Anda di halaman 1dari 132

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI AUDIO

VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK


CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V MI AL-HIKMAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh
HALIMATUS SA’DIAH
NIM 1112018300050

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Halimatus Sa’diah
NIM 1112018300050
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh


Penggunaan Media Animasi Audio Visual Terhadap Keterampilan
Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas V Mi Al-Hikmah Jakarta adalah
benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Dosen Pembimbing : Nafia Wafiqni, M.Pd


NIP 19811003 200912 2 004
Dosen Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
saya sendiri.

Jakarta, 12 Juni 2017


Yang menyatakan,

Materai 6000

Halimatus Sa’diah
NIM.1112018300050
ABSTRAK

Halimatus Sa’diah (NIM: 1112018300050). Pengaruh Penggunaan


Media Animasi Audio Visual Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita
Anak Pada Siswa Kelas V MI Al-Hikmah Jakarta. Skripsi. Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan media
animasi audio visual terhadap keterampilan menyimak cerita anak. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret 2017 di MI Al-Hikmah Jakarta. Metode penelitian
yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Exsperimental) dengan
rancangan penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only dan teknik
pengambilan sampel berupa purposive sampling. Sampel yang diteliti adalah
siswa kelas V MI Al-Hikmah dimana sampel penelitian yang pertama berjumlah
40 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan media animasi audio
visual, dan sampel yang kedua berjumlah 40 siswa untuk kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan
media animasi audio visual memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi yaitu
88.25 dari kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional yaitu
sebesar 80.80. Pengujian hipotesis kedua kelas menggunakan Independent
Samples t-Test dan diperoleh nilai 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g lebih besar dari pada 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2.65 >
2.00. Dengan demikian, ini menunjukkan terdapat pengaruh yang baik dari
penggunaan media animasi audio visual terhadap keterampilan menyimak cerita
anak pada siswa kelas V MI Al-Hikmah Jakarta.

Kata Kunci : Media Animasi Audio Visual (Quasi Eksperimen), Keterampilan


Menyimak Cerita Anak.

i
ABSTRAC

Halimatus Sa’diah (NIM: 1112018300050). The Effect of Using


Animation Audio-Visual Media Against Listening Stories Skills Student at
Grade V MI Al-Hikmah Jakarta. Teacher Islamic Elementary School
Education Department, Faculty of Teaches And Training State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017
This research to knowing effect of using animation audio-visual media
against listening stories skills student. This research was conducted in March
2017 in MI Al-Hikmah, Jakarta. The method used in this research is quasi
experimental with two group randomized subject posttest only design and
sampling technique in the form of purposive sampling. The sample was examined
are student grade V MI Al-Hikmah wich experiment class are 40 students with
animation audio-visual media, and class control are 40 students with
conventional study.
The results of research shows that the experiment class used animation
audio-visual media obtained average value higher 88.25 than class control that
used conventional study 80.80. Testing the hypothesis of both class used
independent sample t-test and obtained value t-hitung higher than t-tabel are 2,65
> 2,00. Therefore this shown there is an good effect of used animation audio-
visual media against listening stories students, grade V MI Al-Hikmah Jakarta.

Key Words: Animation Audio-Visual Media (Quasi Experiment), Listening


Stories Skill Students

ii
KATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan nikmat rahmat kepada hamba-
Nya. Berkat rahmat, taufik, dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada
umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Amin.
Karya tulis yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Animasi Audio
Visual Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas V
MI Al-Hikmah Jakarta”, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.).
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah
diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi
terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya.
Selama proses penulisan skripsi penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, M.A., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan, Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Takiddin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan nasihatnya.
6. Nafia Wafiqni, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang juga telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

iii
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan
perkuliahan ini dengan baik.
8. Kepala sekolah MI Al-Hikmah Jakarta, Miftahul Jannah, S.Ag., Dewan Guru,
staf dan siswa-siswi kelas V-A dan V-B MI Al-Hikmah Jakarta, yang telah
membantu selama proses penelitian berlangsung.
9. Orang tuaku tercinta, bapak H. Ali Ambari dan ibu Hj. Siti Habibah dengan
segala perhatian, bimbingan, motivasi, kasih sayang, dan segala
pengorbanannya dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat
menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi dengan
baik. Semoga segala jasa dan upaya yang telah diberikan menjadi amal shaleh
dan diterima di sisi Allah SWT. Amin.
10. Mohamad Alvan Modhefa, suami idaman yang tak pernah berhenti
memberikan support dan perhatian juga kasih sayang, serta rela ber-LDM
(Long Distance Marriage) dengan sang istri tercinta, karena sedang
menunaikan tugasnya di Negeri Kinanah, Mesir. Terimakasih atas izin dan
ridhonya, semoga Allah senantiasa menjaga cinta kasih di antara kita. Amin.
11. Calon bayi kami, Alhamdulillah, rindu yang menggebu di antara kami selama
ini telah Allah dengar dan mempercayakan kembali untuk menerima karunia
terindah dari-Nya. Semoga Allah senantiasa menjagamu, menumbuh
kembangkanmu dengan baik dan sempurna hingga lahir ke dunia ini dengan
selamat, sehat wal afiyat dan menjadi anak yang sholeh. Amin.
12. Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan memotivasi untuk menyelesaikan
skripsi (Yolanda, Rossiana, Aci, Yuandita, Robiatul, Rosi, Hana dan Arif).
13. Teman-teman PGMI seperjuangan yang selalu membantu penulis selama
menempuh jenjang perkuliahan.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan doa yang telah
diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT, di dunia
dan akhirat. Aamiin Yaa Rabbal’alamin
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan umumnya. Aamiin Yaa Rabbal’alamin

Jakarta, 01 Mei 2017

Halimatus Sa’diah

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................i

ABSTRACT...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................v

DAFTAR TABEL...............................................................................................viii

DAFTAR GRAFIK............................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Identifikasi Masalah..............................................................................5
C. Pembatasan Masalah.............................................................................5
D. Rumusan Masalah.................................................................................6
E. Tujuan Penelitian..................................................................................6
F. Manfaat Penelitian................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS............................8

A. Deskripsi Teoritik.................................................................................8
1. Karakteristik Psikologis Bahasa Anak MI/SD................................8
2. Media Animasi Audio Visual.........................................................11
a. Pengertian Media......................................................................11
b. Animasi.....................................................................................12
c. Media Audio Visual..................................................................15
d. Manfaat Media Audio Visual....................................................17
e. Jenis Media Pembelajaran.........................................................20
f. Karakteristik dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan
Video.........................................................................................22
v
3. Hakikat Keterampilan Menyimak...................................................24
a. Pengertian Keterampilan...........................................................24
b. Pengertian Menyimak...............................................................24
c. Tujuan Menyimak.....................................................................25
d. Manfaat Menyimak...................................................................28
e. Faktor-faktor Menyimak...........................................................28
f. Kemampuan Menyimak Siswa SD...........................................30
g. Tes Keterampilan Menyimak....................................................31
4. Cerita Anak.....................................................................................32
a. Hakikat Cerita Anak.................................................................32
b. Ciri-ciri Cerita Anak.................................................................33
c. Unsur-unsur Cerita Anak..........................................................35
d. Manfaat Cerita Anak.................................................................36
e. Klasifikasi Tema Cerita Anak Berdasarkan Tingkatan Usia....37
B. Penelitian yang Relevan........................................................................39
C. Kerangka Berpikir.................................................................................40
D. Perumusan Hipotesis.............................................................................43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................44

A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................44


B. Metode dan Desain Penelitian..............................................................44
C. Populasi dan Sampel.............................................................................45
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................46
1. Sumber Data....................................................................................46
2. Variabel Penelitian..........................................................................46
3. Instrumen Penelitian.......................................................................47
E. Instrumen Pengumpulan Data...............................................................49
F. Teknik Analisis Data.............................................................................53
1. Uji Normalitas.................................................................................53
2. Uji Homogenitas.............................................................................54
3. Uji Hipotesis...................................................................................54
vi

G. Hipotesis Statistik.................................................................................55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................57

A. Deskripsi Data.......................................................................................57
B. Data Hasil Penelitian Keterampilan menyimak....................................57
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data....................................................63
D. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................67
E. Keterbatasan Penelitian.........................................................................71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................73

A. Kesimpulan...........................................................................................73
B. Saran.....................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................75

LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................78

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Desain Penelitian Posttes Only Group Design................................48


Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menyimak Cerita Anak.............48
Tabel 3.3 : Indikator Penilaian Keterampilan Menyimak Cerita Anak.............50
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.....................57
Tabel 4.2 : Daftar Nilai Posttest Keterampilan Menyimak Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol...........................................................................59
Tabel 4.3 : Rubrik Nilai Posttest Dalam Grafik Histogram..............................61
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Keterampilan
Menyimak Cerita Anak Kelas Eksperimen.....................................62
Tabel 4.5 : Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......64
Tabel 4.6 : Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol............................................................................................65
Tabel 4.7 : Uji t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.......................66

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Grafik Histogram Data Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol............................................................................................ 61
Gambar 4.2 : Siswa Menyimak Cerita dengan Media Animasi Audio Visual.....68
Gambar 4.3 : Siswa Menceritakan Kembali Isi Cerita dengan Singkat................69
Gambar 4.4 : Siswa Mengerjakan LKS................................................................70

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1, RPP Pertama Kelas Eksperimen.........................................................79


Lampiran 2, RPP Kedua Kelas Eksperimen...........................................................83
Lampiran 3, RPP Pertama Kelas Kontrol...............................................................87
Lampiran 4, RPP Kedua Kelas Kontrol..................................................................91
Lampiran 5, Materi Ajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............................95
Lampiran 6, LKS Pertemuan Pertama....................................................................97
Lampiran 7, LKS Pertemuan Kedua.......................................................................100
Lampiran 8, Soal Instrumen Posttest......................................................................103
Lampiran 9, Profil Sekolah.....................................................................................107
Lampiran 10, Surat Bimbingan Skripsi..................................................................109
Lampiran 11, Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen.....................................110
Lampiran 12, Surat Permohonan Izin Observasi....................................................111
Lampiran 13, Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian.................................112
Lampiran 14, Uji Referensi.....................................................................................113
Lampiran 15, Biodata Penulis.................................................................................118

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia untuk
dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi manusia bisa melalui
tulisan maupun lisan. Bahasa bagi anak memiliki peran penting terhadap
keberhasilan akademiknya. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari
sekian banyak mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah.
Dalam kurikulum Bahasa Indonesia kelas V semester dua, terdapat
standar kompetensi yang mengharuskan siswa dapat menyimak cerita anak
dengan baik, yaitu kompetensi dasar 5. memahami cerita tentang suatu
peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan, dengan
kompetensi dasar 5.2 mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar,
amanat).
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara umum adalah
mengembangkan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa, baik untuk
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Suatu
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan. Setiap satu
keterampilan erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya.
Bagaimana seorang anak akan bisa menceritakan sesuatu setelah ia membaca
ataupun setelah ia mendengarkan. Begitupun dengan menulis. Menulis tidak
lepas dari kemampuan menyimak, membaca, dan berbicara, sehingga keempat
aspek ini harus senantiasa diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan
siswa.1
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki
urgensi yang tinggi untuk memperoleh keterampilan-keterampilan yang lain.

1
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 241-242.
1
2

Keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa


yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Proses
pembelajaran menyimak lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan
keterampilan berbahasa lainnya.
Salah satu dari sekian telaah permulaan yang menunjukkan betapa
pentingnya menyimak adalah telaah yang dilakukan oleh Paul T. Rankin pada
tahun 1926 yang melaporkan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju
pada menyimak.2 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilga W. River
menyatakan bahwa pada umumnya setiap hari orang menggunakan waktu
komunikasinya 45% untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk
membaca, dan 9% untuk menulis.3
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa waktu yang digunakan
untuk menyimak lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang digunakan
untuk berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini membuktikan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, baik
menyimak cerita, berita, laporan, iklan, dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan
di atas maka jelas bahwa keterampilan menyimak harus dibina dan
ditingkatkan karena sangat penting di lingkungan pendidikan.
Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang. Umumnya seorang anak akan
menggunakan bahasa yang di dengar serta disimaknya. Dengan menyimak,
seseorang akan mengetahui informasi yang disampaikan oleh orang lain se
cara akurat. Diharapkan dengan menjadi penyimak yang baik, orang tersebut
dapat menyampaikan informasi secara baik pula. Menyimak cerita merupakan
suatu kegiatan menyimak yang bertujuan agar siswa dapat memahami dan
memaknai cerita yang didengarkan dengan cermat, cepat dan tepat.

2
Tarigan, Guntur, Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
2008), h. 12.
3
Sutari, dkk., Menyimak, (Jakarta: Departemenan Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h.
8.
3

Cerita anak-anak merupakan media seni yang mempunyai ciri-ciri


tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya. Tidak ada seorang pengarang
cerita anak-anak yang mengabaikan dunia anak-anak. Dunia anak-anak tidak
dapat diremehkan dalam proses kreatifnya. Maka dari itu, cerita anak-anak
diciptakan oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri anak-anak
lewat idiom-idiom bahasa anak-anak. Motif dalam suatu cerita anak
merupakan unsur yang menonjol. Unsur-unsur itu berupa benda, binatang
yang mempunyai kekuatan gaib, konsep perbuatan, tokoh atau sifat tertentu.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan kajian data hasil ulangan
harian Bahasa Indonesia pada siswa kelas V MI Al-Hikmah yang dilakukan
pada tanggal 26 Januari 2017, peneliti menemukan dalam objek penelitian
bahwa kemungkinan penyebab kelemahan siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah tersebut, antara lain: (1) guru masih menggunakan
metode ceramah pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sehingga, siswa
terlihat kurang antusias dan cenderung pasif karena proses pembelajaran
bersifat monoton dan membosankan; (2) guru lebih banyak mendominasi
kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak
cerita; (3) belum maksimalnya penggunaan media oleh guru yang sudah
disediakan pihak sekolah; (4) materi-materi dan tugas yang diberikan guru
kurang menarik karena masih terpaku pada buku pegangan; dan (5) jumlah
siswa yang cukup banyak membuat pembelajaran sedikit kurang kondusif,
ditambah kondisi kelas yang tidak cukup luas.
Pembelajaran yang demikian kurang memperhatikan adanya ruang bagi
siswa untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukkan kemampuan siswa,
sehingga pembelajaran tidak lagi diarahkan kepada hal-hal penanaman
kreativitas siswa. Padahal inti dari sebuah pembelajaran ialah menjadikan
manusia-manusia yang cerdas, humanis, terutama memperhatikan kreativitas
siswa yang mana kreativitas merupakan kecakapan yang menjadi modal awal
siswa agar mampu menghadapi tantangan masa depan yang jauh lebih
kompetitif.
4

Lebih lanjut, setelah dilakukan wawancara yang dilakukan dengan guru


mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tanggal 27 Januari 2017, diperoleh
keterangan bahwa guru belum pernah melaksanakan evaluasi khusus terhadap
keterampilan menyimak siswa. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
pada prapenelitian, diperoleh beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak siswa, antara lain: (1) hasil belajar siswa rendah, hal
ini dilihat dari hasil belajar Bahasa Indonesia sebagian besar siswa masih
belum mencapai KKM dengan nilai yang telah ditetapkan sekolah, yaitu 71;
(2) siswa sulit mencerna intisari dari sebuah cerita; (3) belum maksimalnya
penggunaan media oleh guru yang sudah disediakan pihak sekolah.
Dengan melihat data hasil belajar siswa yang menunjukkan kebanyakan
siswa nilainya masih di bawah rata-rata dan pelaksanaan pembelajaran yang
demikian tersebut, maka dirasa perlu ditingkatkan. Peningkatan keterampilan
ini bertujuan agar keterampilan menyimak khususnya menyimak cerita dapat
meningkat.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran menyimak cerita siswa supaya
lebih efektif, maka perlu adanya media pembelajaran yang baik. Dikalangan
pendidik tradisional kata media selama ini sering terkesan sesuatu yang mahal,
rumit, dan berteknologi tinggi. Akibatnya terjadi keengganan berhubungan
dengan media meskipun sebenarnya di sekolah sudah terdapat sarana
pembelajaran bahasa yang memadai akan tetapi tidak dimanfaatkan dengan
baik dan maksimal.
Menurut Rohani, penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang
diharapkan. Kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dapat
mempersiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang berkualitas.4
Penggunaan media animasi audio visual dalam pembelajaran menyimak
cerita anak diharapkan meningkatkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta
memotivasi dalam belajar. Jika siswa termotivasi, maka siswa akan mengikuti

4
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 97-
98.
5

pembelajaran dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Dengan demikian,


diharapkan akan mampu meningkatkan keterampilan menyimak cerita anak
pada siswa yang dapat diidentifikasi dari hasil belajar siswa dan berubahnya
sikap siswa ke arah positif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Media Animasi Audio
Visual Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas V
MI Al-Hikmah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada keterampilan menyimak cerita anak.
2. Siswa kurang antusias dan pasif dalam mengikuti pembelajaran Bahasa
Indonesia pada keterampilan menyimak cerita anak.
3. Belum maksimalnya penggunaan media oleh guru yang sudah disediakan
pihak sekolah.
4. Perhatian siswa terhadap keterampilan menyimak cerita anak kurang,
sehingga masih rendahnya hasil belajar keterampilan menyimak cerita
siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
pokok permasalahan pada:
1. Objek penelitian adalah siswa-siswi kelas V semester genap MI Al-
Hikmah Jakarta.
2. Materi pembelajaran dibatasi hanya pada materi cerita anak berdasarkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas V semester 2 Tahun
Pelajaran 2016/2017, yaitu:
6

5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.
5.1 Mengidentifikasi tokoh, watak, latar, tema atau amanat dari cerita
anak yang dibacakan.
3. Pengaruh keterampilan menyimak cerita anak dilihat dari tes yang
diberikan pada kelas kontrol (pembelajaran tanpa menggunakan media
animasi audiovisual) dan kelas eksperimen (pembelajaran menggunakan
media animasi audiovisual).
4. Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media animasi audio
visual berupa video cerita anak yang ditayangkan melalui infocus dan
diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menyimak cerita anak
pada siswa kelas V MI Al-Hikmah Jakarta.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
menemukan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat Pengaruh
Penggunaan Media Animasi Audio Visual Terhadap Keterampilan Menyimak
Cerita Anak Pada Siswa Kelas V MI Al-Hikmah Jakarta?”.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media
animasi audio visual dapat berpengaruh terhadap keterampilan menyimak
cerita anak pada siswa kelas V MI Al-Hikmah Jakarta.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, diharapkan penelitian ini
berguna dan bermanfaat bagi:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk
peningkatan keterampilan menyimak cerita anak pada mata pelajaran
7

Bahasa Indonesia dengan menggunakan media animasi audio visual di


sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dengan menggunakan media animasi audio visual siswa dapat
lebih tertarik belajar dan terasa dapat menyenangkan dalam proses
belajar, siswa dapat aktif dalam memberikan pendapat, pertanyaan,
dan sanggahan dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
terampil dalam menyimak.
b. Bagi guru
Dapat memberikan alternatif dalam memilih media untuk proses
pembelajaran, sehingga muncul kesadaran guru untuk lebih
mengoptimalkan sarana media khususnya dalam pembelajaran
menyimak cerita, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan
bermakna bagi anak didik.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk perbaikan proses
pembelajaran di sekolah dengan penggunaan media animasi audio
visual.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik
1. Karakteristik Psikologis Bahasa Anak MI/SD

Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD.


Jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6
jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. 5
Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar
siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta
mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat
disampaikan melalui bahasa yang baik pula.
Kemampuan bahasa anak berkaitan dengan kemampuan kognitif
anak, karena saat anak akan mengucap sesuatu anak melakukan aktivitas
mental, mengingat, mengenal, dan menyampaikan yang diekspresikan
dalam aktivitas gerak motorik halus/kasar yang merupakan sesuatu yang
kompleks.6
Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak maka terlebih dahulu
mengetahui tahapan perkembangan bahasa anak. Bila kita mengetahui
tahapan perkembangan bahasa anak maka kita akan mengetahui hal yang
harus dikuasai, diperbaiki ataupun dipertahankan. Berikut tahap-tahap
perkembangan bahasa anak usia MI/SD:
a. Permulaan berbicara: meraban (mengoceh)
Pada awalnya anak mengeluarkan suara jerit tangis pada saat
baru dilahirkan. Tangisan pertama ini berguna untuk memungkinkan
anak bernapas, karena anak mulai bernapas sendiri. Suara yang
dikeluarkan ada dua, yaitu tangisan dan ocehan. Tangis menunjukkan

5
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23
Mei 2006, h.8.
6
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, hal.
212.
8
9

keadaan tidak senang, sedangkan ocehan menunjukkan keadaan


senang. Anak mulai mengoceh pada usia 3 bulan, pada usia 6 bulan
ocehan anak sudah mempunyai fungsi komunikatif.
b. Kalimat satu kata dan dua kata
Satu kata yang diucapkan anak bermakna satu kalimat. Satu
kata yang diucapkan anak tidak bisa dipandang sebagai penyebutan
objek yang murni, mereka mempunyai isi psikologis yang bersifat
intelektual, emosional, dan volisional. Diantara bulan ke-18 dan ke-20,
anak mengeluarkan dua kata yang pertama. Anak dapat menyatakan
maksudnya dan berkomunikasi.
c. Kalimat tiga kata
Anak mengeluarkan tiga kata sekitar bulan ke-24 dan bulan ke-
30. Pada umumnya anak belajar bahasa memperhatikan kedudukan
kata dalam kalimat dan penerapan aturan tata bahasanya. Kreativitas
anak juga memegang peranan penting dalam konstruksi kalimat.
d. Pada tingkat kelas 1 dan 2 MI
Pada tingkat ini anak mulai belajar membaca. Dengan hal ini
anak memperoleh kemampuan membunyikan kata-kata dan
menanggapi pelajaran dengan nama-nama dan bunyi huruf.
e. Pada tingkat kelas 2 dan 3 MI
Anak mulai lancar mengulang tiap kata dan memiliki keahlian
membaca lainnya. Pada tahap ini kegiatan membaca belum digunakan
secara efektif dalam pembelajaran, karena akan menguras energi anak
sebelum menyerap intisari bacaan.
f. Pada tingkat kelas 4-6 MI
Anak mampu memperoleh informasi dari media cetak, mereka
mulai membaca untuk belajar namun mereka masih kesulitan dalam
memahami informasi yang ditampilkan dari sudut pandang yang
1

berbeda dalam satu cerita. Ketika anak tidak belajar membaca anak
akan sangat mengalami kesulitan dalam mata pelajaran.7
Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan tahap-tahap
perkembangan bahasa anak sangat penting untuk diperhatikan karena hal
ini berkenaan dengan kehidupan sosialnya. Penjabaran di atas juga
menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan penulis sesuai dengan
perkembangan bahasa anak dimana siswa tingkat kelas 5 SD sudah
mampu memperoleh informasi dari media cetak dan mulai membaca untuk
belajar. Dalam penelitian ini, siswa dilatih memperoleh informasi dari
keterampilan siswa untuk menyimak cerita anak.
Karakteristik perkembangan anak bisa membantu pendidik dan orang
tua untuk mengetahui perkembangan anak terutama dalam perkembangan
bahasanya. Berikut penjabaran karakteristik perkembangan bahasa anak
usia MI/SD:
a. Pada usia 4-6 tahun kemampuan bahasa anak berkembang seiring
dengan rasa ingin tahu dan sikap antusiasnya sehingga timbul
pertanyaan-pertanyaan.
b. Pada usia 5-6 tahun kalimat anak terdiri dari enam sampai delapan
kata, anak sudah dapat menjelaskan arti kata yang sederhana dan
mengetahui antonimnya. Anak juga dapat menggunakan kata
penghubung, kata depan, dan kata sedang.
c. Pada usia 6-8 tahun anak menguasai keterampilan membaca dan
berkomunikasi dengan orang lain karena anak sudah memasuki masa
sekolah sehingga anak dengan senang hati membaca dan
mendengarkan dongeng fantasi.
d. Pada usia 10-12 tahun anak gemar mendengar cerita yang bersifat
ktritis (tentang perjalanan, riwayat hidup pahlawan, dan sebagainya).8
Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan tahap-tahap
perkembangan bahasa anak sangat penting untuk diperhatikan karena hal

7
Ibid., hal. 206-210.
8
Ibid., hal. 210-212.
1

ini berkenaan dengan kehidupan sosialnya. Bahasa yang paling dominan


yaitu berbicara, untuk itu kita harus memperhatikan perkembangan
berbicara pada anak.

2. Media Animasi Audio Visual


a. Pengertian Media
Dalam dunia pendidikan terdapat istilah media pembelajaran. Media
pembelajaran biasanya sangat terkenal dikalangan pendidik, baik guru,
dosen, instruktur dan bahkan pada tingkat mahasiswa. Kata media berasal
dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti tengah,
pengantar, atau perantara. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail
bentuk jama dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga
tengah. Kata tengah itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka
disebut juga sebagai perantara atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. 9
Dari pengertian tersebut dapat pula diartikan bahwa media adalah alat
yang digunakan sebagai perantara atau pengantar dan penghubung yang
menghubungkan siswa dengan pengajar dalam suatu pembelajaran.
Adapun pengertian lain dari media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi .10 Menurut Gerlach
dan Ely dalam Azhar Arsyad mengatakan “media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengetian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,

9
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 6.
10
Arief S. Sadiman(dkk), Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja grafindo, 2007), h.7.
1

atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali


informasi visual atau verbal.”11
Rudi Susilana dan Cepi Riyana dalam bukunya yang berjudul Media
Pembelajaran mengatakan bahwa “pembelajaran merupakan proses yang
melibatkan seseorang dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar”.12
Sedangkan pada konteks pembelajaran, media pembelajaran adalah
sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar. Bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa
adanya bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.13
Dengan demikian, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
(guru) secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
di mana penerimanya (siswa) dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif. Selain itu media pembelajaran memberikan manfaat
yang besar bagi kemudahan siswa dalam memahami materi pelajaran dan
media juga membantu guru agar tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Animasi
Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia animasi adalah acara televisi yang berbentuk rangkaian
tulisan atau gambar yang digerakkan secara mekanis elektronis sehingga
tampak dilayar menjadi gerak. Kata animasi berasal dari kata “anima”
yang berarti jiwa (soul) atau nafas kehidupan. Animasi berasal dari semua
penciptaan kehidupan baik dalam objek mati maupun ke dalam objek yang
tidak bernyawa.14

11
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 3.
12
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: UPI, 2008), Ed. 1.
Cet. 1, h. 5.
13
Hujair AH. Sanaky, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009),
h. 3.
14
Herman Harry, Animasi, (Yogyakarta: Multi Media Training Center, 1991), h. 2.
1

Prinsip animasi adalah pengertian animasi itu sendiri. Animasi atau


animate artinya menjadikan hidup atau menjadikan karakter seolah-olah
hidup.15 Media animasi merupakan pergerakan sebuah objek atau gambar
sehingga dapat berubah posisi. Selain pergerakan, objek dapat mengalami
perubahan bentuk dan warna. Media animasi dalam pembelajaran
berfungsi menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga dapat memberi
pemahaman yang lebih cepat. Selain itu, animasi adalah bagian dari
perfilman, sehingga seluruh prinsip pembuatannya bisa diterapkan.
Layaknya film, animasi yang baik selalu membawa sebuah pelajaran.16
Dari definisi diatas, tampak bahwa animasi sebenarnya merupakan
teknik dan proses memberikan gerakan yang tampak pada objek mati.
Animasi sering dihasilkan dari seni bentuk yang berurutan. Gerak gambar
animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak hidup yang tersusun
dengan urut dalam perbedaan gerak yang minim pada setiap frame. Frame
adalah struktur gambar dasar pada suatu gerakan animasi atau gambar-
gambar berkesinambungan sehingga menghasilkan gerak yang baik di
dalam film maupun video.
film animasi memang memiliki kelebihan-kelebihan yang terkait
dengan optimalisasi peranan dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana diuraikan oleh Sadiman yang menyebutkan
film animasi sebagai faktor pemikat dan mampu meningkatkan motivasi.17
Kita sudah sekian lama mengenal animasi melalui film-film kartun
yang ditayangkan di TV maupun DVD. Animasi tidak hanya untuk film
kartun saja, namun dapat juga kita gunakan untuk media pendidikan,
informasi, dan media pengetahuan lainnya yang tidak dapat dijangkau
dengan live melalui kamera foto atau video, misalnya membuat film

15
Christian Tirtha, 2006, Animasi Harus Punya Pesan, Diunduh dari
http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=2460 tanggal 29 Januari jam 19:45.
16
Andriana Johari, dkk., Penerapan Media Video Dan Animasi Pada Materi Memvakum
Dan Mengisi Refrigeran Terhadap Hasil Belajar Siswa. Journal of Mechanical Engineering
Education, Vol.1, No.1, Juni 2014. h. 10.
17
Arief S. Sadiman, dkk., Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya: Media
Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2009), h. 68-69.
1

proses terjadinya tsunami atau proses terjadinya gerhana matahari, ini akan
sulit ditempuh dengan pengambilan gambar langsung melalui kamera.
Dalam jurnal Andriana Johari, dkk., menyebutkan bahwa media
animasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan di dalamnya,
adapun kelebihannya yaitu:18
1) Memperkecil ukuran objek yang secara fisik cukup besar dan
sebaliknya.
2) Memudahkan guru untuk menyajikan informasi mengenai proses
yang cukup kompleks.
3) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya
menggabungkan unsur audio dan visual.
4) Menarik perhatian siswa sehingga meningkatkan motivasi
belajarnya.
5) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk
mengakomodasi respon pengguna.
6) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa
menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Sedangkan kekurangan dalam media animasi antara lain:
1) Memerlukan biaya yang cukup mahal.
2) Memerlukan software khusus untuk membukanya.
3) Mememerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup memadai
untuk mendesain animasi yang dapat secara efektif digunakan
sebagai media pembelajaran.
4) Tidak dapat menggambarkan realitas seperti video atau fotografi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media film animasi adalah
media audio visual berupa rangkaian gambar tak hidup yang berurutan
pada frame yang diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga

18
Andriana Johari, dkk., Penerapan Media Video Dan Animasi Pada Materi Memvakum
Dan Mengisi Refrigeran Terhadap Hasil Belajar Siswa. Journal of Mechanical Engineering
Education, Vol.1, No.1, Juni 2014. h. 11.
1

tampak hidup pada layar. Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa


Indonesia di MI Al-Hikmah Jakarta masih monoton sampai saat ini. Oleh
karena itu, pemilihan media film animasi dapat didayagunakan sebagai
alternatif dalam proses pengajaran untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran terutama mata pelajaran bahasa Indonesia.
Media audio visual yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa
film animasi yang di dapat dengan cara mengaksesnya di media sosial You
Tube dan sesuai dengan materi serta karakter anak. Media film merupakan
perpaduan antara media audio dan media visual yang dapat membantu
guru dalam proses pembelajaran, selain itu proses belajar mengajar akan
menarik dan lebih bervariasi karena mampu menggugah perasaan dan
pikiran siswa.
c. Media Audio Visual
Yudhi Munadi dalam buku yang berjudul Media Pembelajaran, media
audiovisual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses. Pesan visual yang terdengar dan
terlihat itu dapat disajikan melalui program audiovisual seperti film
dokumenter, film dokumenter, film drama, dan lain-lain. Semua program
tersebut dapat disalurkan melalui peralatan seperti film, video, dan juga
televisi dan dapat disambungkan pada alat proyeksi.19
Menurut Azhar Arsyad, penggunaan teknologi audiovisual adalah cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-
mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual.20 Andre Rinanto menambahkan media audiovisual adalah suatu
media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media
audio, yang sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah anta ra
guru dan anak didik di dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain,
media audiovisual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara

19
Munadi, op.cit., h. 56-57.
20
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h. 30.
1

gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi
yang melihatnya.21
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan media audiovisual adalah media
yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan lebih baik karena mencakup dua aspek media
sekaligus. Adapun pembagian dari media audiovisual terbagi menjadi 2
bagian yaitu:
1) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai
suara, cetak suara.
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-
cassette.22
Adapun pembagian media audiovisual menurut Yudhi Munadi dalam
buku Media Pembelajaran, adalah sebagai berikut:
1) Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari satu sumber, seperti film gerak (movie) bersuara,
televisi dan video.
2) Audiovisual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambar
berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara
yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur
suaranya bersumber dari tape recorder.23
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual
yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang
bergerak atau media yang dapat dilihat dan didengar seperti film suara dan
video-cassette atau compact disc. Dengan demikian, dapat dikatakan
media animasi audio visual adalah media yang menampilkan unsur suara

21
Andre Rinanto, Peranan media audio visual dalam pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius,
1982), h. 21.
22
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.141.
23
Munadi, op. cit., h. 113-114.
1

dan unsur gambar, gambar yang dimaksud berupa animasi (gambar gerak)
yang dapat memotivasi dan menarik minat siswa dalam proses
pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran semaksimal mungkin.
d. Manfaat Media Audio Visual
Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga motivasi anak lebih
meningkat dan mampu menghilangkan kejenuhan,
2) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati,
mendengar, dan melakuakan demonstrasi,
3) Mampu melatih taraf berpikir anak dari yang konkrit ke yang
abstrak, dari berpikir sederhana ke berpikir yang komplek, dan
4) Siswa mampu menghubungkan pesan visual dengan pengalaman-
pengalamannya.
Selain itu, media audio visual juga mempunyai kepraktisan antara lain:
1) Dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki anak didik,
2) Dapat melampaui batas ruang dan waktu,
3) Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik
dengan lingkungannya,
4) Memberikan keseragaman pengamatan,
5) Dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkrit dan realistis,
6) Membangkitkan keinginan dan minat baru, dan
7) Memberikan pengalaman yang integral dari yang konkrit sampai
ke abstrak.24
Adapun maksud media dalam skripsi ini adalah media berupa video
yang berisi film animasi dan mengisahkan tentang cerita-cerita anak untuk
meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Lebih jauh Arief, menandaskan kelebihan dan kelemahan media audio
visual. Kelebihan media audio visual antara lain:

24
Rinanto, op. cit., h. 52-56.
1

1) Memiliki kemampuan yang dimiliki media audio, visual maupun


film,
2) Dapat merangkum beberapa jenis media dalam satu program,
3) Dapat menggunakan berbagai efek dan teknik yang tidak dipunyai
oleh media lain,
4) Dapat menghadirkan sumber yang lebih sukar dan langka, dan
5) Penggunaannya tidak memerlukan ruangan yang terlalu gelap.25
Selanjutnya Abdul Majid menambahkan kelebihan media audio visual
yaitu:
1) Seseorang dapat belajar sendiri,
2) Menyajikan situasi yang komunikatif dan dapat diulang-ulang,
3) Menampilkan sesuatu yang detail.26
Adapun kelemahan yang dimiliki media audio visual antara lain:
1) Tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari rangkaian
kegiatan produksi video,
2) Harus memenuhi persyaratan teknis produksi,
3) Memerlukan peralatan yang kompleks dan mahal,
4) Memerlukan tenaga listrik atau baterai yang pendek umurnya,
5) Kesesuaian susah dijamin karena jenis formal/standar yang
berbeda-beda, dan
6) Persiapannya memerlukan kontinuitas kerja yang berurutan. 27
Namun demikian, suatu media dikatakan baik dan dapat digunakan
sebagai pembelajaran apabila media tersebut bersifat efektif, efisisen, serta
komunikatif. Efisien artinya memiliki daya guna, ditinjau dari segi cara
penggunaan waktu dan tempat serta kecepatannya mencapai hasil secara
optimal. Efektif apabila penggunaannya mudah dalam waktu singkat dan
dapat mencakup isi dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas.

25
Arief S. Sadiman, dkk., op. cit., h. 18.
26
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2006), h. 180.
27
Arief S. Sadiman, dkk., loc.cit.
1

Pemanfaatan media secara efektif bukan hal yang mudah. Guru masih
berperan untuk membantu pemahaman konsep peserta didik.
Adapun manfaat media pembelajaran baik bagi pengajar maupun bagi
pembelajar, Hujair AH. Sanaky menjelaskannya, antara lain:
1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan,
b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
c) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
d) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pembelajaran,
e) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, dan
f) Meningkatkan kualitas pengajaran.
2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar yaitu:
a) Meningkatkan motivasi belajar mengajar,
b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar,
c) Memberikan struktur materi pembelajaran dan memudahkan,
d) Pembelajar untuk belajar,
e) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik
sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar,
f) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis,
g) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan,
h) Pembelajar dapat memahami materi pembelajaran dengan
sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.28
Adapun menurut Nana Sudjana & A Rifvai, mereka merinci manfaat
media pembelajaran yang meliputi:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehinga dapat dipahami
oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik.

