Anda di halaman 1dari 19

BAB Il

KAJIAN PUSTAKA

A. Kitab Al-Amṡilah At-Taṣrifiyyah

1. Al-Amṡilah At-Taṣrifiyyah

Kitab al-Amṡilatu at-Taṣrifiyyah merupakan kitab dalam bidang

ilmu ṣarf kitab tersebut dikarang oleh KH. Ma’shum bin Ali, nama

lengkap beliau adalah Muhammad Ma’shum bin Ali bin Abdul Muhyi Al

Maskumambani.1 Materi dalam kitab al-Amṡilatu at-Taṣrifiyyah tidak

menekankan kepada variansi yang bermacam-macam, akan tetapi lebih

menekankan terhadap materi pengayaan kata-kata bahasa Arab dan

perubahannya dengan wazn yang bermacam-macam.

Pembelajaran ilmu ṣarf sendiri merupakan proses mempelajari

dalam merubah bentuk kata bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa

arab tidak terlepas dari yang namanya qaidah, jika nahwu adalah

bapaknya maka ṣarf adalah ibunya demikian lah hubungan

kesinambungan antara dua ilmu qaidah bahasa arab, keduanya tidak bisa

di pisahkan satu sama lain dalam mempelajari kitab kuning. 2 Sarf sendiri

menurut etimologi adalah mengubah. Sedang menurut istilah adalah

mengubah bentuk asal kepada bentuk-bentuk lain untuk mencapai arti

1
Wakid Yusuf,kisah KH. Ma’shum bin Ali(t.t:Attarbiah 2017),1.
2
Nisa’atun Nafisah, Air Mata Santri Di Negri Pesantren (jombang :Pustaka Darussalam.
2021),137.
yang dikehendaki yang hanya bisa tercapai dengan adanya perubahan. 3

Menurut Musthofa Al-Ghulayni ṣarf ialah ilmu pengetahuan tentang

berbagai hukum terkait bentuk-bentuk yang menyerupainya. 4

Pembelajaran kitab al-Amṡilatu at-Taṣrifiyyah pada dasarnya yaitu

pembelajaran perubahan bentuk kata.

Berbagai pengertian dan deskrispi terkait ilmu ṣarf tersebut terlihat

kecenderungan bahwa ilmu tersebut berkaitan erat dengan,

a. Mengalihkan atau memindahkan kalimat dari satu bentuk ke bentuk

lain karena adanya berbagai makna yang dituju seperti

mengalihkan makna maṣdar ke madi, amar, isim maf‟ul, nisbah,

tasghir dan lain sebaginya.

b. Mengubah kata akan tetapi tidak untuk mendatangkan makna baru

melainkan adanya tujuan lain yang berkaitan dengan proses

penambahan dan pembuangan huruf, penggantian dan pembalikan

huruf, serta idgam.5

Proses merubah dalam pembelajaran ṣarf secara umum disebut

taṣrif. Makna taṣrif sendiri yaitu memindah asal suatu maṣdar kepada

beberapa bentuk yang berbeda-beda untuk menghasilkan makna yang

dikehendaki.6

3
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud (Bandung:
Sinar Baru Algensindo Offset, 2000), 1.
4
Mustafa Al-Ghulayni, Tarjamah Jami‟ud Durus Arabiyah (Semarang: CV Asy-Syifa,
1992), hal. 413
5
Ibid,413.
6
M. Sholihuddin Shofwan, Mabadi‟ Shorfiyah: Pengantar Qawaid as-Shorfiyah Juz
Awwal (Jombang: Darul Hikmah, 2000),1.
2. Pembahasan Kitab Al-Amṡilatu At-Taṣrifiyyah

Shorof adalah mengubah dari fi’il madzi kepada fi’il mudhari’,

masdar, isim fail, isim maf’ul, fi’il nahi, isim makan, isim zaman, dan isim

alat. Adapun faidah perubahan itu adalah agar mendapatkan arti yang

berbeda seperti halnya sebagai berikut:7

a. ‫ َنَصَر‬fi’il madzi, artinya sudah menolong.

b. ‫ َيْنُصُر‬fi’il mudhari’, artinya sedang/akan menolong.

c. ‫ َنْص ًر‬masdar, artinya pertologan (kata benda).

