Pelatihan OP Pak Zainuddin (24 Mei 2023)
Pelatihan OP Pak Zainuddin (24 Mei 2023)
1.1 Umum
Secara administratif Bendungan Beringin Sila terletak di Kecamatan Utan Kabupaten
Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi Bendungan Beringin Sila dari kota
Sumbawa Besar berjarak sekitar 60 km ke arah Barat dan dapat ditempuh dengan kendaraan
roda 4, dari jalan utama Taliwang-Sumbawa Besar sampai di desa Setoweberang belok kanan
ke arah selatan melalui jalan eksisting yang merupakan jalan inspeksi saluran irigasi sejauh
kurang lebih 5 km.
Manfaat dibangunnya Bendungan Beringin Sila adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Irigasi :
- Peningkatan Intensitas Tanam Daerah Irigasi Beringin Sila Eksisting seluas
2400 ha.
- Pengembangan DI Beringin Sila Kiri seluas 600 ha.
- Pengembangan DI Beringin Sila Kanan seluas 500 ha.
b. Penyediaan Air Baku sebesar 76 l/det untuk penduduk kecamatan Utan
dan Kecamatan Buer.
c. Potensi PLTM 1 x 1.400 kW.
d. Pengembangan Pariwisata.
1
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
2
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
3
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Bagian utara pulau terdiri dari jalur gunungapi Kuarter, dengan puncak tertinggi 2850 m di
atas muka laut (Tambora). Kawah terdapat hampir disemua gunung api di jalur ini. Kerucut-
kerucut parasit yang berketinggian 100 sampai 350 m terdapat di lereng Tambora sebelah
timur, tenggara, selatan dan barat daya, dan agaknya terletak sepanjang sistem retakan atau
kelurusan gunung api yang sesuai dengan pola struktur umum Sumbawa.
Bagian selatan Sumbawa terdiri dari pegunungan-pegunungan yang kasar dan tak teratur,
yang disayat system perkembangan berarah timur laut-barat daya dan timurlaut-tenggara,
ketinggian bukit berkisar antara 800 sampai 1400 m di atas muka laut. Satuan geomorfologi
daerah penelitian adalah Satuan Perbukitan Vulkanik. Tahap geomorfik daerah penelitian
adalah muda-dewasa dan pola aliran sungai adalah radial dan sejajar.
Daerah penyelidikan rencana bendungan Beringin Sila dan sekitarnya terletak di bagian barat
sebelah utara Pulau Sumbawa, sebagian besar berupa daerah perbukitan bergelombang kuat
terutama di sekitar hulu sungai Brang Utan. Sebagian lagi dataran rendah lembah sungai
Brang Utan, dataran rendah Kota Utan.
Bendungan Beringin Sila terletak pada sungai Brang Utan, berupa sungai “braided” dengan
lebar lembah sungai sekitar 50m, dan diantara alur-alur sungai banyak dijumpai gosong pasir
dan kerikil sampai bolder. Pada perbukitan di sebelah kanan dan kiri sungai sebagai calon
tumpuan sandaran bendungan umumnya mempunyai kelerengan sekitar 30-40 derajat .
Elevasi dasar sungai sekitar + 50m dengan beda tinggi antara dasar sungai dan puncak
perbukitan sekitar 100m dan semakin ke atas akan semakin tinggi elevasinya.
4
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
5
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Satuan batuan Basalt termasuk dalam Formasi Tinombo Fasies Gunung Api,
berwarna abu-abu gelap sampai agak kecoklatan, kondisi batuan Sebagian
besar masih cukup segar, cukup banyak rekahan dengan isian mineral kuarsa,
sifat batuan akan pecah-pecah apabila dilakukan galian, pelapukan ringan-
sedang.
Satuan Alluvial
Satuan Alluvial (Al) terdiri dari material lepas berukuran butir lempung,
lumpur, pasir, kerikil, dan bongkah berasal dari rombakan batuan yang lebih
tua, terendapkan pada dataran banjir (flood plain). Ketebalan bervariasi 1-3m,
dan masih terbentuk hingga kini.
Debit Air
Indikator kerusakan DTA nampak dari perbedaan debit sungai maksimum dan minimum.
Pada sebuah DTA yang kritis, lahan tidak dapat menyimpan air hujan, sehingga hampir
seluruh air hujan mengalir menjadi aliran permukaan penyebab banjir. Jumlah air hujan yang
meresap sangat sedikit, akibatnya terjadi kekeringan pada waktu musim kemarau. Pada saat
musim penghujan debit sungai sangat tinggi, sebaliknya hampir tidak air pada musim
kemarau.
Berbanding terbalik dengan kondisi di DAS Utan dimana debit sungai pada saat hujan dan
kemarau relatif stabil.
6
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
7
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kabupaten yaitu Sumbawa
Besar, maka lokasi dimana dilakukan studi, daerah keperuntukannya adalah hutan, hutan,
rakyat, sawah, tegalan dan pemukiman.
Aspek tata guna lahan akan sangat berpengaruh dalam analisis ketersediaan air dan erosi &
sedimentasi DTA. Juga akan berpengaruh pada aspek sosial yakni pembebasan lahan &
pemindahan penduduk. Tata guna lahan pada DTA (61.50 km 2) maupun daerah genangan
waduk Beringin Sila didominasi oleh hutan lahan kering primer.
a) Metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu :
Konservasi Secara Vegetatif, dilakukan dengan cara, yaitu : i) Pertanaman tanaman
atau tumbuhan penutup tanah secara terus-menerus (permanent plant cover); ii)
Pertanaman dalam Strip (strip cropping); iii) Pertanaman Berganda (multiple
cropping); III) Penggunaan Mulsa (residues management); dan v) Penghutanan
Kembali (Reboisasi).
8
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Konservasi air yang baik yaitu menyimpan air di kala berlebihan dengan menggunakannya
seefisien mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. Konservasi air dapat dilakukan
dengan cara :
9
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Pengelolaan air permukaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
Kelestarian air tanah perlu dijaga keseimbangan antara pengisian dan pengambilannya.
Adapun beberapa metode pengelolaan air tanah adalah :
Pada dasarnya semua pihak berpotensi untuk merusak air yang dimiliki bumi ini sekaligus
juga berpotensi memperbaikinya. Adalah sangat tidak bijak jika menganggap bahwa
konservasi air hanya menjadi tanggung jawab salah satu instansi atau pemerintah saja.
Konservasi air dapat dilakukan oleh pengelola air, maupun pemakai air; di daerah aliran
sungai, di bendungan dan embung-embung, di sistem distribusi, maupun di sistem
pembuangan.
Penyebab utama terjadinya bencana adalah kerusakan lingkungan, terutama di bagian hulu
wilayah sungai (WS) sebagai daerah tangkapan air. Kondisi di atas menumbuhkan kesadaran
dari semua pihak untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang rusak guna
memperbaiki dan mengembalikan fungsi dan produktifitas sumber daya alam tersebut.
Kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu,
melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas.
10
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB II
Pendayagunaan Sumber Daya Air
AB II Pendayagunaan Sumber Daya Air
2.1 Umum
Potensi sumber daya air yang cukup besar di WS Utan air permukaan selama ini
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, pemenuhan kebutuhan air, rumah
tangga, dan potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
Kebutuhan air irigasi untuk DI Beringin Sila dihitung dengan pola tanam yaitu
Padi-Padi/Palawija-Palawija dalam hal ini tanaman palawija adalah jagung. Awal tanam
direncanakan pada bulan Nopember I dengan periode 15 harian. Uraian rencana pola tanam
seperti pada Tabel 2-1 di bawah ini.
11
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Tabel 2-2 Proyeksi Kebutuhan Air Baku Penduduk Kecamatan Utan dan Buer
12
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB III
Pengendalian Daya Rusak Air
13
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
14
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
15
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Di WS Utan, pengendalian banjir masih dilaksanakan pada beberapa sungai utama dan telah
dilakukan dengan baik, namun pada anak-anak sungai pengendaliannya belum maksimal. UU
No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan penanganan bencana bisa dilakukan
melalui langkah-langkah pencegahan, penanggulangan, dan, pemulihan.
Sistem peringatan dini (early warning system) sebagai salah satu upaya non struktural
pengendalian bencana merupakan satu elemen utama dalam mengurangi resiko bencana dan
harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir
sampai hulu.
Dengan penerapan sistem ini adalah agar dapat memberikan informasi lebih dini bagi
masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya. Untuk menciptakan
sistem peringatan dini datangnya banjir yang efektif di WS Utan, perlu dilakukan beberapa
hal antara lain :
16
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Tolok ukur untuk mengetahui mutu air mengacu pada Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air dari
PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
dengan klasifikasi sebagai berikut:
17
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Wilayah Nusa Tenggara Barat mempunyai keadaan iklim yang tergolong daerah tropis
dengan curah hujan rata-rata 1.390 mm/tahun. Musim hujan biasanya terjadi pada
pertengahan Bulan Nopember hingga Bulan Mei dengan intensitas curah hujan yang tinggi
dalam durasi waktu yang pendek, sehingga sering menimbulkan banjir. Sedangkan 5 bulan
lainnya berlangsung musim kemarau, debit sumber air menurun, daerah pertanian mengalami
kekeringan, pasokan air baku tidak memenuhi kebutuhan penduduk perkotaan maupun
pedesaan.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan air bersih terus meningkat. Pertumbuhan
penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan sumber air / mata air alami maupun buatan
sehingga bangunan tampungan air hujan dengan kapasitas tampungan yang besar sangat
dibutuhkan.
Kebutuhan air baku di wilayah sungai Utan sebagian besar didapatkan dari sumur bor.
Namun demikian ketersediaan sumber air yang ada tidak mencukupi untuk melayani
masyarakat Kecamatan Utan dan Buer.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah membangun tampungan air
hujan berupa bendungan/waduk.
Pembangunan bendungan memerlukan investasi yang sangat besar baik berupa dana, maupun
pengorbanan masyarakat. Sudah seharusnya hasil pembangunan tersebut dioperasikan dan
dipelihara dengan baik agar investasi yang sangat besar tersebut tetap dapat memberi manfaat
bagi masyarakat.