28
Sanaky, op. cit., h. 5.
2

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi


verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.29
Dari uraian dan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar dapat memperjelas penyajian pesan sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
e. Jenis Media Pembelajaran
Yudhi Munadi dalam buku yang berjudul Media Pembelajaran
mengemukakan bahwa, media dalam proses pembelajaran dapat di
kelompokan menjadi 4 kelompok besar, yakni media audio, media visual,
media audio visual, dan multimedia.30
Sedangkan menurut Dindin Ridwanudin dalam buku Bahasa
Indonesia, wujud dan jenis media pembelajaran yaitu :
1) Wujud media pembelajaran bahasa Indonesia dibedakan atas :
a) Media pandang (visual)
Contoh : papan tulis, papan panel, kartu gambar, peta grafik,
sketsa, dll.
b) Media dengar (audio)
Contoh : radio, rekaman, dan PH.
c) Media pandang dengar (audio visual)
Contoh : slide, tv, video, dll.
d) Media cetak
Contoh : kamus, buku pelajaran, buku bacaan, majalah dan koran.
e) Objek nyata

29
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 2002), h. 2.
30
Munadi, op. cit., h. 54.
2

Contoh : lingkungan alam, sosial, budaya dan hasil karya siswa-


siswi.
2) Jenis media pembelajaran bahasa Indonesia terbagi menjadi 2
kelompok yaitu :
a) Media elektronik, adalah alat atau teknik untuk lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid
dalam PMB yang hanya diproyeksikan dengan saluran listrik.
Contoh : TV, VCD, radio, tape recorder, OHP laptop, dsb.
b) Media nonelektronika adalah media biasa atau tradisional yakni
alat atau teknik untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan murid dalam PBM yang diproyeksikan
tanpa menggunakan saluran listrik.
Contoh : papan tulis, buletin board, gambar, dan ilustrasi, peta,
globe, pameran, musium sekolah, dsb.31
Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai dalam buku Media
Pengajaran, ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan
dalam proses pengajaran, yaitu:
1) Media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,
kartun, komik, dan lainlain. Media grafis juga sering disebut media
dua dimensi karena media ini mempunyai ukuran panjang dan lebar;
2) Media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti model padat
(solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up,
diorama, dan lain-lain;
3) Media proyeksi, seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP
dengan transparasi, dan lain-lain;
4) Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar siswa, pasar,
kebun, pedagang, perilaku guru, hewan dan lain-lain.32
Pada dasarnya pengelompokan-pengelompokan media seperti di atas
bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna media dalam

31
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 136
32
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, op. cit., h. 3-4
2

memanfaatkan media dan bagi para petugas media dalam mengelola media
pembelajaran sehingga dapat memberi masukan yang positif agar media
pembelajaran dimanfaatkan dengan baik.
Sesuai dengan pendapat Azhar Arsyad mengatakan bahwa media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, serta siswa belajar sendiri sesuai
kemampuan dan minatnya.33 Dalam hal ini peneliti memilih jenis media
audiovisual film animasi, yakni film yang disesuaikan dengan tema atau
materi dan karakteristik siswa.
f. Karakteristik dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Video
Yudhi Munadi dalam buku Media Pembelajaran menyebutkan
beberapa karakteristik video, di antaranya adalah:
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.
6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang
lebih realistik.
7) Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang.
8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon
yang diharapkan dari siswa.
9) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai
maupun yang kurang pandai.
10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
11) Dengan video, penampilan siswa dapat segera dilihat kembali
untuk dievaluasi.

33
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h. 26
2

Namun selain kelebihan-kelebihan di atas, ia pun tidak lepas dari


kelemahannya, yakni media ini terlalu menekankan pentingnya materi
ketimbang pengembangan materi tersebut. Jika dilihat dari
ketersediaannya, masih sedikit sekali video di pasaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran di sekolah.34 Adapun langkah-langkah pemanfaatan
video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:
1) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih
dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.
3) Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi,
yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Disini siswa melatih diri
untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab
pertanyaan.
4) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau
lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.
5) Agar siswa tidak memandang program video sebagai media
hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk
memperhatikan bagian-bagian tertentu.
6) Sesudah itu dapat ditest berapa banyakkah yang dapat mereka
tangkap dari program video itu.35
Di antara media pembelajaran, media animasi audio visual dalam
bentuk CD adalah media yang paling lazim dipakai. Hal ini dikarenakan
peserta didik lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar
dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu
akan menambah semangat peserta didik dalam memngikuti proses
pembelajaran. CD termasuk ke dalam media audio visual yakni media
utuh yang mengkolaborasikan bentuk-bentuk visual dengan audio. Media

34
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2012), h. 127.
35
Ibid., h. 127-128.
2

audio visual dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat


didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat
mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses yang bersifat
abstrak dan yang tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap. Media
audio visual mampu menstimulasi beberapa pengertian, menyediakan alat
baru yang mampu mengatasi keterbatasan buku teks dan guru.

3. Hakikat Keterampilan Menyimak


a. Pengertian Keterampilan
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa:
Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.36
Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu
dalam menyelesaikan suatu kegiatan atau suatu tugas.
Keterampilan adalah suatu bentuk pengalaman belajar seseorang yang
ditandai oleh adanya kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Lukmanul Hakim dalam bukunya yang berjudul
Perencanaan Pembelajaran, ia berpendapat bahwa “Keterampilan adalah
melakukan suatu jenis kegiatan tertentu.”37
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu kemampuan atau
kecakapan yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu atau
menghasilkan sesuatu. Keterampilan seseorang berbeda-beda berdasarkan
pengalaman yang dialami oleh masing-masing individu.
b. Pengertian Menyimak
Tarigan menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,

36
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa
Publisher, 2009), h. 808.
37
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009),
h. 117.
2

menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak


disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.38
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-
baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam
kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar dari pada mendengarkan.
Karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang
disimaknya, sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan
pemahaman belum dilakukan. Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa
yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifikasi, dikelompokkan
menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi
wacana.39
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak
merupakan suatu proses mendengarkan yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh seseorang.
c. Tujuan Menyimak
Menurut Sutari, dkk. tujuan menyimak dapat disusun sebagai berikut:
1) Mendapatkan fakta,
Kegiatan menyimak dengan tujuan memperoleh fakta di antaranya
melalui kegiatan membaca, baik melalui majalah, koran, maupun
buku-buku. Selain itu, mendapatkan fakta melalui radio, televisi,
pertemuan, menyimak ceramah-ceramah, dan sebagainya.
2) Menganalisis fakta,

38
Tarigan, Dj., Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I Universitas Terbuka,
(Jakarta: Depdikbud, 1983), h.19.
39
Sutari, dkk., Menyimak, (Jakarta: Departemenan Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h.
17.
2

Maksud dari menganalisis fakta yaitu proses menaksir kata-kata


atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menaksir
sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta itu.
3) Mengevaluasi fakta,
Penyimak yang kritis akan mempertanyakan hal-hal mengenai nilai
faktafakta itu, keakuratan fakta-fakta tersebut, dan kerelevanan
fakta-fakta tersebut. Setelah itu, pada akhirnya penyimak akan
memutuskan untuk menerima atau menolak materi simakannya itu.
Selanjutnya penyimak diharapkan dapat memperoleh inspirasi
yang dibutuhkannya.
4) Mendapatkan inspirasi,
Inspirasi sering dipakai alasan oleh seseorang untuk menyimak
suatu pembicaraaan. Kita menyimak bukan untuk memperoleh
fakta saja melainkan untuk memeperoleh inspirasi. Kita
mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk
tujuan mendapatkan inspirasi atau ilham.
5) Mendapatkan hiburan,
Hiburan merupakan kebutuhan manusia yang cukup mendasar.
Dalam kehidupan yang serba kompleks ini kita perlu melepaskan
diri dari berbagai tekanan, ketegangan, dan kejenuhan. Kita sering
menyimak radio, televisi, film layar lebar antara lain untuk
memperoleh hiburan dan mendapatkan kesenangan batin. Karena
tujuan menyimak di sini untuk menghibur, maka pembicara harus
mampu menciptakan suasana gembira dan tenang. Tujuan ini akan
mudah tercapai apabila pembicara mampu menciptakan humor
yang segar dan orisinil yang mengakibatkan penyimak
menunjukkan minat dan kegembiraannya. Karena itu pembicaraan
semacam ini disebut bersifat rekreatif.40
Sedangkan menurut Tarigan tujuan menyimak adalah sebagai berikut:

40
Sutari, dkk., Menyimak, (Jakarta: Departemenan Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h.
22-26.
2

1) Menyimak untuk belajar, yaitu untuk memperoleh pengetahuan


dari ujaran pembicara, dengan perkatann lain menyimak untuk
belajar.
2) Menyimak untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak
dengan menekankan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan.
3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-
jelek, dan lain-lain).
4) Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan, yaitu menyimak
agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya.
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri. Orang
menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide,
gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan
tepat.
6) Menyimak dengan maksud dan tujuan dapat membedakan bunyi-
bunyi dengan tepat.
7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.
8) Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang diragukan.41
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran menyimak cerita anak dalam penelitian ini diharapkan
mempunyai tujuan supaya siswa belajar agar memperoleh pengetahuan,
mengevaluasi agar dapat menilai, mengapresiasi materi simakan, dan
mendapatkan hiburan melalui cerita anak. Dengan tujuan tersebut siswa
akan memahami unsur-unsur yang terkandung dalam cerita anak yaitu
tokoh, latar, tema dan amanat cerita anak.

41
Tarigan, Guntur, Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
2008), h. 60-61.
2

d. Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan dalam Suratno, manfaat menyimak sebagai berikut:
1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang
berharga bagi kemampuan siswa.
2) Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan
keilmuan dan khasanah ilmu kita.
3) Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan
yang tepat, bermutu, dan puitis.
4) Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta
membina sifat terbuka dan objektif.
5) Meningkatkan kepekaaan dan kepedulian sosial. Lewat menyimak
kita dapat mengenal seluk beluk kehidupan dengan segala
dimensinya.
6) Meningkatkan citra artistik, jika yang kita simak itu merupakan
bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah.
7) Menggugah kualitas dan semangat mencipta kita untuk
menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri.
Jika banyak menyimak kita akan mendapatkan ide-ide cemerlang
dan pengalaman hidup yang berharga.42
Berdasarkan manfaat menyimak di atas, maka manfaat menyimak
cerita anak dalam penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan, mengevaluasi
agar dapat menilai materi simakan, meningkatkan dan menumbuhkan
sikap apresiatif, serta mendapatkan hiburan melalui cerita anak.
e. Faktor-faktor Menyimak
Menurut Tarigan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak adalah
sebagai berikut:
1) Faktor fisik: fisik yang prima merupakan modal utama bagi
seorang individu untuk menyimak. Semakin prima kondisi

42
Suratno. (2006). Peningkatan Menyimak Berita melalui Media Audio Visual dengan
Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiri pada Siswa Kelas VIIA SMP N I Tarub Kabupaten
Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi: Unnes, h. 16-18.
2

seseorang, maka perhatiannya terhadap bahan simakan akan


semakin baik;
2) Faktor psikologis: faktor psikologis terlihat dari adanya masalah-
masalah psikologis yang dialami oleh seseorang, diantaranya:
kurangnya simpati terhadap bahan simakan, keegosentrisan dan
asyiknya terhadap masalah pribadi, pandangan seseorang yang
sempit, kejenuhan terhadap pokok pembicaraan;
3) Faktor pengalaman: adanya pengalaman yang berhubungan dengan
bahan simakan akan mempermudah seseorang untuk menambah
pengetahuan baru dari bahan simakan tersebut;
4) Faktor sikap: seorang penyimak akan cenderung mendengarkan
pokok-pokok pembicaraan yang disetujuinya daripada pokok-
pokok pembicaraan yang kurang disetujuinya;
5) Faktor motivasi: seseorang yang termotivasi untuk menyimak
suatu bahan simakan akan memperoleh sesuatu pesan yang
berguna;
6) Faktor jenis kelamin: pria dan wanita memiliki perhatian yang
berbeda, salah satunya adalah pria cenderung bersifat objektif
ketika menyimak, sedangkan wanita cenderung bersifat subjektif;
7) Faktor lingkungan: faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik
dan lingkungan sosial, lingkungan fisik (ruangan dan fasilitas)
yang memadai akan menjadikan seseorang memusatkan perhatian
pada bahan simakan dan lingkungan sosial yang baik (tempat di
mana seseorang merasa dihargai) akan mempermudah seseorang
lebih sigap mendengarkan;
8) Faktor peranan dalam masyarakat: seseorang yang memiliki peran
tertentu (misalnya: siswa SD) akan menjadikannya berminat
menyimak sesuatu yang sesuai dengan perannya tersebut
(misalnya: film kartun).43

43
Tarigan, Guntur, Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
2008), h. 106-115.
3

f. Kemampuan Menyimak Siswa SD


Tarigan mengemukakan mengenai kemampuan siswa SD dari mulai
kelas satu sampai kelas enam.
1) Kelas Satu (5 ½-7 tahun)
a) Menyimak untuk menjelaskan pikiran atau untuk mendapatkan
jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan.
b) Dapat mengulang dengan tepat sesuai dengan apa yang
dedengarkannya.
c) Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan.
2) Kelas Dua (6 ½ - 8 tahun)
a) Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat.
b) Membuat sarana-sarana, usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c) Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula
tidak usah menyimak.
3) Kelas Tiga dan Empat (7 ½-10 tahun)
a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu
sumber informasi dan sumber kesenangan.
b) Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan
mereka sendiri, dan siaran radio dengan maksud dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan.
c) Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-
ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
4) Kelas Lima dan Enam (9 ½-12 tahun)
a) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahan-kesaahan, propaganda-propaganda, dan petunjuk-
petunjuk yang keliru.
b) Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemukan tipe-tipe baru.44

44
Ibid., h. 64.
3

Sesuai dengan pemaparan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa


usia 9-12 tahun yaitu kelas V sudah dapat menyimak pada aneka ragam
cerita, puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam
menemukan tipe baru. Dengan demikian, maka menyimak cerita sesuai
dengan kemampuan meyimak siswa kelas V SD.
g. Tes Keterampilan Menyimak
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta
tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan
langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video.
Pemahaman tersebut dapat mengacu kepada pemahaman secara umum
seperti topik yang dibahas atau sekedar garis besar isinya, atau bagian-
bagian yang lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa
aspek yang menonjol.45
Penetapan jenis sasaran kemampuan yang dijadikan fokus tes
disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta tes. Untuk tingkat pemula
dapat digunakan butir-butir tes yang jawabannya memerlukan sekedar
pemahaman tentang hal-hal yang secara langsung, konkrit, dan harfiah
termuat dalam wacana.
Pertanyaan-pertanyaan yang kurang langsung sifatnya, termasuk kaitan
antara berbagai bagian wacana, menemukan implikasi dan menarik
kesimpulan, sampai dengan menentukan sikap dan melakukan evaluasi
terhadap isi wacana, lebih sesuai bagi peserta tes yang tingkat kemampuan
bahasanya lebih tinggi.46
Disamping tentang identifikasi dan rincian kemampuan tes menyimak,
bagian penting lain adalah pemilihan wacana untuk dipahami dengan
memperdengarkannya kepada peserta tes. Dari wacana itulah nantinya
sejumlah pertanyaan harus dijawab oleh peserta tes sesuai dengan
pemahamannya terhadap isi wacana.

45
Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. (Jakarta:
Indeks, 2008), h. 114.
46
Ibid.
3

Indikator pembelajaran yang digunakan yaitu menyebutkan nama-


nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan, menentukan tema cerita
anak, menentukan latar cerita anak, dan menentukan amanat atau pesan
yang terkandung dalam cerita anak. Selain penilaian berupa tes tulis di
atas, aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung pun di observasi.

4. Cerita Anak
a. Hakikat Cerita Anak
Muhammad Nur Mustakhim mengemukakan hakikat cerita adalah
gambaran tentang kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai
perlambang kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat,
dan cerita tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana
cerita itu terjadi.47
Cerita sudah ada sejak dulu, ada disampaikan secara lisan, kemudian
berkembang terus menjadi bahan cetakan berupa buku, kaset, video kaset,
dan film atau cinema. Demikian pula bahan cerita ini berkembang terus
sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan
perkembangan teknologi. Cerita berada pada posisi pertama dalam
mendidik etika kepada anak. Cerita cenderung disukai dan dinikmati baik
dari segi ide, imajinasi maupun peristiwa-peristiwanya. Jika hal ini dapat
dilakukan dengan baik, cerita akan menjadi bagian dari seni yang disukai
anak-anak, bahkan orang dewasa.
Dalam cerita anak-anak terdapat cerminan perasaan dan pengalaman
anak-anak. Cerminan perasaan digambarkan bagaimana dunia batin anak
menghadapi perasaan suka dan tidak suka, perasaan benci dan kagum,
perasaan toleransi dan kemandirian terhadap berbagai masalah yang
dihadapi dalam kehidupan anak.
Cerminan pengalaman digambarkan bagaimana wawasan dan perilaku
anak, dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, misalnya tentang cita-

47
Muhammad Nur Mustakhim, Peranan Cerita dalam Pembentukan Anak, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2005), h.12.
3

cita anak, perjuangan hidup anak, dan pengalaman anak dalam


masyarakat. Segala yang digambarkan oleh penulis cerita itu merupakan
karangan fiksi imajinatif realistik dari kehidupan anak.
Cerita anak ditulis pengarang memiliki nilai fungsional bagi kehidupan
anak secara konkret. Ketika anak menyimak dan memahami cerita maka
terjadi proses transaksional.48 Dalam proses transaksional tersebut anak
menggambarkan berbagai kemungkinan makna yang tersurat dan tersirat
dalam cerita, seperti masalah cerita, karakter tokoh-tokoh, alur, setting,
dan bahasa.
Proses transaksional terjadi bila peranan orang dewasa (orang tua atau
guru) sebagai scaffolding (penyangga atau perancah) membantu
mengembangkan imajinasi anak dalam berbagai kegiatan, misalnya
kegiatan menceritakan cerita, bercerita kembali, dan memahami isi cerita.
Dapat disimpulkan bahwa hakikat cerita anak adalah cerita tentang
kehidupan anak-anak dalam masyarakat. Cerita anak dapat berfungsi
untuk mengembangkan nilai personal pendidikan anak. Nilai personal dan
pendidikan akan berkembang bila orang dewasa menyediakan kegiatan
belajar bercerita sambil bermain dalam konteks keterpaduan.
b. Ciri-ciri Cerita Anak
Pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak dan
keberadaan jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak yang
digemari. Dengan kata lain, cerita anak-anak harus berbicara tentang
kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi
mereka.
Endraswara mengatakan bahwa ciri-ciri sastra anak termasuk di
dalamnya cerita anak ada tiga, yakni:
1) Berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang
boleh diberikan. Ciri ini berkenaan dengan tema dan amanat cerita
anak. Tema yang merupakan gagasan cerita, maka harus
dipertimbangkan tema apa yang cocok untuk anak-anak. Tema

