Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN


HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
GEOGRAFI

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Oleh

Oktafiya Nur Fitasari


200210303006

KEMETERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JEMBER
2024
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
GEOGRAFI

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana, pada


program studi Pendidikan Geografi

SKRIPSI

HALAMAN PENGAJUAN

Oleh

Oktafiya Nur Fitasari


200210303006

KEMETERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

ii
iii

JEMBER
2024
.
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
GEOGRAFI

HALAMAN PEMBIMBING

Oleh

Oktafiya Nur Fitasari


200210303006

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama : Prof. Dr. Sri Astutik, M.Si


Dosen Pembimbing Anggota : Bejo Apriyanto, S.Pd., M.Pd

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN...................................................................................ii
HALAMAN PEMBIMBING...............................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN TEORI.................................................................................6
2.1 Pembelajaran Geografi..........................................................................6
2.2 Model Pembelajaran..............................................................................7
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif...........................................................7
2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.......................................8
2.5 Kemampuan Komunikasi....................................................................10
2.6 Hasil Belajar........................................................................................12
2.7 Kerangka Berpikir...........................................................................13
2.8 Penelitian Relevan...............................................................................13
2.9 Hipotesis Penelitian.............................................................................15
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN...........................................................16
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................16
3.2 Desain Penelitian.................................................................................16
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................16
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................17
3.5 Variabel Penelitian..............................................................................18
3.6 Definisi Operasional Variabel.............................................................18

v
vi

3.6.1 Variabel Bebas........................................................................18


3.6.2 Variabel Terikat.......................................................................19
3.7 Teknik Pengumpulan Data..................................................................19
3.8 Teknik Analisis Data...........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................26
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Sintak Model Pembelajaran Tipe Jigsaw................................................9


Tabel 2. 2 Indikator Kemampuan Komunikasi......................................................11
Tabel 3. 1 Skema Posttest Only Control Group Design........................................16
Tabel 3. 2 Jumlah Siswa Kelas XI 6 hingga XI 8 SMAN 1 Jenggawah................18
Tabel 3. 3 Variabel Penelitian................................................................................18
Tabel 3. 4 Kriteria Kemampuan Komunikasi siswa..............................................21
Tabel 3. 5 Kriteria Hasil belajar Siswa..................................................................21
Tabel 3. 6 Kriteria Uji Homogenitas......................................................................22

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir.............................................................................13


Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian.......................................................................17

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi dan Jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI)........13


Lampiran 2. Perbedaan Laporan PKN, Skripsi, Tesis dan Disertasi.....................13
Lampiran 3. Sistematika Penulisan Naskah...........................................................13
Lampiran 4. Etika dan Plagiarisme........................................................................13

ix
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman globalisasi yang terjadi saat ini memberikan pengaruh yang luas
pada setiap bidang kehidupan, salah satunya ialah perubahan terkait tuntutan pada
pelaksanaan pendidikan. Satu diantara tantangan pendidikan yang terjadi pada
abad ke 21 ini ialah adanya tuntutan agar pendidikan dapat melahirkan sumber
daya manusia yang mempunyai kompetensi abad 21 (Cholily & et.al, 2020).
Adanya perubahan tuntutan yang terjadi pada saat ini, membuat kemendikbud
membuat rumusan terkait paradigm pembelajaran abad 21 dimana lebih
ditekankan pada kemampuan siswa didalam menggali informasi dari beragam
sumber, melakukan kerjasama dan berpikir analitis, merumuskan permasalahan,
dan melakukan kolaborasi didalam memecahkan permasalahan. Adapun
kompetensi-kompetensi pembelajaran pada abad 21 yakitu a) Critical-Thinking
and Problem-Solving Skills (kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah),
b) Communication (kemampuan komunikasi), c) Collaboration skills
(kemampuan bekerjasama), d) Creative thinking skills (kemampuan berpikir
kreatif). Lembaga pendidikan serta sekolah-sekolah dituntut mampu melakukan
pengembangan pada kompetensi pembelajaran abad 21 tersebut.
Pembelajaran geografi abad 21 mengacu kepada paradigma pembelajaran 21
dengan diwarnai oleh ciri geografi sebagai ilmu sintesis – integrative dengan tiga
pendekatan atau perspektif yaitu keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Keterampilan harus dikembangkan pada siswa dalam proses pembelajaran
geografi. Mencermati melalui pengembangan pengetahuan geografi. Proses
pembelajaran geografi harus memungkinkan siswa untuk berpikir logis, analisis,
sistematis, sintetik, kritis dan kreatif maupun memecahkan masalah nyata. Dalam
pembelajaran geografi, terdapat 6 keterampilan yang harus di miliki oleh siswa
yang mana keterampilan-keterampilan tersebut harus terus di kembangkan pada
saat proses pembelajaran geografi. Dimana keterampilan-Keterampilan tersebut
diharapkan mampu mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan siswa untuk
memperoleh, mengelola, dan menggunakan informasi untuk bertahan hidup dalam

