Anda di halaman 1dari 9

Perbedaan Hasil HIGHER ORDER THINKING SKILLS antara Siswa

yang dengan E-learning “SMADA BERKIBAR” dengan Tatap Muka


pada Pokok Bahasan Gelombang Bunyi di SMA Negeri 2 Pekalongan

Irsyadianti Mehita Pursadi*, Dr.Sugianto, M.Si.**


Program studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang
*corresponding authors: irsyadiantimehitapursadi@students.unnes.ac.id

ABSTRACT
This study aims to analyze the differences in Higher Order Thinking Skills (HOTS)
learning outcomes between students who use e-learning “SMADA BERKIBAR” with
face-to-face on the subject of sound waves at SMA Negeri 2 Pekalongan. This study uses a
quasi-experimental research design with a pretest-posttest control group design, namely
experimental research conducted on two class groups. The study began with giving a
pretest to determine the initial condition of the research sample, followed by giving
treatment. The application of learning in the experimental group using e-learning and
without e-learning in the control group. Then proceed with a posttest to find out the final
results of learning. The results on the student's posttest t-test by obtaining an independent
t-test significance value of 0.246 or greater than 0.05, which means that there is no
significant difference in Higher Order Thinking Skills (HOTS) between learning with e-
learning "SMADA BERKIBAR" and face to face advance. Even based on the n-gain data,
the control group is better than the experimental group. Based on the value of n-gain in the
control group is also better than the experimental group.
Keywords: e-learning, difference, Higher Order Thinking Skills.

PENDAHULUAN
COVID-19 merambah ke berbagai negara dengan cepat. WHO mengumumkan pada
tanggal 11 Maret 2020 adanya virus COVID-19 menjadi pandemi secara global di dunia
(Cucinotta & Vanelli, 2020). Hal ini menyebabkan negara Indonesia menerapkan dengan
kebijakan lockdown. Dengan adanya kebijakan lockdown tersebut menghambat ke semua
aktivitas pada banyak sektor, termasuk pada dunia pendidikan.

Pembelajaran secara daring ini merupakan sebuah inovasi dalam pendidikan karena
telah melibatkan sebuah teknologi dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran daring
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet, di mana dalam pembelajaran ini tidak
dilakukan pembelajaran secara langsung melainkan melalui email, Zoom Meeting, Google
Form, Google Class Room, dan bisa juga membagikan tugas via Whatsapp. Pada saat
pembelajaran maupun pembagian tugas biasanya membuat rekaman video yang diunggah
ke dalam kanal berbagai video Youtube dan membagikannya berupa link kepada seluruh
siswa dan memberikan batasan waktu untuk mengumpulkan tugas tersebut. Oleh karena
itu penerapan pembelajaran secara daring dapat dilaksanakan pada bidang studi fisika
terutama pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Isman (2017) menegaskan pembelajaran
daring merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi internet dalam
proses pembelajaran, dapat dikatakan memberikan materi pembelajaran berupa teks,
gambar maupun video yang dapat menarik siswa serta dapat memotivasi siswa dalam
berfikir secara kreatif dan kritis.

Fisika merupakan sebuah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang sebuah
sebuah peristiwa dan benda yang terjadi pada alam yang dikaji dengan menggunakan
proses atau metode secara ilmiah. Penggunaan e-learning dalam pembelajaran fisika di
sekolah mendorong siswa untuk belajar aktif. Siswa mendapatkan kesempatan untuk
bertanya dan memberikan pendapat mengenai materi yang disampaikan tanpa ada batasan
waktu dan jumlah pertanyaan. Selain itu, siswa juga dapat berdiskusi dan bertukar
informasi mengenai materi pelajaran dan informasi yang disajikan didalam bahan ajar
yang memiliki cakupan yang luas. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan,
bahwa pembelajaran fisika sangat penting untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir
secara kritis dan kreatif. Fisika juga memiliki manfaat yang dapat diterapkan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Maka dengan hal itu harus di pelajari dengan sungguh-
sungguh dalam berbagai situasi, terutama pada masa pandemi COVID-19 dengan
menggunakan aplikasi e-learning SMADA BERKIBAR.