48
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 13.
3

yang sesuai adalah tema yang menyajikan masalah yang sesuai


dengan alam hidup anak-anak. Misalnya tentang kepahlawanan,
peristiwa sehari-hari, dan sebagainya. Selain itu, biasanya
amanatnya disederhanakan dengan menyediakan akhir kisah yang
indah.
2) Penyajian secara langsung, maksudnya adalah deskripsi yang
sesingkat mungkin dan menuju sasarannya langsung,
mengutamakan aksi yang dinamis dan jelas sebabnya. Selain itu,
kejujuran penyajian tindakan-tindakan tokoh ditampilkan secara
jujur dan tidak hanya tindakan-tindakan serta tokoh-tokoh yang
baik saja yang jelas penampilannya.
3) Memiliki fungsi terapan, maksudnya cerita anak memberikan
pesan dan ajaran kepada anak-anak. Pesan dan pelajaran tersebut
disampaikan dengan cara tidak menggurui maupun terkesan
mengabaikan kecerdasan anak. Berkenaan dengan hal-hal yang
bermanfaat untuk anak-anak yaitu menceritakan secara jelas tokoh-
tokoh yang bersifat protagonis dan antagonis.49
Endraswara menambahkan ciri pokok lain sastra anak yang sulit
terelakkan adalah sifat fantastis. Unsur fantasi ini akan ada karena para
pengarang sastra anak termasuk di dalamnya cerita anak tak ingin nilai-
nilai didik pada anak secara eksplisit. Hal ini juga dilandasi oleh
perkembangan kejiwaan anak yang sarat dengan dunia fantasi. Semakin
jauh dan tinggi daya fantasi dalam sastra anak, akan semakin digemari
oleh anak-anak.50
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ciri-ciri
cerita anak yaitu:
1) Berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang
boleh diberikan,

49
Endraswara, Suwardi, Metode Pengajaran Apresiasi Sastra, (Yogyakarta: CV. Radhita
Buana, 2002), h. 119.
50
Ibid., h. 120.
3

2) Penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan


uraian secara langsung, tidak berkepanjangan,
3) Memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran
kepada anak-anak,
4) Sifat fantastis.
Cerita anak mengisahkan tentang kehidupan anak-anak dengan segala
aspek yang berada dan mempengaruhi mereka, penggunaan pandangan
anak atau kacamata anak dalam menghadirkan cerita yang dapat dinikmati
oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
c. Unsur-unsur Cerita Anak
Cerita untuk anak-anak, lazimnya dapat ditemukan unsur pembentuk
yang meliputi: penokohan, latar cerita, plot atau rangkaian cerita, tema,
amanat, dan sudut pandang. Berikut pembahasan masing-masing unsur:
1) Tema, ialah suatu gagasan yang menjadi pangkal tolak penyusunan
cerpen dan sekaligus menjadi sasaran cerpen tersebut.
2) Amanat, adalah pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada
pembaca, baik secara eksplisit maupun implisit.
3) Plot atau alur, sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan
hukum sebab akibat. Macam-macam alur adalah sebagai berikut:
a) Alur maju atau progresif adalah pengungkapan cerita dari sudut
peristiwa yang terjadi di masa kini ke masa yang akan datang.
b) Sorot balik atau regresif adalah pengungkapan cerita dari sudut
peristiwa yang terjadi di masa lampau ke masa sekarang (kini).
c) Alur campuran adalah pengungkapan peristiwa yang terjadi
pada masa sekarang dan masa lampau kemudian kembali
menceritakan masa sekarang.
4) Penokohan, berkaitan dengan bagaimana sifat-sifat tokoh itu
digambarkan dalam cerita oleh pengarang, untuk menggambarkan
tokoh-tokoh suatu cerita dapat menggunakan dua metode, yaitu:
3

a) Metode analitik adalah pengarang secara langsung


memaparkan watak tokoh dengan jalan menyebutkan sifat-
sifatnya, misalnya, sombong, pemarah, penakut, dan penyabar.
b) Metode dramatik adalah pengarang dalam menggambarkan
watak tokohnya tidak diceritakan secara langsung.
5) Latar atau setting, meliputi beberapa hal berikut ini:
a) Latar tempat, yaitu gambaran tempat terjadinya peristiwa.
b) Latar waktu, yaitu jangkauan waktu yang dalam cerita.
c) Latar suasana,yaitu suasana sekeliling saat terjadinya peristiwa.
6) Sudut pandang atau point of view, adalah cara pengarang
menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang
memandang ceritanya.51
Berkenaan dengan pembahasan cerita anak yang telah dilakukan pada
bagian sebelumnya, cerita anak yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah salah satu bentuk karya sastra yang ditulis dengan berorientasi pada
dunia anak-anak dan dapat dilihat dari: (1) tokoh dan penokohan atau
perwatakan; (2) latar; serta (3) tema dan amanat. Sesuai dengan
kompetensi dasar yang digunakan, dalam penelitian ini alur tidak
disertakan.
d. Manfaat Cerita Anak
Tadkiroatun Musfiroh mengemukakan manfaat sebuah cerita yang
dipandang dari berbagai aspek sebagai berikut.
1) Membantu Pembentukan Pribadi dan Moral,
Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan
berperilaku anak. Contoh perilaku buruk dimaksudkan agar dapat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Contoh perilaku baik
dimaksudkan agar dapat ditiru untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Menyalurkan Kebutuhan Imajinasi

51
Sihabudin, dkk., Bahasa Indonesia 2, (Bandung: LAPIS PGMI, 2009), h. 9.7-9.9.
3

Pada saat menyimak cerita, imajinasi mereka mulai dirangsang.


Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita memberikan
pengaruh positif terhadap kemampuan mereka menyelesaikan masalah
secara kreatif.
3) Memacu Kemampuan Verbal
Selama menyimak cerita, anak dapat belajar bagaimana bunyi-
bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata itu
disusun secara logis dan mudah dipahami.
4) Merangsang Minat Baca
Dari kegiatan bercerita, anak secara tidak langsung memperoleh
contoh orang yang gemar dan pintar membaca dari apa yang
dilihatnya.
5) Membuka Cakrawala Pengetahuan
Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala pengetahuan
tampak pada cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya, seperti
mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang digunakan
dalam cerita yang digunakan dalam cerita tersebut.52
Berdasarkan penjelasan tersebut, manfaat menyimak cerita anak
dalam penelitian ini adalah menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan, mengevaluasi
agar dapat menilai materi simakan, mempengaruhi cara berpikir dan
berperilaku anak, serta mendapatkan hiburan melalui cerita anak.
e. Klasifikasi Tema Cerita Anak Berdasarkan Tingkatan Usia
Abdul Aziz Abdul Majid menyebutkan klasifikasi tema berdasarkan
tingkatan usia adalah:
1) Tema peristiwa yang dibatasi lingkungan,
Ditujukan pada anak-anak kira-kira usia 3-4 tahun. Anak pada usia
ini mulai memiliki kepekaan rasa yang membantunya memilih
lingkungan yang terbatas pada sekelilingnya. Oleh karena itu, cerita-

52
Tadkiroatun Musfiroh, Bercerita untuk Anak Usia Dini, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen Dikti, 2005), h. 95-115.
3

cerita yang sesuai baginya adalah cerita yang tokoh-tokohnya dikarang


dari binatang dan tumbuhan dan peristiwa-peristiwa tentang keduanya.
2) Tema imajinasi bebas,
Ditujukan pada anak-anak kira-kira usia 5-8 tahun. Fase ini anak
telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas
pada rumah dan jalan-jalan. Dia mulai tahu bahwa anjing itu
menggigit, lebah menyengat, kucing mencakar, api membakar, akan
tetapi, ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya yang
tidak ada dalam lingkungannya.
3) Tema petualangan dan kepahlawanan,
Ditujukan pada anak usia 9-12 tahun atau lebih. Pada fase ini
seorang pemuda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner romantik
dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Melalui kekuatan
instingnya, anak mulai mengenal perjuangan dan keinginan
menguasai. Anak-anak menyukai cerita-cerita yang bersifat
kepahlawanan, cerita-cerita yang mengandung nilai budi pekerti dan
pesan.
4) Tema percintaan,
Ditujukan pada anak antara usia 13-18 tahun lebih. Masa peralihan
menuju masa yang penuh kebimbangan. Tema ini lekat dengan rasa
sosial, patriotisme, konflik jiwa, pandangan filosofis tentang
kehidupan dan pemikiran keagamaan.
5) Tema keteladanan.
Ditujukan pada anak-anak usia 19 tahun dan sesudahnya. Pada
tema ini pemuda dan pemudi memasuki masa kematangan berpikir dan
bermasyarakat. Biasanya, telah terbentuk dalam dirinya sebagian
dasar-dasar sosial, mloral dan politik, baik yang salah maupun yang
benar.53

53
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2006), h. 11-16.
3

Batasan-batasan tema tersebut tidak selalu menjadi pedoman. Semua


batasan itu saling melengkapi satu sama lain sesuai dengan
berlangsungnya waktu. Guru dapat memilih cerita-cerita dengan berbagai
tema sesuai dengan kebutuhan dan kesenangan.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian relevan ini bertujuan untuk membuktikan hasil peneltian
terdahulu dan membuktikan hasil penelitian saat ini. Adapun penelitian
terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Rahmiatan Nur (2013) dalam tesisnya yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menyimak Menggunakan Media Audio Visual Di Kelas V
Sekolah Dasar, pada PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cerita rakyat
pada base line 27,6%, kemudian meningkat pada tiap siklus menjadi 32,4
pada siklus I, 54,3 pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 74,3 pada
siklus III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
audio visual dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita rakyat
siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia. Perbedaan penelitian Rahmiatan
dengan penulis adalah penelitiannya menggunakan teknik penelitian PTK,
sementara penulis menggunakan teknik penelitian quasi eksperimen.
Adapun yang menjadi persamaan dalam penelitian ini adalah variabel
terikat dan variabel bebas yang diteliti Rahmiatan dan penulis yaitu
keterampilan menyimak dan media Audio Visual.
2. Joko Ryanto (2010) dengan judul Penggunaan Media Audio
Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas V
SDN Buara 02 Ketanggungan. Dengan nilai rata-rata tes pratindakan
sebesar 60,9 termasuk dalam kategori kurang, sedangkan nilai rata-rata
pada siklus I mencapai 70,9 termasuk dalam kategori cukup. Dengan
demikian peningkatan nilai rata-rata keterampilan menyimak dari
pratindakan ke siklus I sebesar 10 poin atau sebesar 14,1%. Pada siklus II
nilai rata-rata mencapai 77,9 mengalami peningkatan sebesar 7 poin atau
4

8,9%. Peningkatan dari nilai target sebesar 7,9. Berdasarkan hasil


penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa media audio dapat meningkatkan
keterampilan menyimak siswa pada pembelajaran Menyimak Dongeng
Pada Siswa Kelas V SDN Buara 02 Ketanggungan Brebes. Perbedaan
penelitian Joko dengan penulis adalah penelitiannya menggunakan teknik
penelitian PTK, sementara penulis menggunakan teknik penelitian quasi
eksperimen. Selain itu, penelitian Joko menggunakan media Audio saja,
sedangkan penulis menggunakan media Audio Visual. Adapun yang
menjadi persamaan dalam penelitian ini adalah variabel terikat yang
diteliti Joko dan penulis yaitu keterampilan menyimak.
3. Fitro Chawa (2011) melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan
Media Audio Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada
Siswa Kelas III SD Negeri Kejambon 3 Kota Tegal. Pada hasil penelitian
ini, yaitu terdapat peningkatan terhadap hasil belajar siswa dan kualitas
pembelajaran keterampilan menyimak menggunakan media audio pada
siswa kelas III SD Negeri Kejambon 3 Kota Tegal. Dibuktikan dengan
persentase hasil belajar pada pratindakan 70,3% meningkat pada siklus 1
menjadi 78,2% dan siklus 2 menjadi 92,2%. Aktivitas siswa pada
pratindakan 75,65% meningkat pada siklus 1 dengan 82% dan siklus 2
dengan 89%. Ketuntasan belajar pada pratindakan diperoleh 39%
meningkat pada siklus 1 dengan 61% dan siklus 2 dengan 81%. Perbedaan
penelitian Fitro dengan penulis adalah penelitiannya menggunakan teknik
penelitian PTK, sementara penulis menggunakan teknik penelitian quasi
eksperimen. Selain itu, penelitian Fitro menggunakan media Audio saja,
sedangkan penulis menggunakan media Audio Visual. Adapun yang
menjadi persamaan dalam penelitian ini adalah variabel terikat yang
diteliti Fitro dan penulis yaitu keterampilan menyimak.

C. Kerangka Pikir
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
4

berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan menyimak


mempunyai pengaruh terhadap keterampilan berbahasa lainnya seperti
berbicara, membaca, dan menulis.
Pembelajaran menyimak seringkali mengalami kendala yang
menyebabkan siswa menjadi tidak termotivasi dan merasakan kejenuhan.
Salah satu penyebabnya adalah penggunaan media pembelajaran yang kurang
bervariasi. Sehingga membuat siswa tidak berminat dan enggan mengikuti
pembelajaran menyimak. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil
simakan yang diperoleh siswa.
Selama ini, media pembelajaran menyimak masih terbatas dan belum
digunakan secara maksimal. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, di
dalam pembelajaran menyimak guru harus mempunyai strategi pembelajaran
yang dapat membuat siswa tertarik akan pelajaran menyimak itu sendiri. Peran
seorang pendidik dalam membantu siswa untuk mengoptimalkan dan
mengaktualisasikan potensinya sangat tinggi.
Pendidik bertugas mengemas proses pembelajaran termasuk dalam hal
ini menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menyenangkan,
membangkitkan motivasi, dan menggairahkan. Dalam mata pembelajaran
bahasa Indonesia misalnya, karena bahasa Indonesia bukan ilmu pasti seperti
matematika, maka pendidik yang cenderung menggunakan metode ceramah
atau hafalan yang menjadikan siswa cenderung bosan, ditambah lagi dengan
tidak adanya upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan media belajar.
Kebosanan ini menimbulkan rendahnya minat dan motivasi siswa untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran (aktivitas belajar). Jika kedua hal
tersebut terus menerus terjadi maka bukan tidak mungkin prestasi siswa juga
ikut turun, dan tujuan pembelajaran yang tertuang dalam standart kompetensi
lulusan tidak dapat dipenuhi.
Pembelajaran keterampilan menyimak dengan media animasi audio
visual yang dilakukan peneliti diharapkan agar pembelajaran lebih menarik
dan lebih variatif. Media audio visual adalah media yang menyampaikan
pesan-pesan pembelajaran dengan suara dan gambar disertai unsur gerak.
4

Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual
atau bisa disebut pandang-dengar.
Sudah tentu apabila kita menggunakan media ini, maka akan semakin
lengkap dan optimal dalam menyampaikan materi ajar kepada para siswa,
selain itu media ini dalam batasan-batasan tertentu dapat menggantikan peran
dan tugas guru. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,
karena meliputi kedua jenis audio dan media visual, misalnya slide suara, film
suara, televisi, rekaman CD dan video. Dalam penelitian ini, media yang
digunakan adalah media video.
Oleh karena itu berdasarkan asumsi sementara ada kecenderungan
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media audio visual pada
pembelajaran menyimak cerita lebih efektif dibandingkan dengan tanpa media
atau pembelajaran konvensional. Ada keyakinan bahwa pembelajaran
menyimak cerita dengan media audio visual lebih menarik dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
4

D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka
pikir seperti tersebut di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan yaitu:
H0 : Penggunaan media animasi audio visual tidak berpengaruh terhadap
keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Al-Hikmah Jakarta.
H1 : Penggunaan media animasi audio visual berpengaruh terhadap
keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Al-Hikmah Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di laksanakan pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah yang
beralamat di Jl. Bangka II No.14, RT.8/RW.3, Kelurahan Pela Mampang,
Kecamatan Mampang Prapatan., Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12720. Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret tahun 2017
semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan quasi experiment atau eksperimen
semu, yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan
pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen seperti keadaan
siswa dan kegiatan siswa selama di sekolah.54
Dalam penggunaan quasi eksperimen ini terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok yang diberikan perlakuan atau treatment menggunakan media
animasi audio visual disebut kelas eksperimen, sedangkan kelompok yang
tidak diberi perlakuan atau treatment disebut kelas kontrol.
Adapun rancangan desain penelitian adalah dengan menggunakan metode
Two Group Randomized Subject Posttest Only, tanpa Pretest karena peneliti
sudah melakukan penelitian awal bagaimana siswa mengalami kesulitan
dalam materi menyimak cerita yang akan peneliti teliti dan melakukan
wawancara kepada guru kelas V bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi menyimak cerita. Desain ini terdiri atas dua kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dimana yang dipilih sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas V (lima) A
yang terdiri dari 40 orang siswa, dan kelas V (lima) B yang terdiri dari 40
orang siswa sebagai kelompok kontrol. Dalam penelitian ini hanya diberikan

54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 77.
44
4

satu kali tes yaitu tes akhir (Posttest). Desain penelitian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:55

Tabel 3.1
Desain Penelitian Posttest Only Group Design
Kelompok Perlakuan Teks Akhir (Posttest)
E X1 O1
K - O2

Keterangan :
E : Kelompok kelas eksperimen
K : Kelompok kelas kontrol
X1 : Penerapan media animasi audio visual pada kelas eksperimen
O1 : Posttest diberikan setelah kegiatan belajar mengajar untuk kelompok
eksperimen
O2 : Posttest diberikan setelah kegiatan belajar mengajar untuk kelompok
kontrol

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.56 Dalam penelitian ini
populasinya adalah seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah yang
terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 57 Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik (Purposive Sampling) atau sampel bertujuan.
Maka pada penelitian ini, peneliti menentukan dua kelas dari dua rombongan
belajar kelas V MI Al-Hikmah, yaitu kelas V-A dan V-B yang dijadikan
sampel penelitian. Berdasarkan pengambilan sampel tersebut diperoleh kelas
kelas V (lima) A yang terdiri dari 40 orang siswa sebagai kelompok

55
Ni. Pt. Sumaraning, Pengaruh Model Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa
Kelas IV Di Desa Sinabun Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2. No. 1. Tahun 2014
56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), cet. 15, h. 173.
57
Ibid., h.174.
4

eksperimen dengan menggunakan media animasi audio visual sedangkan


kelompok kontrol yaitu kelas V (lima) B yang terdiri dari 40 orang siswa
dengan pembelajaran tanpa menggunakan media animasi audiovisual.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data terlebih
dahulu peneliti menentukan sumber data, variabel penelitian dan instrumen
penelitian,
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu
kelas V (lima) A yang terdiri dari 40 orang siswa. Kelompok eksperimen
ini mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual
sedangkan kelompok kontrol yaitu kelas V (lima) B yang terdiri dari 40
orang siswa. Kelompok kontrol ini mendapatkan pembelajaran tanpa
menggunakan media audiovisual. Data yang digunakan berupa nilai dari
hasil tes menyimak cerita.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek
penelitian.58 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan
menyimak. Variabel dalam penelitian diklasifikasikan ke dalam 2
kelompok, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel
bebas digunakan untuk memprediksi, sedangkan variabel terikat ialah
variabel akibat atau variabel yang diprediksi.59
a. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media animasi audiovisual.
b. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

58
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2002), h.104.
59
Zainal Arifin, Peneliti an Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,2011), cet 1, h. 187.
4

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan


menyimak cerita.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah dokumentasi dan tes, tes yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes tulis berupa posttest untuk
mengukur keterampilan menyimak cerita anak pada siswa. Untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut:
a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.60 Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data sekolah berupa profil sekolah,
letak sekolah, guru, foto kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.
Pengambilan foto dalam proses pembelajaran menyimak cerita anak
melalui media animasi audio visual dapat dijadikan gambaran
perilaku siswa dalam penelitian. Foto yang diambil sebagai sumber
data yang dapat memperjelas hasil penelitian.
b. Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 61 Tes digunakan
untuk melihat pengaruh penggunaan media animasi audio visual pada
kelas eksperimen dan yang tanpa menggunakan media pada kelas
kontrol.
Sebelum menyusun tes terlebih dahulu membuat kisi-kisi untuk
memudahkan. Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang
memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau
merakit soal menjadi tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah
penting yang harus dilakukan sebelum menulis soal.62

60
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 183
61
Ibid., hal. 185
62
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis, Implementasi Kurikulum
2004/RSD. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 50.
4

Adapun kisi-kisi dalam penelitian ini berdasarkan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut.