18
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
liter/dtk;
2. Peningkatan penyediaan air irigasi bagi lahan pertanian seluas 1.100 Ha, dengan
rincian 500 Ha Irigasi Kanan, 600 Ha Irigasi kiri, jika ditotal dengan eksisting 2.400
Ha, maka total keseluruhan penyediaan air irigasi setelah dibangunnya Bendungan
Beringin Sila adalah sebesar 3.500 Ha;
3. PLTMH 1,4 MW;
4. Pengendalian banjir dengan reduksi 85 m3 (31 %);
5. Pengembangan pariwisata dan perikanan tangkap.
19
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
direkomendasikan pada saat pekerjaan studi kelayakan yaitu alternatif-1. Dari hasil
pelaksanaan kegiatan Detail Desain pada tahun 2017 tersebut direkomendasikan
untuk dilakukan tambahan investigasi geologi pada tahun 2018 antara lain terkait
dengan rencana pondasi bendungan.
4. Selanjutnya pada tahun 2018 dilakukan pekerjaan Penyelidikan Geologi Tambahan
dan Proses Sertifikasi Desain Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa. Pada
pekerjaan ini, setelah dilakukan investigasi geologi tambahan, ternyata kondisi
geologi tumpuan kanan tidak memungkinan untuk dijadikan sebagai pondasi
bendungan. Berdasarkan saran dan masukan pada saat sidang teknis Komisi
Keamanan Bendungan dan kunjungan lapangan dan diskusi bersama dengan Balai
Bendungan, Komisi Keamanan Bendungan serta Pusat Bendungan, disarankan untuk
memindahkan lokasi bendungan pada lokasi alternatif-5 dengan disertai investigasi
geologi tambahan serta review desain pada lokasi ini.
20
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Penyelidikan Geologi Tambahan dan Proses Sertifikasi Desain Hidrologi Supervisi Pembangunan
No Uraian
Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa, 2018 Beringin Sila, 2022
1 Lokasi Bendungan Desa Tengah, Kec. Utan, Kab. Sumbawa Desa Tengah, Kec. Utan, Kab. Sumbawa
2 Luas DAS, km2 61.50 61.50
3 Analisa Curah Hujan
Metode Metode Log Person III Metode GEV
R2 76.0 76.91
R5 101.0 98.37
R10 118.0 114.72
R20 - 132.22
R25 140.0 138.19
R50 158.0 157.88
R100 177.0 179.61
R200 - 203.63
R1000 247.0 269.94
Metode PMP Hersfield Hersfiled
0.5 PMP 291.5 297.69
PMP 583.0 595.38
4 Distribusi Hujan PSA-007 (12 Jam) 24 jam
21
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Penyelidikan Geologi Tambahan dan Proses Sertifikasi Desain Hidrologi Supervisi Pembangunan
No Uraian
Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa, 2018 Beringin Sila, 2022
5 Debit Banjir Rencana
Metode HSS ITB 1
Q2 122.44 74.70
Q5 177.72 111.56
Q10 216.98 143.80
Q20 - 179.65
Q25 269.15 181.39
Q50 309.95 232.62
Q100 354.42 277.59
Q200 - 327.57
Q1000 512.19 466.31
Q 0.5 PMF 645.08 522.86
QPMF 1290.15 1130.78
Penyelidikan Geologi Tambahan dan Proses Sertifikasi Desain Hidrologi Supervisi Pembangunan
No Uraian
Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa, 2018 Beringin Sila, 2022
8 Ketersediaan Air/Lowflow Q m3/s Vol.Q juta m3 Q m3/s Vol.Q juta m3
Tahun Basah - - 3.14 99.09
Tahun Normal - - 2.61 82.51
Tahun Kering - - 2.24 70.60
22
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
23
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Karakteristik Khusus
Progres
Kebutuhan
No Jenis Tanah Bebas Belum Bebas
(Ha)
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Kawasan Hutan 299.060 299.060 100.00 - -
2 Tanah Masyarakat 89.470 89.470 100.00 - -
3 Tanah Wakaf - - - - -
4 Tanah Kas Desa - - - - -
5 Tanah Milik Negara/Daerah - - - - -
6 Tanah Milik BUMN/BUMD - - - - -
Total 388.530 388.530 -
a. RTRW
c. Penetapan Lokasi
24
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
a. Sertifikat Desain
1. Pelaksana Konstruksi
PAKET. 01 - Brantas – Mina. KSO
PAKET. 02 - Nindya – Lestari. KSO 1441 HK (21-01-19 s/d 31-12-22)
2. Pelaksana Supervisi
Indra Karya – Bina – Tuah KSO
1441 HK (21-01-19 s/d 31-12-22)
3. Pemilik Bendungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
4. Pengelola Bendungan
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I - Ditjen Sumber Daya Air
1.9 Pengertian
Sesuai dengan PERMENPUPR 27-2015 Pasal 1. Di dalam pedoman ini, yang dimaksud
dengan:
25
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
26
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
27
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
28
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB II
PETUNJUK UMUM
29
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Secara rinci tipe dan jumlah peralatan yang direncanakan dalam desain adalah sebagai
berikut :
A. SALURAN PENGELAK
(1) Pintu saluran pengelak : 5.50 m L x 5.50 m T : 1 set
B. SALURAN PENGAMBILAN
(1) Saringan sampah pengambilan posisi tegak
3.00 m L x 5.00 m P : 1 set
(2) Pintu bulkhead (stoplog) : 3.00 mL x 3.00 mT : 1 set
(3) Pintu emergency intake : 3.00 mL x 3.00 mT : 1 set
C. PIPA OUTLET
(1) Pipa konduit baja tanam (embedded) Ø 1.20 m – 40.00 m L : 1 jalur
(2) Pipa konduit baja terbuka (exposed) Ø 1.20 m – 395.00 m L : 1 jalur
(3) Dismantling joint Ø 1.00 m :1 buah
(4) Expantion joint Ø 1.00 m :3 buah
(5) Air valve Ø 200 :1 buah
D. RUMAH KATUP
(1) Pipa cabang emergency Ø 0.60 m – 12.00 m L : 2 jalur
(2) Pipa cabang PLTM Ø 1.00 m – 616 m L : 1 jalur
(3) Katup pengaman jenis butterfly Ø 0.60 m : 3 set
30
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
31
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
32
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
33
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB III
MANAJEMEN OPERASI & PEMELIHARAAN BENDUNGAN
BAB III MANAJEMEN OPERASI & PEMELIHARAAN
3.1 Umum
Penyelenggaran Operasi dan Pemeliharaan (OP) Bendungan Beringin Sila adalah suatu
sistem untuk memastikan bahwa bendungan dioperasikan dan dipelihara secara memadai
sehingga :
Bendungan terjaga keamanannya (aman dioperasikan)
Bendungan terjaga kelestarian fungsinya (mampu memberi manfaat yang
berkelanjutan)
Penyelenggaraan/Program OP Bendungan Beringin Sila dilaksanakan sesuai dengan siklus
manajemen penyelenggaraan OP bendungan yang memiliki 3 tahap kegiatan pokok seperti
pada Gambar 3.1 yang terdiri dari: planing, implementasi, evaluasi.
34
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
35
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Demikian pula petugas OP bendungan juga memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan bendungan yang aman. Keberhasilan program OP sangat tergantung kepada
operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan yang mereka laksanakan. Dengan operasi
bendungan yang baik, bendungan akan terhindar dari terjadinya overtopping; dengan
pemeliharaan yang baik, bendungan akan selalu siap dioperasikan pada semua kondisi
operasi; dan dengan pemantauan bendungan secara rutin, akan diketahui sedini mungkin
setiap terjadinya perubahan pada bendungan dan juga problem yang sedang berkembang pada
bendungan sebelum menjadi ancaman yang nyata bagi keamanan bendungan. Untuk itu
diperlukan petugas OP yang memiliki kompetensi dan dedikasi yang memadai.
36
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
37
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
pemeriksaan bersama oleh petugas Operasi, petugas pemeliharaan dan petugas pemantauan
dengan dipimpin oleh Koordinator petugas OP, bila perlu dipimpin langsung oleh
supervisor/tenaga ahli bendungan.
Menyusun biaya AKNOP yang tergantung dari kualitas bahan dan waktu, misal tentang
pekerjaan pengecatan atau pembabatan rumput dan lain-lain
Demikian juga dengan biaya pemeliharaan rutin dan berkala. Juga biaya Pelaksanaan dan
Pengawasan untuk tenaga harian diperlukan
Biaya OPP Harus dibicarakan bersama-sama dengan petugas OPP dipimpin oleh Koordinator
Petugas OP / bila perlu dipimpin langsung oleh Supervisor / Tenaga Ahli Bendungan.
Setelah dana turun, jika biaya lebih kecil dari yang diusulkan maka perlu prioritas untuk
yang terburuk, terkait keamanan.
38
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
39
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Tabel 3 - Luas dan Tampungan Waduk Berbagai Level Operasi Bendungan Beringin
Sila
Level Operasi El. MAW (m) Luas (ha) Tampungan (Juta m3)
LWL 95 71.19 6.74
NWL 116 125.70 27.46
MOL 101.25 84.11 11.74
Q 100 117.01 128.83 28.75
Q 1000 117.28 129.83 29.10
Q PMF 120.02 138.16 32.78
2. Tubuh Bendungan : (Lampiran 2 – 4, Lampiran 2 – 5, dan 2 – 6)
Tipe: Zonal dengan inti tegak
Zona 1 (Inti Kedap)
Zona 2 (Filter Halus)
Zona 3 (Filter Kasar)
Zona 4 (Timbunan Batu)
Zona 5 (Timbunan Random)
Zona 6 (Rip-Rap)
Lokasi Bendungan : 8º27’18,85” LS 117º7’37,36” BT
Bangunan Pelengkap :
Walkway Mutu beton K-175
Hand Rail
Aspal
3. Spillway
Tipe bangunan pelengkap : Bangunan pelimpah samping
Lebar Mercu Type “Ogee” :60,00 m
Mutu Beton : K-420 dan K-225
Kapasitas debit masing-masing bangunan;
4. Pengelak
40
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
41
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
42
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
43
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
44
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
45
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
46
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
PETUGAS DIRJEN
NO. LAPORAN DIR. OP BTB
OP SDA
47
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
48
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
49
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
50
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Tahap ketiga dari manajemen penyelenggaraan OP bendungan adalah Evaluasi. Tahapan ini
terdiri dari :
1. Membuat standar evaluasi,
2. Pengumpulan informasi hasil evaluasi,
3. Penilaian efektivitas pelaksanaan penyelenggaraan OP bendungan.
51
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
52
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB IV
ORGANISASI OP
BAB IV ORGANISASI OPERASI & PEMELIHARAAN
4.1 Struktur Organisasi OP
Agar OP bendungan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, perlu adanya
dukungan dari organisasi OP atau Unit Pengelola Bendungan yang dilengkapi dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, SDM/petugas OP yang memadai jumlah
dan kompetensinya, prosedur kerja/panduan OP yang lengkap dan mudah dimengerti, serta
dana dan peralatan yang cukup.
