Fix 24 November 2023 Maternitas Kel.3 Gel.1
Fix 24 November 2023 Maternitas Kel.3 Gel.1
1. Sunaryo R230417060
2. Nurhalissa Qotrunnada R230417054
3. Yeni Lidiya R230417041
4. Yola Maefani R230417053
5. Yusriyyah Durrotul Hikmah R230417062
Bismillahhirohmanirroim,
makalah yang berjudul “asuhan keperawatan maternitas post natal pada Ny.K
dengan P1A0 post partum sc atas indikasi peb + oligohidramnios di ruang nifas
RSUD Waled”.
ddan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat
dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
STIKes Indramayu.
i
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi “Tugas Praktik
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
BABI PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................................. 3
D. Manfaat ........................................................................................... 4
A. Pengkajian........................................................................................ 28
B. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi Keperawatan................. 45
A. Kesimpulan...................................................................................... 61
B. Saran................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 63
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proteinuria. Kondisi ini dapat disertai kejang (eklampsia) dan kegagalan multi
organ pada ibu, sedangkan komplikasi pada janin meliputi hambatan pertumbuhan
intrauterus. Bila kondisi ini tidak segera tertangani maka akan menyebabkan
peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin (Vicky, 2013).
Insidensi di Australia ibu hamil yang mengalami preeklampsia diperkirakan < 5%.
berat sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran) (Dawn
C Jung, 2007).
(protein dalam urin) dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan (Dewi, 2016). Word Health Organization
komplikasi kehamilan dan proses kelahiran, sekitar 99% dari seluruh kematian ibu
(WHO, 2014).
1
2
2013 terdapat 1% ibu hamil yang dirujuk karena mengalami preeklampsia berat
pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Sekitar 85% preeklampsia terjadi pada
(28%) dan infeksi (11%). Oleh karena itu, diagnosis dini preeklampsia berat serta
dan anak (Bobak, 2005). Pada awal kehamilan atau trimester pertama dan
pertumbuhan janin. Jadi, meskipun tanda dan gejala dari preeklampsia baru
penyakitnya sudah dimulai jauh lebih awal. Oleh karena itu tindakan pencegahan
antara lain; gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim. Faktor
resiko terjadinya preeklamsia berat pada umumnya terjadi pada kehamilan yang
pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40
tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis
dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid
kebidanan yang terfokus yaitu dengan kunjungan rutin pada antenatal 4x selama
kehamilan agar dapat diantisipasi sedini mungkin dan dapat menurunkan angka
mencapai 37 minggu, sebaiknya ibu dirawat inap di rumah sakit, kadar protein
urin diperiksa setidaknya dua hari sekali, dilakukan pemeriksaan USG untuk
kesejahteraan janin, plasenta, dan air ketuban. Jika usia kehamilan lebih dari 37
minggu dan janin dalam keadaan distress, maka segera lakukan SC. (William
istirahat tidak selalu tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan
penting untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang
adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel, dan transformasi lipid
ibu hamil khususnya di Indonesia serta dengan melihat bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh Preeklampsia Berat (PEB) baik pada ibu maupun janin, maka
Sebagai wujud, perhatian dan tanggung jawab yang berkompeten dengan masalah
tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas permasalahan yang dihadapi ibu.
4
Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk membuat studi kasus dengan
judul “Asuhan keperawatan maternitas post natal pada Ny.K dengan P1A0
Waled”
B. Rumusan Masalah
P1A0 post partum sc atas indikasi peb + oligohidramnios di ruang nifas RSUD
Waled.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
pada pasien PEB dan oligohidramnion sebagai salah satu syarat menyelesaikan
keperawatan dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien PEB yang
kesakitan.
Sectio caesarea adalah suatu persalinan melalui suatu insisi pada dinding
perut dengan sayatan uterus dengan janin dilahirkan dalam keadaan utuh dan berat
janin di atas 500 gram (Rosselini et al., 2022). SC merupakan proses persalinan
dinding abdomen atas indikasi tertentu letak, panggul sempit dan preeklamsia
a. Usia ibu
Usia pada saat kehamilan merupakan salah satu yang menentukan tingkat
risiko kehamilan dan persalinan. Usia reproduksi sehat yang aman untuk seorang
wanita hamil dan melahirkan adalah 20-35. Wanita hamil pada umur muda (< 20
optimal.