KD : 5.1 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, dan


amanat)
Indikator : 5.2.2 Menjawab pertanyaan sesuai isi cerita pendek yang
ditayangkan dan mengidentifikasi unsur cerita pendek (tokoh dan
penokohan, tema, latar dan amanat).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen


Keterampilan Menyimak Cerita Anak

Aspek Penilaian
Keterampilan Tingkatan ranah Total
No. Menyimak Indikator Kognitif butir
Cerita
soal
C1 C2 C3 C4
Pendek

 Menyebutkan nama tokoh


Tokoh dan cerita pendek
 Memberikan alasan apakah
1. Penokohan atau watak tokoh dapat diterapkan 2 - 3 4 3
Watak atau tidak.
 Membedakan watak tokoh
yang satu dengan yang lain.

2. Latar  Menyebutkan latar cerita 5,6 7 3


yang telah disimak.
 Menjelaskan dan
menyebutkan alur cerita yang 8,9
3. Alur telah disimak. - 3
,10
 Mencari/menemukan alur
cerita yang telah disimak.
 Menjelaskan dan 1,
4. Tema menyebutkan tema cerita - 11, - - 3
yang telah disimak 12
4

 Mencari /menemukan pesan 13,


5. Pesan/Amanat yang terkandung dalam cerita - - 14, - 3
yang telah disimak. 15

Jumlah Soal 3 7 4 1 15

E. Instrumen Pengumpulan Data


Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena
sosial maupun alam, sehingga harus ada alat ukur yang baik untuk
menghasilkan pengukuran yang tepat. Alat ukur dalam suatu penelitian
dinamakan instrumen. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.63
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
keterampilan menyimak cerita. Instrumen pengumpulan data yang dilakukan
berupa posttest. Secara terperinci instrumen data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Instrumen pengumpulan data berupa tes, yakni untuk mengetahui
keterampilan menyimak cerita dengan menggunakan media animasi
audiovisual maka dilakukan tes berupa posttest untuk mengetahui hasil
akhir setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Instrumen penilaian. Instrumen penilaian digunakan untuk menjadi
pedoman dalam menilai hasil tes menulis karangan siswa
Sebelum digunakan, instrumen penelitian terlebih dahulu dilakukan uji
coba untuk mengetahui validitas instrumen. Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. 64 Untuk
menguji keabsahan atau kevalidan instrumen yang digunakan, peneliti
menggunakan validasi isi (content validity) dan ditelaah oleh orang yang ahli
dalam bidang yang bersangkutan atau disebut dengan expert judgement.

63
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 147.
64
Ibid., hal. 97.
5

Peranan expert judgement adalah menelaah butir soal yang kurang tepat.65
Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya ialah salah satu dosen Bahasa
dan Sastra Indonesia di Jurusan Pendidikan Guru MI, Dindin Ridwanuddin,
M.Pd.
Dalam penelitian ini, intrusmen penelitian yang digunakan adalah tes
keterampilan menyimak berupa tes uraian atau tes esai. Burhan Nurgiantoro
menjelaskan bahwa bentuk tes uraian atau tes esai adalah suatu bentuk
pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan
mempergunakan bahasa sendiri.66 Dalam bentuk tes uraian ini peserta didik
dituntut berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang
berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab terkait materi cerita pendek
yang telah disimak. Soal uraian dibuat berdasarkan unsur-unsur dalam cerita
pendek, akan tetapi unsur-unsur tersebut disesuaikan dengan pemahaman
siswa kelas V SD yaitu unsur tokoh dan penokohan, latar, alur dan pesan atau
amanat.
Adapun kriteria penilaian menyimak cerita anak dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 3.3 Indikator Penilaian Keterampilan Menyimak Cerita Anak

Kriteria Penilaian
No
No Aspek Skor
Soal Deskripsi
Maksimal
Siswa dapat menyebutkan semua tokoh
dengan benar.
Siswa dapat menyebutkan sebagian tokoh
2 5
Tokoh dan dengan benar
1.
Penokohan Siswa dapat menyebutkan satu tokoh dengan
benar.
Siswa dapat menjawab soal dan menyertai
3 10
alasannya dengan tepat.

65
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi
Pertama, (Yogyakarta: BPFY, 2010), hal. 156.
66
Ibid., hal. 117.
5

Siswa menjawab soal dengan benar tetapi


alasannya kurang tepat.
Siswa menjawab soal dengan benar tetapi
tidak menyertai alasan/memberi alasan yang
tidak tepat.
Siswa dapat membedakan watak tokoh cerita
dan menyertai alasannya dengan benar.
Siswa dapat membedakan watak tokoh cerita
4 10
dengan benar tetapi alasannya kurang tepat.
Siswa dapat membedakan watak tokoh cerita
dengan salah.
Siswa dapat menyebutkan latar tempat cerita
dengan benar.
Siswa dapat menyebutkan latar tempat cerita
5 5
tetapi kurang tepat.
Siswa dapat menyebutkan latar tempat cerita
tetapi salah.
Siswa dapat menyebutkan latar waktu cerita
dengan benar.
Siswa dapat menyebutkan latar waktu cerita
2. Latar 6 5
tetapi kurang tepat.
Siswa dapat menyebutkan latar waktu cerita
tetapi salah.
Siswa dapat menyebutkan latar suasana
cerita dengan benar.
Siswa dapat menyebutkan latar suasana
7 5
cerita tetapi kurang tepat.
Siswa dapat menyebutkan latar suasana
cerita tetapi salah.
Siswa dapat menjawab soal dan menyertai
alasannya dengan tepat.
Siswa menjawab dengan benar tetapi
3. Alur 8 alasannya kurang tepat. 5
Siswa menjawab soal dengan benar tetapi
tidak menyertai alasan/memberi alasan yang
tidak tepat.
5

Siswa dapat menjelaskan alasannya dengan


benar.
Siswa dapat menjelaskan alasannya dengan
9 5
benar tetapi kurang tepat.
Siswa dapat menjelaskan alasannya tetapi
salah.
Siswa dapat menjawab soal dengan benar.
Siswa dapat menjawab soal tetapi kurang
10 5
tepat.
Siswa dapat menjawab soal tetapi salah.
Siswa dapat menjawab soal yaitu
menentukan judul dengan benar.
4. Tema 1 Siswa dapat menentukan judul tetapi kurang 5
tepat.
Siswa dapat menentukan judul tetapi salah.
Siswa dapat menjawab soal yaitu
menentukan tema dengan benar
11 Siswa dapat menentukan tema tetapi kurang 5
tepat.
Siswa dapat menentukan tema tetapi salah.
Siswa dapat menjawab soal dengan benar.
Siswa dapat menjawab soal tetapi kurang
12 5
tepat.
Pesan atau Siswa dapat menjawab soal tetapi salah.
5.
amanat
Siswa dapat menjelaskan pesan atau amanat
yang terkandung dalam cerita dengan benar.
Siswa dapat menjelaskan pesan atau amanat
13 yang terkandung dalam cerita tetapi kurang 10
tepat.
Siswa dapat menjelaskan pesan atau amanat
yang terkandung dalam cerita tetapi salah.
Siswa dapat menjawab soal yaitu
14 menentukan sifat yang dapat dicontoh 10
maupun tidak dari cerita yang telah disimak
5

dengan benar.
Siswa dapat menentukan sifat yang dapat
dicontoh maupun tidak dari cerita yang telah
disimak tetapi kurang tepat.
Siswa dapat menentukan sifat yang dapat
dicontoh maupun tidak dari cerita yang telah
disimak tetapi salah.
Siswa dapat menjawab soal yaitu
menentukan sifat yang dapat dicontoh
maupun tidak dari cerita yang telah disimak
dengan benar.
Siswa dapat menjawab soal yaitu
menentukan sifat yang dapat dicontoh
15 10
maupun tidak dari cerita yang telah disimak
tetapi kurang tepat.
Siswa dapat menjawab soal yaitu
menentukan sifat yang dapat dicontoh
maupun tidak dari cerita yang telah disimak
tetapi salah.

Jumlah keseluruhan skor 100

diadaptasi dari penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi


oleh Burhan Nurgiantoro halaman 367 dan peningkatan kemampuan mahasiswa
dalam menulis cerita anak melalui strategi menulis terbimbing oleh Enny
Zubaidah halaman 177

F. Teknik Analisis Data


Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang analisis hasil yang berasal dari
data hasil test dengan menggunakan uji t. sebelum mengolah data hasil test,
data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bentuk distribusi data
(sampel) apakah data yang diperoleh dalam penelitian normal atau tidak
normal. Perhitungan pada penelitian ini menggunakan SPSS Statistic 20
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnova (Lilliefors Significance
5

Correction). Kriteria adalah signifikan untuk dua hasil perhitungan lebih


besar dari > 0,05 berarti berdistribusi normal.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data yng diperoleh dari
hasil penelitian apakah homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas bisa
dilakukan setelah data normalitas terpenuhi artinya distribusi data harus
normal.
Perhitungan pada penelitian ini menggunakan SPSS Statistic 22. Uji ini
digunakan sebagai prasyarat test of homogeneity variances. Untuk uji
homogenitas menggunakan uji levenet. Kriterianya adalah signifikan untuk
uji dua sisi jika hasil perhitungan lebih besar dari > 0,05 berarti variansi
pada setiap kelompok sama (homogen).
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan
uji normalitas dan homogen, apabila data populasi berdistribusi normal
dan populasi berdistribusi homogen maka dilakukan hipotesis dengan uji-t.
Perhitungan pada penelitian ini menggunakan SPSS Statistic 20.
Uji ini dilakukan dari dua sampel yang berpasangan (paired).
Sampel berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang
sama namun mendapatkan perlakukan yang berbeda seperti subjek A
mendapat perlakuan (eksperimen), kemudian subjek B mendapat
perlakuan (konvensional). Pengujian yang dilakukan sebelum analisis
Paired-Samples T Test, yaitu uji asumsi varian (uji levene’s), yaitu untuk
mengetahui apakah varian sama atau berbeda. Setelah uji asumsi varian
kemudian dilakukan uji Paired-Samples T Test, untuk mengambil
keputusan dapa dilihat setelah dilakukan analisa data, yaitu:

Jika signifikan > 0,05, maka 𝐻0 diterima


Jika signifikan < 0,05, maka 𝐻0 ditolak

Taraf signifikan uji sampel bebas Paired-Samples T Test adalah


0,05 sedangkan convidence interval 95%. Uji hipotesis dengan uji
5

kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat


perbedaan rata-rata secara signifikan antara dua populasi dengan melihat
rata-rata dua sampelnya. Populasi yang diuji adalah kelas eksperimen dan
kelas kontrol dari skor hasil posttest. Adapun hipotesis yang akan diuji
sebagai berikut:

H1 : nilai rata-rata eksperimen > nilai rata-rata kontrol

Artinya bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap


rata-rata hasil belajar siswa pembelajarannya dengan menggunakan
lingkungan. Interpretasi hasil signifikannya sebagai berikut:

Probabilitas : dibawah 0,05 maka hasilnya signifikan


Probabilitas : diatas 0,05 maka hasilnya tidak
signifikan

Nilai rata-rata dua kelompok signifikansi (2-tailed) dibawah 0,05


maka hasilnya signifikan atau hipotesis diterima, sebaliknya bila
signifikansi (2-tailed) lebih tinggi dari probabilitas diatas 0,05 maka
hasilnya tidak signifikan atau hipotesis ditolak.

G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
𝐻0 : µ1 = µ2
𝐻1 : µ1 > µ2
Keterangan:
µ1 : nilai rata-rata menyimak cerita dengan menggunakan media
animasi audio visual
µ2 : nilai rata-rata menyimak cerita yang tidak menggunakan media
animasi audio visual
𝐻0 : nilai rata-rata menyimak cerita dengan menggunakan media
animasi audio visual sama dengan nilai rata-rata menyimak cerita
yang tidak menggunakan media animasi audio visual.
𝐻1 : nilai rata-rata menyimak cerita dengan menggunakan media
5

animasi audio visual lebih besar dari nilai rata-rata menyimak


cerita yang tidak menggunakan media animasi audio visual.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di MI Al-Hikmah pada bulan Maret semester
genap tahun ajaran 2017/2018. Adapun sampel yang diteliti adalah kelas V
sebanyak dua kelas. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen dengan
pembelajaran menggunakan media animasi audio visual sedangkan kelas
kedua sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan metode
konvensional tanpa menggunakan media, seperti kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru kelas sehari-hari.
Materi pelajaran yang diteliti adalah keterampilan menyimak cerita anak.
Untuk kelas eksperimen, pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan
media animasi audio visual atau diberi treatment. Kelas eksperimen yang
dipilih adalah kelas V-A dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa. Untuk kelas
kontrol, pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan metode
konvensional tanpa menggunakan media. Kelas kontrol yang dipilih adalah
kelas V-B dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa.

B. Data Hasil Penelitian Keterampilan Menyimak


Setelah diberikan perlakuan pada kedua kelas, kelas eksperimen
menggunakan media animasi audio visual dan kelas kontrol tidak
menggunakan media, maka diakhir pembelajaran peneliti melakukan posttest
untuk mengetahui kemampuan dari keterampilan menyimak cerita anak.
Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh data hasil posttest. Hasil analisis
data posttest dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Deskripsi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

57
5

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 40 40
Mean 88.25 80.80
Median 93.50 84.50
Modus 97.00 95.00
Minimum 60.00 54.00
Maksimum 100.00 98.00
Sum 3530.00 3232.00

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran


pada kelas eksperimen dengan menggunakan media animasi audio visual
memiliki nilai rata-rata (mean) yang lebih tinggi sebesar 88.25 dibandingkan
dengan metode pembelajaran pada kelas kontrol yang tidak menggunakan
treatment apapun. Selanjutnya nilai median pada kelas perlakuan
(menggunakan media animasi audio visual) sebesar 93.50 dan untuk kelas
kontrol 84.50.
Data yang sering muncul atau modus pada sebaran data kelas eksprimen
memiliki nilai 97 dan modus untuk nilai kelas kontrol adalah 95. Selanjutnya
untuk nilai terendah atau nilai minimum pada kelas eksprimen adalah 60 dan
untuk nilai kelas kontrol adalah 54 sedangkan untuk nilai tertinggi atau nilai
maksimum pada kelas eksprimen adalah 100 dan untuk kelas kontrol memiliki
nilai maksimum adalah 98.
Berdasarkan Tabel 4.1 tentang deskripsi statistik nilai kelas pada dua
perlakuan yang beda dapat dijelaskan secara singkat bahwa perlakuan
eksprimen dengan media animasi audio visual lebih tinggi nilainya
dibandingkan dengan metode mengajar kelas biasa yang tanpa media. Berikut
ini adalah data untuk nilai perlakuan yang diambil dari 80 siswa pada kelas
yang berbeda. Perlakuan terdiri dari kelas eksprimen (menggunakan media
5

animasi audio visual) dan kelas kontrol (metode pengajaran konvensional atau
biasa).