E-learning sebagai bentuk kegiatan pembelajaran dengan melakukan integrasikan


pembelajaran secara tradisional (konvensional) dengan kombinasi model pembelajaran
misalnya blended learning yakni pembelajaran dilaksanakan dengan tatap muka ( face to
face learning) serta dicampur dengan virtual (e-learning). Model pembelajaran yang
hampir sama yaitu hybrid learning memadukan pembelajaran tatap muka dengan teknologi
komputer dan internet. Hybrid learning memfasilitasi siswa mendapatkan bahan-bahan
untuk kegiatan pembelajaran melalui internet. Guru juga dapat memantau kegiatan siswa
melalui internet. Adapun pembelajaran dengan blended learning menjadi opsi yang paling
baik dipilih guna mengoptimalkan keefektifan, efisien serta daya tariknya dalam
berinteraksi antara siswa dan gurunya pada lingkungan belajar secara bervariasi. Dapat
dikatakan, pembelajaran tersebut memilik tujuan untuk mengkombinasikan sifat model
dari e-learning seperti mengefisiensi waktu, biayanya yang relatif murah serta akses bahan
ajar yang mudah oleh siswa. Selanjutnya sifat dari pembelajaran tatap muka seperti
mempermudah siswanya dalam mempelajari materi yang diberikan, dan adanya interaksi
antar siswa dengan gurunya. E-learning sendiri dapat diartikan sebuah pembelajaran
online yang mudah diakses oleh siswa, dapat diakses di mana saja tanpa dibatasi ruang
muat dan tatap muka. Penggunaan e-learning pada proses pembelajaran harapanya
menjadi alternatif pilihan dalam menjembatani permasalahan kemandirian belajar yang
muncul pada siswanya.

Dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, saat ini SMA Negeri 2
Pekalongan telah menerapkan pembelajaran Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan
metode blended learning. Pertama, Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang diterapkan
pada sekolah tersebut dengan menggunakan aplikasi e-learning “SMADA BERKIBAR”.
Pembelajaran tersebut berisikan video materi Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang
ditampilkan dengan menarik. Video juga disertai adanya soal latihan dengan basis
teknologi yang mana siswanya memberikan jawaban secara langsung serta mengetahui
berapa nilai dari pencapaiannya tersebut. Kedua, Higher Order Thinking Skills (HOTS)
yang diterapkan di sekolah tersebut menggunakan model tatap muka.

Sejalan dengan diterapkannya Kurikulum 2013, dalam penerapan e-learning “SMADA


BERKIBAR” di SMA Negeri 2 Pekalongan, siswa dituntut aktif bertanya dan menjawab
dalam materi pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, dan guru juga
mempunyai peran untuk mengawasi kepada seluruh siswa. Pada penerapan e-learning ini,
guru berperan untuk memberikan sebuah materi berupa video yang diunggah di youtube,
presentasi power point atau bahan ajar yang dimasukkan kedalam platform. Adapun
kriteria ketuntasan minimal (KKM) menjadi penilaian dalam kurikulum yang berbasis
kompetensi ketika melakukan penentuan kelulusan siswanya. KKM tersebut yaitu rerata
dari seluruh KKM-SK pada satu semester maupun satu tahun pembelajarannya yang
dicatat pada rapor. KKM yang diterapkan di SMA Negeri 2 Pekalongan dalam mata
pelajaran Fisika, yaitu 70 dirasa sulit untuk siswa dalam memperolehnya. Khususnya
dalam konsep gelombang bunyi yang termasuk materi yang masih tidak banyak diminati,
sebab terlalu banyak konsep yang sifatnya abstrak sehingga menjadikan siswanya sulit
untuk membayangkan serta banyak rumusnya yang dirasa sulit.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang


berjudul “Perbedaan Hasil Higher Order Thinking Skills (HOTS) antara Siswa yang
Menggunakan E-learning “SMADA BERKIBAR” dengan Tatap Muka pada Pokok
Bahasan Gelombang Bunyi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis adalah perbedaan
hasil Higher Order Thinking Skills (HOTS) antara pembelajaran yang menggunakan e-
learning “SMADA BERKIBAR” dengan tatap muka pada pokok bahasan gelombang
bunyi Kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Pekalongan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah quasi experimental


design dan pretest-posttes control group design. Sugiyono (2016: 116) menjelaskan bahwa
quasi eksperimental design mempunyai kelompok konrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-varibael luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Pengukuran di dalam desain penelitian ini adalah pretest yang dilakukan
sebelum diberikan perlakuan, sedangkan untuk posttest diberikan setelah adanya perlakuan
dalam pembelajaran. Hal ini berguna untuk melihat perbedaan antara pencapaian kelas
kontrol dan kelas eksperimen guna untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat.

Kegiatan ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Pekalongan pada semester genap tahun
ajaran 2021-2022 di bulan Januari sampai Februari 2022 yang dilaksanakan secara
bertahap. Populasi adalah jumlah keseluruhan subyek dalam penelitian (Kasmadi &
Sunariah, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI MIPA
SMA Negeri 2 Pekalongan Tahun Ajaran 2021/2022 yang berjumlah 176 siswa. Sebagian
atau wakil populasi yang diteliti disebut sampel (Arikunto, 2010 : 174). Untuk menentukan
suatu besarnya sampel menggunakan uji statistik atau berdasarkan perkiraan penelitian.
Sampel dalam penelitian ini diambil dari salah satu kelas XI MIPA yang dipilih dari lima
kelas populasi menggunakan uji statistik. Pada penelitian ini sampel yang diambil yaitu
kelas yang diambil berdasarkan hasil uji statistik yaitu uji homogenitas menggunakan nilai
raport fisika pada pengetahuan. Kelas yang homogen dijadikan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai sejak awal Januari 2022 untuk melakukan koordinasi dengan
guru fisika. Penelitian ini melibatkan dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas XI MIPA 1
sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 5 sebagai kelas kontrol. Teknik penentuan
sampel ini berdasarkan hasil kelas yang diperoleh berdasarkan hasil uji homogenitas
menggunakan nilai raport fisika pada aspek pengetahuan.
Hasil Nilai HOTS Siswa Materi Gelombang Bunyi Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen

Hasil belajar peserta didik dilakukan dengan memberikan pretest sebelum


pembelajaran dan posttest setelah pembelajaran berlangsung. Instrumen soal yang
digunakan berjumlah 25 soal yang sebelumnya telah dilakukan uji keabsahan data (uji
validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas pengecoh). Analisis
data dilakukan dengan membandingkan hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Uji analisis data selanjutnya dengan melalukan uji normalitas, uji
homogenitas, uji hipotesis (uji t), dan uji n-gain pada hasil pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil rata-rata pretest dan posttest siswa dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai Rata-rata Pretest-Posttest