Dari segi psikis belum matang dalam mengahadapi tuntutan beban moril,
dan emosional, pada usia lebih dari 35 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan
6
7
arah pre eklamsi, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan akan mengalami
b. Riwayat SC
melahirkan dengan cara normal. Pada dasaranya seorang ibu yang bersalin
pertamanya melalui tindakan bedah caesar maka pada kelahiran berikutnya akan
dilakukan tindakan bedah cesar kembali namun hal tersebut bergantung pada
dikendalikan pada persalinan berikutnya ataukah bersifat absolut yakni hal yang
rahim yang dapat mengakibatkan rupture uterus saat usia kehamilan semakin tua
dan ukuran janin semakin membesar. Disamping itu kejadian parut dan rupture
Menurut Anandah (2019) menyatakan partus tidak maju atau gagal maju
Hal tersebut bisa mengakibatkan kelelahan pada ibu, dehidrasi bahkan dapat
mengakibatkan syok, untuk itu pilihan yang dihadapi oleh ibu bersalin yang
d. Induksi gagal
8
Ibu yang melahirkan dengan induksi gagal tidak bisa melahirkan dengan
dalam satu siklus terapi, solusi pada kasus kegagalan induksi adalah dengan
dapat berasal dari vagina dan servik. Kondisi ini membuat air ketuban merembes
ke luar sehingga air ketuban menjadi sedikit lalu lama kelamaan menjadi habis.
Ketika air ketuban habis maka pada keadaan tersebut janin harus segera dilahirkan
(Prawirohardjo.S, 2010).
f. Penyakit penyerta
persalinan SC.
g. Gawat Janin
gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin di atas 160 kali/menit atau di
9
bawah 100 kali/menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium
harus segera dilahirkan, maka bedah caesar adalah tindakan yang biasanya dipilih
operasi SC yaitu:
Pembedahan ini dilakukan jika insisi segmen bawah rahim tidak bisa
dilakukan.
4. Patofosiologi
Pathways :
11
berikut:
Infeksi berat sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul
infeksi nifas, telah terjadi infeksi intra partum karena ketuban pecah terlalu lama.
b. Perdarahan
darah yang terputus dan terbuka, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan
paska melahirkan biasanya didefinisikan sebagai hilangnya darah lebih dari 500
sesar. Perdarahan paska melahirkan dapat berlangsung dini (24 jam) atau akhir
kehamilan dan proses melahirkan yang buruk, plasenta previa terutama pada
12
pada saat hamil (jantung, DM), gangguan jalan lahir (kista ovarium, mioma uteri,
b. Indikasi berasal dari janin gawat janin yaitu prolapsus tali pusat,
a. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga
b. Jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk tidak
tersedia.
memadai.
sebagai berikut :
a. Ruang Pemulihan
dengan kuat. Selain itu, pemberian cairan intravena juga dibutuhkan karena 6 jam
pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan intravena harus
cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi,
b. Ruang perawatan
suhu, pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status fundus uteri.
pengeluaran urine turun, dibawah 30 ml/jam, wanita tersebut harus segera dinilai
kembali. Cairan yang biasa diberikan biasanya Dextrose 1%, garam fisiologi dan
d. Ambulasi
Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tetap baring dan
hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan
e. Perawatan luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila balutan basah dan
berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan luka juga harus rutin
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema, dan proteinuria yang muncul
yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20
minngu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat di diagnosis dengan kriteria
sebagai berikut :
proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil
nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah
dan kadar enzim ginjal normal (Norma Nita dan Mustika, 2013).
perkembangan penyakit:
pertama
terhadap antigen tidak sempurna. Selain itu pada kehamilan pertama terjadi
modulasi respon imun sehingga ibu menolak hasil konsepsi atau terjadi intoleransi
Mustika 2013).
b. Grand multigravida
terjadi peningkatan cairan, timbul hipertensi yang disertai oedema dan proteinuria
hidatidosa. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin
lebih dari satu. Kehamilan ganda dan hidramnion sangan berkaitan dengan
hidramnion akibat dua janin yang ada dalam rahim ibu sehingga tekanan dalam
rahim ibu berlebihan. Akibatnya cairan yang berlebihan dalam rahim akan akan
menyebabkan kerja jantung lebih berat. Semakin gemuk seseorang maka semakin
16
banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat
menederita diabetes melitus karena pada saat hamil plasenta berperan untuk
hormone-hormon plasenta ini juga mencegah kerja insulin dalam tubuh ibu hamil.
