Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS PEMBERIAN KUPEM TAHUN 2002

(Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat)

 Lokasi : (1). Desa Mampun Baru, Kec. Pamenang, Kab. Merangin


 Pendekatan: Petani sebagai sumber data primer (petani ternak). Metode: survey
partisipatif Batang Merangin
 Hasil studi, permasalahannya pada petani ternak (peserta KUPEM, adalah: (1)
Pencairan kredit tidak berupa uang sesuai dengan perjanjian semula, (2) Kredit
yang diberikan dalam bentuk bibit ternak tidak sesuai dengan kehendak petani,
dimana kriteria dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) sendiri tidak diikuti,
karena pengadaan bibit ternak dilakukan oleh kontraktor, tanpa sepengetahuan
petani penerima Kupem. Pengadaan kontraktor berat bakalan ternak sapi berkisar
60 kg/ekor, padahal petani menghendaki berat minimal 150 kg/ekor, sesuai
dengan persyaratan BPD. Selain itu harga bibit terlalu tinggi (Rp. 2 juta)
sedangkan menurut petani bibit yang diterima diperkirakan hanya Rp. 1 – 1,25
juta. Akibatnya petani sebanyak 47 orang yang tergabung dalam Kelompoktani
Unggul menolak bibit sapi dan membatalkan bantuan kredit KUPEM.

 Solusi yang dikehendaki petani : (1) KUPEM tetap diharapkan petani, (2)
Pencairan kredit berupa uang dan petanilah yang mengelola serta mencari bibit
sendiri, (3) KUPEM tanpa Agunan, (4) Tim Teknis pada unit kerja teknis bekerja
secara transparan dan anggotanya tidak terlibat dalam pengadaan bibit (PPL).

 Lokasi : (2) Desa Pulau Kemang, Kecamatan Bangko. Kab. Merangin

 Pendekatan : Petani ikan sebagai sumber data primer. Metode : Survey


partisipatif.

 Permasalahan pada petani ikan di desa Pulau Kemang: (1) Dana kredit yang
diperoleh tidak mencukupi untuk usaha 3 keramba ( yang dianggap layak), kredit
yang diterima hanya cukup untuk mendanai 1 keramba, (2) Bibit ikan
rekomendasi dari Tim Teknis menurut petani tidak baik, sehingga daya hidupnya
rendah, (3) Agunan berupa sertifikat atau BPKB motor sangat memberatkan
petani. (4) Pengajuan Kredit terlalu birokratis.

 Solusinya: (1) Petani ikut menentukan besarnya kredit yang diterima (Rp. 7,5
juta), (2) Agunan ditiadakan, (3) Kerja dari tim teknis lebih baik.

Informasi dan Alternatif Solusi KUPEM


 Bunga KUPEM 6% menurut petani termasuk rendah dibanding tingkat suku
bunga bank lainnya. Hal ini tentu sangat membantu petani untuk mengembangkan
usahataninya.
 Prosedur pengucuran KUPEM melalui perbankan. Kemudian persetujuan yang
harus diketahui Bupati/Walikota dengan jajaran teknisnya di Kab./Kota
menambah panjang birokrasi. Otomatis memperpanjang rantai prosedural, hal ini
sangat kontradiksi dengan keinginan Gubernur Jambi dalam upaya memberikan
fasilitasi kepada masyarakat.

 Usaha pertanian (ternak, ikan, tanaman, kebun) merupakan sistem bisnis


(agribisnis). Maka selayaknya petani dipandang dari sudut usaha yang mencari
keuntungan. Pemilihan petani peserta KUPEM ditentukan dari kalangan petani
atau orang disekitar lingkungan petani tersebut yang telah berhasil atau yang akan
berhasil. Untuk mengetahui kinerja calon peserta penerima KUPEM dapat
dilakukan studi kelayakan terhadap usaha tersebut. Suatu usaha yang layak dan
profit, merupakan faktor kunci, sehingga agunan atau jaminan akan menjadi
faktor nomor dua. Dan Kupem untuk plasma sebaiknya diberikan dalam dalam
bentuk natura kecuali biaya tenaga kerja. Calon peserta yang memiliki usaha yang
layak akan menjadi inti terhadap masyarakat disekitarnya.

 Penentuan kredit harus memperhitungkan beberapa aspek, yaitu : (1) Motivasi


petani plasma dan inti, (2) Kesiapan inovasi teknologi untuk efisiensi, (3)
Kelancaran sumber bahan baku, (4) Jaminan pasar dan harga, (5) Jasa angkutan.
Pemberian kredit tanpa perhitungan bisnis tersebut, maka dana akan mubazir.
Contoh dana JPS pada tanaman bawang merah di Jawa, karena petani
memproduksi komoditas yang sama, maka suplai dan demand tidak seimbang
akhirnya harga jatuh dan petani tidak dapat mengembalikan pinjaman pinjaman.
Faktor pasar sering diabaikan oleh pemerintah.

 Menentukan keberhasilan Kupem tidak harus pada besarnya nilai kredit yang
dapat direalisasikan tetapi sebaiknya kualitas keberhasilan perlu diperhitungkan.
Dengan demikian akan terjadi proses pendidikan terhadap para peminjam kredit
tersebut. Pada akhirnya akan lahir petani yang ulet, bertanggung jawab dan
berhasil.

 Sistem inti dan plasma akan mengurangi peran dan ikut campur pemerintah.
ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KUPEM
Latar belakang:
 Ekonomi kerakyatan Pengembangan usaha rakyat merupakan salah tulang
punggung

Mugi.doc/Jambi/maret

Jambi, 18 Maret 2002

Kepada Yth.
Direktur PT RETAMA ANUGERAH KARYA (RAK)
DI MEDAN

Bersama ini saya ingin menanyakan informasi penggunaan BIOTA terhadap


penyakit Fusarium dan Pesudomonas sp pada tanaman pisang. Dalam brosur
terbitan PT RAK hasil penelitian dari Sdr OMRY dari USU tidak rinci.
Dapatkah hasil penelitian tersebut dikirimkan kepada saya. Perlu diketahui,
bahwa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (Badan Litbang
Pertanian) akan melakukan penelitian pengendalian penyakit pisang di jambi
yang kini telah pada tingkat serangan berat. Perlakuan dalam penelitian
tersebut menggunakan beberapa agensia hayati, salah satunya
menggunakan BIOTA akar. Penelitian akan mulai dilaksanakan awal bulan
April 2002, mohon segera informasi tersebut dikirimkan ke BPTP Jambi. Saya
telah menghubungi PT Rak di kantor pusat dan alamat rumah direktur utama
melalui telpon akan tetapi tidak ada komunikasi.

Demikianlah, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.


Hormat saya,

Ir. Mugiyanto
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jl Samarinda, Pall Lima, Kotabaru, Jambi

NB : Bila diperlukan komunikasi dapat via telpon rumah (0741) 443767

Anda mungkin juga menyukai