d. ‫ َناِص ٌر‬isim fail, artinya yang menolong (subyek).

e. ‫ َم ْنُصٌر‬isim maf’ul, artinya yang ditolong (obyek).

f. ‫ ُاْنُصْر‬fi’il amar, artinya kamu tolonglah! (menunjukkan kata perintah).

g. ‫ َالَتْنٌص ْر‬fi’il nahi, artinya kamu jangan menolong (menunjukkan

larangan).

h. ‫ َم ْنَص ٌر‬isim makan, artinya tempat menolong. (keterangan tempat).

i. ‫ َم ْنَص ُر‬isim zaman, artinya waktu menolong (keterangan waktu).

j. ‫ ِم ْنَص ٌر‬isim alat artinya alat penolong. (keterangan alat).

Materi-materi dalam kitab al-Amṡilatu at-Taṣrifiyyah terdiri dari

Taṣrif Istilahi dan Taṣrif Lugawi. Taṣrif Iṣṭilaḥi mencakup fi’il ṡulasi

mujarrad dan fi’il sulasi mazid adapun penjelasanya sebagai berikut:

1) fi’il ṡulasi mujarrad mencakup enam wazan;

7
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud (Bandung:
Sinar Baru Algensindo Offset, 2000),1.
‫ َيْفُعُل‬- ‫َفَعَل‬

‫َيْفِع ل‬- ‫َفَعَل‬

‫ َيْفَع ُل‬- ‫َفَعَل‬

‫ َيْفَع ُل‬- ‫َفِع َل‬

‫ َيْفُعُل‬- ‫َفُع َل‬

‫ َيْفِع ُل‬- ‫َفِع َل‬

2) fi’il ṡulasi mazid dibagi menjadi tiga yaitu :

a) fi’il ṡulasi mazid rubai yaitu : ‫ ُيَفِّعُل‬- ‫ َفَّع َل‬, ‫ ُيَفاِع ُل‬- ‫ َفاَع َل‬,‫ ُيْفِع ُل‬- ‫َاْفَعَل‬

b) fi’il ṡulasi mazid khumasi yaitu :

‫ َيَتَفاَعُل‬- ‫ َتَفاَع َل‬,‫ َيْفَتِع ُل‬- ‫ ِاْفَتَعَل‬, ‫ َيَتَفَّعُل‬- ‫ َتَفَّع َل‬,‫ َيْنَفِع ُل‬- ‫ ِاْنَفَعَل‬, ‫ َيْفَع ُّل‬-‫ِاْفَع َّل‬

c) fi’il ṡulasi mazid sudasi yaitu :

‫ َيْسَتْفِع ُل‬- ‫ ِاْسَتَفَعَل‬, ‫ َيْفَع اُّل‬-‫ ِاْفَع اَّل‬,‫ َيْفَعِّو ُل‬- ‫ِاْفَعَّوَل‬, ‫ َيْفَع ْو ِع ُل‬- ‫ِاْفَع ْو َع َل‬

Sedangkan Taṣrif lugawi yaitu sebagai berikut:

‫ َفَع ْلنا‬- ‫ َفَع ْلُت‬- ‫ َفَع ْلُتَّن‬-‫ َفَع ْلُتَم ا‬-‫ َفَع ْلِت‬- ‫ َفَع ْلُتْم‬-‫ َفَع ْلُتَم ا‬- ‫ َفَع ْلَت‬- ‫ َفَع ْلَن‬-‫ َفَع َلتا‬- ‫ َفَع َلْت‬-‫ َفَع لْو ا‬-‫ َفَع َال‬- ‫َفَعَل‬