Agar petugas OP memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugasnya, perlu
dilakukan pelatihan-pelatihan secara berkala bagi para petugas OP. Pelatihan petugas OP
dilakukan dalam rangka peningkatan ketrampilan/keahlian dan penyegaran.
Kebutuhan minimal personil OP tergantung pada ukuran dan kompleksitas bendungan.
Secara umum, personil OP bendungan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Personil tetap : melaksanakan kegiatan rutin operasi, pemeliharaan, pemantauan,
pengelolaan bendungan, termasuk petugas keamanan (security).
- Personil tidak tetap: adalah pekerja lepas atau pekerja kontrak.
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa saat ini tenaga-tenaga petugas OP untuk Bendungan
Beringin Sila telah disiapkan, dimana petugas dari unit POP Pembangunan Bendungan
Beringin Sila nantinya menjadi petugas dalam Unit Pengelola Bendungan Beringin Sila.
Seperti terlihat pada Gambar 4.2, merupakan rencana Struktur Organisasi OP Bendungan
Beringin Sila, yang selama ini ikut terlibat dalam kegiatan OP Bendungan di Site.
53
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
54
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
55
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
56
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
57
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
58
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
2 Mengumpulkan data kebutuhan air dari para penerima manfaat (irigasi, air
minum, air industry, PLTA, dll)
3 Menyimpan semua data hasil kegiatan dan melaporkan kepada Koordinator
Lapangan dan Koordinator Data dan Evaluasi Pengelolaan Bendungan.
4.2.12 Petugas Pemeliharaan Bendungan
1 Melakukan pemeriksaan visual kondisi bendungan dan membuat catatan sesuai
dengan format yang ada pada blangko monitoring bendungan.
2 Melakukan pemeriksaan kondisi bagian-bagian bendungan (Terowongan,
spillway, bangunan intake, dll).
3 Mengumpulkan data kerusakan peralata dan/atau bagian bendungan
4 Menyimpan semua data hasil kegiatan dan melaporkan kepada Koordinator
Lapangan dan Koordinator Data dan Evaluasi Pengelolaan Bendungan.
59
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Dirjen SDA
Direktorat Pembina
Komisi Keamanan Bendungan dan Balai Bendungan
Dewan Sumber Daya Air.
Pemerintah daerah (Gubernur, Bupati, Walikota)
Kerjasama dengan instansi lain seperti :
1 Dinas Pengairan Prop/Kabupaten : Pola operasi waduk, waktu dan pola tanam,
penyediaan air irigasi, pengendalian banjir.
2 PDAM : Pola operasi waduk, kualitas air.
3 PT. PLN : Pola operasi waduk, produksi tenaga listrik
4. Dinas Pariwisata : Pengelolaan lahan pariwisata, rekreasi
5. Kepolisian : Sekurity
6. Lingkungan Hidup : kualitas air, izin pembuangan sampah, bahan
berbahaya/racun, dll.
60
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB V
PETUNJUK OPERASI WADUK
BAB V PETUNJUK OPERASI WADUK
5.1 Umum
Pada dasarnya kegiatan utama dari operasi Bendungan Beringin Sila adalah pengoperasian
waduk yang dilakukan dengan cara mengatur pengeluaran air waduk melalui pintu-pintu atau
katup pada bangunan pelengkap yang terdiri dari:
Bangunan pelimpah,
Bangunan sadap/intake
Pengoperasian pintu atau katup bangunan pelengkap harus dilakukan sesuai dengan prosedur
operasi. Kegiatan operasi yang tidak sesuai dengan prosedur operasi yang telah ditetapkan
dapat berakibat: mengurangi efektifitas bendungan, menimbulkan kerusakan pada peraltan
yang dioperasikan dan bahkan dapat membahayakan kesalamatan bendungan yang
bersangkutan.
Dilihat dari jenis operasinya, operasi waduk dibedakan menjadi:
1. Operasi normal, atau operasi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan air dihilir; irigasi
3.500 ha, air baku 76 ltr/dtk, PLTM 1,4 MW
2. Operasi banjir, operasi yang dilakukan pada saat banjir untuk menjaga agar muka air
di waduk tidak melampaui batas elevasi muka air waduk yang direncanakan di dalam
pola operasi waduk, atau dalam rangka pengendalian banjir dihilir bendungan yang
dilakukan dengan mengatur keluaran air waduk lewat pintu-pintu pada bendungan.
3. Operasi darurat, operasi yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat yang
dilakukan dengan cara menurunkan muka air waduk secara cepat untuk mengurangi
ancaman bahaya yang terjadi atau menunda terjadinya keruntuhan bendungan.
Operasi waduk harus dilakukan berdasar “rencana tahunan operasi waduk”, dan rencana
tahunan operasi waduk dibuat berdasarkan “pola operasi waduk”. Didalam pelaksanaan
rencana tahunan operasi waduk, perlu dilakukan evaluasi secara berkala karena kenyataan
yang terjadi dilapangan tidak selalu sama dengan rencana operasi.
Untuk menyusun rencana tahunan operasi waduk dan pola operasi waduk diperlukan
informasi mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air yang diperoleh dari hasil analisis data
hidrologi. Lingkup kegiatan operasi waduk meliputi antara lain:
61
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
62
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
63
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
64
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
65
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Keandalan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
MIN 2.32 2.00 2.87 1.23 0.27 0.08 0.01 0.00 0.01 0.00 1.47 3.26
MAX 7.56 7.70 6.78 6.22 4.50 2.74 1.77 0.79 4.28 4.69 5.98 8.09
rerata 4.88 5.19 4.37 3.18 1.84 0.88 0.39 0.21 0.55 1.70 4.00 5.14
50% 5.19 5.12 4.46 3.06 1.90 0.59 0.19 0.10 0.20 1.45 4.17 5.49
80% 3.74 4.01 3.29 2.27 0.95 0.40 0.07 0.01 0.03 0.49 2.86 4.07
90% 2.52 3.64 2.88 1.68 0.36 0.25 0.04 0.01 0.02 0.14 2.46 3.56
95% 2.33 2.16 2.87 1.27 0.28 0.11 0.01 0.00 0.01 0.02 2.13 3.33
66
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
67
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
68
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
69
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
70
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
tanda peringatan darurat/alarm agar masyarakat yang beraktifitas di sekitar sungai untuk
segera naik.
Dalam petunjuk keadaan darurat dijelaskan mengenai: indikasi-indikasi kondisi darurat,
prosedur operasi dan pencegahan, prosedur pengoperasian peringatan dini, dll.
Semua hal tersebut, nantinya akan menjadi bahan dalam penyusunan Rencana Tindak Darurat
(RTD).
Setiap petugas OP harus memahami petunjuk operasi pada kondisi darurat dan selalu siap
menghadapi kondisi yang terburuk. Untuk itu secara berkala perlu dilakukan pelatihan
penyegaran mengenai operasi darurat tersebut.
71
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB VI
PETUNJUK PEMELIHARAAN
BAB VI PETUK PEMELIHARAAN
6.1 Umum
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk: menjaga agar bendungan, bangunan pelengkap
dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman dan berfungsi dengan baik sehingga siap
dioperasikan pada semua kondisi operasi.
Secara garis besar kegiatan pemeliharaan bendungan dapat dibedakan menjadi dua kelompok
kegiatan, yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance): dilakukan secara rutin dan
berkala untuk mencegah terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada
bendungan dan bangunan pelengkapnya. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi:
Pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance), dilakukan sesuai dengan
jadwal yang direncanakan.
Pemeliharaan pemeriksaan (monitored maintenance), kegiatannya berupa
pemeriksaan meliputi: pemeriksaan berkala dan uji peralatan secara berkala.
Jadwal pemeriksaan dibuat berdasarkan perkiraan tingkat keausan atau pelapukan
setiap jenis peralatan atau meterial.
b. Pemeliharaan tak terduga (extra ordinary maintenance): dilakukan sesuai kebutuhan
untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, kerusakan akibat kemerosotan mutu,
banjir, vandalisme dan lain-lain. Pelaksanaan pemeliharaan tak terduga mungkin
perlu melibatkan ahli dari luar, konsultan dan kontraktor.
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk: menjaga agar bendungan, bangunan
pelengkapnya dan semua fasilitasnya selalu dalam kondisi aman dan berfungsi dengan baik
sehingga siap dioperasikan pada semua kondisi operasi, meliputi upaya untuk:
Mencegah terjadinya kemerosotan mutu atau kerusakan pada bendungan dan bangunan
pelengkapnya. Kegiatan ini lazim disebut “pemeliharaan pencegahan” (preventive
maintenance);
Memperbaiki kerusakan akibat kemerosotan mutu, banjir, vandalisme dan kegagalan.
Kegiatan ini lazim disebut “pemeliharaan tak terduga” (extra ordinary maintenance).
72
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
a. Pemeliharaan pencegahan
73
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
74
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Pelaksanaan pemeliharaan tak terduga mungkin perlu melibatkan ahli dari luar, konsultan dan
kontraktor. Untuk memastikan bahwa suatu kegiatan perbaikan besar, perkuatan
(improvements), dan rehabilitasi dampaknya tidak merugikan terhadap keamanan bendungan,
kegiatan tersebut perlu dikaji oleh Balai Bendungan dan Komisi Keamanan Bendungan serta
memperoleh izin dari meneteri PUPR.
Agar bendungan selalu siap untuk dioperasikan pada semua kondisi operasi, pemilik
bendungan harus melakukan pemeliharaan bendungan secara rutin dan pada kondisi
keamanan yang sudah sangat menurun pemilik berkewajiban melakukan rehabilitasi
bendungan. Kegiatan pemeliharaan dan pemantauan bendungan adalah merupakan pilar ke II
dari Konsepsi Keamanan Bendungan yang harus dilaksanakan oleh pemilik bendungan.
