkan gelombang
tersebut diperlambat, dan akan meninggalkan pasta dengan fase yang berbeda relatif terhadap
gelombang CPL berlawanan jarum jam berkurang. Ketika dua gelombang terpolarisasi
sirkuler berada di luar fase relatif terhadap satu sama lain, superposisi yang dihasilkan akan
menjadi gelombang terpolarisasi linier, tetapi sedikit berotasi di sekitar sumbu x. Oleh karena
itu, molekul gula menyebabkan gelombang cahaya bergeser dan berotasi searah jarum jam
atau disebut dengan Deksrorotatori.
31
BAB 5
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Polarisasi cahaya adalah fenomena di mana cahaya dibuat bergerak dalam satu arah
tertentu dengan menyaring getaran-getaran yang tidak searah.
2. Polarimetri mengukur polarisasi cahaya dengan langkah-langkah: pertama, menciptakan
cahaya polarisasi; kedua, menyusun arah polarisasi; ketiga, mungkin memutar arah
polarisasi untuk pengukuran; dan keempat, memproses data hasil pengukuran.
3. Konsentrasi zat dalam polarimetri cahaya dapat memengaruhi sudut rotasi. Umumnya,
semakin tinggi konsentrasi, semakin besar sudut rotasi. Hubungan tersebut bisa bersifat
linier.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil data dengan akurasi yang baik, disarankan untuk
memperhatikan durasi penggunaan polarimetri cahaya. Polarimetri yang telah digunakan
dalam durasi yang cukup lama dalam satu waktu akan mempengaruhi kinerja alat. Sudut yang
dihasilkan akan menjauhi standart acuan yang disepakati sehingga menyebabkan data yang
dihasilkan kurang akurat. Sebaiknya jika alat sudah digunkaan dalam durasi yang cukup lama,
polarimetri didiamkan terlebih dahulu supaya data yang dihasilkan lebih akurat dan
menghindari error yang besar dalam perhitungan.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35
BIODATA PENULIS
1. Rizal Bachtiar
Rizal Bachtiar dilahirkan di jepara, 18 April 2002
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Rizal
Bachtiar telah menempuh pendidikan formal yaitu di
TK Al-Hikmah Bangsri, SDN 5 Bangsri, SMPN 1
Bangsri, dan SMAN 1 Jepara. Setelah lulus dari
SMAN tahun 2021, Sabina Nova Rahmawati
mengikuti SBMPTN dan diterima di Departemen
Fisika FSAD - ITS pada tahun 2021 dan terdaftar
dengan NRP 5001211047.
2. Tegar Wicaksono
Tegar Wicaksono lahir di Pasuruan, 24 Mei 2002
dan merupakan anak tunggal. Tegar Wicaksono
telah menempuh pendidikan formal yaitu di TK
Harapan, SDN 1 Wonosari, SMPK Baithani-Tutur,
dan SMAN 1 Purwosari. Setelah lulus dari SMA
tahun 2020, Tegar Wicaksono mengikuti SBMPTN
dan diterima di Departemen Fisika FSAD - ITS pada
tahun 2021 dan terdaftar dengan NRP 5001211049.
36
37