3. Model Pembelajaran Kitab al-Amṡilatu at-Taṣrifiyyah

Pembelajaran ṣarf dengan menggunakan kitab al-Amṡilatu at-

Taṣrifiyyah menekankan pelatihan dengan metode qiyasi dan istiqra’i


yang mana akan mendorong kemampuan siswa dalam merubah kata

bahasa Arab dengan berbagai wazn yang berbeda. Proses tersebut sebagai

pembiasaan dan pengulangan materi yang telah diajarkan di madrasah baik

itu ibtida’iyyah, tsanawiyah maupun aliyah, di sana telah diajarkan ilmu

tersebut karena ilmu itulah yang dapat menunjang atau memahami kitab

berbahasa arab yang sekiranya sulit untuk dibaca dan dipahami oleh murid

atau santri. Adapun metode pengajaran ilmu shorof tidak lepas dari sistem

tradisional. sistem tradisional bermula dari pola pengajaran yang sangat

sederhana sejak dulu, metode pengajaran itu sebagai berikut pengajaran

sorogan, bandongan, hafalan dan musyawarah, metoode ini digunakan

dalam mengkaji kitab-kitab agama yang ditulis oleh para ulama abad

pertengehan dan kitab-kitab ini dikenal istilah kitab kuning. 8 Adapun

keterangan dari keempat metode tersebut yakni sebagai berikut:9

a. Metode Sorogan

Sistem pengajaran dilaksanakan dengan cara siswa yang

biasanya membacakan sebuah kitab kepada guru dihadapan beliau.

Pengajaran dengan sistem ini biasanya diselenggarakan pada ruang

tertentu di mana di situ tersedia tempat duduk seorang ustadz atau

guru, kemudian siswa menghadap satu persatu untuk menyetor.

Sedangkan yang lainnya mempersiapkan diri menunggu giliran untuk

dipanggil. metode ini termasuk metode pengajaran yang sangat


8
M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: CV. Prasasti, 2003),29.
9
Limas Dodi, “Metode Pengajaran Nahwu Shorof (Ber-Kaca Dari Pengalaman
Pesantren),” Tafaqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian Keislaman 1, no.1 (2013),
http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/6. 114 -119
bermakna, karena siswa akan merasakan hubungan yang khusus

ketika berhadapan dengan guru. Siswa tidak saja senantiasa dapat

dibimbing dan diarahkan, tetapi juga dapat dievaluasi dan diketahui

perkembangan kemampuannya sehingga guru dapat memberi

bimbingan penuh kejiwaan dan mamberikan tekanan pengajaran

kepada muridnya berdasarkan observasi langsung terhadap tingkat

kemampuan dasar dan kapasitas mereka.10 metode ini juga dapat

mengukur tingkat pemahama terhadap kitab Al-Amtsilah At Tasrifiah.

Adapun dampak negatif dan positif dari metode sorogan adalah

sebagai berkut:

1) Dampak positifnya

a) Siswa lebih mudah untuk berdialog dengan gurunya sehingga

dalam dialog tersebut akan menimbulkan keakraban dengan

gurunya.

b) Guru dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga

dapat memberikan tekanan pengajaran kepada siswa tertentu

atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan

dasar dan kapasitas mereka.

c) Guru dapat memantau perkembangan kemampuan siswa.

2) Dampak negatifnya

10
Mujamil Qomar, Pesantren Dan Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Instisusi
(Jakarta: Erlangga 2002),143.
a) Membutuhkan waktu yang sangat lama yang mana berarti

pemborosan.

b) Belum adanya intruksi antara guru dengan murid sehingga

pembelajaran akan terkesan pasif.

b. Metode Bandongan

Metode ini juga di sebut dengan metode wetonan. adapun

metode ini penyampaianya secara ceramah kepada para siswa di

mana para siswa duduk di sekeliling guru, kemudian guru

menerangkan suatu pelajaran dan para siswa menyimak kitab-kitab

mereka.

Adapun dampak positif dan negatif dari metode bandongan adalah

sebagai berikut:

1) Dampak positif

a) siswa dapat memperhatikan kitabnya sendiri-sendiri dan

membuat catatancatatan baik arti maupun keterangan tentang

kata atau buah pikiran yang sulit.

b) Guru dapat membacakan kitab-kitab yang belum pernah di kaji

oleh siswa, sehingga siswa akan tambah ilmu dan mengenal

kitab yang lainnya.

c) siswa dapat menerapkan atau mengaplikasikan pada kehidupan

sehari-hari.