Pemeliharaan didefinisikan sebagi merupakan pekerjaan rutin yg diperlukan untuk
memelihara bangunan dan sistem yang ada, mencakup: peralatan mekanik, listrik, hidrolik
dan sipil, agar tetap dalam kondisi aman dan berfungsi baik.
Petunjuk atau prosedur pemeliharaan suatu bendungan perlu dimutakhirkan secara terus-
menerus sesuai dengan kondisi terbaru bendungan.
75
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
swakelola dan borongan tenaga, tugas, dan tanggung jawab serta jadwal pelaksanaan harus
diperjelas. Untuk sistem borongan pekerjaan, harus jelas pula untuk dokumen kontrak,
gambar desain, spesifikasi, dan lain-lain.
Guna mendukung manajemen staf dan tenaga kerja, pembinaan dilakukan diantaranya
dengan penyelenggaraan program pelatihan. Program ini akan dapat memberikan
pemahaman, penyegaran, dan pengenalan hal-hal baru. Demikian pula untuk manajemen
peralatan dan bahan perlu didukung dengan sistem penjagaan kontrol yang baik pada
pengadaan, penyimpanan, dan penggunaan.
Pemantauan kinerja dan evaluasi pelaksanaan dan program perlu dilakukan untuk
peningkatan efektifitas pelaksanaan. Bahan evaluasi harus lengkap dan akurat. Oleh karena
itu pengelolaan harus baik untuk pencatatan dan pengolahan informasi yang diperlukan
dengan lengkap dan akurat. Catatan tentang kegiatan dan pelaksanaan pemeliharaan perlu
dikelompokkan berdasarkan sifat dan petugas yang bertanggung jawab serta berdasarkan
sistem pelaksanaan swakelola, bas borong atau borongan pekerjaan.
76
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
77
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
78
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
N
Kegiatan Bangunan Pelimpah dan Bangunan Pengeluaran Frekuensi
o
1) Pemeliharaan Beton, Lakukan perbaikan pada permukaan dan sambungan beton, meliputi: Rutin :
Penambalan bagian yang pecah/lepas dengan melepas rekahan, dibersihkan dahulu, lalu Periksa kondisi beton setiap
ditambal dengan beton non susut / suatu zat perekat untuk beton. 4 bulan. Jika ada yang rusak,
Penguatan permukaan dengan pengecatan / pelapisan atau dengan menambah penulangan dimasukkan usulan tahun
(TERGANTUNG PERMASALAHAN YANG ADA). berikutnya.
Perbaikan retakan minor dengan perekat atau injeksi epoksi (TERGANTUNG
PERMASALAHAN YANG ADA).
-Modul Defisiensi Material-
Sering terjadi kesalahpahaman dalam intepretasi modul.
Keterangan:
Konsultasikan dengan tenaga ahli bendungan sebelum bendungan melakukan perbaikan pada
sambungan dan permukaan beton. Masalah beton mungkin menjadi sebuah indikasi dari masalah
keamanan bendungan. Jaga sambungan beton dari vegetasi.
2) Pemeliharaan Vegetasi di lereng hilir
Potong rumput agar tetap pendek. Rutin : Periksa setiap tahun
Cabut pohon-pohon kecil dan semak-semak yang akan mempengaruhi pemantauan / • Rutin : Periksa liang setiap
mengganggu pemantauan. tahun
Penutupan liang binatang dengan menggali tanah lepas di sekeliling lubang dan mengisi • Berkala : Menghilangkan
tanah dengan pemadatan ke dalam lubang galian. atau memberantas binatang,
Pertahankan pelindung timbunan dengan memperbaiki dan atau mengganti penurunan mutu sebagaimana diperlukan.
material (contoh rumput, riprap, dll) yang hilang karena erosi atau pengrusakan. perlu • Rutin : Periksa erosi setiap
dipastikan jenis timbunan yang ada di lokasi, apakah rip-rap, rumput,dsb. Jika diameter tutun bulan dan sesudah cuaca
+ 1 m, baru memerlukan penambahan………………… buruk
3) Pemeliharaan Struktur Intake Periksa intake setiap bulan,
Bersihkan saringan sampah dengan membuang sampah. jika dapat diamati
79
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
N
Kegiatan Bangunan Pelimpah dan Bangunan Pengeluaran Frekuensi
o
Pemeliharaan log boom keamanan dan pelampung keamanan dengan melakukan:
Perbaikan agar berfungsi
Penggantian bagian log boom yang rusak
Perbaikan dan penggantian angkor yang longgar atau hilang
(lihat uraian sebelumnya pada pemeliharaan kondisi beton dan logam)
4) Pemeliharaan Saliran Pelimpah : Rutin :
Buang semua hambatan apapun atau sedimen dari saluran spillway. Periksa hambatan dan
sedimen setiap bulan
5) Pemeliharaan Penstocks/Conduits : (Lihat uraian sebelumnya mengenai pemeliharaan logam) Rutin : Periksa saluran setiap
bulan
6) Pemeliharaan Pemecah Energi Berkala :
Pembersihan objek/gangguan dan yang dapat diambil (misalnya: batu besar, puing-puing, Periksa pemecah energi
tumbuh-tumbuhan, dll) setiap tahun
Jaga kolam olak tetap bersih Pelihara kolam olak dengan membersihkan riprap dan puing-puing
batu yang mengganggu. (mungkin perlu pengeringan kolam olak untuk membersihkan puing-
puing. Kolam olak kemungkinan perlu dikeringkan dan dibersihkan sekitar setiap 5 tahun,
tergantung pada kondisi sebelumnya setelah pengeringan terakhir)
7) Pemeliharaan Saluran Pembuang Berkala:
Pembersihan gangguan/penghalang dibawah saluran pembuang Periksa saluran pembuang
(lihat bagian sebelumnya mengenai pemeliharaan beton dan vegetasi) setiap tahun
Tabel 6 - Pemeliharaan Pencegahan dan Perbaikan Daun Pintu dan Transmisi Alat Angkat
80
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
81
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
82
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
83
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
84
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Periksa kondisi jalan akses. Pastikan bahwa jalan akses tetap bersih. Lakukan perbaikan jika Rutin : Periksa jalan masuk
dibutuhkan (termasuk jembatan, gorong-gorong,dll). setiap bulan
85
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
86
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
87
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
lampunya tidak menyala dan belnya tidak berbunyi maka battery harus segera di
charge.
2. Kalibrasi
a) Alat ukur untuk mengukur plat-plat magnet ini adalah pita meteran biasa dari plat
baja yang dilapisi semacam plastic dan tidak perlu kalibrasi.
88
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
c) Voltage dari Main Battery harus antara 11.8 – 13.2 V, sedangkan Charger harus
13.8 V.
d) Kondisi fisik dari Strong Motion Acceleograph harus dicek setiap tahun, seperti
apakah keadaan kabel dan konektornya ada dalam kondisi baik dan hubungan
setiap konektornya poisisinya tepat.
2. Kalibrasi
a) Untuk mengetahui bahwa Strong Motion Acceleograph perlu atau tidak perlu
kalibrasi adalah dengan melakukan “Self Test” sekurang-kurangnya satu tahun
sekali. Perbedaan amplitude antara sebelumnya dan saat dilakukan test harus
tidak lebih dari 5%, dan jika lebih dari 5% maka pemasok atau pabriknya harus
dihubungi karena kemungkinan diperlukan kalibrasi pabrik.
89
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
90
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB VII
PETUNJUK PEMANTAUAN
BAB VII PETUNJUK PANTAUAN
7.1 Lingkup Pekerjaan Pemantauan
Lingkup pekerjaan pemantauan :
1. Pengukuran/pembacaan instrument dan evaluasi datanya
2. Pemeriksaan Bendungan Beserta Waduknya
3. Uji Operasi peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan
Kegiatan pemantauan dan pemeriksaan Bendungan Beringin Sila dilakukan berdasarkan
sarana dan prasarana yang ada di Bendungan Beringin Sila, yaitu :
1. Pore Pressure Meter di timbunan dan pondasi tipe kawat getar
Alat ini berfungsi untuk mengukur tekanan air pori pada timbunan dan pondasi.
Alat ini dipasang pada STA 6 +40 m (tengah), STA 4 + 40 m (kiri) dan STA 7 + 60
m(Kanan).
2. Patok Geser Puncak Bendungan
Alat ini berfungsi untuk mengukur gerakan horizontal dan vertikal permukaan
puncak tubuh bendungan.
3. Patok Geser Lereng Bendungan
Alat ini berfungsi untuk mengukur gerakan horizontal dan vertikal permukaan
lereng tubuh bendungan
4. Inclinometer:
Alat ini berfungsi untuk mengukur gerakan horizontal tubuh bendungan pada
setiap interval kedalaman tertentu, alat ini dipasang pada STA 4 + 35 m , STA 6 +
35 m dan STA 7 + 55 m.
5. Multi-layer settlement:
Alat ini berfungsi untuk mengukur penurunan tubuh bendungan pada setiap
interval kedalaman tertentu, alat ini dipasang pada STA 4 + 35 m , STA 6 + 35 m
dan STA 7 + 55 m.
6. Sumur Pengamatan
Alat ini berfungsi untuk mengukur kedalaman muka air tanah. Direncanakan
dipasang sebanyak 3 buah OH pada bagian hilir sandaran kanan, dan 3 buah OH
pada bagian hilir sandaran kiri.
7. Strong Motion Accelerograph
91
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
92
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
93
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
94
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
95
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
96
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
97
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
98
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
7.2.1 Pemantau Tekanan Air Pori/ Pisometer tipe Kawat Getar (Vibrating Wire
Piezometer)
Pada bendungan Beringin Sila direncananakan 35 buah pisometer tipe vibrating wire (dengan
notasi PP dan P) yang dipasang segera setelah selesai konstruksi, 8 buah pada fondasi dan 27
buah pada tubuh bendungan. Pisometer tersebut terpasang pada profil STA. 6+40, STA. 4+40
dan STA. 7+60.
Seluruh kabel pisometer tersebut dihubungkan ke rumah terminal (Shelter) yang selanjutnya
dihubungkan ke Automatic Data Logger yang tersimpan di Rumah Instrumentasi.