Pretest Posttest

Deskripsi Nilai Nilai Nilai Nilai

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

Nilai Minimum 48 52 64 68

Nilai Maksimum 88 96 100 100

Range 40 44 36 32

Rata-Rata 71,33 77,78 81,39 83,22

Varians 107,429 133,892 82,016 58,349

Standar Deviasi 10,365 11,571 9,056 7,639

Perbedaan Hasil Hasil Belajar Higher Order Thinking Skills (HOTS) antara Siswa
yang menggunakan E-Learning “SMADA BERKIBAR” dengan Tatap Muka pada
Pokok Bahasan Gelombang Bunyi Kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Pekalongan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar juga
bisa diartikan sebuah prestasi yang didapatkan oleh siswa setelah proses kegiatan
belajar mengajar disertai dengan suatu pembentukan dan perubahan tingkah laku
seseorang yang dinyatakan dalam sebuah simbol, huruf maupun kalimat (Zakky,
2018). Hasil belajar gelombang bunyi siswa Hasil belajar gelombang bunyi siswa
kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Pekalongan setelah menggunakan e-learning SMADA
BERKIBAR dapat dilihat pada Tabel 1. Penggunaan e-learning pada pembelajaran
daring untuk kelas eksperimen mempengaruhi hasil yang diperoleh. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan dan kelas
eksperimen setelah diberikan perlakuan pada Tabel 1. Sebelum diberikan perlakuan
pembelajaran dilakukan secara individu oleh siswa dengan menggunakan bahan ajar
yang diberikan oleh guru. Siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai pada hasil
pretest dengan rata-rata 77,78. Kemudian setelah diberikan perlakukan dengan
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan aplikasi e-learning SMADA
BERKIBAR, ternyata memberikan peningkatan rata-rata nilai gelombang bunyi pada
Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan hasil posttest yaitu 83,22. Dimana
terdapat kenaikan pada pembelajaran e-learning dengan menggunakan SMADA
BERKIBAR. Siswa lebih leluasa dalam melakukan aktivitas pembelajaran yang
dilakukan dirumah masing-masing, sehingga memungkinkan siswa dalam
mengerjakan soal-soal dengan kemampuan sendiri.
Hal ini selaras dengan penelitian Lestari (2016) bahwa hal ini dipengaruhi oleh
beberapa siswa saja pada kelas eksperimen mendapatkan nilai tinggi, sedangkan pada
kelas kontrol presentasi ketuntasan siswa lebih tinggi pada kelas eksperimen.
Pada uji hipotesis pretest menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
signifikan pada hasil belajar kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Untuk uji
hipotesis pada posttest sama-sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
signifikan pada hasil belajar kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Pembelajaran pada kelas eksperimen materi gelombang bunyi dengan
memanfaatkan e-learning “SMADA BERKIBAR” pada Higher Order Thinking Skills
(HOTS) memiliki rata-rata n-gain kategori rendah sebesar 0,19 dimana nilai n-gain
pada rentang N-gain ≤ 0 , 30. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran gelombang
bunyi tanpa menggunakan e-learning “SMADA BERKIBAR” pada Higher Order
Thinking Skills (HOTS) memiliki rata-rata n-gain dalam kategori sedang sebesar 0,33
di mana nilai n-gain pada rentang 0,30 < N gain < 0,70.
Wahyuningsih dan Rakhmat (2017) penggunaan e-learning dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kemandirian belajar peserta didik. E-learning dapat
menggantikan pembelajaran tatap muka mulai dari proses pembelajaran hingga
kegiatan evaluasinya. Pembelajaran melalui e-learning SMADA BERKIBAR, siswa
dapat melakukan pembelajaran secara mandiri, di manapun dan kapanpun tanpa ada
batasan waktu, artinya siswa dapat melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
keinginan karena materi atau file bahan ajar dapat diunduh secara otomatis oleh siswa,
sehingga bisa menyimpan link youtube yang telah disematkan pada e-learning
SMADA BERKIBAR. Peran guru yang biasanya menjadi pusat perhatian di kelas
sebagai pemberi materi atau penjelasan materi secara langsung atau tatap muka,
sekarang peran tersebut tergantikan oleh e-learning yang setiap saat dapat
memberikan stimulus materi yang akan dipelari oleh siswa. Dalam hal ini, tentu
sangat membantu siswa yang belum memahami materi, karena siswa dapat mengulang
materi tersebut dimanapun dan kapanpun. Bahan ajar atau materi yang dibuat sendiri
oleh guru tersebut berisikan materi yang menarik yang dilengkapi dengan video yang
berkaitan dengan materi, dan contoh soal-soal hingga penyelesaiannya, sehingga
mempermudah siswa dalam memahami materi dan memberikan semangat belajar
kepada siswa.
Hal ini selaras dengan penelitian Dabbagh (2012) bahwa pembelajaran e-
learning memberi pengaruh secara tidak langsung terhadap mutu belajar melalui
proses belajar mengajar. Kemugkinan mutu belajar siswa dipengaruhi faktor luar dari
pembelajaran
Profil Hasil Belajar Pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)