2) Dampak negatif
a) Penerapan metode tersebut mengakibatkan siswa bersikap

pasif, sebab kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar

didominasi guru sementara siswa hanya mendengarkan dan

memperhatikan keterangannya.

b) siswa tidak dilatih mengekspresikan daya kritisnya guna

mencermati kebenaran suatu pendapat.

c. Metode Hafalan

Metode hafalan adalah metode belajar dengan cara

menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan

seorang guru. para siswa diberi tugas untuk menghafal bacaan-

bacaan dalam jangka waktu tertentu, hafalan yang dimiliki siswa ini

kemudian di setorkan pada gurunya secara bertahap tergantung pada

petunjuk gurunya. titik tekan pada metode ini adalah siswa atau

murid mampu mengucapkan atau melafalkan kalimat-kalimat

tertentu secara lancar dengan tanpa melihat atau membaca teks.

Metode hafalaan ini dapat juga digunakan dalam metode sorogan

dan bandongan.

d. Metode Musyawarah

Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran

dengan cara siswa membahasnya bersama-sama melalui tukar

pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dengan yang ada

di dalam kitab. Dalam hal ini guru bertindak sebagai moderator


dengan tujuan agar siswa aktif dalam belajar melalui metode ini akan

tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan

logis.

B. MAHĀRAH QIRA`AH

1. Pengertian Mahārah Qira`Ah

Secara etimologi kata mahārah qira`ah berasal dari bahasa Arab

dari kata mahārah yang berarti pandai atau mahir. Secara terminologi kata

mahārah adalah kemahiran atau keterampilan yang harus dikembangkan

dalam pembelajaran bahasa arab. Adapun kata al-qira`ah artinya

membaca. Membaca sebagai tindakan melihat dan memahami isi dari apa

yang tertulis dengan melisankan atau di dalam hati sebuah tulisan. Jadi

Kemahiran membaca (Mahārah Qira`Ah) adalah suatu kemampuan

berbahasa yang dimiliki seseorang dalam melihat dan memahami makna

yang terkandung dalam sebuah tulisan dengan terampil, tepat dan fasih,

sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis melalui tulisannya dapat

ditangkap dan dipahami maknanya oleh pembaca dengan baik dan tepat.11

2. Macam-Macam Maharah Qira'ah

a. Mahārah Qira`Ah Ditinjau Dari Segi Pelafalannya

Dari segi pelafalannya terdapat dua jenis Mahārah qira`ah yaitu:12

11
Efi Nur Fitriyanti, dan Imroatul Azizah Dina Mustika Ishak, “Pengaruh Pembelajaran
Bahasa Arab Maharah Qira’Ahuntuk Siswa Madrasah Aliyah Terhadap Pemahaman Budaya
Arab,” (Malang:Universitas Negri Malang 2020) 62.
12
Ahmad Rathomi, “Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’Ah Melalui Pendekatan
Saintifik,” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019), 563.
1). Qira’ah jahriyah.

Qira’ah jahriyah adalah membaca dengan melafalkan atau

menyuarakan symbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat

yang dibaca.13

Tujuan Qira’ah Jahriyah yaitu:14

a) Melatih siswa terbiasa mengucapkan huruf, kata, frase dan

kalimat sesuai aturan tata bunyi bahasa Arab.

b) Melatih siswa membaca dengan intonasi dan ritme yang sesuai

dengan jenis kalimat dan kandungan maknanya.

c) Melatih siswa untuk membaca ekspresif yang menunjukan

pemahamannya terhadap teks yang dibaca.

d) Melatih siswa agar memperhatikan tanda baca.

Kelebihan dan kekurangan qira’ah jahriyah:15

Kelebihan dari qira’ah jahriyah adalah dimana qira’ah

jahriyah merupakan teknik terbaik untuk melatih kelancaran

pengucapan, performance dalam membaca, dan mengekspresikan

makna terutama untuk siswa pemula. qira’ah jahriyah juga untuk

mempermudah guru memantau kesalahan-kesalahan pengucapan

pada siswa sehingga bisa segera membetulkannya.

13
Ibid, Ahmad Rathomi 563.
14
Siti Fatimah, Muhammad Islahul Mukmin, and Achmad Saifudin, “Peningkatan
Kemampuan Maharah Al- Qira ’ Ah Bagi Siswa-Siswi Kelas VII-K Melalui Model Pembelajaran
Inquiri Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Malang,” no. Mi (2019), 350.
15
Ibid, siti Fatimah,350.
Adapun kekurangan dari qira’ah jahriyah adalah

membutuhkan tenaga lebih banyak dari Qira’ah Shomitah, karena

pembaca dituntut untuk mengeluarkan suara keras. Tingkat

pemahaman yang diperoleh dari qira’ah jahriyah lebih rendah dari

Qira’ah Shomitah. Membaca yang populer dalam kehidupan

sehari-hari adalah Qira’ah Shomitah bukan qira’ah jahriyah.

qira’ah jahriyah menimbulkan kegaduhan dan bisa menganggu

orang lain.

