Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah di atas normal yaitu 140/90 mmHg. Hipertensi juga merupakan salah satu faktor resiko
penyakit kardiovaskular dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di
negara-negara maju dan didaerah perkotaan di negara berkembang, seperti halnya indonesia.
Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya.
Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak
menimbulkan gejala atau asimtomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian
penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu
sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa
penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang
spesifik, pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama
beberapa tahun setelah terjadi hipertensi.
Tekanan darah tinggi adalah penyakit multifaktorial yakni penyakit yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu ciri-ciri individu seperti umur, obesitas, konsumsi garam,
merokok, konsumsi alcohol (Kaplan.1985). Beberapa faktor yang mungkin berpengaruh
terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama
sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial (Susalit dkk.2001). Teori tersebut
menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling
mempengaruhi dimana faktor utama yang berperan dalam patofisiologi adalah faktor genetik
dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stress dan obesitas.
Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH), Saat ini terdapat
600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap
tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3 % penduduk menderita
hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Hasil penelitian Zamhir (2004)
menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9 %, dengan kisaran di masing-masing
provinsi 36,6 %-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di pedesaan
44,1% (36,2%-51,7%).

1.2 Tujuan Penulisan


Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait dengan
topik Aerobic Exercise Reduces Blood Preasure in Resistant Hypertension
BAB 11
JURNAL PENELITIAN
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profile Penelitian
 Judul Penelitian
Aerobic Exercise Reduces Blood Preasure in Resistant Hypertension.
 Pengarang/ Author/s
Fernando Dimeo, Nikolaos Pagonas, Felix Seibert, Robert Arndt, Walter Zidek, Timm H.
Westhoff
 Sumber/ Source:
http://hyper.ahojournals.org/ by guest on October 18, 2015
 Major/ Minor subject (Key Words)
Blood preasure, Exercise, Lifestyle modification, Resistant hypertension, Physical
performance
 Abstract:
Latihan fisik yang teratur saat ini direkomendasikan oleh pedoman hipertensi Eropa dan
Amerika. Namun sulit dipahami, apakah latihan fisik juga dapat mempengaruhi
penurunan tekanan darah pada hipertensi resisten. Secara acak terkontrol meneliti
efek kardiovaskular pada latihan aerobik pada hipertensi resisten. Hipertensi resisten
merupakan tekanan darah diatas 140/90 mmHg dan telah menggunakan 3 obat
antihipertensi atau lebih dari 4 obat antihipertensi. Lima puluh subyek dengan hipertensi
resisten secara acak diajak untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam program
latihan treadmill selama 8-12 minggu (target laktat, 2.0±0,5 mmol/L). Tekanan darah
dipantau selama 24 jam. Pemenuhan arteri dan indeks jantung diukur dengan analisis
gelombang nadi. Program latihan fisik diterima dengan baik oleh semua pasien. Program
latihan secara signifikan dapat mengurangi tekanan sistolik dan diastolik pada sianghari
dengan ABP (Ambulatory Blood Pressure) 6±12 dan 3±7 mmHg, masing-masing
(P=0.03). olahraga teratur dapat mengurangi tekanan darah pada penggunaan dan
peningkatan kinerja fisik seperti yang dinilai oleh penyerapan oksigen maksimal dan
kurva laktat. Pemenuhan arteri dan indeks jantung tetap tidak berubah. Latihan fisik dapat
mengurangi tekanan darah bahkan dalam subyek dengan responsivitas rendah untuk
perawatan medis. Latihan fisik harus dimasukkan dalam pendekatan terapeutik pada
hipertensi resisten.
 Tanggal Publikasi
Published online: 18 oktober 2015
3.2 .Deskripsi Penelitian Berdasarkan Metode PICO
 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh aerobic terhadap hipertensi resisten.
 Desain Penelitian
Uji statistic di lakukan dengan menggunakan ANCOVA dan SPSS.
 Populasi/sampel
o Populasi 50 orang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok control dan
kelompok exercise program. Yang dibagi menjadi 26 orang kelompok control dan