1
2

kondisi abad ke 21 yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Diansyah,
2018).
Kemampuan komunikasi memiliki peranan yang penting didalam kehidupan
sehari-hari. Siswa melalui kemampuan komunikasi bisa mengutarakan gagasan
serta idenya baik melalui tulisan maupun lisan (Pramesti et al., 2020).
Kemampuan atau keterampilan komunikasi sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut karena pembelajaran berlangsung karena adanya
komunikasi, baik komunikasi yang sifatnya intrapersonal seperti mengingat,
melakukan persepsi, ataupun berpikir, maupun komunikasi yang sifatnya
interpersonal seperti menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain,
memperhatikan argument atau pendapat yang diutarakan oleh orang lain, maupun
menghargai pendapat orang lain. Dalam proses pembelajaran, kemampuan dalam
melakukan komunikasi merupakan syarat yang penting karena bisa menjadii
fasilitas serta membantu siswa dalam menyampaikan ide atau pendapatnya,
maupun bertukar informasi baik dengan rekan sebaya maupun dengan guru
(Dharmanto et al., 2022).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan selama
kegiatan Asistensi mengajar, pada kenyataannya dalam kegiatan pembelajaran
yang ada di sekolah lebih didominasi oleh siswa yang pasif daripada siswa yang
aktif didalam berbicara misalkan saat menyampaikan informasi atau materi pada
saat presentasi, maupun memberikan pertanyaan serta mengutarakan argument
ketika kegiatan diskusi. Didalam dunia pendidikan, hal tersebut masih menjadi
masalah klasik yang terjadi hingga saat ini. Pada saat kegiatan Tanya jawab, baik
ketika guru selesai menerangkan maupun ketika setelah siswa lain memaparkan
materi presentasinya, siswa yang menanggapi serta mengajukan pertanyaan hanya
sebagian kecil saja. Hal tersebut terjadi dikarenakan mengutarakan argument,
memberikan pendapat serta berbicara didepan umum pada saat kegiatan diskusi
merupakan hal yang dianggap menakutkan bagi siswa. Siswa juga mengandalkan
temannya yang terbiasa aktif dalam mengutarakan pendapatnya, seperti pada saat
presentasi atau memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3

Hal tersebut membuat siswa menjadi pasif, sehingga kemampuan siswa dalam
melakukan komunikasi menjadi kurang terlatih.
Satu diantara cara dalam mengatasi permasalahan tersebut ialah dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Interaksi antar siswa lebih
ditekankan didalam pembelajaran kooperatif. Dari hal tersebut, komunikasi aktif
antar siswa yang satu dengan siswa yang lain akan terjalin. Kegiatan komunikasi
aktif tersebut ditujukan agar siswa dapat menguasai materi yang diberikan dengan
lebih mudah dikarenakan penjelasan yang diberikan oleh teman sejawat mereka
lebih bisa siswa pahami daripada penjelasan yang disampaikan oleh guru karena
tingkat pemikiran serta pengetahuan mereka lebih sepadan dan sejalan(Sari et al.,
2021). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan ialah
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pemilihan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat membuat siswa menjadi seorang yang ahli atau menguasai sub materi
tertentu dan akan menjelaskan sub materi tersebut kepada siswa lain di
kelompoknya. Hal tersebut tentu dapat menciptakan interaksi diantara siswa
dalam kelompok sehingga kemampuan komunikasi siswa dapat meningkat.
Peningkatan penguasaan materi melalui komunikasi antar teman sejawat ini juga
akan meningkatkan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa (Khayroiyah, S., &
Siregar, 2022).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Surahman et al., (2022) menunjukkan
bahwasannya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Ada perbedaan
terkait kemampuan komunikasi matematis siswa antara siswa yang dalam
pembelajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
siswa yang dalam pembelajaran menerapkan model pembelajaran langsung
dengan rata-rata selisih perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
adalah 19,5. Kelas eksperimen memiliki kemampuan komunikasi matematis yang
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis yang terdapat di kelas
kontrol.
4

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahayu et al., (2021) menunjukkan


bahwasannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap
hasil belajar PAI siswa. Hasil yang diperoleh bahwasannya nilai rata-rata postest
lebih tinggi dari nilai rata-rata pretest dengan nilai pretest rata-rata sebesar 6,9 dan
nilai rata-rata postest sebesar 8.9. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya t
hitung lebih besar daripada t tabel, dengan thitung 10,1086 > ttabel 2,0484. Hal
tersebut menunjukkan bahwasannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berpengaruh terhadap hasil belajar PAI.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menjadi alternativ agar
siswa mendapatkan kesempatan serta belajar melatih kemampuan komunikasi
serta meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terkait “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
kemampuan komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi?
1.2.2 Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengkaji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
kemampuan komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi.
1.3.2 Mengkaji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan bisa menciptakan suasana baru
didalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan serta
5

diharapkan didalam proses belajar siswa menjadi lebih aktif dan hasil
belajar menjadi meningkat.
1.4.2 Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan proses penyampaian materi
pelajaran dapat lebih mudah dilakukan.
1.4.3 Bagi sekolah, melalui penelitian ini diharapkan membuat metode atau model
pembelajaran yang diterapkan menjadi lebih bervariasi, sehingga proses
belajar mengajar menjadi lebih kreatif dan efektif.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pembelajaran Geografi


Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses dimana peserta didik
berinteraksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilakunya ke arah yang
diinginkan. Tugas dari seorang guru adalah sebagai pengkoordinasi lingkungan
agar dapat mendukung proses perubahan perilaku siswa. Arti lain dari
pembelajaran yaitu suatu upaya yang secara sadar dilakukan oleh pendidik dengan
tujuan agar dapat membantu siswa dalam belajar yang sesuai dengan minat dan
kebutuhannya. Pendidik dalam hal ini memiliki peran sebagai fasilitator dalam
menciptakan suasana serta mempersiapkan fasilitas yang dapat mendukung siswa
dalam meningkatkan kemampuan belajarnya (Ariani et al., 2022).
Melihat begitu luas pengertian mengenai geografi, para ahli geografi dalam
seminar dan lokakarya di Semarang pada tahun 1998 mengartikan geografi
sebagai suatu ilmu yang mengkaji mengenai perbedaan serta persamaan fenomena
geosfer menggunakan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam
konteks wilayah. Objek yang dikaji dalam bidang ilmu geografi adalah geosfer
yakni permukaan bumi yang tersusun atas lapisan batuan atau kulit bumi
(litosfer), lapisan udara (atmosfer), lapisan kehidupan (biosfer), serta lapisan air
(hidrosfer) (Andhini, 2017). Sedangkan menurut Haggett dalam Aksa et al.,
(2019) geografi diartikan sebagai suatu rumpun ilmu yang memiliki keterkaitan
antara aspek sosial serta aspek fisiknya. Pengkajian yang dilakukan pada
fenomena geosfer tidak boleh hanya memperhatikan aspek fisiknya saja.
Pengkajian fenomena geosfer haris menyeluruh dimana mencakup aspek sosial
(manusia) serta aspek fisik. Terdapat tiga pendekatan yang harus digunakan oleh
seorang geograf didalam mengkaji fenomena geosfer yakni pendekatan
kelingkungan, pendekatan keruangan, dan pendekatan kompleks wilayah.
Pendekatan-pendekatan ini merupakan ciri khas yang dimiliki oleh geografi yang
tidak dipunyai oleh ilmu-ilmu lain.
Pembelajaran geografi merupakan pemberian serta pembentukan
pengetahuan mengenai konsep, ruang lingkup, hakikat, serta prinsip geografi