2). Qira’ah Shomitah

Qira’ah Shomitah adalah membaca dengan cara tidak

mengeluarkan ujaran, tetapi cukup di dalam hati.16

Tujuan membaca dalam hati yaitu: Agar memahami

maksud secara mendalam, sebagai penguasaan dan pemahaman

baik pemahaman secara global atau rincian.

Kelebihan dan kekurangan qira’ah shomitah:17

Kelebihan dari qira’ah shomitah adalah; Siswa akan lebih

terkondisi, dengan membaca dalam hati. Siswa tidak ada yang

bermain sendiri. Membaca dalam hati dapat menarik minat para

siswa agar lekas mengetahui atau memahami isi bacaan. tingkat

pemahaman isi dalam bacaan akan lebih baik.

16
Ibid, Ahmad Rathomi,563.
17
Ibid, siti Fatimah,350.
Kekurangan qira’ah shomitah adalah; guru tidak tahu siswa

benar-benar membaca atau tidak, kerena sama-sama dalam

keadaan diam.

b. Mahārah Qira`Ah Ditinjau Dari Segi Tujuan Pembacanya;

Dari Segi Tujuan Pembacanya terdapat enam jenis Mahārah

Qira`Ah yaitu;

1). Membaca Cepat

Tujuan utama membaca cepat adalah untuk menggalakkan

siswa agar berani membaca lebih cepat daripada biasanya.

Kecepatan menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengesampingkan

pengertian.18

Dalam membaca cepat, siswa tidak diminta memahami

rincian-incian isi, tetapi cukup dengan pokok-pokoknya saja.

Namun, perlu diingat bahwa tidak setiap bahan bacaan biasa

digunakan sebagai bahan membaca cepat.19 Para ahli berpendapat

bahwa membaca cepat tidak hanya memperbaiki prestasi waktu,

tetapi menambah banyaknya informasi yang dapat diserap oleh

pembaca. Ini dimungkinkan karena pembaca tidak lagi mempunyai

kebiasaan membaca kata demi kata, tetapi ia dapat menggerakkan

18
Mustofa, Syaiful, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang :UIN Maliki
Press2011),171.
19
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran
Bahasa Arab, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), 64.
matanya dengan pola-pola tertentu, sehingga pesan dari teks dapat

ditangkap dengan cepat dan sangat efisien masalah waktu.20

2). Membaca untuk Membentuk Generalisasi dari Tema Luas

Membaca jenis ini seperti membaca Undang-Undang atau

membaca buku baru. Membaca jenis ini dimaksudkan untuk

memperkaya pengetahuan yang memang seharusnya dibaca oleh

manusia di zaman modern ini yang dapat meningkatkan

produktivitas akal pikiran. Membaca jenis ini berbeda dengan

membaca pada situasi dan tempat-tempat khusus. Tujuan dari

qira’ah ini adalah untuk mendapatkan data-data informasi dengan

cepat disertai pemahaman arti yang luas mencakup informasi di

berbagai daerah lain.21

3). Membaca untuk Pemahaman

Maksud dari membaca jenis ini adalah untuk mendalami.

Membaca jenis ini dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati.

Tujuannya adalah untuk memahami persoalan secara global maupun

secara rinci. Juga untuk mempertimbangkan pengetahuan-

pengetahuan yang memiliki kesamaan atau perbedaan dan lain

sebagainya.22

4). Membaca untuk Mengumpulkan Pengetahuan


20
Ibid Mustofa, Syaiful 171
21
Ibrahim, Abdul Alim, Al-Muwajjih Al-Fanny li Mudarrisiy Al-Lughah Al-‘Arabiyyah.
(Kairo:Dar Al-Ma’arif 1968) 73
22
Ibid, Ibrahim, Abdul Alim, 73.
Dalam membaca jenis ini, pembaca merujuk kepada

sejumlah sumber-sumber dan mengumpulkan pengetahuan khusus

yang dibutuhkan. Membaca jenis ini seperti membaca yang

digunakan sebagai penelitian, makalah, tesis dan sebagainya.23

5). Membaca untuk Menikmati Sastra dan Senam Otak

Membaca untuk Menikmati Sastra dan Senam Otak Yaitu

membaca yang tidak mendalam dan tidak melibatkan pemikiran.