Fungsi :
Mengukur/ memantau tekanan air pori
Cara Kerja Alat Baca :
Pisometer ini terdiri dari seutas kawat getar direntangkan pada pusat diafragma di dalam pipa
piesometer (tip) yang pada bagian tengahnya ditempatkan sebuah massa kecil.
Besar kecilnya defleksi yang terjadi pada diafragma akibat tekanan air pori menyebabkan
perubahan resonansi getaran pada kawat getar. Getaran kawat akan menimbulkan medan
magnet dengan frekwensi tertentu dan menimbulkan suatu arus di dalam kumparan pada
frekwensi yang sama.
Prosedur Pembacaan :
Frekwensi getaran diukur pada alat pembacaan yang ditempatkan pada terminal pembacaan,
data dihitung dengan menggunakan tabel kalibrasi yang telah dibuat sebelumnya.
Data yang diperoleh dikoreksi dengan perhitungan :
Tekanan air pori (mH2O) = zero reading x gauge factor
Keterangan :
Zero reading : pembacaan awal vibrating wire piesometer
Gauge factor : pembacaan hasil kalibrasi
Rumus perhitungan tekanan air pori telah terseting pada program “LoggerNet” sehingga saat
data pembacaan piesometer yang telah tersimpan pada data logger didownload, otomatis akan
mendapatkan hasil konversi dari reading ke tekanan air pori.
Hasil pengukuran dicatat kemudian dilakukan plotting pada grafik.
99
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Perawatan :
Perawatan alat baca dapat mengikuti sesuai manual yang dikeluarkan oleh pabrikan.
100
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
- Secara berkala dilakukan kalibrasi alat baca pada laboratorium kalibrasi alat
7.2.3 Inklinometer dengan Multilayer Setlement
Pada Bendungan Beringin Sila direncanakan dipasang 3 set Pipa Inklinometer untuk
memantau deformasi arah horisontal yang sekaligus dipasang dengan multilayer setlement
untuk memantau deformasi arah vertikal (settlement).
Inklinometer yang terpasang sebanyak 3 unit, dengan rincian
IM-1 pada STA 6+35 (El. dasar +42.00),
IM-2 pada STA 7+55 (El. dasar +56.62),
IM-3 pada STA 4+35 (El. dasar +76.62).
Fungsi digunakan untuk memantau pergerakan lateral pada tubuh bendungan.
Alat Baca :
- Probe dilengkapi dengan transducer
- Kabel elektronik berskala
- Unit pembacaan (read out) berupa PDA yang dihubungkan dengan torpedo (probe) dengan
kawat elektronik berskala melalui bluetooth
- Program “in-site” sebagai media untuk data yang tersimpan pada PDA.
Prosedur Pembacaan :
- Ukuran pertama untuk menentukan profil awal casing dan selanjutnya untuk memantau
perubahan yang terjadi
- Pengukuran kemiringan torpedo diukur dengan 2 gaya seimbang berupa servo
accelerometer
- Servo pertama mengukur kemiringan yang terjadi pada bidang sejajar dan servo kedua
mengukur kemiringan pada bidang tegak lurus dengan bidang pertama
- Pemantauan secara periodik dengan mengukur besarnya dihitung dari pengurangan
pembacaan awal terhadap pembacaan akhir
- Pembacaan awal digunakan sebagai dasar referensi terhadap pembacaan berikutnya
- Data yang tersimpan pada PDA dapat ditransfer ke program “in-Site” untuk diolah hingga
menjadi grafik penyimpangan.
Hasil pengukuran dicatat, kemudian dilakukan plotting pada grafik. Hasil pengukuran
kemiringan dikonversikan ke penyimpangan secara lateral. Penyimpangan pada 2 bacaan
yang berurutan = L sin , dimana:
- o = arc sin penyimpangan (mm) / L (mm)
- L = panjang alat sensor
101
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
- o = sudut kemiringan
Perawatan :
- Perawatan dan kalibrasi probe/alat baca dapat mengikuti petunjuk/manual yang
dikeluarkan oleh pabrikan
- Boks pelindung bagian atas instrumen, secara rutin dilakukan pengecatan agar lokasi
inclinometer mudah ditemukan. Pada bagian boks pelindung harus terdapat lubang untuk
mengalirkan air dari dalam lubang apabila terkena air hujan
- Lubang pipa inclinometer diberi tutup agar tidak kemasukan benda-benda (kerikil,
binatang dll) serta tutup tersebut mudah dibuka.
- Area sekitar lubang inclinometer secara rutin dibersihkan, sehingga lokasi inclinometer
mudah untuk dilihat.
102
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
- Boks pelindung bagian atas instrumen, secara rutin dilakukan pengecatan agar lokasi pipa
OH mudah ditemukan. Pada bagian boks pelindung harus terdapat lubang untuk
mengalirkan air dari dalam lubang apabila terkena air hujan
- Lubang pipa OH diberi tutup agar tidak kemasukan benda-benda (kerikil, binatang dll)
serta tutup tersebut mudah dibuka.
- Area sekitar instrumentasi secara rutin dibersihkan, sehingga lokasi OH mudah untuk
dilihat.
- Perawatan pipa/lubang piesometer dapat dilakukan dengan cara flushing yang dilakukan
tidak satu tahun 2 (dua) kali.
7.3 Pelatihan
Para petugas pemantauan baik petugas OP pemantauan maupun pengamat/supervisor harus
personel yang berkemampuan yang telah dilatih atau memperoleh pelatihan dari tenaga ahli
instrumentasi dan tenaga ahli geoteknik. Para petugas yang pernah bertugas selama
pelaksanaan konstruksi yang melakukan pemasangan dan pengamatan instrumentasi akan
sangat memahami tugasnya. Program pelatihan perlu diselenggarakan bagi para petugas
103
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
PEMANTAUAN
1x per minggu – per 6 bulan Rutin: harian sampai bulanan 2 x per tahun
Berkala: ½ tahunan
Besar : 5 tahunan
104
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
pengganti (backup) yang juga memahami instrumen itu. Personel pengumpulan data
harus membaca instrument dengan cara yang sama setiap waktu yang ditentukan.
2) Konsistensi alat baca
Dengan menggunakan unit alat baca yang sama untuk membaca instrument pada
setiap waktu yang ditentukan akan menghasilkan bacaan yang paling konsisten. Alat
baca harus dihubungkan atau disesuaikan dengan cara yang sama untuk setiap
pembacaan. Unit pembacaan jangan ditukar tempat sebab hasil pembacaan akan
tergantung pada unit baca, dan kombinasi transduser.
3) Pembacaan beragam
Pembacaan yang beragam harus diambil nilai yang paling mewakili.
4) Koordinasi pembacaan instrument
System instrumentasi harus didesain dari jenis-jenis instrument berbeda yang dapat
menunjukan perubahan dalam kondisi yang sama, dan selang waktu yang sama. Oleh
karena itu, nilai bacaan dari instrument yang perlu dibandingkan harus dibaca pada
waktu yang hampir bersamaan.
5) Pembacaan suatu instrument harus dibandingkan dengan data bacaan yang lalu
Untuk instrumen yang sama hasil pembacaan harus dibandingkan dengan hasil
pembacaan yang lalu. Bila terjadi perbedaan pembacaan perlu dipelajari/dievaluasi.
Perbedaan ini harus dikoreksi bila akibat dari perubahan kondisi instrumen atau
kesalahan metode pembacaan. Namun perbedaan ini dapat pula akibat dari terjadinya
penyimpangan perilaku bendungan.
6) Catatan data
Data instrumentasi harus mencangkup hasil pembacaan alat, dan setiap informasi
yang mengidentifikasi proyek, instrument, unit baca, pembaca, waktu, dan tanggal,
pengamatan visual, iklim, keterangan, dan setiap kondisi lapangan yang mungkin
mempengaruhi data hasil pembacaan. Semua pemeriksa kalibrasi, nilai rata-rata atau
median harus diperlihatkan. Data terdiri dari catatan lapangan atau lembaran data
lapangan atau arsip data komputer, dan arsip asli.
Sumber informasi untuk mengidentifikasi proyek dapat disimak pada tabel berikut.
105
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
7) Entri data
Sebelum entri data petugas perlu membaca data pengukuran sebelumnya dari buku
lapangan kemudian membandingkan hasil pembacaan baru dengan data pembacaan
sebelumnya. Dari pembandingan tersebut terdeteksi kemungkinannya perbedaan
bacaan yang mencolok. Bila terjadi kondisi yang demikian pembacaan perlu diulang
Kembali untuk memperoleh hasil bacaan yang benar. Kesalahan pembacaan dapat
terjadi karena alat, metode atau petugasnya.
Data instrumen yang dicatat dalam buku lapangan harus segera dipindahkan atau di
entri ke dalam arsip komputer untuk mencegah hilangnya data karena hilangnya atau
rusaknya buku lapangan. Hasil entri data harus diperiksa ulang untuk mengetahui
106
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
kemungkinan adanya kesalahan dalam entri data yang memerlukan koreksi. Buku
data lapangan yang digunakan untuk mencatat data lapangan secara langsung harus
mencangkup pembacaan semua faktor yang diperlukan. Pembacaan Sebagian dari
instrument jenis vibrating wire/elektrik mungkin memerlukan perangkat data seperti :
flash disk, atau komputer (laptop) untuk membacanya.
8) Komunikasi
Komunikasi diantara personel yang bertanggung jawab atas pengumpulan data,
pemprosesan data, pengkajian ulang data, dan analisis data merupakan faktor penting
dalam proses pengumpulan data. Personel pengumpulan data harus berkomunikasi
dengan personel pengkajian, dan analisis data dalam semua kondisi yang dapat
mempengaruhi hasil pembacaan. Personel pengkajian, dan analisis data harus
berkomunikasi tentang hasil pekerjaannya dengan peronel pengumpulan data, untuk
menunjukan apakah instrument itu membaca dengan benar, apakah instrument
berjalan dengan benar, apakah jadwal pembacaan tepat dan lain-lain.
9) Pembacaan dini terhadap kondisi luar biasa
Pembacaan di luar batas yang ditentukan harus segera dilaporkan. Personel yang
berkepentingan harus segera diberitahu bahwa telah menjadi masalah atau situasi
berbahaya, dan agar melakukan Langkah-langkah sesuai dengan Paduan Operasi
dan Pemeliharaan serta Rencana Tindak Darurat. Komunikasi, dan kerja sama
antara semua pihak yang terlibat dalam tambahan data sangat diperlukan terutama jika
muncul permsalahan.