6
7

(Nuriyanto et al., 2022). Pembelajaran geografi dapat diartikan sebagai


pembelajaran mengenai aspek keruangan yang terdapat dipermukaan bumi
dimana mencakup keseluruhan baik kehidupan manusia maupun gejala alam
dengan ragam kewilayahannya. Pembelajaran geografi dapat juga diartikan
sebagai pembelajaran mengenai esensi geografi yang dipelajari di sekolah serta
menyesuaikan dengan tingkatan pada perkembangan mental peserta didik dalam
tingkat pendidikan masing-masing (Anita, 2019).

2.2 Model Pembelajaran


Kata “model” secara umum dapat diartikan dengan konsep dasar yang
dijadikan sebagai pedoman didalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam definisi
yang lain, model didefinisikan sebagai benda atau barang tiruan dari benda/barang
yang sesungguhnya, seperti globe yang merupakan model (benda tiruan) dari
bumi. Dari pengertian tersebut, model pembelajaran dapat diartikan sebagai
kerangka/konsep dasar yang dijadikan sebagai pedoman didalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran mulai dari perancangan kegiatan pengajaran hingga
pelaksanaan kegiatan/aktivitas belajar mengajar (Siregar, 2021).
Berdasarkan pendapat dari Dewey dalam Siregar (2021) model pembelajaran
diartikan sebagai suatu pola atau rencana yang bisa dipakai dalam mendesain
pembelajaran baik pembelajaran tambahan yang dilaksanakan di luar kelas
maupun pembelajaran tatap muka di kelas serta digunakan dalam penyusunan
materi pembelajaran. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwasannya a) model pembelajaran adalah konsep dasar pembelajaran dimana
dapat memuat berbagai macam muatan mapel (mata pelajaran), sesuai dengan
sifat dari konsep dasarnya, b) model pembelajaran dapat terbentuk dalam variasi
serta bentuk yang bermacam-macam dimana disesuaikan dengan landasan
pedagogis serta filosofis yang melatar belakangi model pembelajaran tersebut.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif


Kooperatif dapat diartikan sebagai kerja sama dengan maksud agar tujuan
bersama dapat tercapai. Kata pembelajaran kooperatif merupakan kata yang
8

berasal dari bahasa Inggris yakni “cooperative learning”. Dimana kata tersebut
didasarkan dari kamus Inggris-Indonesia mempunyai arti kerjasama untuk
cooperative dan untuk learning sendiri memiliki arti pelajaran atau pengetahuan.
Dikarenakan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, sehingga kata cooperative
learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif memiliki tujuan yakni meningkatkan prestasi belajar
akademik pada peserta didik serta mengajarkan peserta didik untuk dapat
bertoleransi terhadap perbedaan serta keragaman dari temannya, maupun
mengembangkan kemampuan social siswa (Hendi Ristanto et al., 2018).
Berdasarkan pendapat dari (Harefa et al., 2022) bahwasannya pembelajaran
kooperatif diartikan sebagai strategi pembelajaran yang mana siswa ikut
dilibatkan untuk berpartisipasi pada satu kelompok kecil agar dapat melakukan
interaksi. Model pembelajaran kooperatif merupakan bagian dari teori
konstruktivitas dimana hal yang ditekankan yakni pada konsep dimana siswa
dianggap akan lebih mudah dalam memahami serta menemukan konsep atau
materi yang susah ketika mereka melakuakn diskusi dengan teman-
temannya.secara rutin para siswa akan bekerja pada satu kelompok dengan tujuan
agar saling bekerja sama dan membantu menyelesaikan permasalahan yang
sifatnya kompleks. Sehingga, hakikat social serta pembentukan kelompok sebaya
menjadi dasar utama didalam pembelajaran kooperatif.

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah satu diantara jenis model
pembelajaran kooperatif dimana hal yang menjadi titik beratnya ialah pada kerja
kelompok siswa pada suatu kelompok kecil. Seperti pendapat yang diutarakan lie
dalam (Zahrok, 2021) dimana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah
satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar melalui kelompok kecil
yang mana terdiri atas empat hingga enam siswa yang heterogen serta siswa-siswa
tersebut saling melakukan kerja sama dan saling bergantung serta bertanggung
jawab terhadap yang lain.
9