Seperti membaca naskah sastra, anekdot dan sebagainya. 24 Dalam

jenis ini kitab Al-Amṡilah At-Taṣrifiyyah termasuk pada ragam

membaca untuk menikmati sastra.

6). Membaca Kritis Analitis

Tujuan utamanya ialah untuk melatih siswa agar memiliki

kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Siswa dilatih agar

dapat menggali dan menunjukkan detail-detail yang memperkuat ide

utama yang ingin disampaikan oleh penulis. 25 Siswa juga dilatih

berpikir secara logis, mencari hubungan antara satu kejadian dengan

kejadian yang lain, dan menarik kesimpulan dalam naskah teks yang

ada Membaca seperti ini dapat berbentuk mengkritisi buku,

membandingkan antara buku yang satu dengan buku yang lain dan

sebagainya.26

23
Ibid, Ibrahim, Abdul Alim, 73.
24
Ibid, Ibrahim, Abdul Alim, 73.
25
Ibid Mustofa, Syaiful 172
26
Ibid, Ibrahim, Abdul Alim, 73.
3. Strategi Pembelajaran Mahārah Qira`Ah

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia terutama dalam

Mahārah Qira`Ah pada umumnya masih menggunakan teknik

konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru

sedangkan siswa kurang dilibatkan dalam proses belajar mengajar

sehingga pembelajaran hanya sepihak sebagaimana yang diterapkan

dalam metode gramatika atau terjemah, padahal pembelajaran adalah

proses mengajarkan siswa yang menuntut aktivitas keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Untuk dapat meningkatkan kemampuan

membaca dan memahami bahasa Arab, tentunya dibutuhkan teknik

pembelajaran yang variatif dan kontekstual. Variatif berarti

menggunakan teknik yang beraneka ragam sehingga tidak

membosankan, dan kontekstual berarti bahwa teknik yang digunakan

sangat familiar di lingkungan siswa.Dengan demikian, metode

marupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembelajaran, demi terciptanya pembelajaran yang efektif baik bagi

guru maupun siswa.

Dalam melaksanakan pembelajaran maharah al-qira’ah, strategi

yang dapat dipergunakan yaitu melalui metode dibawah ini:27

27
Siti Fatimah, Muhammad Islahul Mukmin, and Achmad Saifudin, ‘Peningkatan
Kemampuan Maharah Al- Qira ’ Ah Bagi Siswa-Siswi Kelas VII-K Melalui Model Pembelajaran
Inquiri Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Malang’, (malang: UINMA, 2019), 56.
a. Al-qira’ah Muwajahah adalah strategi pembelajaran Bahasa Arab

yang ditujukan untuk mempelajari teks melalui perantara

pertanyaan, bagan ataupun skema. Strategi ini cocok diaplikasikan

dalam pembelajaran outdoor.

b. Mudzakarat Al-Talamids adalah strategi membaca yang bertujuan

untuk mengasah dan meningkatkan keaktifan siswa dalam mencari

informasi secara mandiri dengan bertanya sesuatu yang belum

dimengerti dari teks bacaan yang dipelajari. Stategi ini cocok

diterapkan pada kelas yang memiliki kemampuan Bahasa, kosa

kata maupun gramatikal menengah.

c. Al-qira’ah Jahriyyah adalah stategi pembelajaran al-qira’ah yang

menghadirkan pemahaman kepada siswa. Strategi ini lebih

menekankan pada pemahaman dan pelafalan bacaan Bahasa Arab

yang benar dan tepat.

d. Akhziyat Al-Nash adalah strategi membaca yang mendorong siswa

aktif belajar sekaligus mengerjakannya. Stategi ini cocok

diterapkan pada kelas yang heterogen (memiliki kemampuan yang

berbeda-beda), sebab strategi ini modelnya adalah kelompok.