Hal ini disebut resistensi insulin atau kebal insulin. Resistensi insulin membuat
tubuh ibu hamil lebih sulit untuk mengatur kadar gula darah sehingga glukosa
tidak dapat diubah menjadi energi dan menumpuk didalam darah sehingga
keadaan ini menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi (Dyah Ayu
Wulandari, 2016).
minggu sudah mengalami vasokontriksi. Hal ini akan menyebabkan tekanan darah
ibu tinggi dan kandungan dalam protein dalam urin selama kehamilan semakin
Wanita pada usia lebih dari 35 tahun lebih mudah mengalami berbagai
masalah kesehatan salah satunya hipertensi dan preeklampsia. Hal ini terjadi
17
karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
tidak lentur lagi begitu pula dengan pembuluh darah, juga diakibatkan tekanan
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah ibu, proteinuria dan oedema. Usia
35 tahun sebenarnya belum dianggap rawan, hanya pada usia ini kemampuan
reproduksi lebih menurun sehingga usia diatas 35 tahun dianggap fase untuk
3. Patofisiologi Preeklamsia
Pada kehamila normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
arteri spiralis. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas secara sempurna pada lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan
keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
plasenta.
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan dan radikal bebas
18
yang tidak berpasangan. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak,
maka terjadi kerusakan sel ednotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
kerusakan.
trofoblas kedalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua
preeklampsia.
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan
vasopresor. Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal.
19
Pathways :
20
a. Preeklampsia Ringan
minggu
b. Preeklampsia Berat
160 mmHg dan tekanan diastolic ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24
minggu
a. Preeklampsia Ringan
cara:
protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; Pemberian sedative ringan: tablet
atau lebih Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan. (Yeyeh Ai
kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesaria (Pratono Ibnu 2014).
b. Preeklampsia Berat
sebagai pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk
C. Konsep Oligohidramnios
1. Definisi Oligohidramnios
normal, yaitu kurang dari 500 cc. Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan
ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) di
kondisi dengan Amniotic FluidIndex (AFI) <5 atau tidak ada kantong vertikal >1
2. Etiologi Oligohidramnios
3. Patofisiologi Oligohidramnios
Namun, tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih
amnion, yang terjadi secara fisiologis juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia janin.
darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal,
Pathways :
4. Manifestasi Klinis
25
tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap
pergerakan anak, sering berakhir dengan partus prematus, bunyi jantung anak
sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih
lama dari biasanya, sewaktu ada his akan sakit sekali, bila ketuban pecah air
ketubannya sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar dan dari hasil USG jumlah
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Pengobatan
dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin
yan tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada
a. Tirah baring
c. Perbaikan nutrisi
7. Komplikasi
c) Deformitas ekstremitas
distress
27
janin intrauterine
c) Amniotic band
Oligohidramnion
1. Sunaryo R230417060
1. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.K
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin :P
28
29
Status : Menikah
Pendidikan : SD
PEB + oligohidramnion
Nama : Tn. K
Umur : 34 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Keluhan Utama
Nyeri
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 oktober 2023 jam 14.00 wib.
Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada luka operasi (18cm) nyeri
seperti disayat-sayat dengan skala 6 (1-10) nyeri dirasakan hilang timbul dan
a. Persepsi kesehatan
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAB
31
3) Konsistensi : Lembek
BAK
Saat sakit
BAB
3) Konsistensi : Lembek
BAK
d. Pola aktivitas
32
1) Perawatan diri
0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Ket:
0 = Mandiri
1 = Alat bantu
4 = Ketergantungan total
2) Olahraga
hanya
4) Pola kerja :
33
pengetahuan kesehatan tentang perawatan bayi baru lahir juga belum dimiliki
Sebelum sakit
Waktu tidur jam : Tidur Siang: (2-3 jam) Malam: (5-7 jam)
Setelah sakit
Waktu tidur jam : Tidur Siang: (1-2 jam) Malam: (3-5 jam)
7) Konsep diri :
Pasien menyadari bahwa perannya saat ini menjadi intri dan ibu dari
anaknya.
Keputihan : Ya
11) Keyakinan/nilai :
hal yang telah diberikan oleh Tuhan sehingga pengobatan dan perawatan yang
b) Tanda-tanda vital :
Nadi : 80 kali/menit
RR : 23 kali/menit
Suhu : 36,5°C
Spo2 : 97%
Konjungtiva : Ananemis
Sclera : Anikterik
Kebersihan : bersih
e) Abdomen
Linea : Ada
Keadaan luka
Panjang : 18cm
f) Genetalia
Lochea : Rubra
Jumlah : ± 20cc
Warna : Merah
Vulva
Kebersihan : Bersih
Rectum
g) Integumen
Warna kulit sawo matang, teraba hangat, CRT < 2 detik, tidak
terdapat lesi
37
h) Ekstremitas
(1) Atas
(2) Bawah
6. Riwayat Persalinan
penyakit (diabetes, hepatitis, hipertensi dll) dan tidak memiliki riwayat penyakit
menular seksual.
9. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Nilai
No Tanggal Hasil Interpretasi
pemeriksaan normal
Laboratorium 24 Okt 2023
38
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis TD: 130/70
d. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive d.d Terdapat luka insisi
Meringis 4 5
Kesulitan 3 4
tidur
42
Gerakan 4 5
terbatas
43
Pertaanya 3 4
an tentang
masalah
yang
dihadapi
Perilaku 3 5
Kultur 3 5
area luka
46
TTD
No Dx Tgl/ Jam Implementasi TTD dan Nama Tgl/ Jam Evaluasi
Nama jelas
1 25/10/ Tindakan Kelompok 3 25/10/202 S : Pasien mengatakan Kelompok 3
2023 1. Mengidentifikasi skala 3 nyeri diluka post op sc
16.00 nyeri 16.15 seperti disayat-sayat
WIB 2. Menjelaskan strategi WIB dengan skala nyeri 6
16.10 meredakan nyeri nyeri dirasa Ketika
WIB bergerak
O:
- Pasien tampak
meringis
- Td : 130/ 70
mmHg
A : Masalah belum
teratasi
P :Lanjutkan Intervensi
2 25/10/ Tindakan Kelompok 3 25/10/102 S : pasien mengatakan Kelompok 3
2023 1. Mengidentifikasi 3 susah menggerakkan
16.20 adanya nyeri atau 16.45 ekstremitas bawah dan
WIB keluhan fisik lainnya WIB sulit bergerak karena
2. Menganjurkan luka post sc
melakukan ambulasi
dini
47
TTD
No Dx Tgl/ Jam Implementasi TTD dan Nama Tgl/ Jam Evaluasi
Nama jelas
25/10/ 3. Mengajarkan O:
2023 ambulasi sederhana - Mobilitas
16.30 yang harus dilakukan pasien terbatas
WIB - Gerakan
terbatas
- Pola aktivitas
dibantu orang
16.40 lain
WIB A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 25/10/20 Tindakan Kelompok 3 25/10/202 S : pasien mengatakan Kelompok 3
23 1. Menyediakan materi 3 belum megetahui
16.50 dan media pendidikan 17.05 perawatan bayi baru
WIB kesehatan (penkes WIB lahir
perawatan bayi baru O : pasien tampak
lahir) bingung ketika ditanya
perawatan bayi baru
lahir
17.00 A : masalah belum
WIB teratasi
P : lanjutkan intervensi
48
TTD
No Dx Tgl/ Jam Implementasi TTD dan Nama Tgl/ Jam Evaluasi
Nama jelas
4 25/10/ Tindakan Kelompok 3 25/10/202 S : asien mengatakan Kelompok 3
2023 1. Memonitor tanda dan 3 nyeri pada luka post sc
17.10 gejala infeksi local 17.25 O:
WIB dan sistemik WIB - Pasien tampak
2. Membatasi jumlah meringis
17.20 pengunjung - Terdapat luka
WIB post sc
A : masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
48
a. Shift pagi
b. Shift siang
c. Shift malam
Ny. K dengan P1A0 Post Partum Matur SC atas indikasi PEB + Oligohidramnios.
tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan
keperawatan pada pasien Ny. K yang berumur 33 tahun dengan melakukan pijat
56
57
berbagai macam tujuan yaitu salah satunya untuk memberikan kebutuhan dasar
pasien.
control trial (Estabrook, 2004 dalam Wood & Haber, 2006). Menurut Sackeett et
al, (2009) EBN adaalah suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah dari
informasi dari laporan kasus dan pendapat pakar. Pendapat lain dari Dharma,
(2011) mendefinisikan EBN sebagai suatu integrasi (lebih dari 1 penelitian) dari
bukti hasil penelitian terbaik yang telah melalui tahapan telaah dan sintesis yang
dan Retno Widiowati yang berjudul “Pengaruh Pijat Laktasi Terhadap Produksi
ASI Ibu Nifas”. Hasil sebelum dilakukan pijat laktasi sebagian besar produksi
ASInya banyak sejumlah 0 (0%), cukup sejumlah 3 ibu (15%), kurang sejumlah
17 ibu (85%), sesudah dilakukan pijat laktasi sebagian besar responden produksi
ASInya banyak sejumlah 19 ibu (95%) , cukup sejumlah 1 ibu (5%), kurang
sejumlah 0 (0%).