10) Pertimbangan khusus untuk pengumpulan data otomatik
Pemgumpulan data otomatik dapat disesuaikan dengan frekuensi pengumpulan data
untuk mengetahui perilaku keamanan bendungan secara lebih terperinci. Misalnya,
jika suatu kejadian pada sebuha waduk menyebabkan elevasi waduk berfluktuasi
secara cepat, frekuensi pengumpulan data harus dirubah untuk mencatat pengaruh
kejadian. Pembacaan data secara otomatik yang berada di atas nilai batas yang
ditentukan harus diperiksa. Pemeriksaan awal data ini akan membantu untuk
menjamin ketelitian atau koreksi tidak terlambat dilakukan.
107
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
dipakai untuk analisis dan interpretasi. Beberapa konstanta kalibrasi mungkin diperlukan
untuk mengkonversikan pembacaan lapangan ke nilai-nilai Teknik. Pada waktu lampau
konversi ini harus dilaksanakan secara manual, tetapi sekarang dapat dan harus dilakukan
secara manual, tetapi sekarang dapat dan harus dilakukan dengan komputer untuk
menghilangkan kesalahan konversi. Jika memungkinkan reduksi dan pemprosesan data
instrumentasi diselesaikan di lapangan, agar anomaly pembacaan, kesalahan atau instrument
yang tidak berfungsi dengan baik dapat segera diidentifikasi, dan koreksi.
1) Batas waktu untuk reduksi, dan pemprosesan data
Pengiriman data bacaan instrument dari lokasi proyek ke kantor pengolahan data
untuk reduksi, pemrosesan, dan pengkajian harus dilakukan secara tepat waktu.
Pengiriman data dapat dilakukan melalui faksimili, jaringan internet lewat komputer
setempat atau pelayanan surat ekspres. Semua data instrumentasi harus direduksi dan
diproses secepat mungkin terutama pada saat banjir besar ketika waduk terisi penuh,
dan bocoran meningkat secara drastis.
2) Pemeriksaan kesalahan
Pemeriksaan kesalahan data instrumentasi harus dikerjakan pada setiap tahap
pengumpulan, dan pemrosesan (dari pembacaan instrumen di lapangan sampai dengan
interpretasi akhir data bacaan). Pemeriksaan harus dimulai dengan koreksi terhadap
nilai data bacaan untuk memastikan bahwa pembacaan telah tercatat dengan baik pada
buku lapangan lembaran data lapangan atau untuk digunakan dalam bentuk pelaporan
atau rangkuman secara tabelaris. Pembacaan instrumen harus dibandingkan dengan
pembacaan pada kurun waktu yang ditentukan oleh kantor pengkaji dan dengan
pembacaan awal dalam kondisi yang sama. Penyesuaian dengan potensi kejadian
harus ditentukan.Pembacaan adanya anomali harus diidentifikasi, dan diperiksa jika
perlu.Lembaran data harus mencerminkan anomali pembacaan dan kemungkinan
sebab-sebab kesalahan pembacaan tersebut.
3) Metode reduksi dan pemprosesan
Program komputer sederhana harus digunakan untuk mempercepat proses reduksi
data. Koreksi terhadap kesalahan penulisan harus dilakukan dengan hati-hati.Program
yang digunakan untuk mereduksi data instrumentasi harus diujidan diverifikasi secara
hati-hati oleh pemakai untuk memastikan bahwa program itu telah beroperasi dengan
benar dengan kisaran nilai data instrumen yang diharapkan.
Program komputer ini berkisar dari program tunggal yang hanya melaksanakan
perhitungan reduksi data ke database yang kompleks, dan program yang didesain
108
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
untuk reduksi data dari beberapa jenis instrumen berbeda.Database yang lebih
kompleks dapat digunakan untuk data storage pada media elektronik, plot hasil data,
beberapa analisis pendahuluan, dan pengelolaan arsip riwayat pembacaan
instrumen.Program komputer dianjurkan digunakan untuk reduksi data, data storage,
dan plot secara grafik.Bagaimanapun hebatnya program komputer yang digunakan,
namun perlu dilakukan pemeriksaan manual perhitungan data secara periodik, dan
hasil-hasil perhitungan personel instrumentasi yang berpengalaman.Dengan
menggunakan sistem komputer, prosedur atau jadwal waktu untuk membackup data
merupakan langkah penting dalam pemrosesan data.Database yang terkait, seperti
paket database instrumentasi yang dikembangkan oleh Corps of Engineers, sangat
bermanfaat dalam semua tahap pengelolaan data.
109
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
110
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
rekahan atau piping dalam tubuh atau pondasi bendungan. Dan kegiatan selanjutnya adalah
evaluasi keamanan bendungan.
Petunjuk secara rinci kegiatan-kegiatan tersebut diberikan secara terpisah dalam Pedoman
Pemeriksaan dan Evaluasi Keamanan Bendungan.
111
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Kinerja yang tidk baik dari bagian-bagian tersebut mungkin tidak teramati sehingga
tidak dapat dijamin sebagaimana mestinya.
112
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
113
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
- Saat musim hujan pada kondisi air waduk penuh, untuk mengetahui perilaku dan
performance bendunga saat menerima beban air waduk secara penuh.
c. Pelaksana pemeriksaan berkala biasa adalah pemeriksa/supervisor (engineer pengelola
bendungan) bersama petugas lapangan (juru dan pengamat)
d. Laporan pemantauan berkala terdiri dari laporan pemantuan tengah tahunan dan laporan
tahunan OPP (Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan).
Laporan pemantauan tengah tahunan dibuat pada akhir tengah tahun pertama setelah
pelaksanaan pemeriksaan berkala. Isinya meliputi: laporan hasil pemeriksaan lapangan, data
bacaan instrument beserta evaluasinya.
Laporan pemantauan tahunan dibuat pada akhir tengah tahun ke 2 isinya merupakan
gabungan rangkuman laporan Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan disebut Laporan
tahunan OPP. Isinya meliputi :
- Hasil pemeriksaan visual, termasuk identifikasi komponen / bagian-bagian yang
memerlukan perawatan / pemeliharaan/ perbaikan;
- Hasil uji operasi semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan;
- Hasil pemantauan perilaku bendungan, yang meliputi aspek deformasi, rembesan, tekanan
pori dan tekanan angkat (uplift).
- Interpretasi data instrumentasi: bandingkan hasil data pemantauan dengan asumsi desain,
dan untuk bendungan lama bandingkan pula dengan trend data pemantauan instrumentasi;
- Kondisi peralatan instrumentasi bendungan (berfungsi baik, rusak?);
- Hasil pelaksanaan operasi;
- Hasil pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan;
- Kejadian khusus/musibah dan peristiwa (accident and incident);
- Evaluasi pelaksanaan program OP;
- Kegiatan pemeriksaan/inspkesi dan studi yang dilakukan pada tahun yang bersangkutan.
Distribusi laporan berkala, laporan disampaikan kepada Pemilik bendungan atau direktorat
pembina, Balai Bendungan, dan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I.
114
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
115
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Kategori Keterangan/Tindakan
No Indikator
Klasifikasi Diperlukan
Tindakan terdapat kekurangan pada saat Dapat beroperasi seperti
ini maupun yang berpotensi terjadi pada biasa
1 Baik
kondisi beban normal maupun kondisi
luar biasa
Tidak ada indikasi kurang aman Diperlukan analisis Teknik
pada beban normal untuk memastikan kondisi
2 Cukup
Kemungkinan kurang aman pada keamanan bendungan
banjir desain dan gempa desain
Pada kondisi beban tidak biasa Diperlukan studi dan
(unsual loading condition) investigasi lebih lanjut
keamanan structural bendungan untuk memastikan
disangsikan. parameter desain,
Nampak terjadi kemerosotan mutu peralatan dan perilaku
bahan. bendungan.
3 Kurang Perilaku structural Dapat beroperasi,
mengkhawatirkan. namun kewaspadaan
Adanya hasil pemantauan yang ditingkatkan.
melebihi parameter-parameter
dalam desain yag berpotensi
gangguan terhadap keamanan
bendungan.
Bendungan tidak aman pada beban Diperlukan tindakan
normal segera untuk
mengamankan
bendungan.
Penghentian
4 Buruk
sementara atau
pembatasan operasi
waduk.
Tindakan perbaikan
segera.
Catatan :
Aman :
dari kegagalan hidrolik
dari kegagalan rembesan
dari kegagalan struktur
116
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
117
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
c. Banjir besar
Pemeriksaan dilakukan sebelum terjadi banjir besar dan sesudahnya. Apabila dari peramalan
banjir (flood forecasting) diperkirakan akan terjadi banjir besar, petugas OP harus segera
melakukan pemeriksaan pada lokasi-lokasi yang perlu perlindungan khusus terhadap banjir.
Pemeriksaan setelah banjir dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerusakan
pada bagian-bagian bendungan yang perlu diperbaiki, utamanya pada bangunan peredam
energi dan saluran dihilirnya.
d. Badai
Badai dapat menimbulkan gelombang tinggi yang merusak lereng hulu bendungan. Selama
badai lereng hulu perlu dipantau, dan perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan yg
perlu perbaikan segera. Setelah badai reda, perlu pemeriksaan rinci untuk mengetahui
kerusakan yg terjadi dan kebutuhan perbaikannya.
e. Kejadian khusus
Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi kejadian khusus yang mengancam keamanan
bendungan seperti: kerusakan pada tubuh bendungan yang terus berkembang, longsoran
besar, retakan besar, amblesan besar, munculnya bocoran pada tubuh bendungan, lubang
benam, dll. Pemeriksaan difokuskan terhadap kerusakan atau ancaman keamanan bendungan
yang terjadi.
