Anda di halaman 1dari 13
REORIENTASI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BREBES BERBASIS POTENS!] SUMBERDAYA WILAYAH® Sobirin®? ABSTRAK Kabupaten Brebes yang wileyatnya secara fisik dapat cregionken menjadi wileyah ol selatan, dateren rendah dan percukitan (wileyeh tengah) serta wilayah pesisir utara, sesungguhnya memiliti potensi sumberdaya alam yang cukup. Namun ketidakmerataen pembangunan masa lalu yang lebih berorentesi ke wilayah uta, telah ‘menimburkan potensi konfikentara daerah. Melalul survey lapangen, wawancare den stud! Mertur, dllanjutkan ppengkajian dengan pendakatan spatial den ekoiogis sacera Komprehenst,diperoish hasil bahwa ketersediaan ‘sumberdaya wilayah Kabupaten Brobes, khususnya inrastuktur sosia-ekonomi terakumulasi di wilayah pesisir utara, sementare di wileyeh selaten dan tengah sangat terbatas jumiahnya. Praspek kota Brebes sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menggerekkan pengembangan wilayah of Ketupaten Brebes menghadepi kendela beser, akibatinferaksi spatial penduduknya lebih kuat ke Kota Tegal, Girebon dan Purwokerta dibanding ke Kota Brebes. Pengembangen puset pertumbuhan ekonomi oi wilayah tengah, yang dintegrasiken dengan pembangunan jalurlingker luer dan jalur poros tengah, diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah Kebupaten Brebes pada masa mendstang. Kata kunci: Interaks! spatial, kabupaten Brebes, poros tengah, pusat pertumbuhan, sumberdaya wilayah 4, PENDAHULUAN Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerat* dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang *Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerat’, secaraefektf telah dibertakukan sefak 1 Januari 2001. Pemberlakuan kedua undang-undang itu membawa dampak yang sangat luas dan mendasar, dimana paradigma pembengunan lebih mengarah pada aspirasi daerah dan ekonomi Kerakyatan yang market oriented, pemerintahan yang bersfat sentralistik menjadi desentralsasi, dan penerimaan kevangan daereh menjadi sumber utama pembiayaan proyek pembangunan di daerch Impikasinya lebih tenjut adalah potensi dan Ketersediaan sumberdaya wilayah harus diketahui dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat Pengembangan suatu kawasan (kota) menjadi pusat pertumbuhan yang diharapkan mampu memicu perkembangan daerah sektamya atau menjadi pusat pelayenn yang memberikan pelayanan ekonomi, sosil dan budaya bagi wilayah sektamya, seharusnyalah didasarkan pada keraktersit dan potensi sumberdaya yang dimiliki ilayah tersebut serta daya saingrya dalam berinteraksi dengan daerahlkota lain di sekitamya, Dalam Kerangka interaksi Keruangan (spatial interaction) tersebut, suatu daerahvkota mempunyai peran dan fungsi sesvai dengan ketersediaan dan pemenfaatan sumberdaya yang dimikinya 4), Makalah in dlisajkan dalam rangka Lokekerya Nasional "Menuju Pengeolaan Sumberdaya Wiayah Berbasis Eksistem ‘untuk Mereduksi Potensi Konfik Antar Daerah, Yogyakarta, 20 Agustus 2003, 2). Stal pengajar Dept Geografi FMIPA-UI dan Saf penelti Pusat Penelttan GeografiTerapan UL Kabupaten Brebes yang lvasnya menduduki urutan kelima di Provinsi Jawa Tengah, yaitusekitar dua setengah kali dari luas Provinsi OKI Jakarta, sebenarnya menyimpan potensi sumberdaya alam yang besar dan seoara geografis memilki Keunggulan komparaif dibanding Kabupaten lainnya, antara lain cijumpainya landfomn yang membentang mulai wiayah pesisir, dataran rendah yang subur untuk pertanian sempai Pegunungan yang mas fertutup hutan, seta alran K. Pemali dengan W. Malahayu dan W. Penjain sebagai suber air igasi. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat serta. lau alr jalan lama Jakarta-Semarang-Surabaya dan jalan penghubung utara - selatan, menjadikan posisi Kab. Brebes cukup strategis bagi pengembangan wilayah Jawa Tengah Namun demikian, pelaksanaan proyek-proyek pembangunan selama ini yang lebih beroientasi ke vilayah utara, menyebabkan terjadinya kelimpangan yang prasarena dan sarana ekonomi, serta kesejahteraen dan kualtas penduduk antara wilayah selatan, tengah dan utara Kabupaten Brebes. Ketimpangan pemeratean embangunan tersebut, citambah dengan terbentuknya Provinsi Banten yang memisahkan di dari Jawa Barat, pada tahun 2000 sempat memuncuikan suatu ide pemisahanimemekaran wilayah selatan menjadi abupaten yang direalisasian dalam benluk demontrasi. Makalah ini mencoba mengungkapkan_potensi ‘sumberdaya wilayah dan suatu pandangan tentang recrientasi pengembangan wilayah berbasis sumberdaya wilayah di Kabupaten Brebes, 2. KOTA BREBES SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH ‘Sewaktu penulls berkesempatan mengunjungi kota Brebes,Kesan pertama yang tmbul, kota ini adalah kota pusat petayanan (center place) pemerintahan yeng sult betkembang menjadi kulub pertumbuhan (growth center} ekonomi bagi daerah belakangnya (hinteraing), Penelusuran lebih mendalam baik melalui pengamatan langsung pada tempattempat keremeian, wawancara dengan sejumiah penduduk dari berbagai profesi rmaupun melalui sumberinformasi formal (buku dan peta) yang dapat dipercaya, diperoleh suatu kenyataan yang memperkuat Kesan tersebut, meskipun Kola Brebes berada di wilayah dataran dan tepat di bagian tengehnya dillu alr jalan pantura yang saratdilewati berbagai Kendaraan. Kesan sebagai pusat pemerintahan dan mungkin pelayanan pendidikan, teat nyata jk kita melinat Kesibuken kota di pagi hari, Sebagian besar warga kota yang berlalu lalang adalah karyawan peda dan pelejr. Pusat perbelanjaan seperti Dedy Plaza yang teretak di jantung Kota, hampir sepanjang hati relat sepi pengunjung. Pusat keramaian dan sekaligus pusat kegiatan ekonomi (CBD) di Kota Brebes, yang terletak di Jn Jend. Achmad Yani trina ramal ckunjungi orang, henya pada papi sampai siang har aja. Kenyataan pahit sutnya kota Brebes berkembang menjadi Kutub pertumbuhan ekonomi yang besar, barangkali akumulasi dai berbagai ako intemal maupun faktor ekstemal terutama penyangkut persaingannya dengan kota-kota oi sekitamya, Tidak adanya pelabuhin laut, sangat boleh jadi salah satu penyebab yang secara historis menyebabkan kota Brebes sejakjaman kolonal Belanda Kalah bersaing dengan kota Tegal dan CCirebon sebagai pusal dstibusibarang, Dibanding kota Savi yang baru menjadi kota Kabupaten pada pertengahan dekade 1980-an, untuk ‘menjadi kutub pertumbuhan ekonomi, barangkal kota Brebes masih harus banyak berbenah dir untuk dapat Imenyaingi Slawi, Karena tidek adanya kegitan ekonomi (industi) yang mampu menggerekkan roda Perekonomian penduduk kota Brebes, seperti hainya yang dijumpai di kota Slaw Faktor geografis, dalam hal ini aspek lokasi kota Brebes itu send dan aspek aksesibiltas penduduk Kabupaten Brebes Ke arch Tegal, Cirebon dan Siawi, jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan tingkat perkembangan kegiatan ekonomi di kota Brebes. Dengan hanya berfarak 12 kilometer antaraalun-alun kota Brebes dan Tegel, sementara di lapangan antara kedua kota itu telah menyatu hanya dpisahkan ole kal Gangsa, Kenyataan itu secara fisik menunjukkan bahwa kota Brebes merupakan bagian dari kota Tegal mmeskipun secara administratif Kedua kota ity berbeda, balk status maupun pengelolaannya. Kota Tegal berstatus kotamadya, sedangkan kota Brebes hanyalah ibukota Kabupaten. LLokasi kota Brebes yang berada di bagiantimur jalurpantura, sementara kota-kola kecamatan sepert Lose, Kersana dan Banjarharo yang berada di bagian barat, barangkali mempunyai akses yang lebih tinggi ke arah Cirebon, sehingga interaksi keruangen dalam pertukaren barang dan jasa lebih condong ke.areh barat citbanding ke arah timur (Brebes). Kasus serupa juga tempak pada interaksi penduduk Kecamatan Jatbarang ke arah timur (Slaw, cibanding interaksi ke utara (Brebes). Pada kasus ini, barangkali keunggulan Komparatit ola Slawi yang mempunyai sejumiah industi dan mampu menyediakan barang-barang dalam jumiah besar dengan harga yang cukup bersaing Dalam kerangka ekonomi regional, faktor geografistulah yang menyebabkan kota Brebes berad di bawah bayang-bayang (baca pengaruh) Tegal dan Cirebon, Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kota Brebes dan Kote-kota kecamatan di sekitamya seperti Bulakemba, Tanjung, Losari, Kersana, Banjarnarjo, Langan, Ketanggungan dan Jatbareng merupakan hinferfand dari kota Tegal dan Cirebon. Sebagei contoh brangkali dapat diambil kasus bisnis Kendaraan bermotor, dimana Kantor Pusat Peruschaan Toyota, Honda ddan Yamaha misainya menempatken Kantor dstibutomya di Tegal dan Cirebon, sementara yang ada ci Brebes hanya berupa agen tunggal. Kasus serupa tertnat pada bisnis perbankan, beberapa bank yang ada di Brebes hanya setingkat kantorcabang pembantu (capem), tahkan dak jarang berupa Kantor unit. Kecuali bawang merah den telur asin yang menjadi produk unggulan, produk industri rumah tangga ddan kerajinan serta produk pertanian yang diproduksi di Brebes,jka mau dipasarkan ke daereh lain pada lumumnya harus melalui pedagang besar yang membuka Kegiatan bisnisnya di Tegel atau Cirebon Suvel lapangan yang dlakukan menunjukken bahwa berbagai harga produk elektronik,tekstil can pakaian jadi furniture maupun bahan bangunan (besi beton, kayu dan cat) yang ditawarkan para pelaku bisnis di kota Brebes, pada umurmnya lebih tinggi §-10 % dbanding produk serupa yang ditawarkan pedagang di kcta CCirebon atau Tegal Perbedaan harga tersebut pada gilannya menjadi alasan kuat penduduk kota Brebes dan diaerah sekitamya lebih cenderung memilin berbelanja ke Tegal tau Cirebon. Kecenderungan masyarekat Brebes berbelanja ke Tegal atau Cirebon, tidak semata-mata faktor ‘ekonomi yang dltunjukkan disparitas harga barang-barang seja, tetaplfaktor lan juga tur berperan, Secara psikologis, masyarakat luas di Brebes beranggapan bahwa membellbarang di kota sendiikalzh bergengs! clibending berbelanja ¢i kedua Kota itu. Disamping itu berbelanja ke Tegal atau Cirebon, juga mempunyai fungsi lei, yatu rekreasi dan jelarjatan untuk melepas kejenuhan dan tekenan hidup yang makin beret. Alasan lain yang mengemuka di Kelangan masyarakat, bahwa jenis dan model barang yang digjakan di kedua kota tersebutjauh lebih bervariasi dan lengkep,sehingga lebih mudeh memilh sesuel selera dan isi kantong. Ditinjau dari aspek pemerintahan, barengkali masyaraket Kabupaten Brebes tidak seberuntung penduduk daerah fain di Jawa Tengah. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembangunan dan pengembangan infastruktur sosiahekonomi selama masa Orde Baru, tdaklah sepesat dan selengkap yang ada di Kabupaten Banymas atau Pekslongan misalnya. Kurangnya perhatian Pemda Jawa Tengah, ditambah sikap aparatur Pemda Brebes pada masa lalu yang lebih mementingkan “Asal Bapak Senang”, juga turut ‘memberikan andl terhadap ketertinggalan infrastruktursosiakekonomi yang dimlikiBrebes sekarang i Keterbatesan infrastruktur sosial-ekonomi tersebut, pada girannya memhambat perkembangen kota Brebes sebagai pusat pelayanan dan sekaligus kutub pertumbuhan ekonomi di wiayahnya, Dalam bidang pelayanan kesehatan, Kota Brebes tidak mempunyal rumah sakit yang representalf dan lengkap, Hubungan telepon, masin menggunaken kode area Tegal, demikian juga pelayanan lstik di daerah selatan juga masih menginduk ke PLN Cabang Tegal. Dampak lanjutannya adalah useha jasa yang terkeit dengan kelisiken dan {elekomunikas, Kurang berkembang dengan baik di kota Brebes. Ketiga contoh kasus diatas, barangkall dapat menjadi acuan, mengapa lapangan kerja sekunder dan tersier tidak cukup banyak tersera di kota Brebes. Dalam bidang transportasi Kereta api (KA), keberadaan stasiun

Anda mungkin juga menyukai