Jumrah dan Rahayu Eryanti Kusniyanto (2019) yang berjudul “Efektivitas Pijat
Laktasi Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di BPM Suriyanti”
58
produksi ASI, sehingga terdapat pengaruh pijat laktasi terhadap produksi ASI
pada ibu post partum di BPM Suriyanti Makassar. Pemijatan laktasi ini
menghasilkan ASI yang lebih meningkat. Pengeluaran ASI ini dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu produksi dann pengeluaran. Produksi ASI ipengaruhi oleh
Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke putting susu melalui isapan
mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan
dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang
rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormone oksitosin
C. Hasil Jurnal
1. Jihan El Arief Pengaruh Pijat https:// Penelitian ini Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Hanubun, Laktasi Terhadap doi.org/ menggunakan metode sebelum dilakukan pijat laktasi didapatkan
Triana Produksi ASI Ibu 10.32583/ quasi experiment dengan hampir semua responden memiliki
Indrayani dan Nifas pskm.v13i2.8 pendekatan Pretest- produksi ASI kurang (0-3 ml) sebanyak 17
Retno 58 Posttest Without Control orang (85%) dan setelah dilakukan pijat
Widiowati Group Design laktasi didapatkan hampir semua
responden memiliki produksi ASI banyak
(7-12 ml) sebanyak 19 orang (95%). Rata-
rata produksi ASI sebelum dilakukan pijat
laktasi sebesar 2,45 ml dan setelah
diberikan pijat laktasi didapatkan rata-rata
produksi ASI sebesar 9,80 ml. Hasil ini
menunjukkan terdapat peningkatan
produksi ASI sebesar 7,35 ml.
2. Nurqalbi Efektivitas Pijat https:// Metode yang digunakan Berdasarkan pada penelitian dengan
Sampara, Laktasi Terhadap jurnal.uit.ac.i yaitu quasi eksperimental jumlah 30 responden, menunjukkan bahwa
Jumrah dan Produksi ASI Pada d/SemNas/ dengan pendekatan post 15 responden pada kelompok intervensi
Rahayu Ibu Post Partum di article/view/ test only dengan nilai rata-rata 123,33 dengan
Eryanti BPM Suriyanti 707 standar deviasi 11,28 dan 15 responden
Kusniyanto pada kelompok kontrol dengan nilai 88,00
60
A. Kesimpulan
proteinuria. Kondisi ini dapat disertai kejang (eklampsia) dan kegagalan multi
organ pada ibu, sedangkan komplikasi pada janin meliputi hambatan pertumbuhan
intrauterus. Bila kondisi ini tidak segera tertangani maka akan menyebabkan
peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin (Vicky, 2013).
antara lain; gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim. Faktor
resiko terjadinya preeklamsia berat pada umumnya terjadi pada kehamilan yang
pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40
tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis
dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid
kebidanan yang terfokus yaitu dengan kunjungan rutin pada antenatal 4x selama
kehamilan agar dapat diantisipasi sedini mungkin dan dapat menurunkan angka
61
62
mencapai 37 minggu, sebaiknya ibu dirawat inap di rumah sakit, kadar protein
urin diperiksa setidaknya dua hari sekali, dilakukan pemeriksaan USG untuk
kesejahteraan janin, plasenta, dan air ketuban. Jika usia kehamilan lebih dari 37
minggu dan janin dalam keadaan distress, maka segera lakukan SC. (William
Obstetric, 2009).
P1A0 dengan indikasi PEB dan Oligohidramnion di Ruang Nifas RSUD Waled.
B. Saran
banyak protein dalam jumlah yang banyak misalnya: bayam, brokoli, kacang
hijau, jambu biji, buah naga, kismis, jeruk, daging merah, kentang, kuning telur.
63
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Konsep & Aplikasi Manajemen Nyeri.
Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 30–37.
Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Dyah, dkk. 2016. Hubungan Antara Status Gizi dan Kecemasan Ibu hamil dengan
Kejadian Preeklmasia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Geyer I Kabupaten
Febiantri, N., & Machmudah, M. (2021). Penurunan Nyeri Pasien Post Sectio
Caesarea Menggunakan Terapi Teknik Relaksasi Benson. Ners Muda,
2(2), 31
Kognisi, P. K., Risiko, P., Jenis, D. A. N., Bidori, F., Puspitowati, L. I. dan I.,
Wijaya, I. G. B., Alifah, U., Artikel, I., Paedagoria, S. N., Anwar, I.,
Jamal, M. T., Saleem, I., Thoudam, P., Hassan, A., Anwar, I., Saleem, I.,
Islam, K. M. B., Hussain, S. A., Witcher, B. J., … alma. (2021).
Manuba, Ida Bagus, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC
Medika, 2013.
Rosselini RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Jl Kol Burlian, R. H.,
Bangun, S., Sukarami, K., Palembang, K., & Selatan, S. (2022).
Literature Review Efektivitas
64