Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Di Radjak Hospital Cileungsi
Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Di Radjak Hospital Cileungsi
Disusun Oleh :
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi
perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri
otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata (Kemenkes 2017).
Demam berdarah dengue atau DBD (dengue hemorrhagic fever disingkat DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh
renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
B. ETIOLOGI
1. Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbvirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yg lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam gens flavirus ini berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel –
sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kiney) maupun sel – sel
Arthrpoda misalnya sel aedes Albopictuus.
2. Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serootipe bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
C. KLASIFIKASI
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015):
1. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
atau perdarahan di tempat lain.
3. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai
dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan pada anak tampak
gelisah.
4. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nuratif & Kusuma 2015)
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam aku selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthalgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi pendarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD
yang sudah du komfrimasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1. Demam atau Riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
2. Manifestasi pendarahan yang berupa
a. Uji tourniquet positip
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Pendarahan mukosa
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.00/ul
4. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinnemi. Asites,efusi pleura
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain
adalah (Wijayaningsih 2017):
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Pada demam
dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga. Pada demam
berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pada pemeriksaan kimia
darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah
mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan
atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi
antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder
atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat,
visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen
dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan
reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque
adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI).
Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura.
F. KOMPLIKASI
Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung.
G. PATHWAY DHF
H. PENGKAJIAN
Asuhan Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua
b. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,
IV), melena atau hematesis.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, orang dewasa bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
f. Riwayat imunisasi
Apabila pasien mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari.
g. Riwayat gizi Status gizi
Pasien yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua orang dewasa dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka pasien akan
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
h. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
i. Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
j. Eliminasi alvi (buang air besar).
Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade
III-IV bisa terjadi melena. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah
sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
k. Tidur dan istirahat, pada pasien DHF sering merngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur
maupun istirahat kurang.
l. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
m. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
n. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2. Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3. Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
5. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak
teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
6. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri,
muka tampak kemerahan karena demam.
7. Mata Konjungtiva anemis
8. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III,
IV.
9. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
10. Mulut, Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia
pharing.
11. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
12. Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
13. Abdomen
14. Sistem integument, adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan
uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara
sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah
dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian
volarlenga bawah (Soedarmo,2008)
I. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu
(Erdin 2018) (NANDA, 2017):
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana
Masalah Kolaborasi keperawatan
Tujuan dan Interve
Kriteria Hasil nsi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
L. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap
akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction.
Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Info Datin. Jakarta.