e. Talkhis Jama’i adalah strategi pembelajaran al-qira’ah yang

menuntut adanya kerja sama tim, sehingga menumbuhkan

keakraban dan saling berinteraksi dalam mengemukakan gagasan

dalam memahami ide. Strategi ini cocok digunakan untuk

pembelajaran yang terfokus pada pemahaman teks bacaan.


f. Tartib Al-Nash adalah strategi pembelajaran al-qira’ah yang cocok

digunakan untuk siswa yang sudah mengenal pemahaman struktur

kalimat. Strategi ini lebih mengarah pada pemahaman teks secara

menyeluruh dan mendalam

4. Tujuan Pembelajaran Maharah Qira'ah.

Secara umum tujuan pembelajaran qira’ah adalah peserta didik

mampu membaca setiap teks Arab dengan benar dan mampu

memahami makna yang terkandung dalam bacaan. Secara khusus

tujuan qira’ah shomitah adalah peserta didik mampu memahami setiap

kata dan gaya bahasa yang dipakai dalam teks dan mengerti makna dan

ide yang disampaikan baik yang tersurat maupun tersirat, sedangkan

tujuan qira’ah jahriyah secara khusus adalah peserta didik mampu

memahami sifat dan makharijul huruf, gaya bahasa, dan intonasi sesuai

dengan kaidah gramatika.

Pembelajaran qira’ah memiliki banyak tujuan, di antaranya

yang paling penting menurut Thu’aimah adalah:28

a. Tercapainya penguasaan keterampilan membaca dengan baik

b. Membaca adalah aktivitas penting dalam pendidikan yang tidak

dapat ditinggalkan. Dengan mahir membaca siswa dapat lebih

mampu menyerap referensi bahasa asing lebih cepat dan akurat.

28
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim Al-‘Arabiyya Lighairi Al-Nathiqi biha: Manahijuhu
wa Asalibuhu, (Mesir: Jami’ah al-Manshurah, 1989), h. 175-176
c. Masyarakat modern sering menggunakan kemampuan membaca

dalam menjalankan tugas-tugasnya.

d. Membaca dapat menambah wawasan di segala bidang.

e. Memenuhi tujuan pengajaran bahasa Arab, agar siswa terampil

dalam membaca.

Sedangkan Menurut Ainin (2019) indikator yang harus dicapai

dalam tujuan Mahārah Qira`Ah sebagai berikut:29

a. Membaca dengan lancar secara cermat dan tepat,

b. Menentukan arti kosakata dalam konteks kalimat tertentu,

c. Menemukan fakta atau informasi tersurat dan tersirat dalam teks,

d. Menemukan ide pokok dalam paragraph,

e. Menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan,

f. Menerjemahkan kalimat dalam teks,

g. Menyimpulkan ide pokok bacaan,

h. Menemukan judul dari sebuah teks,

i. Mengomentari serta mengkritisi isi bacaan.

29
Dina Mustika Ishak, Efi Nur Fitriyanti, Imroatul Azizah. Pengaruh Pembelajaran
Bahasa Arab Maharah Qira'ah Untuk Siswa Madrasah Aliyah Terhadap Pemahaman Budaya Arab
(Malang, Universitas Negeri Malang)
Dina Mustika Ishak, Efi Nur Fitriyanti, dan Imroatul Azizah. “Pengaruh

Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’Ahuntuk Siswa Madrasah Aliyah

Terhadap Pemahaman Budaya Arab.” Prosiding Semnasbama IV UM 1

(2020): 62–62.

Dodi, Limas. “METODE PENGAJARAN NAHWU SHOROF (Ber-Kaca Dari

Pengalaman Pesantren).” Tafaqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian

Keislaman 1, no. 1 (2013).

http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/6.

Fatimah, Siti, Muhammad Islahul Mukmin, and Achmad Saifudin. “Peningkatan

Kemampuan Maharah Al- Qira ’ Ah Bagi Siswa-Siswi Kelas VII-K Melalui

Model Pembelajaran Inquiri Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Malang,” no.

Mi (2019): 347–56.

Rathomi, Ahmad. “Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’Ah Melalui

Pendekatan Saintifik.” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019): 563.

https://doi.org/10.29313/tjpi.v8i1.4315.

Anda mungkin juga menyukai