Tabel 4.2
Daftar Nilai Posttest Keterampilan
Menyimak Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


No
Nama Nilai Nama Nilai

1 X1 78 Y1 78

2 X2 61 Y2 63

3 X3 88 Y3 63

4 X4 75 Y4 55

5 X5 96 Y5 55

6 X6 75 Y6 62

7 X7 65 Y7 73

8 X8 87 Y8 69

9 X9 97 Y9 78

10 X10 98 Y10 95

11 X11 88 Y11 88

12 X12 97 Y12 81

13 X13 97 Y13 65

14 X14 94 Y14 83

15 X15 96 Y15 72

16 X16 91 Y16 91

17 X17 100 Y17 90

18 X18 98 Y18 63
6

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


No
Nama Nilai Nama Nilai

19 X19 98 Y19 98

20 X20 100 Y20 96

21 X21 100 Y21 86

22 X22 97 Y22 95

23 X23 92 Y23 79

24 X24 94 Y24 73

25 X25 97 Y25 88

26 X26 79 Y26 96

27 X27 85 Y27 94

28 X28 95 Y28 83

29 X29 97 Y29 88

30 X30 100 Y30 81

31 X31 80 Y31 91

32 X32 97 Y32 95

33 X33 93 Y33 95

34 X34 75 Y34 93

35 X35 60 Y35 89

36 X36 94 Y36 89

37 X37 90 Y37 97

38 X38 69 Y38 88

39 X39 82 Y39 60

40 X40 75 Y40 54
6

Selain dari penyajian data seperti tabel di atas, peneliti juga menyajikan
data nilai hasil posttest yang diperoleh siswa dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dalam bentuk grafik histogram. Untuk lebih jelasnya data hasil
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam grafik histogram
sebagai berikut:

30

25

20

15
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
10

0
A B C D E

Grafik 4.1
Data Hasil Nilai Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dari grafik di atas, peneliti mengelompokkan penilaian hasil Posttest


siswa yang dinyatakan ke dalam huruf A, B, C, D, dan E. Keterangannya
sebagai berikut:

Tabel 4.3
Rubrik Nilai Posttest
dalam Grafik Histogram

Huruf Nilai

A 86 – 100

B 71 – 85
6

C 56 – 70

D 41 – 55

E 0 – 40

Untuk lebih jelasnya lagi, data hasil Posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest
Kelas Eksperimen

Frekuensi Presentase %
Huruf Nilai
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

A 86 – 100 27 20 67,5% 50%

B 71 – 85 9 10 22,5% 25%

C 56 – 70 4 7 10% 17,5%

D 41 – 55 0 3 0% 7,5%

E 0 – 40 0 0 0% 0%

Pada kelas eksperimen yang mendapat nilai A sebanyak 27 siswa, yaitu


4 siswa mendapatkan nilai 100, 3 siswa mendapat nilai 98, 7 siswa mendapat
nilai 97, 2 siswa mendapat niai 96, 1 siswa mendapat nilai 95, 3 siswa
mendapat nilai 94, 1 siswa mendapat nilai 93, 1 siswa mendapat nilai 92, 1
siswa mendapat nilai 91, 1 siswa mendapat nilai 90, 2 siswa mendapat nilai
88, dan 1 siswa mendapat nilai 87, dengan presentase sebesar 67,5%.
Sedangkan pada kelas kontrol yang mendapatkan nilai A sebanyak 20 siswa,
yaitu 1 siswa mendapat nilai 98, 1 siswa mendapat nilai 97, 2 siswa mendapat
6

nilai 96, 4 siswa mendapat nilai 95, 1 siswa mendapat nilai 94, 1 siswa
mendapat nilai 93, 2 siswa mendapat nilai 91, 1 siswa mendapat nilai 90, 2
siswa mendapat nilai 89, 4 siswa mendapat nilai 88, dan 1 siswa mendapat
nilai 86, dengan presentase sebesar 50%.
Selanjutnya kelas eksperimen yang mendapat nilai B sebanyak 9 siswa,
yaitu 1 siswa mendapat nilai 85, 1 siswa mendapat nilai 82, 1 siswa mendapat
nilai 80, 1 siswa mendapat nilai 79, 1 siswa mendapat nilai 78, dan 4 siswa
mendapat nilai 75, dengan presentase sebesar 22,5%. Sedangkan pada kelas
kontrol yang mendapat nilai B sebanyak 10 siswa, yaitu 2 siswa mendapat
nilai 83, 2 siswa mendapat nilai 81, 1 siswa mendapat nilai 79, 2 siswa
mendapat nilai 78, 2 siswa mendapat nilai 73, dan 1 siswa mendapat nilai 72,
dengan presentase sebesar 25%.
Selanjutnya kelas eksperimen yang mendapat nilai C sebanyak 4 siswa,
yaitu 1 siswa mendapat nilai 69, 1 siswa mendapat nilai 65, 1 siswa mendapat
nilai 61, dan 1 siswa mendapat nilai 60, dengan presentase sebesar 10%.
Sedangkan pada kelas kontrol yang mendapat nilai C sebanyak 7 siswa, yaitu
1 siswa mendapat nilai 69, 1 siswa mendapat nilai 65, 3 siswa mendapat nilai
63, 1 siswa mendapat nilai 62, dan 1 siswa mendapat nilai 60, dengan
presentase sebesar 17,5%.
Selanjutnya kelas eksperimen yang mendapat nilai D, tidak ada siswa
yang mendapat nilai D. Sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 3 siswa, yaitu
2 siswa mendapat nilai 55 dan 1 siswa mendapat nilai 54 dengan presentase
sebesar 7,5%.
Dan yang terakhir adalah nilai E, pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak ada siswa yang mendapat nilai E.

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data


Berdasarkan hasil penelitian, maka data akan diolah dengan melakukan
uji hipotesis. Sebelum uji hipotesis dilakukan, diperlukan pengujian prasyarat
analisis data terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
6

Sebelum menguji perbedaan rata-rata posttest dengan uji t, terlebih


dahulu kedua kelompok di uji normalitas dan homogenitasnya. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah penyebaran skor posttest
kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
bersifat normal atau tidak. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal
jika taraf signifikansi atau nilai α = 0,05. Maka hipotesis yang diajukan
yaitu:
 𝐻0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
 𝐻1 = data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Dalam uji normalitas ini, penulis menggunakan IBM SPSS Statistic
22 dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Sehingga
diperoleh data seperti di bawah ini:
Tabel 4.5
Uji Normalitas Posttest
Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol

Nilai
Kelas Nilai Kolmogorov Keterangan
Smirnov

Eksprimen 88.25±11.49** 0.192 Signifikan

Kontrol 80.80±13.60** 0.177 Signifikan

Pada tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa taraf signifikansi


hasil posttest kelas eksperimen yaitu 0,192 dan taraf signifikansi hasil
posttest kelas kontrol adalah 0,177, sedangkan hasil uji normalitas pada
taraf signifikansi menujukkan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal karena Berdasarkan data di atas menujukkan bahwa
pada kelas eksperimen mempunyai signifikansi 0,192 > 0,05, dan pada kelas
kontrol menujukkan bahwa 0,177 > 0,05. Sehingga peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa H0 diterima, artinya data sampel dari populasi kedua
kelompok tersebut berdistribusi normal.
6

2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji sama besar atau tidaknya
variansi kedua populasi yang diteliti. Sama halnya dengan uji normalitas,
pengujian homogenitas juga dapat dilihat dari perbandingan nilai
signifikansi hasil perhitungan dengan α yang telah ditetapkan yaitu 0,05.
Adapun hipotesis yang diujikan yaitu:
 𝐻0 = variansi nilai kedua kelas sama atau homogen.
 𝐻1 = variansi nilai kedua kelas berbeda atau tidak homogen.
Dalam uji homogenitas ini peneliti menggunakan program SPSS
Statistics 22 untuk menguji apakah variansi kedua populasi yang diteliti
sama besar atau tidaknya. Dengan menggunakan program SPSS
Statistics 22 dan menggunakan uji Levene yang telah peneliti disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Uji Homogenitas Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0.297 39 39 0.71

Berdasarkan hasil uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan


kelas kontrol pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai levene statistic
0.297 dan nilai probabilitas (signifikansi) adalah 0,71. Hasil uji
homogenitas pada taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menujukkan bahwa
H0 diterima artinya variansi nilai kedua kelas sama atau bersifat homogen.
Karena taraf signifikansi posttest kelas eksperimen dan kontrol 0,71 >
0,05.

3. Uji T – Test
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas yang
sebelumnya telah dilakukan menunjukkan bahwa data yang diperoleh
6

berdistribusi normal dan kedua sampel bersifat homogen, maka tahap


selanjutnya melakukan pengujian hipotesis. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan (penggunaan media
animasi audio visual) terhadap keterampilan menyimak cerita anak pada
siswa. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
 H0: Hipotesis nol, keterampilan menyimak cerita anak dengan
menggunakan media animasi audio visual sama dengan, atau lebih
kecil dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tanpa
media animasi audio visual.
 H1: Hipotesis alternatif, keterampilan menyimak cerita anak dengan
menggunakan media animasi audio visual lebih tinggi dari
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tanpa media
animasi audio visual.
Dalam uji hipotesis ini peneliti menggunakan program SPSS
Statistics 22 dengan uji T-test metode Independent Samples yang akan
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Uji t Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Std. Sig.
Kelas Mean DF 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Deviation (2 tailed)

Eksperimen 88.3 11.5


42 2.65 2.00 0.010
Kontrol 80.8 13.6

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menjelaskan bahwa nilai 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g 2.65


maka nilai untuk eksprimen dan kontrol berbeda sangat nyata. Kriteria
penguji hipotesis ini adalah jika 𝐻0 diterima jika 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Harga
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang (1- α), sebaliknya
𝐻0 ditolak jika 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa
6

nilai 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2.65 > 2.00. Jika dilihat dari hasil 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g , maka
hipotesis 0 (𝐻0) ditolak, dan hipotesis 1 (𝐻1) diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menyimak cerita anak dengan
menggunakan media animasi audio visual lebih tinggi dari keterampilan
menyimak cerita anak tanpa media animasi audio visual.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil analisis nilai tes keterampilan menyimak cerita anak
pada siswa kelas V MI Al-Hikmah yang telah dibagi menjadi kelas
eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut adalah
homogen. Hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varian
yang tidak berbeda secara signifikan, sehingga menunjukkan bahwa kondisi
awal siswa sebelum diberi perlakuan masih dalam kondisi sama. Kelompok
eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan
media animasi audio visual dan kelompok kontrol adalah kelas yang tidak
menggunakan media animasi audio visual atau yang biasa guru lakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Tes keterampilan menyimak cerita anak dilakukan
setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pembelajaran ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan
untuk melakukan proses pembelajaran pada masing-masing kelas dan 1 kali
pertemuan untuk melakukan posttest. Penggunaan media pembelajaran yaitu
animasi audio visual yang telah dilakukan dapat memberikan motivasi kepada
siswa untuk memunculkan pemahaman dalam keterampilan menyimak cerita
anak sehingga dapat memperdalam materi yang diberikan guru.
Hasil yang lebih baik didapatkan pada kelompok eksperimen yang
menggunakan media animasi audio visual dalam proses keterampilan
menyimak cerita anak . Hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil nilai rata-rata
tes keterampilan menyimak cerita anak antara kedua kelompok tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi audio
visual lebih baik dari pembelajaran yang tanpa menggunakan media. Karena
berdasarkan hasil rata-rata tes keterampilan menyimak cerita anak pada siswa
6

kelas eksperimen yaitu 88.25 lebih tinggi daripada nilai rata-rata hasil
keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas kontrol sebesar 80.80.
Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan siswa selama
berlangsungnya pembelajaran, didapatkan beberapa informasi di antaranya
bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media animasi audio visual
siswa memiliki minat yang besar dalam menyimak cerita. Pada saat sebelum
pembelajaran dimulai, kegiatan diawali dengan membuka kegiatan
pembelajaran dan apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan diajarkan. Indikator yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari:
(1) Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan, (2)
menentukan tema cerita anak, (3) menentukan latar cerita anak, dan (4)
menentukan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita anak. Kegiatan
pembelajaran selanjutnya guru melakukan eksplorasi dengan menggali
pengetahuan siswa dan memberikan pertanyaan tentang pengertian dan apa
saja unsur intrinsik dalam cerita.
Kemudian, siswa diarahkan guru untuk menyimak cerita anak dengan
menggunakan media animasi audio visual dan meminta siswa untuk mencatat
hal-hal penting yang terdapat di dalam cerita terkait unsur intrinsik cerita
seperti judul, tokoh dan penokohan, latar, alur, tema, amanat atau pesan.

Gambar 4.2
6

Siswa Menyimak Cerita dengan Media Animasi Audio Visual

Gambar 4.2 di atas menunjukkan aktivitas siswa ketika menyimak cerita


dengan menggunakan media animasi udio visual. Selama menyimak ini
berlangsung, siswa diminta untuk mencatat hal-hal penting yang terdapat di
dalam cerita. Setelah menyimak film animasi selesai, siswa juga dilatih untuk
dapat berkomunikasi dengan baik, misalnya kegiatan bertanya jawab antara
guru dan siswa, siswa dengan siswa dan menceritakan kembali isi cerita
dengan singkat di depan kelas.

Gambar 4.3
Siswa Menceritakan Kembali Isi Cerita dengan Singkat

Gambar 4.3 di atas menunjukkan siswa menceritakan kembali isi cerita


dengan singkat di depan kelas. Hal ini dilakukan guru dengan tujuan supaya
siswa dalam setiap pembelajaran tidak hanya duduk saja, melainkan siswa
diharapkan ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian guru
membagikan latihan soal. Latihan soal ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
tentang materi yang terkait dengan film animasi yang telah mereka tonton.
Siswa mengerjakan soal tersebut secara mandiri, kemudian guru dan siswa
7

membahas secara bersama-sama soal tersebut. Kemudian, di akhir


pembelajaran, guru memberikan penguatan tentang materi yang belum
dimengerti. Setelah itu guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran yang telah disampaikan.

Gambar 4.4
Siswa Mengerjakan LKS

Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu pada kelas V-B MI Al-Hikmah


Jakarta Tahun Pelajaran 2017/2018 yang kegiatan pembelajarannya tidak
menggunakan media animasi audio visual, siswa lebih sulit dalam
mengemukakan pendapat di depan kelas, dan belum berani menyampaikan isi
dari bacaan. Keaktifan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran menjadi
kurang efektif. Guru memberikan penjelasan tentang materi, mengelola, dan
mempersiapkan bahan ajar, kemudian menyampaikan kepada siswa. Siswa
berperan pasif, dan masih ada yang mengobrol ketika guru menyampaikan
materi yang diajarkan. proses pembelajaran tanpa menggunakan media
pembelajaran lebih monoton dibandingkan dengan menggunakan media
pembelajaran atau media animasi audio visual.
Penggunaan media animasi audio visual dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa karena dengan
penggunaan media ini sangat membantu siswa untuk memahami materi yang
disampaikan. Di samping itu siswa pun tidak merasa jenuh sehingga dapat
memotivasi dan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
7

Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil
tes keterampilan menyimak cerita siswa kelompok eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Secara umum adanya
perbedaan keterampilan menyimak cerita anak antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dikarenakan pada kelompok eksperimen menggunakan
media pembelajaran yaitu media animasi audio visual.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada nilai posttest kelompok
eksperimen dan kontrol yang sudah dianalisis menunjukan hasil yang sangat
signifikan bahwa nilai thitung > ttabel yaitu 2.65 > 2.00 , yang berarti bahwa
perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu penggunaan media
animasi audio visual berpengaruh terhadap keterampilan menyimak cerita
anak. Hal ini juga ditunjukan dari nilai rata-rata setelah diberi perlakuan
dengan menggunakan media animasi audio visual nilai posttest kelas
eksperimen yaitu 88.25. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah) nilai posttest
kelas kontrol yaitu 80.80. Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi audio visual yang
dilakukan pada kelompok eksperimen berpengaruh terhadap keterampilan
menyimak cerita anak pada siswa kelas V MI Al-Hikmah Jakarta.

E. Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa kendala
yang cukup berarti. Kendala-kendala dalam penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan media animasi audio visual
mempunyai tingkat persiapan yang lebih banyak. Selain harus menyiapkan
film animasi yang harus sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan,
media ini juga memerlukan waktu untuk memasang infocus dan speaker,
karena kurangnya fasilitas yang tersedia.
7

2. Peneliti belum bisa memaksimalkan waktu dalam proses pembelajaran,


sehingga sedikit memakan waktu jam pelajaran guru lain.
3. Peneliti hanya menggunakan satu sekolah sebagai tempat penelitian.
Sehingga hanya terlihat hasil perkembangan media yang digunakan di
sekolah MI Al-Hikmah Jakarta saja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan Media Animasi Audio Visual berpengaruh
terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas V MI Al-
Hikmah Jakarta. Hal ini terbukti pada peroleh rata-rata nilai posttest
keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas eksperimen dengan
menggunakan media animasi audio visual lebih tinggi dibandingkan rata-rata
keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas kontrol yang diajarkan
dengan metode pembelajaran konvensional atau tanpa menggunakan media.
Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 88.25 dan kelas kontrol
sebesar 80.80. Perolehan tersebut diperkuat berdasarkan hasil uji hipotesis
menggunakan uji-T menunjukkan syarat hasil 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2.65 >
2.00 dengan hasil hipotesis 0 (𝐻0) ditolak, dan hipotesis 1 (𝐻1) diterima. Hal
ini membuktikan bahwa penggunaan Media Animasi Audio Visual
Berpengaruh terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa
Kelas V MI Al-Hikmah Jakarta.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang harus
dipertimbangkan dalam pembelajaran dengan menggunakan media animasi
audio visual, yaitu:
1. Penggunaan media animasi audio visual dapat dijadikan alternatif bagi
guru untuk meningkatkan motivasi dan mengatasi kejenuhan siswa dalam
proses pembelajaran. Karena dengan menggunakan media siswa menjadi
lebih aktif, antusias, dan merasa senang dalam mengikuti proses
pembelajaran.

73
74

2. Penggunaan media animasi audio visual sebagai media haruslah sesuai


dengan pokok bahasan yang akan dibahas, karena kesalahan dalam cerita
yang ditayangkan akan mempengaruhi penyampaian konsep pembelajaran
pada peserta didik.
3. Keterlaksanaan penggunaan media animasi audio visual untuk
pembelajaran perlu kesiapan guru seperti penyediaan media, alat dan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai serta alokasi waktu yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2011. cet 1
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013. cet. 15
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2002.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 2004.
Aziz, Abdul dan Abdul Majid. Mendidik Dengan Cerita. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. 2006.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta. 2002.
Djiwandono, Soenardi. Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar Bahasa.
Jakarta: Indeks. 2008.
Endraswara, Suwardi. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta: CV.
Radhita Buana. 2002.
Fajri, Em Zul, dan Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga. 1992.
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
2009.
Harry, Herman. Animasi. Yogyakarta: Multi Media Training Center. 1991.
Johari, Andriana, Syamsuri Hasan, dan Maman Rakhman. “Penerapan Media
Video Dan Animasi Pada Materi Memvakum Dan Mengisi Refrigeran
Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Journal of Mechanical Engineering
Education. Vol.1, No.1, Juni 2014.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal
23 Mei 2006.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran; Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru.
Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.
75
76

Musfiroh, Tadkiroatun. Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional Dirjen Dikti. 2005.
Mustakhim, Muhammad Nur. Peranan Cerita dalam Pembentukan Anak.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2005.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi
Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFY. 2010.
Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat : UIN Press. 2015.
Rinanto, Andre. Peranan media audio visual dalam pendidikan, Yogyakarta:
Kanisius. 1982.
Rohani, Ahmad. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997.
Sadiman, Arief S. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja grafindo, 2007.
Sadiman, Arief S, dkk. Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya: Media
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada. 2009.
Sanaky, Hujair AH. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
2009.
Sihabudin, dkk. Bahasa Indonesia 2. Bandung: LAPIS PGMI. 2009.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008.
Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2009.
Sumaraning, Ni Pt. “Pengaruh Model Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Ips
Siswa Kelas IV di Desa Sinabun Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng”.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD.
Vol. 2. No. 1. Tahun 2014.
Surapranata, Sumarna. Panduan Penulisan Tes Tertulis, Implementasi Kurikulum
2004/RSD. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.
Suratno. Skripsi. “Peningkatan Menyimak Berita melalui Media Audio Visual
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiri pada Siswa Kelas VIIA
SMP N I Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006”. Tegal:
Skripsi Unnes. 2006.
77

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana. 2013.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran. Bandung: UPI. 2008.
Sutari. dkk. Menyimak. Jakarta: Departemenan Pendidikan dan Kebudayaan. 1997
Tarigan, Djago. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I Universitas
Terbuka. Jakarta: Depdikbud. 1983.
Tarigan, Henry Guntur. Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. 2008.
Tirtha, Christian. 2006. “Animasi Harus Punya
Pesan”.http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=2460 di akses pada tanggal
29 Januari 2017.
Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia
MI/SD. Jakarta: UIN Press. 2015.
78

LAMPIRAN
79

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : MI Al-Hikmah


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/II (dua)
Pertemuan Ke- : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.