100
90
80
70
60
Skala Nilai

50
40
30
20
10
0
c4 c5 c6
Indikator Soal

eksperimen kontrol

Gambar 1 Profil Kemampuan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Pada Gambar 1 terlihat grafik sesuai dengan tujuan penelitian, bahwa dalam
penelitian telah menganalisis setiap indikator yang dipilih untuk mengukur
kemampuan hasil belajar siswa pada Higher Order Thinking Skills (HOTS). Adapun
indikator yang digunakan meliputi (1) menganalisis (C4) adalah kemampuan siswa
untuk memisahkan konsep menjadi dalam beberapa komponen dan saling
berhubungan untuk memperoleh pemahaman secara umum, (2) mengevaluasi (C5)
adalah untuk mengidentifikasi sejauh mana sesuatu didasarkan pada aturan kriteria
atau standar tertentu, (3) mencipta (C6) adalah kemampuan untuk menggabungkan
elemen dalam bentuk baru yang lengkap dan luas (Dinni, 2018 : 172). Hasil yang
diperoleh pada perhitungan yang dirata-rata setiap indikator pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil analisis indikator kemampuan hasil belajar
siswa pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada kelas kontrol.
Hasil profil dengan menggunakan uji n-gain dari pembelajaran Higher Order
Thinking Skills (HOTS) dengan menggunakan e-learning SMADA BERKIBAR yang
secara rinci dijelaskankan Tabel 1.1
Tabel 1.1 Rata-Rata N-gain per Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Soal N-gain Kelas Eksperimen N-gain Kelas Kontrol
C4 0,43 0,52
C5 0,37 0,49
C6 0,43 0,53

Keseluruhan pada hasil profil dari pembelajaran pada Higher Order Thinking
Skills (HOTS) dengan menggunakan e-learning SMADA BERKIBAR yang telah
dijelaskan pada Tabel 1.1 pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan dengan kelas
eksperimen.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada hasil uji-t
posttest siswa yang memperoleh signifikansi independet t-test sebesar 0,246 atau lebih
besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada hasil belajar
Higher Order Thinking Skills (HOTS) antara pembelajaran dengan e-learning “SMADA
BERKIBAR” dengan tatap muka. Bahkan berdasarkan data n-gain, kelompok kontrol
lebih baik dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Berdasarkan n-gain untuk profil
hasil Higher Order Thkinking Skills (HOTS) pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan
dengan kelas eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares COVID-19 a pandemic. Acta
Biomedica, 91(1), 157-160. https://doi.org/10.23750/abm.v9lil.9397
Dabbagh, N. (2012). Learner Characteristics and Online Learning. SpringerReference, 7,
217–226. https://doi.org/10.1007/springerreference_302098
Dian Wahyuningsih dan Rakhmat Makmur. (2017). E-learning : teori dan aplikasi.
Bandung : Informatika Bandung
Dinni, Husna Nur. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika
(PRISMA). 1: 170-176.
Isman, M. (2017). Pembelajaran Moda Dalam Jaringan (Moda Daring). The Progressive
And Fun Education Seminar, 586-588.
Kasmadi dan Sunariah Nia Siti. (2016). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta
Lestari, M. A. (2016). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media
Pembelajaran E-learning Berbasis Edmodo Dengan Model Pembelajaran Langsung
Pada Kompetensi Dasar Menentukan Jenis Pondasi Yang Tepat Untuk Bangunan
Sesuai Dengan Jenis Tanahnya di SMK NEGERI 1 KEMLAGI MOJOKERTO. Jurnal
Kajian Pendidikan Teknik Bangunan, 3(3/JKPTB/16).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : IKAPI

Anda mungkin juga menyukai