Model pembelajaran jenis ini, pada dasarnya ialah guru memberikan sebuah
informasi yang sifatnya besar kemudian dijadikan menjadi komponen-komponen
yang lebih kecil. Dimana dilanjutkan dengan guru membuat kelompok serta
membagi siswa dalam kelompok belajar kooperatif tersebut. Siswa yang berasal
dari kelompok-kelompok tersebut yang memiliki sub materi yang sama
berkumpul dan membentuk kelompok baru. Siswa dalam kelompok baru tersebut
(dengan sub materi yang sama) saling melakukan kerja sama agar dapat
menyelesaikan tugasnya yakni:
a. Mempelajari serta menguasai sub materi yang diperolehnya
b. Membuat rencana mengenai cara dalam mengajarkan sub materi yang
diperolehnya.
Selanjutnya mereka akan kembali ke kelompok asli (kelompok awal mereka),
mereka kembali ke kelompok asli mereka sebagai ahli dalam sub materi yang
dipelohenya, dimana mereka akan bertindak serta bertugas untuk mengajarkan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Para ahli dalam sub materi
yang lain juga melakukan hal yang sama. Dengan begitu, semua siswa memiliki
kewajiban didalam memperlihatkan pemahamannya terhadap semua materi yang
telah diberikan/ditugaskan oleh guru. Sehingga, tiap siswa yang ada dalam
kelompok diharuskan memahami serta menguasai materi tersebut secara
menyeluruh. Sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, secara garis besar
adalah sebagai berikut.
Tabel 2. 1 Sintak Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Fase Aktivitas
Fase 1 Guru memaparkan tujuan pembelajaran yang ingin
Memaparkan tujuan dan dicapai dalam pembelajaran serta memberikan
memberikan motifasi motivasi siswa untuk belajar.
kepada siswa
Fase 2 Siswa diberikan informasi baik berupa fakta
Memberikan informasi maupun pengalaman terkait materi pelajaran
Fase 3 Siswa dibagi dalam beberapa kelompok asal/dasar
Group atau kelompok dengan jumlah anggota 5-6 siswa yang memiliki
dasar/asal kemampuan akademik yang heterogen. Setiap
anggota kelompok mempelajari topik atau sub
pokok bahasan yang berbeda yang telah diberikan.
Fase 4 Siswa dengan topik atau sub pembahasan yang
Export group atau sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
kelompok ahli
10

Fase Aktivitas
Fase 5 Siswa kembali dalam kelompok asal mereka untuk
Tim ahli kembali pada memaparkan apa yang telah mereka diskusikan
kelompok dalam kelompok ahli.
Fase 6 Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka
Evaluasi dengan kelompok dasar.
Fase 7 Guru memberikan penghargaan kepada siswa baik
Memberikan penghargaan secara individu ataupun kelompok.
(Anitra, 2021)

2.5 Kemampuan Komunikasi


Kemampuan komunikasi siswa dapat diartikan sebagai keikutsertaan siswa
dalam menyampaikan gagasan, pemikiran, pengetahuan, maupun informasi baru
yang mereka miliki baik secara verbal maupun nonverbal dalam kegiatan
pembelajaran. Adanya partisipasi dari siswa dapat membantu siswa yang lain
untuk dapat lebih memahami materi pembelajaran serta dapat meningkatkan
pengetahuan pada siswa yang mengutarakan gagaasan. Keterampilan komunikasi
yang tinggi pada siswa dapat memberikan sejumlah manfaat, seperti dapat
membuat siswa lebih mudah dalam melakukan diskusi, memudahkan siswa dalam
mencari informasi, membuat siswa menjadi lebih cepat dalam mengevaluasi data,
serta membuat laporan atau hasil kerja menjadi lebih lancar (Hesni, 2017)
Motif komunikasi pada siswa dapat diartikan sebagai alasan atau penyebab
yang membuat siswa terdorong untuk mengutarakan pesan baik kepada guru
maupun temannya. Komunikasi memiliki prinsip-prinsip, seperti terdapat unsur
disengaja, akan tetapi realitanya siswa dalam melakukan komunikasi terjadi
karena dua motif, yakni dari alam bawah sadar serta alam sadar mereka. Motif
komunikasi siswa yang berasal dari alam bawah sadar memiliki sifat yakni rekatif,
muncul seketika, serta cenderung tiding terencana. Sedangkan motif komunikasi
siswa yang berasal dari alam sadarnya mempunyai sifat cenderung terencana serta
proaktif.
Individu didalam abad 21, dituntut untuk memiliki kemampuan-kemampuan
khusus atau yang lebih dikenal dengan istilah 21st Century Skills. Kemampuan-
kemampuan tersebut tersusun atas kemampuan yang dapat mempermudah
manusia didalam menghadapi tantangan yang ada pada abad ke 21. US-based
11

Partnership for 21st Century Skills (P21) menjelaskan ada empat kemampuan
yang harus dimiliki oleh manusia di abad 21 yakni critical thinking,
communication, creativity, dan collaboration. Satu diantara kemampuan abad 21
tersebut yakni kemampuan komunikasi. Saat ini, kemampuan dalam melakukan
komunikasi tidak hanya masuk kedalam soft skill namun juga dianggap sebagai
salah satu solusi dalam menghadapi tantangan pada abad 21. Komunikasi sendiri
dapat diartikan sebagai sebuah bentuk dalam menerima atau menyampaikan suatu
informasi. Dalam kehidupan, komunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat
penting, hal ini dikarenakan komunikasi menjadi dasar dalam semua lini
kehidupan. Komunikasi dalam aspek pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan dimana relasi komunikasi yang efisien serta efektif dibangun oleh guru
dengan siswa, dengan begitu siswa dalam kegiatan belajar dapat dilakukan secara
maksimal (Haryanti & Suwarma, 2018). Adapun indikator dari kemampuan
komunikasi adalah sebagai berikut.
Tabel 2. 2 Indikator Kemampuan Komunikasi
Indikator Komunikasi Kriteria Yang Dilihat
Mampu mengeluarkan pemikiran serta Siswa mampu mengeluarkan
gagasan dengan efektif pemikiran maupun gagasannya
dengan efektif menggunakan
kemampuan komunikasi baik
secara lisan maupun tulisan dalam
proses pembelajaran.
Mampu mendengarkan pendapat orang lain Siswa secara efektif dapat
dengan efektif mendengarkan pendapat dari orang
lain.
Siswa mempunyai pengetahuan
terkait nilai sikap serta tujuan
bersama didalam kelompok.
Mampu mengutarakan informasi atau Siswa dapat menyampaikan
pendapatnya dengan baik informasi ataupun pendapatnya
kepada orang lain dengan baik
serta efektif.
Menggunakan bahasa yang baik serta Siswa bisa melakukan komunikasi
efektif untuk tujuan bersama dengan
menggunakan bahasa yang baik
serta efektif.
(Budiono & Abdurrohim, 2020)
12

2.6 Hasil Belajar


Hasil belajar siswa dapat didefinisikan sebagai suatu prestasi yang siswa
peroleh dalam bidang akademis melalui tugas ataupun ujian, keaktifan dalam
menjawab pertanyaan maupun mengajukan pertanyaan yang dapat menunjang
perolehan hasil belajar tersebut. Dalam lingkungan akademis sering kali terdapat
pemikiran bahwasannya nilai siswa yang tercantum dalam raport maupun ijazah
tidak menentukan keberhasilan pembelajaran, meski begitu dalam mengukur
keberhasilan pada aspek kognitif bisa dilihat dari hasil belajar yang siswa peroleh
(Somayana, 2020).
Hasil belajar memiliki hubungan dengan kegiatan belajar, hal tersebut karena
kegiatan belajar sendiri adalah suatu proses. Hasil belajar sendiri tersusun atas
aspek psikologis. Hal tersebut terjadi karena dampak dari proses serta pengalaman
siswa selama belajar di sekolah. Hasil belajar menurut Nasution dalam Nabillah &
Abadi (2020) didefinisikan sebagai kemampuan yang siswa miliki setelah
memperoleh pengalaman dalam pembelajaran. Pengalaman-pengalaman yang
didapatkan oleh siswa tersebut meliputi ranah afektif, ranah kognitif, serta ranah
psikomotorik. Peranan yang penting dimiliki oleh hasil belajar dalam kegiatan
belajar. Hal tersebut dikarenakan hasil belajar dapat menunjukkan informasi
kepada guru terkait progres siswa dalam belajar sebagai suatu upaya untuk
mencapai tujuan belajar dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Indikator hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom dalam Taxonomi of
Education Objective mengkategorikan tujuan pendidikan kedalam tiga jenis
(Nabillah & Abadi, 2020), yakni (1) Ranah kognitif, sebuah perubahan tingkah
laku yang terjadi pada kognisi. Hail belajar kognitif diawali dari tingkatan yang
paling rendah dan sederhana yaitu hafalan, serta yang tertinggi dan kompleks
seperti evaluasi. Terdapat enam aspek dalam ranah kognitif yaitu penerapan,
pengetahuan, sintesis, pemahaman, penilaian serta analisis; (2) Ranah afektif,
pada ranah ini hasil belajar tersusun dari yang terendah sampai yang paling tinggi.
Ranah ini memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai yang nantinya dikaitkan juga
dengan tingkah laku dan sikap, seperti merespon atau menjawab, menilai,
menerima, karakterisasi, dan organisasi; (3) Ranah psikomotorik, hasil belajar
13

disusun berdasarkan urutan dimulai dari yang sederhana dan terendah hingga
tertinggi hanya bisa terpenuhi saat siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih
rendah. Pada ranah psikomotorik tersusun atas keterampilan manipulasi benda-
benda, motorik, menghubungkan, koordinasi, serta mengamati.

2.7 Kerangka Berpikir

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

2.8 Penelitian Relevan


Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Maharani (2022). Dalam
penelitian ini didapatkan hasil bahwasannya nilai rata-rata pada pretest yang
dilakukan di kelas eksperimen sebesar 16,17 dan nilai posttest rata-rata yang
14

didapatkan setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebesar 17,33.


Kelas kontrol sendiri, nilai rata-rata yang diperoleh pada pretest sebesar 11,43 dan
nilai rata-rata pada posttest sebesar 13,40. Berdasarkan uji hipotesis didapatkan
thitung = 6,6921 pada taraf signifikan ɑ = 0,05 serta n = 30 dan ttabel= 2,045.
Dari perolehan tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwasannya terdapat pengaruh antara model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga pernah
dilakukan oleh Sabungan et al., (2019). Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwasannya gambaran mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw didapatkan rata-rata nilai sebesar 3,56 dengan kategori Sangat Baik.
Sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, rata-rata nilai
kemampuan matematis siswa hanya sebesar 58,81 dengan kategori Kurang.
Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, rata-rata nilai
kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat menjadi 81,13 dengan
kategori Sangat Baik. Dari hasil tersebut terlihat bahwasannya terdapat
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kkoperatif tipe jigsaw. dengan kata lain model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga pernah
dilakukan oleh Urwati et al., (2019). Pada penelitian ini terbukti bahwasannya
terdapat pengaruh antara model pembelajarann kooperatif tipe jigsaw dengan hasil
belajar siswa pada materi newton kelas X. Pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh nilai hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari uji hipotesis t-
test yang diperoleh nilai thitung = 4,150 > ttabel = 2,000. Dari hal tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar
kognitif diantara kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
15

konvensional dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran


kooperatif tipe jigsaw.
Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga pernah
dilakukan oleh Lutfia & Muhammadi (2022). Pada penelitian ini diperoleh hasil
perhitungan hipotesis post test melalui uji t pada taraf signifikan 0,05, dengan
perolehan hasil thitung > ttabel. Perolehan nilai thitung (2,92) > ttabel (1,70).
Berdasarkan analisis data yang telah diperoleh, dapat diambil kesimpulan
bahwasannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dari hal tersebut dapat dinyatakan
bahwasannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menjadi solusi
dalam melakuka pengembangan pembelajaran yang dapat berpengaruh dengan
baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2.9 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai dugaan atau proposisi yang
belum terbukti serta bersifat sementara mengenai hubungan antara variabel yang
ada pada penelitian, dimana kebenarannya harus dilakukan pengujian secara
empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
Ha = Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
kemampuan komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi.
Ha = Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi
eksperimen (eksperimen semu). Eksperimen semu dapat diartikan sebagai
eksperimen yang mempunyai perlakuan (treatments), unit-unit eksperimen
(experimentals units), serta pengukuran dampak (outcome measures) akan tetapi
tidak menggunakan penempatan secara acak. Pemilihan jenis penelitian
eksperimen semu dimaksudkan guna peneliti dapat mengetahui bagaimana suatu
perlakuan terhadap karakteristik subjek yang diteliti.