24 orang kelompok exercise program.
o Satu subjek pada kelompok exercise program dihentikan program latihan karena
melakukan operasi abdomen. Satu pasien baik di kelompok exercise program dan
kelompok kontrol melaporkan perubahan dalam penggunaan obat antihipertensi
pada pemeriksaan follow-up, dan data dikeluarkan dari analisis
o Kriteria inklusi adalah pasien dengan hipertensi resisten (140/90 mmHg) dan telah
menggunakan 3 obat antihipertensi. Usia pada kelompok control ( 43-76 ) dan
usia pada kelompok exercise program ( 42-78 ).
o Kriteria eksklusi adalah pasien yang pernah mengikuti latihan fisik selama 4
minggu sebelumnya, gejala penyakit arteri oklusif perifer, insufisiensi aorta atau
stenosis lebih dari stadium I, hipertofi kardiomiopati obstruktif, gagal jantung
kongestif, aritmia jantung yang tidak terkontrol dengan relevansi hemodinamik,
tekanan sistolik 180 mmHg, tanda iskemik akut dalam pemeriksaan EKG, dan
perubahan obat antihipertensi dalam 4 minggu terakhir sebelum dimasukkan
dalam penelitian atau selama periode tindak lanjut
 Intervention
o pengkajian dilakukan selama 24 jam (ABP), pemeriksaan tekanan darah, aktivitas
fisik, kepatuhan pembuluh darah, dan indeks jantung dilakukan sebelum dan
setelah periode observasi.
o Program pelatihan terdiri dari berjalan di treadmill, dilakukan 3 kali seminggu
selama 8 sampai 12 minggu, jika tidak mampu maka minimal dapat mengikuti
latihan selama 8 minggu
 Comparation
kelompok control dan kelompok exercise program
 Outcome
o Pertama, latihan berhasil menurunkan tekanan darah dalam terapi rendah obat.
Kedua, penurunan tekanan darah dinilai dalam ABP. Ketiga, tekanan sistolik rata-
rata 138 mmHg dalam kisaran tekanan tinggi tapi dalam batas normal daripada
kisaran hipertensi.
o Latihan fisik dapat menurunkan tekanan darah bahkan pada subyek dengan respon
rendah pada perawatan medis
 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian/ Strenght-Limitation of the study
 Kelebihan :
Dengan adanya hasil penelitian ini akan dapat menambah pengetahuan serta
informasi mengenai pola asuhan perawatan terhadap pasien hipertensi resisten
dengan mengguankan metode yang baru yaitu latihan aerobik
 Kekurangan :
Jurnal ini tidak menjelaskan secara lengkap mengenai berapa lama dilakukan
treadmill dalam satu kali pertemuan
 Manfaat
Dengan adanya hasil penelitian ini akan dapat menambah pengetahuan serta informasi
mengenai pola asuhan perawatan terhadap pasien hipertensi resisten dengan
mengguankan metode yang baru yaitu latihan aerobik, serta dapat menghapus stigma
masyarakat bahwa pasien yang memiliki hipertensi tidak dapat melakukan aktivitas
aerobik.
BAB IV
PENUTUP
 Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini bahwa pertama, latihan berhasil menurunkan tekanan
darah dalam terapi rendah obat. Kedua, penurunan tekanan darah dinilai dalam
ABP. Ketiga, tekanan sistolik rata-rata 138 mmHg dalam kisaran tekanan tinggi
tapi dalam batas normal daripada kisaran hipertensi. Keempat, latihan fisik dapat
menurunkan tekanan darah bahkan pada subyek dengan respon rendah pada
perawatan medis

 Saran
Dengan adanya penelitian ini di harapkan akan dapat menambah pengetahuan dan
di harapkan dapat mengasah critical thingking para perawat dalam menyelesaikan
masalah ataupun membahas masalah mengenai pola asuh pada hipertensi resisten
serta dapat di aplikasikan di dunia keperawatan ataupun medis.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Tyas Kusuma. 2013. Gambaran Pengetahuan Warga Tentang Hipertensi Di RW 02


Sukarasa Kecamatan Sukasari. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia
Dimeo Fernando., Pagonas Nikolaos., Seibert Felix., dkk. (http://hyper.ahojournals.org). 18
Oktober 2015. Aerobic Exercise Reduces Blood Preasure in Resistant Hypertension.
Rahajeng, Ekowati & Sulistyowati Tuminah. 2009. Prevalence Of Hypertension and
Determinants In Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan
Penelitian Kesehatan Departement Kesehatan Republik Indonesia.
Susalit E. Kapojos JE & Lubis HR. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukkurillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan baik rohani dan jasmani sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan tujuan
untuk memenuhi tugas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu,kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Dan semoga,makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha hambaNya. Amin..

Anda mungkin juga menyukai