Anda di halaman 1dari 11

POLA TANAM (CROPPING PATTERN)

Disusun oleh:
Avi Qurvanda Putri Pradani
205040307111016
Pola Tanam C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, keberkahan, serta kekuatan baik waktu, pikiran, maupun
tenaga kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pola
Tanam (Cropping Pattern)"
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran maupun kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah yang disusun mampu memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca secara berkelanjutan.

Minggu, 9 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan ..........................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................3

2.1 Pengertian Dasar dan Sejarah Pola Tanam ....................................................3

2.2 Manfaat Pola Tanam ......................................................................................4

a. Manfaat pada Aspek Lingkungan ..............................................................4

b. Manfaat pada Aspek Sosial Ekonomi ..........................................................4

c. Manfaat pada Aspek Penggunaan Lahan .....................................................4

d. Manfaat pada Aspek Kesehatan Tanaman ...................................................4

2.3 Bentuk-Bentuk Pola Tanam ...........................................................................5

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Tanam .......................................................5

BAB III. PENUTUP ...............................................................................................7

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................7

3.2 Saran...............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan penduduk yang relatif cepat menyebabkan penggunaan lahan
semakin meningkat, hal ini tentu berdampak pada peningkatan jumlah kebutuhan
masyarakat baik dalam bentuk sandang, pangan, maupun papan. Pangan yang
menjadi salah satu kebutuhan primer masyarakat tentu harus diperhatikan
ketersediaan serta kualitasnya, namun saat ini jumlah lahan untuk bertani semakin
berkurang secara terus menerus, sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan
lahan yang bersifat berkelanjutan serta mampu memenuhi semua kebutuhan pangan
masyarakat tanpa menurunkan kualitas produk yang ada.
Permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan lahan, tidak hanya terbatas
pada peningkatan penduduk serta keterbatasan lahan saja, namun perekonomian
masyarakat khususnya petani yang tidak menunjang, dapat menjadi penghambat
dalam pengelolaan lahan yang berkelanjutan (sustainibility), selain itu kondisi
sosial masyarakat juga mampu mempengaruhi cara pengelolaan lahan yang
diterapkan pada lahan mereka.
Petani yang masih memiliki pemikiran tradisional terkait pengelolaan lahan,
tentu tidak akan berkembang, serta penghasilan yang sedikit akan menurunkan
kualitas tanah maupun tanaman akibat tidak adanya perawatan yang intensif.
Namun sayangnya tidak hanya terbatas pada itu saja, lahan pertanian yang memiliki
beberapa komponen seperti tanaman serta media tanam, juga dapat dipengaruhi
oleh faktor dalamnya, seperti kondisi lingkungan yang tidak mendukung
produktivitas lahan serta tanaman (Syafruddin, 2015).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan lahan yang terbatas
dengan hasil tinggi yakni salah satunya melalui penerapan sistem pola tanam,
sistem ini akan berjalan jika unsur-unsur yang ada didalamnya mampu berjalan
secara berkesinambungan. Dalam menunjang hal tersebut maka diperlukan
pengembangan pengetahuan terkait kondisi agroklimat lahan, tanaman yang akan
ditanam, inovasi teknologi, teknik pengolahan lahan yang baik, serta pemberdayaan
petani. Tanaman yang ditanam pada kondisi agroklimat yang sesuai, akan memiliki

1
kemampuan genetik tinggi, sehingga produktivitas tanaman tersebut optimal dan
berkelanjutan, meskipun lahan yang digunakan sangat terbatas (Syafruddin, 2015).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah terkait pengenalan dasar pola tanam (cropping
pattern) yakni sebagai berikut:
a. Untuk memahami pengertian dan sejarah pola tanam
b. Untuk mengetahui manfaat pola tanam
c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pola tanam
d. Untuk mengetahui faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi pola tanam

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang ingin dicapai dengan adanya penulisan makalah terkait
pengenalan dasar pola tanam (cropping pattern) yakni sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian dasar pola tanam dari berbagai sudut pandang serta
sejarah singkat adanya pola tanam
b. Mengetahui manfaat dari adanya penerapan sistem pola tanam
c. Mengetahui bentuk-bentuk sistem pola tanam yang sudah di implementasikan
hingga saat ini
d. Mengetahui faktor apa saja yang mampu mempengaruhi pola tanam, baik faktor
fisik maupun non fisik

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar dan Sejarah Pola Tanam


Secara umum pola tanam (cropping pattern) memiliki pengertian berupa
pengaturan tata letak dan tata urutan tanaman pada sebidang lahan dengan satuan
waktu tertentu. Namun menurut beberapa peneliti, pola tanam juga memiliki arti
sebagai berikut:
No Pengertian Pola Tanam dari Beberapa Sudut Pandang Peneliti
1. Penanaman di sebidang lahan dengan mengatur pola pertanaman yang
saling berinteraksi dengan sumberdaya lahan serta teknologi budidaya yang
diterapkan, dan memiliki tata urutan tanam, selama periode tertentu,
termasuk didalamnya pengolahan tanah dan bero (Pitaloka, 2018)
2. Pengaturan pola ruang dan waktu pada suatu lahan dalam periode jangka
panjang (Evizal & Prasmatiwi, 2021).
3. Urutan tahunan, tata ruang tanaman, dan bera pada suatu area lahan dan
waktu tertentu (Chandrasekaran et.al., 2010)