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa quasi experiment design
dengan perlakuan posttest only. Tujuan dari posttest only control group design
pada penelitian ini adalah agar penentuan kelompok kontrol dapat dilakukan
dengan lebih mudah karena pemilihan tidak dilakukan secara acak. Selanjutnya
akan dilakukan perbandingan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen
dengan menggunakan skema posttest only control group design berikut.
Tabel 3. 1 Skema Posttest Only Control Group Design
Kelompok perlakuan Pascates
Eksperimen X O
Kontrol - O
Keterangan:
X : Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
O : Posttest

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah SMAN 1
Jenggawah yang beralamat di Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati, Kecamatan
Jenggawah, Kabupaten Jember. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada
semester genap. Lokasi penelitian dipilih dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling Area. Peta lokasi penelitian SMAN 1 Jenggawah sebagai berikut.

16
17

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian


Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
serta tujuan tertentu, diantaranya:
a. SMAN 1 Jenggawah sudah menggunakan Kurikulum Merdeka dalam proses
pembelajarannya.
b. Kesediaan sekolah untuk dilakukan penelitian.
c. Belum pernah ada yang melakukan penelitian sejenis di sekolah tersebut.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh siswa kelas XI SMAN 1
Jenggawah yang terdiri dari XI 1, XI 2, XI 3, XI 4, XI 5, XI 6, XI 7, dan XI 8.
Dari 8 kelas tersebut terdapat 3 kelas yang mengampu mata pelajaran geografi,
ketiga kelas tersebut adalah kelas XI 6, XI 7 dan XI 8. Sampel penelitian dapat
diartikan sebagai bagian dari karakteristik atau jumlah tertentu yang dipunyaioleh
suatu populasi. Jumlah siswa kelas XI 6 hingga XI 8 ditampilkan pada tabel
berikut.
18

Tabel 3. 2 Jumlah Siswa Kelas XI 6 hingga XI 8 SMAN 1 Jenggawah

Kelas Jumlah Siswa


XI 6 36
XI 7 36
XI 8 36
Total 108

3.5 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu objek yang melekat pada diri subjek. Objek
dari penelitian ini dapat berbentuk benda, orang, transaksi, maupun kejadian yang
terkumpul dari subjek penelitian yang memperlihatkan sebuah nilai ataupun
kondisi dari setiap subjek penelitian. Dalam penelitian ini, menggunakan dua
variable, yaitu variable bebas serta variabel terikat. Variabel bebas atau biasa
dikenal dengan variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
variabel yang menjadi sebab dari munculnya variabel terikat. Sedangkan variabel
terikat atau biasa dikenal dengan variabel dependen adalah akibat dari adanya
variabel bebas. Variabel pada penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. 3 Variabel Penelitian
Variabel Bebas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Variabel Terikat a. Kemampuan Komunikasi
b. Hasil Belajar Siswa

3.6 Definisi Operasional Variabel


3.6.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada penelitian ini akan
diterapkan pada kelas eksperimen. Berbeda dengan kelas kontrol yang tetap
menggunakan metode konvensional. Setiap kelas eksperimen maupun kelas
kontrol akan dilakukan pertemuan sebanyak tiga kali tatap muka, dimana pada
pertemuan satu dan pertemuan dua akan dilakukan pemberian materi sedangkan
pada pertemuan ketigaa akan dilaksanakan posttest dengan tujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil diantara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
19

3.6.2 Variabel Terikat


a. Kemampuan Komunikasi
kemampuan komunikasi siswa dalam penelitian ini ialah ditekankan pada
kemampuan peserta didik untuk dapat menyampaikan pendapat, ide, gagasan,
maupun pertanyaan baik secara lisan maupun dengan tulisan selama proses
kegiatan belajar mengajar
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan nilai yang siswa peroleh selama kegiatan
pembelajaran didasarkan pada segi afektif, kognitif, dan psikomotor. Pada
penelitian ini, hasil belajar difokuskan pada nilai yang dicapai oleh siswa pada
ranah kognitif yang diantaranya ialah kemampuan mengetahui, memahami,
menghasilkan, menterjemahkan, menafsirkan, membedakan, serta
memberikan penilaian. Hasil belajar juga dapat digunakan sebagai alat
evaluasi untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan sudah
efektif atau belum.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti
menggunakan beberapa cara diantaranya observasi, dokumentasi dan tes.
3.7.1 Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama kegiatan Asistensi Mengajar
(ASJAR) yang dilaksanakan di SMAN 1 Jenggawah. Kegiatan observasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru dalam pembelajaran. Dari kegiatan observasi didapatkan informasi
bahwasannya model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah model
pembelajaran konvensional atau ceramah. Kegiatan observasi juga dimaksudkan
untuk melihat keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional berlangsung, dimana didapatkan informasi
bahwasannya siswa yang aktif jumlahnya kurang dari 50% dari total jumlah siswa
di kelas.
20

3.7.2 Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik yang ditujukan atau
dipergunakan dengan tujuan mendokumentasikan atau menyimpan data hasil dari
penelitian yang kita lakukan. Seperti saat kita mengambil gambar atau video di
lokasi penelitian yang kita lakukan. Kegiatan dokumentasi dilakukan dengan
tujuan untuk mendokumentasikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam kegiatan pembelajaran, dokumentasi nilai ulangan harian siswa,
serta data jumlah siswa yang ada disetiap kelas XI.
3.7.3 Tes
Untuk mengetahui bagaimana penguasaan serta pemahaman siswa terkait
materi yang diajarkan, salah satu cara yang digunakan peneliti yakni dengan
menggunakan tes. Komponen yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan
komunikasi dan hasil belajar siswa untuk mendapatkan perbandingan hasil
diantara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berbeda
antara kedua kelas tersebut, dimana pada kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sedangkan kelas kontrol menggunakan model
konvensional/ceramah. Tes yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini
berbentuk LKPD (berupa soal uraian) untuk mengukur kemampuan komunikasi
siswa, sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan soal pilihan
ganda..