118
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Form.I
Pemantauan Muka Air Waduk
119
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Form. II
Pemantauan Sumur Pengamatan
120
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Form. III
Kertas Grafik Untuk Penggambaran Hasil Bacaan Inclinometer
121
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
122
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Form. IV
Pemantauan V-Notch
123
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Form. V
Pemantauan Multi Layer Setlement
124
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Aceh Besar,
Mengetahui
Form. VI
Laporan Harian Operasi
Unit Pengelola Waduk
Bendung Kepala UPB Petugas
Waduk Keuliling BWS Sumatera I Pemantauan
Tanggal :
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
125
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN UMUM
BAB VIII KESEHATAN DAN KESELAMATAN UMUM
8.1 Potensi Bahaya Yang Ada di Bendungan
Petunjuk ini dibuat untuk melindungi petugas OP bendungan dan masarakat umum dari
potensi bahaya yang ada di bendungan. Potensi bahaya yang ada di bendungan; Antara lain
adalah hujan badai / cuaca buruk. tanah longsor, puting beliung, banjir, gempa, dan sabotase.
Beberapa kondisi berbahaya yang berpotensi timbulnya kecelakaan:
1. Pengamanan saat repair yang tidak sempurna
2. Peralatan/bahan/perlengkapan yang tidak aman
3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur dan iklim kerja yang tidak aman
5. Penerangan tidak sempurna
6. Tekanan udara yang tidak aman
7. Getaran yang berbahaya
8. Posisi alat berat saat operasi tidak tepat
Demikian pula beberapa tindakan berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan :
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4. Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/ berkelakar, mengagetkan
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
10. Lain-lain.
Bekerja pada lubang galian yang dalam.
126
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
127
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
128
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
129
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB IX
SISTEM DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
BAB IX SISTEM DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
9.1 Sistem Dokumentasi
Dokumen Bendungan :
1. Meskipun pembebasan lahan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, sebaiknya BWS
Nusa Tenggara I mempunyai salinan dokumen pembebasan lahan, dan diarsipkan
dengan baik.
2. Penyerahan tanggung jawab operasi, pemeliharaan, dan pemantauan bendungan dari
SNVT Pembangunan Bendungan kepada Seksi OP BWS Nusa Tenggara I, hendaknya
dilengkapi dengan penyerahan salinan dokumen bendungan yang meliputi :
Dokumen Desain
Dokumen Pelaksanaan Konstruksi
Dokumen Pedoman OP yang dilengkapi dengan Pola Operasi Waduk
3. Dokumen Bendungan harus disimpan paling sedikit di 4 tempat, yaitu :
Lokasi bendungan atau kantor unit pengelola bendungan
Kantor Pengelola Bendungan BWS Nusa Tenggara I
Kantor pemilik (Dit. Bina OP atau Dit. Bendungan dan Danau, Ditjen. SDA)
Kantor Komisi Keamanan Bendungan, dalam hal ini Balai Teknik Bendungan
Pengelola bendungan berkewajiban memutakhirkan semua dokumen tersebut.
9.2 Dokumentasi dan Rekomendasi
Semua hasil pemeriksaan harus dibuat laporannya dan didokumentasikan, mencakup kondisi
umum sarana/fasilitas, efektifitas prosedur dan pelaksanaan O&P termasuk
penyimpangan-penyimpangan yang ada berikut rekomendasi perbaikannya. Secara garis
besar isi format laporan tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal berikut :
- Referensi data (gambar-gambar dan informasi penting lainnya).
- Data kinerja bangunan.
- Data hasil seluruh pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya.
- Tanggal pemeriksaan dan nama-nama team pemeriksa.
- Sarana/Fasilitas yang diperiksa, seperti Bendungan, Pelimpah, Bangunan Pengeluaran, dan
bangunan-bangunan fasilitas lainnya.
130
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
9.3 Laporan
Dalam pemantauan bendungan ada dua hal pokok yang penting yaitu data hasil pengamatan
kondisi teknis baik hasil dari instrumentasi maupun pemeriksaan visual dan evaluasi data dan
informasi untuk mengetahui perilaku dan keamanan bendungan. Terhadap hasil pengamatan
tersebut harus dibuat catatan dan atau laporan dengan isi yang lengkap dan berkualitas untuk
digunakan sebagai bahan evaluasi.
Untuk menjamin kualitas data pengamatan dan evaluasi perilaku dan keamanan kegiatan-
kegiatan terkait harus dilaksanakan, disusun atau dibuat dan dievaluasi atau dikaji oleh
personil yang berkompeten atau ahli di bidangnya mulai dari petugas lapangan pemantauan,
pengamat, pengawas dan para tenaga ahli di Unit Pengelola, Unit Pembina atau Sub
Direktorat OP sampai Balai Bendungan. Oleh karena itu ketentuan proses pelaporan termasuk
pengiriman ke Pemilik Bendungan (bagi bendungan PU ke Direktorat OP) dan Balai
Bendungan harus dipenuhi sehingga peran masing-masing personil khususnya tenaga ahli
benar-benar dapat terlibat.
Evaluasi efektif perilaku dan keamanan bendungan tidak hanya membutuhkan data
pengamatan tersebut diatas tetapi juga data dan informasi aspek desain, pelaksanaan,
pengoperasian dan pemeliharaan termasuk catatan peristiwa/kejadian.
Hal ini dapat terwujud bila arsip data baik manual maupun dengan komputer yang ada
mencakup data pengamatan sejak awal hingga sekarang. Dan dokumentasi lengkap semua
aspek sejak awal diselenggarakan dengan baik.
Didalam panduan OP perlu dijelaskan semua jenis laporan, cara penyiapan serta lampirkan
format-format laporan. Penjelasan harus mencakup: jenis laporan, frekwensi pelaporan,
distribusi, format laporan . Jenis laporan tersebut antara lain:
131
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
132
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
133
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
134
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BAB X
ANGKA KEBUTUHAN NYATA O&P
BAB X BIAYA OPERASI WADUK
10.1 Perencanaan Biaya O&P Bendungan
Biaya O&P Bendungan adalah segala biaya yang dibutuhkan/dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan O&P bendungan dalam rangka mengoptimalkan fungsi dan manfaat bendungan
berikut bangunan prasarananya sesuai dengan umur layanan yang telah direncanakan serta
menjaga kondisi keamanannya.
Besarnya biaya pokok O&P Bendungan tergantung kepada: dimensi, kondisi dan umur
bendungan beserta bangunan pelengkap dan prasarana lainnya.
Dalam rangka menunjang program keamanan bendungan secara berkesinambungan dan
sekaligus menjaga konsistensi layanan operasionalnya, perencanaan biaya O&P bendungan
perlu disiapkan untuk jangka panjang, paling tidak untuk 20 tahun ke depan.
Biaya O&P bendungan biasanya dihitung berdasarkan komponen-komponen yang secara
teknik memang memerlukan pemeliharaan. Pada periode-periode tertentu, biaya O&P
tahunan bendungan biasanya meningkat sebagai akibat dari adanya penyusutan, keausan atau
kerusakan yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur layanannya. Oleh karena itu, biaya
pokok tersebut harus ditinjau dan dievaluasi lagi, biasanya dilakukan setiap tahun oleh
personil O&P dan atau setiap periode 5 tahunan yang dilaksanakan oleh unit yang memonitor
keamanan bendungan.
Perhitungan dan perencanaan biaya O&P bendungan untuk setiap tahunnya dapat dilakuan
dengan cara membuat daftar atau melakukan inventarisasi terhadap komponen-komponen
pokok yang perlu mendapatkan perbaikan, pemeliharaan dan Perawatan secara kontinyu,
termasuk jenis dan metode pemeliharaan dan atau perbaikan yang akan dilakukan. Contoh
daftar komponen dan kegiatan O&P tersebut. Perhitungan AKNOP disesuaikan dengan SE :
No 01/SE/D/2016 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan Angka kebutuhan Nyata
Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Bendungan. Biaya yang dibutuhkan, mencakup:
Biaya langsung
Biaya tidak langsung
Biaya tak terduga
135
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
136
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Perencanaan biaya O&P untuk jangka panjang dapat disusun berdasarkan atas data base serta
asumsi-asumsi program pelayanan dan pengembangan untuk jangka panjang serta prakiraan
tingkat inflasi . Data base tersebut dapat dibuat berdasarkan pengalaman operasional tahunan
serta data aktual biaya pokok rutin O&P bendungan yang sudah berjalan ditambah
pengalaman dari bendungan-bendungan lain yang sejenis.
Dapat dituliskan dalam rumus:
137
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
138
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
139
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
140
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
141
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
142
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
143
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
144
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
145
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
146
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
147
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
dimana MAW tertinggi HANYA terjadi di awal musim kemarau (Apr I) yang probabilitas
turunnya hujan lebih kecil dari musim hujan (Nop-April). Untuk itu disarankan periode Apr I
harus hati-hati dalam menurunkan MAW dengan selalu berkoordinasi dengan BMKG.