Sistem pola tanam tentu memiliki sejarah awal, yang dimana masyarakat
zaman dahulu mempraktekkan sistem ini dengan lebih simpel, namun dasar konsep
pengelolaannya tetap sama hingga sekarang. Gambaran singkat terkait sejarah pola
tanam yakni:

Abad 9 Abad 13 1814

Jawa kuno: relief di Kerajaan Majapahit: Keraton Surakarta: serat


Borobudur tentang sistem irigasi teratur Centhini cerita tentang
hama, pengolahan lahan, (digunakan sampai tanaman padi, kebun
irigasi sekarang) campuran, dll

Pada abad ke-9 sistem pola tanam sebenarnya sudah diterapkan oleh
masyarakat Jawa Kuno, hal ini dapat dilihat dari adanya relief ke-65
Karmawibhangga di Candi Borobudur, relief ini menceritakan tentang kemunculan
hama saat musim panen padi akan tiba, selain itu juga terdapat gambaran terkait
bagaimana cara pengelolaan lahan pada masa itu, seperti penggunaan irigasi teratur

3
serta kerbau sebagai pengolah lahan. Beranjak ke abad 13 pada masa kejayaan
Kerajaan Majapahit, kerajaan ini membuat sistem pengairan atau irigasi yang cukup
baik, hingga saat ini, peninggalan saluran pengairan tersebut masih digunakan oleh
petani di Trowulan.
Sekitar abad ke-16, ketika VOC berada di indonesia, mereka menerapkan
sistem tanam paksa (Kultuur Stelsel) dan mereka menambah pengetahuan
masyarakat lokal tentang cara memaksimalkan potensi lahan subur, semua itu
dituangkan pada serat Centhini yang ditulis pada masa Keraton Surakarta yakni
tahun 1814, didalam serat tersebut dikatakan bahwa petani Suku Jawa melakukan
budidaya campuran di lahan padi gogo, pekarangan, kebun campuran, dan lain
sebagainya, dengan tujuan ekonomi, sosial, budaya, dan ekologi (Suryanto, 2019).

2.2 Manfaat Pola Tanam


Manfaat dari adanya pola tanam dapat dilihat dari 4 aspek yakni, lingkungan,
sosial ekonomi, penggunaan lahan, dan kesehatan tanaman, adapun penjelasan
terkait manfaat pola tanam pada 4 aspek menurut Akhmad (2021), yaitu:
a. Manfaat pada Aspek Lingkungan
Pola tanam yang tepat mampu meningkatkan ketersediaan air, hal ini dapat
dilihat di Lombok yang memiliki curah hujan rendah, maka petani mengambil
sistem pola tanam berupa kebun campuran kemudian membuat saluran irigasi
untuk pengairan hortikultura ketika kemarau dan menghindari gagal panen.
b. Manfaat pada Aspek Sosial Ekonomi
Penerapan sistem pola tanam mampu memberikan dampak positif berupa
peningkatan ekonomi masyarakat melalui pola tanaman yang berotasi
(berkelanjutan), serta produktivitas yang tinggi.
c. Manfaat pada Aspek Penggunaan Lahan
Lahan yang terbatas menjadi lebih efisien, dimana petani mampu
memaksimalkan penggunaan lahan yang sempit namun produktivias yang
tinggi, dengan tingkat kegagalan rendah.
d. Manfaat pada Aspek Kesehatan Tanaman
Pemilihan jenis dan pengelolaan yang tepat mampu meminimalisir kehadiran
hama, yang dinili mampu menyebabkan kegagalan panen.

4
2.3 Bentuk-Bentuk Pola Tanam
bentuk penataan pertanaman atau pola tanam dibagi menjadi 2 kategori yakni
monokultur dan polikultur, adapun penejlasan terkait bentuk pola tanam menurut
Evizal & Prasmatiwi (2021) yaitu:
No Keterangan Gambar
1. Monokultur
Dalam satu lahan menanam satu jenis tanaman,
umumnya lahan luas, dan berulang menanam
tanaman yang sama (minimal 1 siklus tanam),
termasuk kdealam pertanian intensif.