3.8 Teknik Analisis Data


3.8.1 Analisis Data Kemampuan Komunikasi Siswa
Teknik analisis data untuk mengukur kemampuan komunikasi siswa dapat
dilakukan dengan menggunakan perhitungan yang diperoleh dari rubrik penilain
dengan menggunakan rumus berikut.
Jumlah skor yang diperoleh siswa
PS = x 100 %
jumlahskor total
(Sumber: Lestari, 2022)
Keterangan:
PS = Presentase
21

Adapun kriteria dalam mengukur kemampuan komunikasi siswa adalah sebagai


berikut.
Tabel 3. 4 Kriteria Kemampuan Komunikasi siswa
Presentase Kriteria
80-100% Sangat baik
66-79% Baik
56-65% Cukup
40-55% Kurang
0-39% Sangat kurang
(Sumber: Riyadi dalam Lestari, 2022)
3.8.2 Analisis Data Hasil Belajar
Data hasil belajar diperoleh menggunakan data hasil posttest yang
diberikan kepada siswa. Pencarian nilai presentase hasil belajar dapat siswa, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
n
P= x 100 %
N
(Sumber: Putri et al., 2021)
Keterangan
P = Presentase hasil belajar siswa
n = Jumlah nilai yang diperoleh siswa
N = Jumlah nilai maksimum
Adapun kriteria dalam penilaian hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat
dari tabel berikut.
Tabel 3. 5 Kriteria Hasil belajar Siswa
Kriteria Hasil Belajar Rentang Skor Hasil Belajar
Sangat baik 81-100%
Baik 61-80%
Cukup baik 41-60%
Kurang baik 21-40%
Sangat kurang 0-39%
(Sumber: Putri et al., 2021)
3.8.3 Uji Normalitas
Uji normalitas dapat diartikan sebagai suatu uji yang memiliki tujuan
pelaksanaan yaitu agar dapat menilai sebaran data yang terdapat disebuah
kelompok variabel atau data, apakah data-data tersebut sudah tersebar atau
terdistribusi normal atau tidak. Karena alasan tersebut, peneliti menggunakan
22

bantuan aplikasi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 25 dan
selanjutnya diuji menggunakan kolmogrov-smirnov. Apabila nilai data lebih dari
0,05 maka data dapat dikatakan telah terdistribusi dengan normal dapan bisa
digunakan pada penelitian, namun apabila nilai data kurang dari 0,05 maka data
tersebut terdistribusi dengan tidak normal.
3.8.4 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dapat diartikan sebagai pengujian yang ditujukan agar
dapat mengetahui apakah populasi atau data dalam variabel memiliki sifat
homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini berbantuan
aplikasi SPSS 25. Untuk mengetahui apakah suatu data sifatnya homogen atau
tidak dilakukan dengan cara melakukan perbandingan pada nilai (sig) dengan nilai
alpha (ɑ). Uji homogenitas memiliki kriteria sebagai berikut.
Tabel 3. 6 Kriteria Uji Homogenitas
Probabilitas Hasil
(sig) > nilai 0,5 (ɑ) Terdistribusi homogen
(sig) < nilai 0,5 (ɑ) Tidak terdistribusi homogen

3.8.5 Uji T-test


Untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dilakukan uji T-test. Tujuan dari dilakukannya uji T-test sendiri adalah
untuk mengetahui apakah variabel bebas memberikan pengaruh atau tidak kepada
variabel terikat yang sudah peneliti tentukan sebelumnya. Uji T-test dihitung
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 25. Adapun dasar dalam mengambil
keputusan didasarkan pada kriteria uji T-test berikut:
a. Jika nilai Sig. (2 tailed) < 0,05 maka H0 ditolak, hal tersebut berarti variabel
bebas (independen) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
(dependen)
b. Jika nilai Sig. (2 tailed) > 0,05 maka H0 diterima, hal tersebut berarti variabel
bebas (independen) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat (dependen).
DAFTAR PUSTAKA

Aksa, F. I., Utaya, S., & Bachri, S. (2019). Geografi dalam Perspektif Filsafat
Ilmu. Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 43.
https://doi.org/10.22146/mgi.35682

Andhini, N. F. (2017). Hakikat Pembelajaran Geografi. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Anita, K. (2019). PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN TEKNIK TEAMS GAMES TOURNAMENTS DI SMA NEGERI 1
PLERET, BANTUL. 246–247.

Anitra, R. (2021). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran


Matematika di Sekolah Dasar. JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia),
6(1), 8. https://doi.org/10.26737/jpdi.v6i1.2311

Ariani, Zulaini, M., Saragih, S. zahara, Hasibuan, R., Simamora, S. S., & Toni.
(2022). Buku Ajar Belajar Dan Pembelajaran. In Buku Ajar Belajar Dan
Pembelajaran. https://doi.org/10.21070/2022/978-623-464-043-4

Budiono, H., & Abdurrohim, M. (2020). Peran Guru Dalam Mengembangkan


Keterampilan Komunikasi (Communication) Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Teratai. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD) UNARS, 8(1), 119.
https://doi.org/10.36841/pgsdunars.v8i1.589

Cholily, Y. M., & et.al. (2020). Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 6(1), 1–6.