148
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
KALA ULANG Q2 Q5 Q10 Q20 Q25 Q50 Q100 Q200 VOLUME PADA SAAT NWL +116 116 27.47 juta m3
BANJIR RENCANA m3/s 23.66 35.94 46.01 57.27 57.85 74.40 89.32 106.13 ELEVASI PENGENDALIAN BANJIR (m) 115 26.23 juta m3
VOL BANJIR RENCANA (jt m3) 2.04 3.11 3.98 4.95 5.00 6.43 7.72 9.17 DENGAN RUANG BANJIR SEBESAR 1.24 juta m3
Waktu Penurunan MAW ke +115
Periode POW RTOW Volume Banjir Tengah Bulanan (juta m3) Ketersediaan FLOOD CONTROL PADA+ 115 Waktu
m
Tamp Banjir Tamp. Banjir
Tgh bln BON B BON A RTOW 2023
Vol BanjirVol
Q2Banjir
VolQ5
BanjirVol
Q10BanjirVol
Q20BanjirVol
Q25Banjir
VolQ50
BanjirVol
Q100
Banjir Q200 El. MAW Early Release (jam), Buka : hari, dibuka : Recovery
Tengah Blnan yang tersedia (hari)
(jt m3) m juta m3 50% 80% 50% 80%
Nop 15 101.7 106.5 105.2 0.7 0.9 1.1 1.2 1.3 1.4 1.4 1.5 > Q200 Ruang Banjir 12.04
15 103.0 108.0 106.2 1.1 1.7 2.3 3.0 3.3 4.2 5.4 7.0 > Q200 Ruang Banjir 11.11
Des 15 104.2 109.5 105.4 1.2 1.6 1.9 2.2 2.3 2.6 2.8 3.1 > Q200 Ruang Banjir 11.85
16 105.0 110.8 108.3 1.0 1.4 1.7 2.0 2.1 2.4 2.8 3.1 > Q100 Ruang Banjir 8.85
Jan 15 106.2 112.0 111.4 1.1 1.7 2.2 2.8 3.0 3.6 4.3 5.0 Q25 - Q50 Ruang Banjir 5.49
16 108.0 113.2 111.3 1.1 1.8 2.3 3.0 3.2 4.0 4.9 6.0 Q25 - Q50 Ruang Banjir 5.55
Feb 15 109.5 114.0 112.1 1.1 1.7 2.2 2.7 2.8 3.4 3.9 4.6 Q10-Q20 Ruang Banjir 4.66
13 111.0 114.8 114.0 1.0 1.6 2.0 2.4 2.6 3.1 3.6 4.2 Q2-Q5 Ruang Banjir 2.48
Mar 15 112.1 115.5 114.8 1.0 1.4 1.7 2.0 2.0 2.3 2.6 2.8 Q2 Ruang Banjir 1.45
16 112.3 115.7 113.5 0.8 1.3 1.8 2.3 2.5 3.1 3.9 4.9 Q2-Q5 Ruang Banjir 2.99
Apr 15 112.5 116.0 115.5 0.8 1.4 1.9 2.4 2.6 3.3 4.1 5.1 < Q2 115.51 0.60 0.51 0.64 26.8 13.8 1.1 0.6 1.0
15 112.5 116.0 114.0 0.5 0.9 1.1 1.1 1.5 1.8 2.2 2.6 Q2-Q5 Ruang Banjir 2.46
Mei 15 111.8 115.7 113.3 0.5 1.1 1.7 2.6 2.9 4.1 5.7 7.9 Q5-Q10 Ruang Banjir 3.29
16 111.0 115.0 112.9 0.4 0.9 1.3 1.9 2.1 2.9 3.9 5.2 Q5-Q10 Ruang Banjir 3.80
Jun 15 110.0 114.3 113.7 0.2 0.4 0.7 1.0 1.1 1.6 2.3 3.2 Q2-Q5 Ruang Banjir 2.82
15 108.0 113.5 113.5 0.2 0.4 0.7 1.1 1.3 1.9 2.8 4.1 Q5-Q10 Ruang Banjir 3.10
Jul 15 106.0 112.6 112.2 0.1 0.2 0.4 0.6 0.6 0.9 1.2 1.6 Q10-Q20 Ruang Banjir 4.57
16 104.0 111.4 110.4 0.1 0.2 0.4 0.6 0.6 0.9 1.2 1.6 Q50-Q100 Ruang Banjir 6.57
Ags 15 102.0 110.4 108.2 0.0 0.1 0.2 0.3 0.3 0.4 0.7 1.0 > Q100 Ruang Banjir 8.99
16 101.0 108.2 106.6 0.0 0.1 0.3 0.5 0.6 0.9 1.5 2.5 > Q200 Ruang Banjir 10.65
Sep 15 100.5 106.0 105.0 0.0 0.2 0.3 0.5 0.5 0.9 1.4 2.1 > Q200 Ruang Banjir 12.22
15 100.2 104.5 103.1 0.1 0.4 0.7 1.1 1.2 1.9 2.8 4.2 > Q200 Ruang Banjir 14.12
Okt 15 101.0 105.0 102.0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.3 1.7 2.1 2.7 > Q200 Ruang Banjir 15.10
16 101.7 106.5 105.2 0.7 1.3 1.7 2.1 2.2 2.6 3.1 3.5 > Q200 Ruang Banjir 12.03
Rerata 106.5 111.5 6.9 1.0
Max 112.5 116.0 15.1 1.0
Min 100.2 104.5 0.6 1.0
149
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
Vol dari
Waktu
INFLOW, STORAGE, ELEVASI, OUTFLOW NWL ke
TANGGAL JAM pengosongan KET.
m3/s juta m3 m INTAKE, m3/s MAW
hari jam juta m3
18-Nov-00 0:00 1.3 27.47 116.00 14.8 - 0
18-Nov-00 12:45 1.3 26.85 115.50 14.6 - 12:45 0.62
19-Nov-00 1:45 1.3 26.23 115.00 14.4 1.0 1:45 1.24
19-Nov-00 14:45 1.3 25.62 114.50 14.2 1.0 14:45 1.85
20-Nov-00 3:45 1.3 25.01 114.00 14.0 2.0 3:45 2.45 Q 2 TH
20-Nov-00 16:45 1.3 24.42 113.50 13.8 2.0 16:45 3.05
21-Nov-00 6:00 1.3 23.82 113.00 13.7 3.0 6:00 3.65 Q 5 TH
21-Nov-00 19:00 1.3 23.24 112.50 13.5 3.0 19:00 4.22
22-Nov-00 8:15 1.3 22.66 112.00 13.3 4.0 8:15 4.80 Q 10 TH
22-Nov-00 21:30 1.3 22.09 111.50 13.1 4.0 21:30 5.37 Q 20 TH
23-Nov-00 11:00 1.3 21.52 111.00 12.9 5.0 11:00 5.94 Q 25 TH
24-Nov-00 0:30 1.3 20.96 110.50 12.7 6.0 0:30 6.51
24-Nov-00 14:00 1.3 20.41 110.00 12.5 6.0 14:00 7.06 Q 50 TH
Mean 2-days Flood Discharges (m3/s)
Kala Ulang 25-Nov-00 3:40 1.3 19.86 109.50 12.3 7.0 3:40 7.60
2 5 10 20 25 50 100 200
25-Nov-00 17:30 1.3 19.32 109.00 12.0 7.0 17:30 8.15
Log Person III 19.61 23.85 26.61 29.24 30.07 32.64 35.21 37.81
26-Nov-00 7:20 1.3 18.79 108.50 11.8 8.0 7:20 8.68
GEV-Max(Lmoment) 19.47 23.87 26.83 29.70 30.62 33.47 36.33 39.21
Designflood (Hourly-24 h) 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20
26-Nov-00 21:30 1.3 18.25 108.00 11.6 8.0 21:30 9.22 Q 100 TH
Volume Banjir (juta m3/hari)
Kala Ulang
2 5 10 20 25 50 100 200 Mean 3-days Flood Discharges (m3/s)
Kala Ulang
Log Person III 3.4 4.1 4.6 5.1 5.2 5.6 6.1 6.5 2 5 10 20 25 50 100 200
GEV-Max(Lmoment) 3.4 4.1 4.6 5.1 5.3 5.8 6.3 6.8 Log Person III 17.08 20.69 22.87 24.85 25.45 27.27 29.02 30.72
Designflood (Hourly-24 h) 2.17 3.39 4.15 4.83 5.04 5.66 6.23 6.76 GEV-Max(Lmoment) 17.10 20.85 23.05 24.98 25.56 27.24 28.77 30.17
Ratio 1.34 1.10 0.98 0.90 0.87 0.80 0.74 0.69
Designflood (Hourly-24 h) 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20 26.20
Volume Banjir (juta m3/hari)
Q2 Q5 Q10 Q20 Q25 Q50 Q100 Q100 Kala Ulang
2 5 10 20 25 50 100 200
BANJIR RENCANA m3/s 23.66 35.94 46.01 57.27 57.85 74.40 89.32 106.13
VOL BANJIR RENCANA (jt m3) 2.04 3.11 3.98 4.95 5.00 6.43 7.72 9.17 Log Person III 4.4 5.4 5.9 6.4 6.6 7.1 7.5 8.0
Vol Banjir 2 harian 3.44 4.45 5.06 5.59 5.75 6.21 6.64 7.04 GEV-Max(Lmoment) 4.4 5.4 6.0 6.5 6.6 7.1 7.5 7.8
Vol Banjir 3 harian 4.20 5.35 6.01 6.57 6.73 7.20 7.62 7.99 Designflood (Hourly-24 h) 2.17 3.39 4.15 4.83 5.04 5.66 6.23 6.76
Vol Banjir 4 harian 4.89 6.09 6.79 7.39 7.57 8.08 8.55 8.97 Ratio 1.53 1.27 1.15 1.05 1.03 0.96 0.90 0.85
Vol Banjir 5 harian 5.52 6.78 7.48 8.07 8.24 8.73 9.16 9.53
150
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
BANJIR Inflow Outflow Elevasi Freeboad BANJIR Inflow Outflow Elevasi Freeboad
Ket : % Reduksi Ket : % Reduksi
Kala Ulang m3/s m3/s m (m) Kala Ulang m3/s m3/s m (m)
Q2 84.86 0.00 115.82 6.18 Aman 100.00% Q2 84.86 23.91 116.33 5.67 Aman 71.82%
Q5 126.70 25.71 116.35 5.65 Aman 79.71% Q5 126.70 57.83 116.60 5.40 Aman 54.36%
Q 10 162.81 52.10 116.56 5.44 Aman 68.00% Q 10 162.81 87.66 116.79 5.21 Aman 46.16%
Q 20 201.92 85.38 116.77 5.23 Aman 57.72% Q 20 201.92 122.78 116.98 5.02 Aman 39.19%
Q 25 203.85 87.10 116.78 5.22 Aman 57.27% Q 25 203.85 124.61 116.99 5.01 Aman 38.87%
Q 50 259.55 137.53 117.06 4.94 Aman 47.01% Q 50 259.55 174.63 117.24 4.76 Aman 32.72%
Q 100 308.50 185.94 117.30 4.70 Aman 39.73% Q 100 308.50 224.08 117.47 4.53 Aman 27.36%
Q 200 362.95 237.31 117.53 4.47 Aman 34.62% Q 200 362.95 277.01 117.69 4.31 Aman 23.68%
Q 1000 513.59 394.33 118.14 3.86 Aman 23.22% Q 1000 513.59 418.12 118.22 3.78 Aman 18.59%
0.5 PMF 574.76 451.54 118.34 3.66 Aman 21.44% 0.5 PMF 574.76 495.64 118.49 3.51 Aman 13.77%
PMF 1,232.68 1115.84 120.28 1.72 Aman 9.48% PMF 1,232.68 1120.72 120.29 1.71 Aman 9.08%
Reduksi banjir 48.93% Reduksi banjir 34.15%
151
Laporan Rencana Pengelolaan Bendungan Beringin Sila
152