2. Polikultur
Kebalikan dari monokultur yaitu menanam dua
atau lebih jenis tanaman di lahan yang sama
dalam rentang waktu tertentu. Polikultur dpaat
diklasifikasikan dalam skala kecil yakni:
a. Pertanian campuran: sistem pertanian yang
melibatkan tanaman semusim atau tahunan
dengan ternak, ikan, dan sebagainya.
b.Tanaman lorong: tanaman semusim ditanam
pada lorong (alley) diantara dua baris
tanaman pagar (pohon atau perdu legum).
c. Tanaman sela: budidaya tanaman semusim di
sela tanaman tahunan yang masih muda
(umur 0-3 tahun), seperti penanaman jagung
di sela barisan kelapa.
d.Tumpangsari: penanaman dua jenis atau lebih
tanaman secara bersama (simultan) di lahan
yang sama pada rentang musim tertentu.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Tanam


Dalam sistem pola tanam, perlu diperhatikan 2 faktor yang mampu
mempengaruhi pola tanam yang telah diimplementasikan, kedua faktor tersebut

5
adalah faktor fisik serta non fisik (Setiawan, 2009). Adapun penjelasan terkait
kedua faktor tersebut yakni diantaranya:
Faktor Fisik
1. Iklim Sebagai tempat adaptasi tanaman, yang dimana iklim
mencakup banyak hal seperti curah hujan yang berkaitan
dengan ketersediaan air, radiasi matahari yang menjadi
sumber energi, ataupun unsur iklim lainnya seperti suhu,
udara, angin, serta kelembapan yang tentu memiliki
pengaruh masing-masing terhadap tanaman.
2. Tanah Sebagai media tumbuh tanaman, hal yang perlu diperhatikan
pada tanah yakni mencakup kesuburan, sifat fisik, kimia,
dan biologinya.
3. Air Unsur yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, air memiliki peran penting pada tanaman,
sehingga perla dikelola dengan baik, terlebih pada saat
musim kemarau (tanaman memerlukan air dan air minim).
Faktor Non Fisik
1. Sosial Tingkat pendidikan, status lahan, luas lahan, tenaga kerja,
sarana prasarana, lokasi lahan yang akan dikelola, dan
pengalaman. Semua itu berkaitan langsung dengan
bagaimana cara petani mengelola lahan yang dimilikinya.
2. Ekonomi Kondisi ekonomi mempengaruhi perkembangan
pengelolaan lahan layaknya inovasi teknologi, dll.
3. Budaya Banyak petani yang masih menggunakan sistem pengolahan
lahan secara turun-temurun, jika petani tidak menerima ilmu
luar yang mengembangkan cara pengelolaan tradisional,
maka pengelolaan lahan hanya sebatas itu saja.
4. Politik Kelembagaan luar sebagai penyalur informasi adanya
pemberdayaan masyarakat terkait pola tanam untuk menjaga
ketahanan pangan.

6
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah terkait pola tanam
(Cropping Pattern) adalah:
a. Pola tanam (cropping pattern) memiliki definisi yang beraneka ragam, namun
secara garis besar pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan tata letak
dan tata urutan tanaman pada suatu lahan dengan satuan waktu tertentu.
b. Pengimplementasian pola tanam sudah dilakukan sejak abad ke-9, hal ini dapat
dibuktikan melalui relief ataupun tulisan kuno terkait kemunculan hama saat
menuju musim panen, irigasi teratur, maupun pengelolaan kebun campuran.
c. Penerapan sistem pola tanam ini juga bermanfaat bagi lingkungan seperti
peningkatan kualitas air, sosial ekonomi seperti peningkatan pendapatan, lahan
yang lebih efisien, serta peminimalisir kegagalan panen.
d. Bentuk pola tanam secara sederhana dibagi menjadi 2 jenis yakni monokultur
dan polikultur, pola tanam polikultur ini dapat diklasifikasikan menjadi tanaman
sela, tanaman lorong, tumpangsari, tanaman campuran, dll.
e. Faktor yang mampu mempengaruhi pola tanam adalah faktor fisik (iklim, tanah,
air) serta faktor non fisik (sosial, ekonomi, budaya, politik)

3.2 Saran
Perlu adanya pembelajaran langsung dilapangan utnuk membedakan
klasifikasi bentuk pola tanam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, B., Purwanto, R. H., Sabarnurdin, S., & Sumardi, S. (2016). Pola tanam
dan pendapatan petani hutan rakyat di region atas Kabupaten Ciamis. Jurnal
kawistara, 6(3), 309-317.
Akhmad, R. (2021). Pola Tanam Pertanian Lahan Kering untuk Sistem Polikultur
Terintegrasi di Pulau Lombok, Indonesia. Jurnal Pendidikan Geosfer, 6(2),
155-163.
Chandrasekaran, B., Nnadurai, K. and Somasundaran, E. (2010). A textbook of
agronomy. New Age International.
Evizal, R., & Prasmatiwi, F. E. (2021). Pilar dan model pertanaman berkelanjutan
di Indonesia. Jurnal Galung Tropika, 10(1), 126-137.
Pitaloka, D. (2018). Lahan Kering Dan Pola Tanam Untuk Mempertahankan
Kelestarian Alam. G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan, 2(1), 119-126.
Setiawan, E. (2009). Kearifan lokal pola tanam tumpangsari di Jawa
Timur. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 2(2), 79-88.
Suryanto, A. (2019). Pola tanam. Universitas Brawijaya Press
Syafruddin, S., Padang, I. S., & Saidah, S. (2015). Perbaikan Pola Tanam Palawija
pada Lahan Kering di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 18(3), 263-272.

Anda mungkin juga menyukai