Dharmanto, A., Astuti, H., Dewi, N. K., Manajemen, P. S., Studi, P., Komunikasi,
I., Komunikasi, F. I., Bhayangkara, U., & Raya, J. (2022). Pelatihan Dan
Pendampingan Program Pengembangan Diri. Jurnal Terapan Abdimas, 7(2),
252–258.
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JTA/article/view/13176/4387.

Diansyah, M. A. (2018). Karakteristik Pembelajaran Geografi Di Lingkungan


Sekolah Menegah Atas. Jurnal Pembelajaran Geografi, 1(2), 1–19.

Harefa, D., Sarumaha, M., Fau, A., Telaumbanua, T., Hulu, F., Telambanua, K.,
Sari Lase, I. P., Ndruru, M., & Marsa Ndraha, L. D. (2022). Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Belajar Siswa. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan
Nonformal, 8(1), 325. https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.325-332.2022

Haryanti, A., & Suwarma, I. R. (2018). Profil Keterampilan Komunikasi Siswa

23
24

Smp Dalam Pembelajaran Ipa Berbasis Stem. WaPFi (Wahana Pendidikan


Fisika), 3(1), 49–54. https://doi.org/10.17509/wapfi.v3i1.10940

Hendi Ristanto, R., Zubaidah, S., Amin, M., & Rohman, F. (2018). The Potential
of Cooperative Integrated Reading and Composition in Biology Learning at
Higher Education. International Journal of Educational Research Review,
3(2), 50–56. https://doi.org/10.24331/ijere.376727

Hesni, S. (2017). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Disertai


Permainan Bowling Kampus Terhadap Keterampilan Komunikasi Siswa
Materi Tata Nama Senyawa Dan Persamaan Kimia. 10–43.

Khayroiyah, S., & Siregar, T. J. (2022). PENGARUH MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
MTs. FARABI: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 5(1), 66–
70. https://doi.org/10.47662/farabi.v5i1.324

Lestari, D. A. (2022). PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA


DALAM KELOMPOK DENGAN PENERAPAN BLENDED LEARNING
MENGGUNAKAN MODEL PJBL PADA MATERI EKOLOGI.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutfia, W., & Muhammadi. (2022). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu di
kelas IV SD Negeri 04 Garegeh Kota Bukittinggi. Journal of Basic
Education Studies, 5(1), 1020–1031.
https://ejurnalunsam.id/index.php/jbes/article/view/5395

Maharani, I. (2022). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Terhadap


Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. FARABI: Jurnal Matematika
Dan Pendidikan Matematika, 5(1), 66–70.
https://doi.org/10.47662/farabi.v5i1.324

Muhlisin. (2018). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk


Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar PDTO Siswa Kelas X TSM B
diSMK Muhammadiyah 1 Bambanglipuro. Program Studi Pendidikan
Teknik Otomotif, 210.
http://eprints.uny.ac.id/59977/1/MUHLISIN_16504247003 _ SKRIPSI.pdf

Nabillah, T., & Abadi, A. P. (2020). Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar
Siswa. Journal Homepage:
Http://Journal.Unsika.Ac.Id/Index.Php/Sesiomadika, 659.

Pramesti, O. B., Astutik, S., Studi, P., & Fisika, P. (2020). PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA. 4(1),
25

21–30.

Putri, T. C., Sugiarti, Y., & Suryadi, G. G. (2021). Pengembangan Media


Pembelajaran Video Praktikum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik. Edufortech, 6(2). https://doi.org/10.17509/edufortech.v6i2.39292
Rahayu, R., Primarni, A., & Mustaqiem, I. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar PAI di SMPI Al-Istiqomah
Cipayung-Depok. Tarbiatuna, 1(1), 81–104.
http://www.journal.laaroiba.ac.id/index.php/tarbiatuna/article/view/250

Sabungan, S., Holila, A., & Harahap, M. S. (2019). EFEKTIVITAS MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI. 2(3), 82–89.

Sari, V. E. R., Astutik, S., & Mahardika, I. K. (2021). Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Learning Together Disertai Teknik Concept Mapping Pada
Pembelajaran Ipa Di Smp. Jurnal Pembelajaran …, 209–215.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/view/23274

Siregar, R. L. (2021). Memahami Tentang Model, Strategi, Metode,Pendekatan,


Teknik, Dan Taktik. Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 63–75.

Sohaya, V. (2017). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Keaktifan Siswa


Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing Pada Mata Pelajaran Jaringan Dasar Kelas X Tkj Di Smk Negeri
2 Depok Sleman. 4, 9–15.

Somayana, W. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Metode PAKEM.


Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(3), 350–361.
https://doi.org/10.36418/japendi.v1i3.33

Surahman, S., Hayati, L., Luluilmaknun, U., & Subarinah, S. (2022).


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA MTs. Jurnal Penelitian Pendidikan Mipa, 7(1),
1482–1489. https://doi.org/10.32696/jp2mipa.v4i1.281

Urwati, K., Ernita, N., & Yahdi, Y. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Materi
Hukum Newton Kelas X di MA Darul Muhajirin Praya. Journal of Natural
Science and Integration, 2(2), 82. https://doi.org/10.24014/jnsi.v2i2.7673

Zahrok, U. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Di Mts
Darissulaimaniyyah Kamulan Durenan Trenggalek. 11, 13–40.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi dan Jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI)


Lampiran 2. Perbedaan Laporan PKN, Skripsi, Tesis dan Disertasi
Lampiran 3. Sistematika Penulisan Naskah
Lampiran 4. Etika dan Plagiarisme

(Pada bagian ini disertai link/QR Code penyimpanan online dari lampiran-
lampiran penelitian seperti instrumen, dan data penelitian, output
pengujian/ perhitungan statistik, dan lampiran-lampiran lain yang
relevan)

26

Anda mungkin juga menyukai