B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita (tokoh, tema, latar,
amanat).

C. Indikator
5.2.1. Menjelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya.
5.2.2. Menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang mendukung.
5.2.3. Menentukan tema cerita anak.
5.2.4. Menentukan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita anak.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menjelaskan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita beserta
sifat-sifatnya dengan benar.
2. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang
mendukung.
3. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.

E. Materi Pokok Pembelajaran : Menyimak Cerita dan unsur-unsur


intrinsik cerita
80

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahuluan Apersepsi  Guru membuka pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar peserta
didik.
 Guru mengajak semua peserta
didik untuk berdo’a untuk
membuka kegiatan
pembelajaran.
 Guru melakukan komunikasi 5 Menit
tentang kehadiran peserta
didik.
 Guru bertanya kepada siswa
tentang materi sebelumnya.
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
Inti Eksplorasi  Siapa yang pernah mendengar
cerita anak?
 Guru menggali pengetahuan
siswa dengan memberikan 5 Menit
pertanyaan tentang pengertian
unsur intrinsik cerita?
 Guru dan siswa berdiskusi
tentang unsur-unsur intrinsik
apa saja yang ada di dalam
cerita?
Elaborasi  Guru menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dalam cerita.
 Siswa diarahkan guru untuk
menyimak cerita pendek
dengan menggunakan media
animasi audiovisual yang
berjudul “Si Kancil dan Siput”
dengan seksama.
 Siswa mencatat hal-hal penting
yang ada dalam cerita terkait
unsur intrinsik cerita pendek 45 Menit
(judul, tokoh dan penokohan,
latar, alur, tema, amanat atau
pesan)
81

 Guru menjelaskan amanat


yang terkandung dalam cerita.
Konfirmasi  Guru dan siswa bertanya jawab
materi yang belum dimengerti
5 Menit
oleh siswa

Penutup Kesimpulan  Guru bersama siswa


menyimpulkan materi yang
dipelajari.
Evaluasi  Guru memberikan evaluasi
berbentuk soal kepada siswa
(terlampir). 10 Menit
Refleksi  Guru bersama siswa
membahas soal evaluasi.
Penutup  Guru mengakhiri
pembelajaran dengan
mengucap hamdalah
dan salam.

G. Metode, Sumber, dan Media Pembelajaran


1. Metode : Tanya jawab, diskusi, dan ceramah
2. Sumber Bahan : BSE Bahasa Indonesia kelas 5,
3. Media : Video animasi berjudul “Si Kancil
dan Siput”

H. Penilaian
No. Aspek penilaian
keterampilan Indikator Tingkatan ranah Total
menyimak cerita Kognitif butir
pendek C1 C2 C3 C4 soal
1. Tokoh dan  Menyebutkan nama tokoh 2 - 3 4 3
cerita pendek
Penokohan atau
 Memberikan alasan
Watak apakah watak tokoh dapat
diterapkan atau tidak.
 Membedakan watak tokoh
yang satu dengan yang
lain.
82

2. Latar  Menyebutkan latar cerita 5,6 7 3


yang telah disimak.
3. Alur  Menjelaskan dan - 8,9 3
menyebutkan alur ,10
cerita yang telah
disimak.
 Mencari/menemukan alur
cerita yang telah disimak.
4. Tema  Menjelaskan dan - 1, - - 3
menyebutkan tema 11,
cerita yang telah disimak 12
5. Pesan/Amanat  Mencari /menemukan - - 13, - 3
pesan yang terkandung 14,
dalam cerita yang 15
telah
disimak.
Jumlah Soal 3 7 4 1 15

I. Skor Penilaian

Keterangan= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠i𝑠w𝑎 × 100 = 𝑛i𝑙𝑎i 𝑠i𝑠𝑤𝑎


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

Jakarta Selatan, 10 Februari


2017
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Drs. Djeni Marzeni Halimatus Sa’diah

Mengetahui,
Kepala MI Al-Hikmah

Miftahul Jannah
83

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : MI Al-Hikmah


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/II (dua)
Pertemuan Ke- : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.

B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita (tokoh, tema, latar,
amanat).

C. Indikator
5.2.1. Menjelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya.
5.2.2. Menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang mendukung.
5.2.3. Menentukan tema cerita anak.
5.2.4. Menentukan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita anak.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menjelaskan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita beserta
sifat-sifatnya dengan benar.
2. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang
mendukung.
3. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah menyimak cerita melalui media animasi audio visual, siswa
mampu menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.

E. Materi Pokok Pembelajaran : Menyimak Cerita dan unsur-unsur


intrinsik cerita
84

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahuluan Apersepsi  Guru membuka pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar peserta
didik.
 Guru mengajak semua peserta
didik untuk berdo’a untuk
membuka kegiatan
pembelajaran.
 Guru melakukan komunikasi 5 Menit
tentang kehadiran peserta
didik.
 Guru bertanya kepada siswa
tentang materi sebelumnya.
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
Inti Eksplorasi  Siapa yang pernah mendengar
cerita anak?
 Guru menggali pengetahuan
siswa dengan memberikan 5 Menit
pertanyaan tentang pengertian
unsur intrinsik cerita?
 Guru dan siswa berdiskusi
tentang unsur-unsur intrinsik
apa saja yang ada di dalam
cerita?
Elaborasi  Guru menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dalam cerita.
 Siswa diarahkan guru untuk
menyimak cerita pendek
dengan menggunakan media
animasi audiovisual yang
berjudul “Ulah Serigala”
dengan seksama.
 Siswa mencatat hal-hal penting
yang ada dalam cerita terkait
unsur intrinsik cerita pendek 45 Menit
(judul, tokoh dan penokohan,
latar, alur, tema, amanat atau
pesan)
85

 Guru menjelaskan amanat


yang terkandung dalam cerita.
Konfirmasi  Guru dan siswa bertanya jawab
materi yang belum dimengerti
5 Menit
oleh siswa

Penutup Kesimpulan  Guru bersama siswa


menyimpulkan materi yang
dipelajari.
Evaluasi  Guru memberikan evaluasi
berbentuk soal kepada siswa
(terlampir). 10 Menit
Refleksi  Guru bersama siswa
membahas soal evaluasi.
Penutup  Guru mengakhiri
pembelajaran dengan
mengucap hamdalah
dan salam.

G. Metode, Sumber, dan Media Pembelajaran


1. Metode : Tanya jawab, diskusi, dan ceramah
2. Sumber Bahan : BSE Bahasa Indonesia kelas 5,
3. Media : Video animasi berjudul “Ulah
Serigala”

H. Penilaian
No. Aspek penilaian
keterampilan Indikator Tingkatan ranah Total
menyimak cerita Kognitif butir
pendek C1 C2 C3 C4 soal
1. Tokoh dan  Menyebutkan nama tokoh 2 - 3 4 3
cerita pendek
Penokohan atau
 Memberikan alasan
Watak apakah watak tokoh dapat
diterapkan atau tidak.
 Membedakan watak tokoh
yang satu dengan yang
lain.
86

2. Latar  Menyebutkan latar cerita 5,6 7 3


yang telah disimak.
3. Alur  Menjelaskan dan - 8,9 3
menyebutkan alur ,10
cerita yang telah
disimak.
 Mencari/menemukan alur
cerita yang telah disimak.
4. Tema  Menjelaskan dan - 1, - - 3
menyebutkan tema 11,
cerita yang telah disimak 12
5. Pesan/Amanat  Mencari /menemukan - - 13, - 3
pesan yang terkandung 14,
dalam cerita yang 15
telah
disimak.
Jumlah Soal 3 7 4 1 15

I. Skor Penilaian

Keterangan= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠i𝑠w𝑎 × 100 = 𝑛i𝑙𝑎i 𝑠i𝑠𝑤𝑎


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

Jakarta Selatan, 10 Februari


2017
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Drs. Djeni Marzeni Halimatus Sa’diah

Mengetahui,
Kepala MI Al-Hikmah

Miftahul Jannah
87

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)

Nama Sekolah : MI Al-Hikmah


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/II (dua)
Pertemuan Ke- : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.

B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita (tokoh, tema, latar,
amanat).

C. Indikator
5.2.1. Menjelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya.
5.2.2. Menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang mendukung.
5.2.3. Menentukan tema cerita anak.
5.2.4. Menentukan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita anak.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menjelaskan nama-nama tokoh cerita beserta sifat-sifatnya yang
dipelajari dengan benar.
2. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menentukan latar cerita anak dengan tepat.
3. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.

E. Materi Pokok Pembelajaran : Menyimak Cerita dan unsur-unsur


intrinsik cerita
88

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahuluan Apersepsi  Guru membuka pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar peserta
didik.
 Guru mengajak semua peserta
didik untuk berdo’a untuk
membuka kegiatan
pembelajaran.
 Guru melakukan komunikasi 5 Menit
tentang kehadiran peserta
didik.
 Guru bertanya kepada siswa
tentang materi sebelumnya.
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
Inti Eksplorasi  Siapa yang pernah mendengar
cerita anak?
 Guru menggali pengetahuan
siswa dengan memberikan 5 Menit
pertanyaan tentang pengertian
unsur intrinsik cerita?
 Guru dan siswa berdiskusi
tentang unsur-unsur intrinsik
yang ada di dalam cerita
Elaborasi  Guru menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dalam cerita.
 Guru membagikan teks cerita
kepada siswa yang berjudul
“Si Kancil dan Siput”
 Siswa membaca teks cerita
tersebut secara bergantian
 Setelah membaca cerita, guru
memberikan tugas kepada
siswa untuk mencari unsur
intrinsik yang ada pada cerita 45 Menit
 Siswa membacakan hasil
pekerjaannya di depan kelas
Konfirmasi  Guru dan siswa bertanya jawab
materi yang belum dimengerti
89

oleh siswa 5 Menit

Penutup Kesimpulan  Guru bersama siswa


menyimpulkan materi yang
dipelajari.
Evaluasi  Guru memberikan evaluasi
berbentuk soal kepada siswa
(terlampir). 10 Menit
Refleksi  Guru bersama siswa
membahas soal evaluasi.
Penutup  Guru mengakhiri
pembelajaran dengan
mengucap hamdalah
dan salam.

G. Metode, Sumber, dan Media Pembelajaran


1. Metode : Tanya jawab, diskusi, dan ceramah
2. Sumber Bahan : BSE Bahasa Indonesia kelas 5,
3. Media : Teks cerita anak berjudul “Si
Kancil dan Siput”

H. Penilaian
No. Aspek penilaian
keterampilan Indikator Tingkatan ranah Total
menyimak cerita Kognitif butir
pendek C1 C2 C3 C4 soal
1. Tokoh dan  Menyebutkan nama tokoh 2 - 3 4 3
cerita pendek
Penokohan atau  Memberikan alasan
Watak apakah watak tokoh dapat
diterapkan atau tidak.
 Membedakan watak tokoh
yang satu dengan yang
lain.
2. Latar  Menyebutkan latar cerita 5,6 7 3
yang telah disimak.
3. Alur  Menjelaskan dan - 8,9 3
menyebutkan alur ,10
cerita
yang telah disimak.
90

 Mencari/menemukan alur
cerita yang telah disimak.
4. Tema  Menjelaskan dan - 1, - - 3
menyebutkan tema 11,
cerita yang telah disimak 12
5. Pesan/Amanat  Mencari /menemukan - - 13, - 3
pesan yang terkandung 14,
dalam cerita yang 15
telah
disimak.
Jumlah Soal 3 7 4 1 15

I. Skor Penilaian

Keterangan= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠i𝑠w𝑎 × 100 = 𝑛i𝑙𝑎i 𝑠i𝑠𝑤𝑎


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

Jakarta Selatan, 10 Februari 2017


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Drs. Djeni Marzeni Halimatus Sa’diah

Mengetahui,
Kepala MI Al-Hikmah

Miftahul Jannah
91

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)

Nama Sekolah : MI Al-Hikmah


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/II (dua)
Pertemuan Ke- : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.

B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita (tokoh, tema, latar,
amanat).

C. Indikator
5.2.1. Menjelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya.
5.2.2. Menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang mendukung.
5.2.3. Menentukan tema cerita anak.
5.2.4. Menentukan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita anak.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menjelaskan nama-nama tokoh cerita beserta sifat-sifatnya yang
dipelajari dengan benar.
2. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menentukan latar cerita anak dengan tepat.
3. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menentukan tema cerita anak dengan tepat.
4. Setelah mempelajari unsur-unsur intrinsik cerita, siswa mampu
menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.

E. Materi Pokok Pembelajaran : Menyimak Cerita dan unsur-unsur


intrinsik cerita
92

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahuluan Apersepsi  Guru membuka pembelajaran
dengan mengucap salam dan
menanyakan kabar peserta
didik.
 Guru mengajak semua peserta
didik untuk berdo’a untuk
membuka kegiatan
pembelajaran.
 Guru melakukan komunikasi 5 Menit
tentang kehadiran peserta
didik.
 Guru bertanya kepada siswa
tentang materi sebelumnya.
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
Inti Eksplorasi  Siapa yang pernah mendengar
cerita anak?
 Guru menggali pengetahuan
siswa dengan memberikan 5 Menit
pertanyaan tentang pengertian
unsur intrinsik cerita?
 Guru dan siswa berdiskusi
tentang unsur-unsur intrinsik
yang ada di dalam cerita
Elaborasi  Guru menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dalam cerita.
 Guru membagikan teks cerita
kepada siswa yang berjudul
“Ulah Serigala”.
 Siswa membaca teks cerita
tersebut secara bergantian
 Setelah membaca cerita, guru
memberikan tugas kepada
siswa untuk mencari unsur
intrinsik yang ada pada cerita 45 Menit
 Siswa membacakan hasil
pekerjaannya di depan kelas
Konfirmasi  Guru dan siswa bertanya jawab
materi yang belum dimengerti
93

oleh siswa 5 Menit

Penutup Kesimpulan  Guru bersama siswa


menyimpulkan materi yang
dipelajari.
Evaluasi  Guru memberikan evaluasi
berbentuk soal kepada siswa
(terlampir). 10 Menit
Refleksi  Guru bersama siswa
membahas soal evaluasi.
Penutup  Guru mengakhiri
pembelajaran dengan
mengucap hamdalah
dan salam.

G. Metode, Sumber, dan Media Pembelajaran


1. Metode : Tanya jawab, diskusi, dan ceramah
2. Sumber Bahan : BSE Bahasa Indonesia kelas 5,
3. Media : Teks cerita anak berjudul “Ulah
Serigala”

H. Penilaian
No. Aspek penilaian
keterampilan Indikator Tingkatan ranah Total
menyimak cerita Kognitif butir
pendek C1 C2 C3 C4 soal
1. Tokoh dan  Menyebutkan nama tokoh 2 - 3 4 3
cerita pendek
Penokohan atau  Memberikan alasan
Watak apakah watak tokoh dapat
diterapkan atau tidak.
 Membedakan watak tokoh
yang satu dengan yang
lain.
2. Latar  Menyebutkan latar cerita 5,6 7 3
yang telah disimak.
3. Alur  Menjelaskan dan - 8,9 3
menyebutkan alur ,10
cerita
yang telah disimak.
94

 Mencari/menemukan alur
cerita yang telah disimak.
4. Tema  Menjelaskan dan - 1, - - 3
menyebutkan tema 11,
cerita yang telah disimak 12
5. Pesan/Amanat  Mencari /menemukan - - 13, - 3
pesan yang terkandung 14,
dalam cerita yang 15
telah
disimak.
Jumlah Soal 3 7 4 1 15

I. Skor Penilaian

Keterangan= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠i𝑠w𝑎 × 100 = 𝑛i𝑙𝑎i 𝑠i𝑠𝑤𝑎


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

Jakarta Selatan, 10 Februari 2017


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Drs. Djeni Marzeni Halimatus Sa’diah

Mengetahui,
Kepala MI Al-Hikmah

Miftahul Jannah
95

Lampiran 5
Materi Ajar
Unsur intrinsik, yang dimaksud unsur intrinsik cerita adalah unsur-unsur
pembangun cerita yang dapat ditemukan di dalam teks cerita itu sendiri. Unsur
intrinsik cerita terdiri dari :
A. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerita kita
mengenal tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis) serta tokoh
utama dan tokoh tambahan atau sampingan. Tokoh yang menggerakkan cerita
dari awal hingga akhir disebut tokoh utama. Selain tokoh utama, terdapat
tokoh pendamping. Tokoh pendamping peranannya lebih kecil daripada tokoh
utama.
B. Penokohan
Penokohan ialah penggambaran watak tokoh yang ada di dalam sebuah cerita.
C. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema selalu berkaitan
dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu,
takut, religius dan sebagainya. Dalam hal tersebut, tema sering diartikan
sebagai ide atau tujuan utama cerita.
D. Latar
Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai, tempat, waktu, dan
suasana dalam cerita. Jadi, latar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat,
waktu, dan suasana.
E. Alur
Alur adalah jalan cerita sebuah karya sastra. Secara garis besar urutan
tahapan alur dalam sebuah cerita antara lain: perkenalan – pemunculan
masalah (konflik) – peningkatan masalah – puncak masalah (klimaks) –
penurunan masalah (peleraian) – penyelesaian.
Alur terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Alur maju, kejadian dalam cerita tersebut diceritakan secara urut dari awal
hingga akhir
96

2. Alur mundur, kejadian dalam cerita diceritakan dari akhir kemudian


kembali ke awal
3. Alur Campuran, gabungan dari alur maju dan mundur
F. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dari sebuah
karya sastra. Adakalanya amanat berupa pesan moral.
97

Lampiran 6

Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat
sekali untuk dibuka. "Aaa....rrrrgh", si kancil nampak sesekali menguap. Karena
hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai
berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas
sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, "Wahai penduduk hutan,
akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang
bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku".
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni
bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. "Hai kancil !",
sapa si siput. "Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?",
tanya si siput. "Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni
hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar", jawab si kancil
dengan sombongnya.
Siput "Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di
hutan ini", kata si Siput. "Hahahaha......., mana mungkin" ledek Kancil. "Untuk
membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?", tantang si Siput.
"Baiklah, aku terima tantanganmu", jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua
setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi. Setelah si Kancil pergi, si
siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-
98

temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si


kancil memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap
untuk lomba lari. "Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku", tanya si
kancil. "Tentu saja sudah, dan aku pasti menang", jawab si siput. Kemudian si
siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk
memastikan sudah sampai mana si siput. Kancil berjalan dengan santai, dan
merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil
mencoba untuk memanggil si siput. "Siput sudah sampai mana kamu?", teriak si
kancil. "Aku ada di depanmu!", teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera
mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput
menjawab dengan kata yang sama."Aku ada didepanmu!"
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul
dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa
lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil
sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada
jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di
batu dekat garis finish. "Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai
dari tadi!", teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si
siput dan mengakui kekalahannya. "Makanya jangan sombong, kamu memang
cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik", kata si siput.
"Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi", kata si kancil.
99

LEMBAR KERJA SISWA


Pertemuan Pertama

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Apa judul yang tepat dari cerita tersebut?


2. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?
3. Jelaskan apakah watak kancil dalam cerita tersebut baik ditiru dalam
kehidupan sehari-hari?
4. Coba kalian bedakan bagaimanakah sifat antara kancil dan siput? Berikan
alasannya!
5. Sebutkan latar tempat dimana peristiwa itu terjadi?
6. Kapan peristiwa dalam cerita tersebut terjadi?
7. Bagaimana suasana yang tergambar pada saat kancil melihat si siput sudah
duduk di batu dekat garis finish?
8. Jika kalian menjadi kancil, maka apa yang sebaiknya kalian lakukan setelah
menyombongkan diri dan mendapat kekalahan dalam sebuah perlombaan?
9. Apa yang menyebabkan siput menantang kancil untuk lomba lari?
10. Apabila siput tidak memberi pelajaran kepada kancil atas kesombongannya,
apa yang akan terjadi pada kancil?
11. Berdasarkan cerita tersebut, dapatkah kalian menentukan apa tema
cerita pendek tersebut?
12. Inti dari cerita tersebut, bercerita tentang apa?
13. Pesan atau amanat apakah yang dapat kalian peroleh dalam cerita pendek yang
telah ditayangkan?
14. Berdasarkan cerita tersebut, sifat apa saja yang tidak dapat kalian contoh
dalam kehidupan sehari-hari?
15. Sifat apa saja yang dapat kalian tiru dalam cerita tersebut?
10

Lampiran 7

“ Ulah Serigala”

Alkisah, sepasang sahabat sedang bermain di tengah hutan, Ia terlihat


hidup sangat rukun, Ia bernama kambing dan kancil. Mereka berniat berkunjung
ke rumah pak beruang untuk mengundang acara syukuran menyambut datangnya
musim hujan tahun ini, tetapi sebelum sampai rumah pak beruang mereka
dikejutkan dengan datangnya tuan serigala yang keliatannya sedang kelaparan dan
akan memangsa mereka untuk santapannya. Kancil mencoba mengelabuhi tuan
serigala untuk tidak memangsanya dengan membohongi kalau ada makanan lezat
yang disimpan di semak-semak tepat di samping tuan serigala. Serigala tanpa
pikir panjang langsung masuk ke semak-semak tersebut untuk mencari makanan
lezat yang diceritakan kancil. Setelah masuk ke dalam semak-semak tersebut
ternyata serigala tidak menemukan apa-apa, Ia baru sadar kalau kancil sudah
mengalihkan pembicaraan untuk menunda mereka menjadi santapannya. Tibalah
mereka di tempat pak beruang, mereka menceritakan kronologis ceritanya pada
pak beruang. Pak beruang hanya tertawa dan memuji kecerdikan kancil. Pak
beruang pun setuju dengan undangan tersebut, Ia meminta untuk berangkat
bersama dengan kancil dan kambing. Ia khawatir kalau serigala masih mengincar
dan menunggu kedatangan mereka di tengah hutan sebagai santapannya. Serigala
pun bergumam dan kesal kepada kancil, saat ia sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia
mencium bau lezat makanan yang belum pernah ia makan selama ini. Ia pun
mencari asal bau makanan tersebut sampai pada pohon besar yang ada di
depannya. Ternyata makanan lezat tersebut ada di dalam lubang di pohon tersebut.
Ia pun tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam lubang dan memakan
10

makanannya sampai habis. Laparnya pun sudah hilang. Ketika Ia hendak keluar
dari lubang tersebut, ia merasa kesusahan, ia baru sadar kalau perutnya buncit
karena kekenyangan dan ia tidak dapat keluar dari lubang pohon tersebut.
Sore hari pun tiba, pak beruang dan kambing serta kancil siap berangkat
untuk acara yang sudah direncanakan sebelumnya. Belum sampai pada tempat
acarannya, mereka terkejut melihat serigala yang masuk ke dalam lubang pohon.
Mereka pun menghampiri serigala dan menanyakan perihal tersebut. “apa yang
dilakukan serigala di lubang itu ya..” kata kambing. Kancil pun geram dan
menanyakan makanan yang sudah disimpan dalam lubang itu. Makanan tersebut
ternyata sudah dimakan semua oleh serigala. Pak beruang pun marah dan
memberi peringatan pada serigala. Serigala malah balik meminta tolong pada pak
beruang untuk mengeluarkan Ia dari lubang pohon tersebut. Mendengar
permohonan serigala kancil, kambing dan pak beruang hanya tertawa. Kancil
memberikan saran kalau hanya serigala saja yang bisa membantu dirinya sendiri,
menurut kancil satu-satunya cara untuk mengeluarkan serigala dari lubang
tersebut adalah ketika perut serigala sudah kembali kurus lagi. Mereka pun
meninggalkan serigala untuk memberi pelajaran padanya. Malam hari pun tiba,
hujan lebat mengguyur kepala serigala yang tidak berada di luar lubang tersebut.
Ia pun menangis kedinginan. Pak beruang hanya merasa kasihan pada keadaan
serigala yang berada di luar.
Pagi hari pun tiba, pak beruang, kambing dan kancil menghampiri serigala
untuk melihat keadaanya. Serigala sudah tidak kuat lagi. Pak beruang pun
mencoba menarik kepala serigala untuk keluar dari lubang tersebut, akhirnya
dengan sekuat tenaga serigala dapat keluar dari lubang pohon tersebut. Serigala
merasa kelaparan lagi. Kancil dan kambing membawakan makanan untuk
serigala, mereka tau pasti serigala kelaparan. Serigala pun mengucapkan
terimakasih kepada mereka atas bantuan yang diberikan dan memakan makanan
tersebut dengan lahap.
10

LEMBAR KERJA SISWA


Pertemuan Kedua

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Apa judul yang tepat dari cerita tersebut?


2. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?
3. Jelaskan apakah watak serigala dalam cerita tersebut baik ditiru dalam
kehidupan sehari-hari?
4. Coba kalian bedakan bagaimanakah sifat antara kancil dan serigala? Berikan
alasannya!
5. Sebutkan latar tempat dimana peristiwa itu terjadi?
6. Kapan peristiwa dalam cerita tersebut terjadi?
7. Bagaimana suasana yang tergambar pada saat serigala ketahuan masuk ke
lubang pohon dan memakan makanan yang ada di dalamnya sampai
habis?
8. Jika kalian menjadi serigala, maka apa yang sebaiknya kalian lakukan setelah
memakan makanan kancil dan kambing?
9. Apa yang menyebabkan Pak beruang, kancil dan kambing sangat
marah kepada serigala?
10. Apabila Pak beruang, kancil dan kambing tidak datang menolong serigala,
apa yang akan terjadi pada serigala?
11. Berdasarkan cerita tersebut, dapatkah kalian menentukan apa tema cerita
pendek tersebut?
12. Inti dari cerita tersebut, bercerita tentang apa?
13. Pesan atau amanat apakah yang dapat kalian peroleh dalam cerita pendek yang
telah ditayangkan?
14. Berdasarkan cerita tersebut, sifat apa saja yang tidak dapat kalian contoh
dalam kehidupan sehari-hari?
15. Sifat apa saja yang dapat kalian tiru dalam cerita tersebut?
10

Lampiran 8
“Rubah yang Serakah”

Pada suatu hari ada seekor rubah yang sedang tidur di rumahnya, namun
karena perutnya lapar dan berbunyi terus, Ia pun bergegas bangun untuk mencari
makanan. Saat Ia menengok ke luar halaman rumahnya, cuaca sangat panas dan
terik matahari sangat menyengat siang itu. Hal demikian membuat si rubah
menjadi tambah malas untuk berburu makanan di luar. Pengennya sudah tersedia
didepan, kalau harus mencari dulu...ya cape dech...tapi mau gak mau harus
mencari makanan, kalau tidak bisa mati kelaparan, kata si rubah. Sebelum Ia
bergegas pergi tiba-tiba Ia melihat seekor burung kutilang yang sedang bertengger
di ranting pohon dengan membawa makanan (keju) dimulutnya, dengan hati
penasaran, rubah pun mendekatinya sambil berpura-pura menanyakan kabar dan
mencoba mengelabuhi si burung kutilang dengan mengabarkan berita tidak sedap
bahwa seluruh hewan penghuni hutan ini telah mengabarkan kalau suara
merdumu telah hilang”katanya dengan nada memelas. Burung kutilang tidak
menjawab karena mulutnya sedang membawa keju. Ia hanya menggelengkan
kepala dan mengepakkan sayapnya mengisyaratkan bahwa semua berita itu tidak
benar. karena si rubah meledeknya terus, akhirnya burung kutilang pun geram dan
mencoba menyanggah berita yang tidak sedap tersebut dengan membuktikan
bahwa suaranya masih ada dan merdu saat bernyanyi. Saat Ia ingin berbicara,
mulutnya pun terbuka dan pada saat yang sama keju yang digigit dimulutnya pun
terjatuh dan tertangkap oleh si rubah, namun Ia belum sadar kalau rubah telah
10

menipunya, Ia malah sebaliknya mengucapkan terimakasih karena sudah


menyelamatkan kejunya. Ia pun memamerkan suara merdunya dihadapan rubah,
tapi baru sebentar menyanyi rubah melarikan diri dan membawa kejunya.
Pada saat itulah burung kutilang tersadar dan baru menyadari kalau si
rubah telah menipunya dan membawa kejunya. Rubah pun melarikan diri dengan
muka girang karena telah mendapatkan apa yang diinginkan tanpa memperdulikan
burung kutilang. Saat Ia sedang berbaring dibawah pohon untuk menikmati keju
tersebut, tiba-tiba Ia dikejutkan dengan monyet yang sedang memainkan buah
apel di atas pohon. Ia berniat untuk meledek dan mengelabuhi monyet supaya Ia
dapat membawa semua buah apel yang dimiliki monyet tersebut. Ia tiba-tiba
melempar sebuah batu dan mengenai kepala monyet, awalnya monyet hanya diam
dan tidak membalas, tetapi rubah terus meledeknya. Karena monyet merasa kesal
dan geram atas ejekan itu, Ia pun membalas dengan melempar buah apelnya satu
persatu, namun alangkah malangnya monyet tidak ada satupun buah apel yang
bisa mengenai si rubah, tanpa Ia sadari buah apelnya semua sudah habis untuk
melempar rubah. Rubah melarikan diri dan membawa semua apel milik monyet
dengan karung. Saat itulah monyet baru menyadari kalau rubah telah menipunya,
Ia pun marah dengan mengenjot ranting pohon sampai patah dan terjatuh ditanah.
Sesampaianya di depan rumah, rubah dikejutkan dengan sapaan kancil.
Rubah pun menjawab dengan sombongnya. Ia mengganggap sapaan kancil itu
berniat untuk meminta hasil makanan rampasannya yang banyak tersebut. Kancil
pun menyanggahnya dengan mengelabuhi rubah. Ia mengatakan telah diberi
makanan dari seekor rubah lain yang makanannya jauh lebih banyak dari pada si
rubah. Rubah lain tersebut sedang enakan-enakan tidur dirumahmu dan menunggu
untuk menantangmu. (kata si kancil). Mendengar cerita kancil, rubah pun marah
besar dan mencoba mendatangi rumahnya dengan muka memerah ingin segera
mengalahkan rubah saingannya tersebut. Rubah mengira di dalam rumahnya ada
rubah saingannya yang sedang menantangnya, Ia pun melihat gaya rubah
saingannya yang sama persis dengannya, Ia mengganggap rubah saingannya
sedang meledeknya, Ia pun menjadi semakin emosi, tanpa menunggu waktu lama.
Ia pun menerkam rubah saingannya tersebut ke dalam rumahnya yang berada di
10

goa. Saat rubah terbang untuk menerkam rubah saingannya terdengar suara
gubraakkk...deeerr...praakk...rubah terjatuh dan babak belur terkena tembok goa
yang menjadi dinding rumahnya. Sampai akhirnya Ia pun menyerah dan
menyerahkan rumahnya kepada rubah saingannya, Ia tidak menyadari kalau rubah
saingannya adalah bayangannya sendiri. Dia sudah menghukum dirinya sendiri,
itu setimpal dengan perbuatan menipunya, senjata makan tuan, penipu yang
ketipu, semoga dia kapok mendapatkan pelajaran ini yaa..(kata kancil, monyet dan
burung kutilang.)
10

SOAL POSTTEST

Petunjuk umum:
> Siapkan alat tulis yang akan digunakan.
> Tulislah nama dan kelas di lembar jawaban.
> Bacalah soal dengan teliti.
> Berdo’alah sebelum mengerjakan.

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Apa judul yang tepat dari cerita tersebut?


2. Sebutkan empat tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?
3. Jelaskan apakah watak rubah dalam cerita tersebut baik ditiru
dalam kehidupan sehari-hari?
4. Coba kalian bedakan bagaimanakah sifat antara rubah dan kancil? Berikan
alasannya!
5. Sebutkan latar tempat dimana peristiwa itu terjadi?
6. Kapan peristiwa dalam cerita tersebut terjadi?
7. Bagaimana suasana yang tergambar pada saat rubah mendengar cerita
kancil bahwa ia telah diberi makanan dari seekor rubah lain yang
makanannya jauh lebih banyak dari pada si rubah?
8. Jika kalian menjadi rubah, maka apa yang sebaiknya kalian lakukan setelah
membohongi dan mengambil makanan burung kutilang?
9. Apa yang menyebabkan monyet sangat marah kepada rubah?
10. Apabila kancil tidak menolong burung kutilang dan monyet, apa yang
akan terjadi pada makanan mereka?
11. Berdasarkan cerita tersebut, dapatkah kalian menentukan apa tema
cerita pendek tersebut?
12. Inti dari cerita tersebut, bercerita tentang apa?
13. Pesan atau amanat apakah yang dapat kalian peroleh dalam cerita pendek yang
telah ditayangkan?
14. Berdasarkan cerita tersebut, sifat apa saja yang tidak dapat kalian contoh
dalam kehidupan sehari-hari?
15. Sifat apa saja yang dapat kalian tiru dalam cerita tersebut?
10

Lampiran 9

Profil Sekolah
1. Lokasi Sekolah
MI Al-Hikmah Jakarta terletak di Jl. Bangka II/24 Rt 008 Rw 03
Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan.
2. Visi dan Misi
Visi:
Terbentuknya peserta didik yang beriman, berilmu dan beramal
sholeh, serta memiliki daya saing dalam bidang IPTEK, Olahraga dan
berwawasan lingkungan.
Indikator Visi
a. Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan
hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Memiliki daya saing dalam prestasi US/UMBD.
c. Memiliki daya saing memasuki pendidikam tingkat lanjut (SMP/MTs)
favorit.
d. Memiliki daya saing dalam prestasi bidang akademik pada tingkat
lokal atau nasional.
e. Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olahraga.
f. Memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
g. Memiliki kemandirian, kemapuan beradaptasi di lingkungannya.
h. Memiliki lingkungan madrasah yang nyaman serta kondusif untuk
belajar.
Indikator Misi
b. Menumbuh kembangkan sikap dan amaliah keagamaan Islam.
c. Menumbuhkan serta meningkatkan minat baca dan tulis.
d. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga
siswa dapat berkembang secara optimal.
10

e. Meningkatkan pencapaian rata-rata nilai Ujian Akhir Madrasah


(US/UMBD).
f. Mengembangkan dan membimbing secara efektif potensi yang
dimiliki siswa.
g. Mengembangkan kemampuan berbahasa arab dan bahasa inggris
siswa.
h. Meningkatkan sarana prasarana untuk meningkatkan pencapaian
prestasi akademik dan non akademik.
i. Memberdayakan lingkungan madrasah sebagai sumber belajar.
3. Sejarah Singkat tentang Kondisi Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah didirikan pada tahun 1971, dengan
luas tanah 900 m2 dan luas bangunan 450 m2. Madrasah Ibtidaiyah Al-
Hikmah sudah memliki 14 lokal kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang guru dan
kepala sekolah, dan memiliki 22 tenaga guru dan karyawan dengan jumlah
siswa tahun 2016/2017 sebanyak 527 siswa, yaitu terdiri dari 249 siswa
laki dan 278 siswa perempuan.
10

Lampiran 10
11

Lampiran 11
11

Lampiran 12
11

Lampiran 13
11

Lampiran 14
11
11
11
11
11

BIODATA PENULIS

Halimatus Sa’diah, biasa di kenal dengan sapaan


Halimah atau Emah ini lahir di Jakarta, 30 Oktober 1994.
Penulis merupakan putri keempat dari pasangan Bapak Ali
Ambari dan Ibu Siti Habibah. Memiliki satu kakak
perempuan bernama Maudiatur Rahman dan dua abang
lelaki yang bernama Chairul Umam dan Ahmad Sulaiman
Rofi. Penulis juga telah melepas masa lajangnya dengan
seorang pria pilihan bernama Mohamad Alvan Modhefa.
Riwayat pendidikan penulis, pertama di MI Al-Hikmah pada tahun 2000-
2016, kedua di MTsN 1 Jakarta pada tahun 2006-2009, ketiga di MA Al-
Khairiyah 2009-2012, dan pada tahun 2012 penulis meneruskan pendidikan S1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis lulus S1 pada tahun 2017.
Salah satu Motto semangat hidup penulis yaitu, “jika itu adalah sebuah
ujian, maka sebuah kewajiban bagimu memandangnya sebagai nikmat dan
karunia dari Sang Maha Pemberi. Sebab beberapa nikmat dari-Nya, terkadang
akan terasa serupa dengan sebuah ujian dan itu adalah bagian dari cinta-Nya
kepadamu.”
Demikian deskripsi singkat dari penulis, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca. Apabila terdapat salah penulisan mohon dimaafkan, dan jika
terdapat kritik dan saran dapat dikirim melalui email penulis di bawah ini.
Terimakasih.
E-Mail : halimah_sadiahalbii@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai