Masukan Perbaikan - Laporan Kasus Kelompok 6
Masukan Perbaikan - Laporan Kasus Kelompok 6
DI SUSUN : KELOMPOK 6
CI LAHAN CI INSTITUSI
(..................................) (..................................)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“PERITONITIS GENERILISATA EC PERFORASI APENDIKS” tepat pada
waktumya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari
cara pembuatan laporan untuk memenuhi penilaian pada stase KMB (keperawatan
medical bedah), penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Selesainya laporan
ini berkat bimbingan dan dorongan moril dari berbagai pihak oleh karena itu
sepantasnya penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada pihak-
pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai berikut kepada yang terhormat :
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan umum
C. Manfaat
A. Defenisi Penyakit
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinik
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
H. Pathway Teori
I. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
B. Klasifikasi Data
C. Analisa Data
D. Diagnosa Keperawatan
E. Intervensi Keperawatan
F. Implementasi
G. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peritonitis merupakan masalah infeksi dengan perkembangan anti
mikroba dan penanganan intensif sangat pesat, kematian kasus peritonitis
generilisata cukup tinggi yakni sekitar 10-20%, di Negara berkembang
angka kematian yang sangat tinggi didapatkan di brazil dengan mencapai
61,8%. Penelitian yang dilakukan ( japanesa, et al, 2016) di rumah sakit
hamburg-altona jerman, ditemukan penyebb tersering perintonitis adalah
perforasi sebesar 74% dan 23% diakibatkan oleh operasi, terdapat 897
pasien peritonitis dari 11000 pasien yang ada
Untuk di Indonesia sendiri didapatkan angka kematian akibat
peritonitis mencapai 54%. Kelompok usia terbanyak yang mengalami
peritonitis adalah 10-19 tahun sebesar 24,5% yang di ikuti oleh usia 20-29
tahun sebesar 23,5%. Didapatkan juga kasus akibat perforasi apendiks
merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi prevelensi 64,3%
dari seluruh kasus peritonitis (lintong, 2018)
Salah satu cara untuk menentukan skor prognosis peritonitis yang
akurat dengan adanya rumah sakit yang di lengkapi dengan perangkat
laboraturium dengan lengkap. Pasca pembedahan (pasca operasi) pasien
merasakan nyeri yang sangat hebat dan 75% penderita memiliki
pengalaman yang kurang menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang
tidak adekuat, hal tersebut merupakan stressor bagi pasien dan akan
menambah kecemasan serta ketergantungan sehingga menambah pula rasa
nyeri , karena nyeri merupakan pusat perhatiannya (novia, 2016).
B. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep secara teoritis pada ny.h
dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi apendiks
2. Untuk melakukan asuhan keperawatan secara nyata dan teori pada ny.h
dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi apendiks
3. Untuk menegakkan dan menganalisa diagnose keperawatan yang
sesuai pada ny.h dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi
apendiks
4. Untuk menyusun intervensi keperwatan hingga evaluasi yang tepat
dan dibandingkan dengan jurnal yang terbaru pada ny.h dengan
diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi apendiks
C. Manfaat
1. Penulis
Laporan ini sebagai acuan pembelajaran bagaimana pererapan
intervensi didunia keperawatan dan memberikan pembelajaran agar
mahasiswa dapat berfikir kritis dalam penerapan suatu tindakan
keperawatan.
2. Institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran atau referensi kedepannya bagaimana
dengan pembuatan kasus yang baik dengan penerapan pembelajaran
yang bagus dalam berfikir kritis.
3. Pelayanan kesehatan
Dengan adanya laporan kasus ini dapat menjadikan suatu referensi
untuk mengembangkan tindakan keperawatan dirumah sakit sehingga
untuk penanganan kasus sepeti nyeri intervensinya tidak hanya dengan
cara pemberian obat , jadi keperawatan juga memiliki suatu tindakan
yang memang diranahnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Penyakit
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
1. Peritonitis primer
nefrosis
SLE
pyelonefritis
2. Peritonitis sekunder
F. Komplikasi
1. Sindrom hepatorenal, yaitu gagal ginjal progresif
2. Sepsis, yaitu reksi berat akibat bkteri yang sudah memasuki aliran
darah
3. Ensefalopati hepatic, yaitu hilangnya fungsi otak akibat hati tidak
dapat menyaring racun dalam darah
4. Abses atau kumpulan nanah pada perut
5. Kematian jaringan pada usus
6. Perlengketan usus yang dapat menyebabkan usus tersumbat
7. Syok sepsis, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah yang
berbahaya
G. Penatalaksanaan
Konservatif
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna
dengan
Memuasakan pasien
Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan
nasogastrik ata intestinal
Pengganti cairan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara
intravena
Pemberian antibiotik yang sesuai
Pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang
lainnya
Pemberian oksigen
Adalah vital untuk semua pasien dengan syok. Hipoksia
dapat dimonitor oleh pulse oximetri atau BGA.
resusitasi cairan
Antibiotik
Harus spektrum luas, yang mengenai baik aerob dan
anaerob, diberikan intravena. Cefalosporin generasi III dan
metronidazole adalah strategi primer. Bagi pasien yang
mendapatkan peritonitis di RS (misalnya oleh karena kebocoran
anastomose) atau yang sedang mendapatkan perawatan intensif,
dianjurkan terapi lini kedua diberikan meropenem atau
kombinasi dari piperacillin dan tazobactam. Terapi antifungal
juga harus dipikirkan untuk melindungi dari kemungkinan
terpapar spesies Candida.
Definitif
Pembedahan
1. Laparotomi
Biasanya dilakukan insisi upper atau lower midline tergantung
dari lokasi yang dikira. Tujuannya untuk :
- menghilangkan kausa peritonitis
- mengkontrol origin sepsis dengan membuang organ yang
mengalami inflamasi atau ischemic (atau penutupan viscus
yang mengalami perforasi).
- Peritoneal lavage
Mengkontrol sumber primer dari sepsis adalah sangat penting.
Re- laparotomi mempunyai peran yang penting pada
penanganan pasien dengan peritonitis sekunder, dimana setelah
laparotomi primer ber-efek memburuk atau timbul sepsis. Re-
operasi dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Relaparotomi yang
terencana biasanya dibuat dengan membuka dinding abdomen
dengan pisau bedah sintetik untuk mencegah eviserasi. Dari
pada relaparotomi yang direncanakan. Pemeriksaan ditunjang
dengan CT scan. Perlu diingat bahwa tidak semua pasien sepsis
dilakukan laparotomi, tetapi juga memerlukan ventilasi
mekanikal, antimikrobial, dan support organ. Mengatasi
masalah dan kontrol pada sepsis saat operasi adalah sangat
penting karena sebagian besar operasi berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas
2. Laparoskopi
Teori bahwa resiko keganasan pada hiperkapnea dan syok
septik dalam absorbsi karbondioksida dan endotoksin melalui
peritoneum yang mengalami inflamasi, belum dapat
dibuktikan. Tetapi, laparoskopi efektif pada penanganan
appendicitis akut dan perforasi ulkus duodenum. Laparoskopi
dapat digunakan pada kasus perforasi kolon, tetapi angka
konversi ke laparotomi lebih besar. Syok dan ileus adalah
kontraindikasi pada laparoskopi.9
3. Drain
Efektif digunakan pada tempat yang terlokalisir, tetapi cepat
melekat pada dinding sehingga seringkali gagal untuk
menjangkau rongga peritoneum. Ada banyak kejadian yang
memungkinkan penggunaan drain sebagai profilaksis setelah
laparotomy.
H. Pathway Teori
I. Konsep Dasar Keperawatan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada peritonitis dilakukan dengan cara yang sama
seperti pemeriksaan fisik lainnya yaitu dengan:
1. inspeksi
pasien tampak dalam mimik menderita
tulang pipi tampak menonjol dengan pipi yang cekung, mata
cekung
lidah sering tampak kotor tertutup kerak putih, kadang putih
kecoklatan
pernafasan kostal, cepat dan dangkal. Pernafasan abdominal
tidak tampak karena dengan pernafasan abdominal akan
terasa nyeri akibat perangsangan peritoneum.
Distensi perut
2. palpasi
* nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif
3. auskultasi
* suara bising usus berkurang sampai hilang
4. perkusi
* nyeri ketok positif
* hipertimpani akibat dari perut yang kembung
* redup hepar hilang, akibat perforasi usus yang berisi udara
sehingga udara akan mengisi rongga peritoneal, pada
perkusi hepar terjadi perubahan suara redup menjadi
timpani
Pada rectal touche akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus
sfingter ani menurun dan ampula recti berisi udara.
DIAGNOSA
Anamnesa yang jelas, evaluasi cairan peritoneal, dan tes diagnostik
tambahan sangat diperlukan untuk membuat suatu diagnosis yang tepat
sehingga pasien dapat di terapi dengan benar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium didapat:
lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/...L ) dengan pergeseran ke kiri
pada hitung jenis. Pada pasien dengan sepsis berat, pasien
imunokompromais dapat terjasi lekopenia.
Asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik.
TERAPI
Peritonitis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa, yang
memerlukan pengobatan medis sesegera mungkin. Prinsip utama terapi
pada infeksi intra abdomen adalah:
PROGNOSA
Tergantung dari umur penderita, penyebab, ketepatan dan
keefektifan terapi. Prognosa baik pada peritonitis lokal dan
ringan. Prognosa buruk pada peritonitis general.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Allo Anamnese : v
I. IDENTIFIKIKASI
A. PASIEN
Nama : Ny “H”
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama/Suku : Islam/ Bugis
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bugis/indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Sinjai Utara
Dx. Medik : Peritonitis Generalisata Ec Perforasi
Apendix
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn" A"
Alamat : Sinjai Utara
Hubungan denngan pasien : Suami
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo pada tanggal 03 Desember 2021 dengan
keluhan nyeri perut. Nyeri perut dialami sejak ± 5 hari
sebelum masuk ke rumah sakit. Awalnya nyeri dirasakan
pada perut bagian bawah kemudian menjalar keperut
bagian kanan. Pasien mengatkan nyeri diperberat dengan
mual muntah. Pada tanggal 04 Desember 2021 dilakukan
operasi pembedahan laparatomi + Apendektomi appendix
perforasi + Adhesiolisis. Dan pada tanggal 05 Desember
2021 pasien dipindahkan keruang perawatan Lontara 3 atas
depan/Digestif. Pada saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian luka post operasi.
P : Pasien mengatakan nyeri akibat post operasi
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri di abdomen kanan bawah
S : Pasien mengatakan nyeri skala 5 (Sedang/NRS)
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dengan lama
durasi ±5 menit.
Pasien tampak meringis, gelisah dan tampak menahan sakit
3. Riwayat Kesehatan masa Lalu :
Pasien mengatakan memiliki riwayat Gastritis
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan pasien ataupun
penyakit lainnya.
GENOGRAM 3 GENARASI :
G1 x x
x x
G2 ?
? ? ? ?
71 x x
G3
? ? ?
33 ?
Pp
G4 2 1 1 6
Simbol :
Keterangan :
G1 : Kakek dan nenek pasien dari ayah dan ibu sudah meninggal karena faktor
usia.
G2 : Ayah pasien anak ketiga dari tiga bersaudara. Dan ibu pasien anak kedua dari
empat bersaudara. Ibu pasien sudah meninggal sejak pasien umur 14 tahun dengan
faktor penyebab tidak diketahui.
G3 : Pasien anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien sudah menikah dengan
memiliki tiga anak.
G4 : Pasien memiliki empat orang anak, tinggal serumah dengan suami dan
anaknya.
Kesimpulan : 14 (Composmentis)
B. ANTROPOMETRI
1. Lingkar Lengan Atas :14 cm
2. Tinggi Badan : 152 cm
3. Berat Badan : 45 kg
4. I. M. T (Indeks Massa Tubuh) : 19,5 kg/m²
5555 5555
b. Data Objektif
Pasien menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikan di rumah sakit.
C. POLA ELIMINASI
a. Data Subjektif
Di Rumah :
Pasien mengatakan BAB dirumah 1-2 kali sehari, BAK lancar 2-4 kali
Di Rumah Sakit :
Pasien mengatakan BAB menggunakan pampers. Pasien mengatakan
kadang tidak BAB dalam satu hari. Pada saat dikaji pasien mengatakan
belum pernah BAB setelah post operasi (satu hari belum BAB).
b. Data Objektif
Pasien tampak menggunakan pampers
I. POLA REPRODUKSI-SEKSUAL
Di rumah :
Pasien berusia 33 tahun dan sudah menikah
Di rumah Sakit :
Pasien berjenis kelamin perempuan dan memiliki 4 orang anak
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP
STRES
a. Data Subjektif
Di rumah :
Pasien mengatakan jika mengalami masalah atau stres pasien akan
mencari aktifitas lain untuk menghilangkan stress seperti melakukan
aktifitas rumah tangga misalnya bersih-bersih rumah dan memasak
Di rumah Sakit:
Pasien mengatakan memilih untuk bercerita dengan suaminya dan
anaknya untuk mengurangi stress.
b. Data Objektif
Pasien tampak mampu mengatasi terhadap stres
B. PEMERIKSAAN EKG
Irama regular
Panjang r-r = 75x/menit
Segmen p 0,08
Segmen.qrs 0,12
C. TERAPI
No. Obat Dosis Cara Pemberian Indikasi
1. Ceftriaxone 1 g/12 Jam intravena Infeksi-infeksi yang di
sebabkan oleh pathogen,
spt: infeksi saluran nafas,
saluran kemih
2. Ketorolac 30 mg/8 Intravena Peredah nyeri dan
Jam peradangan, obat golongan
anti inplamasi non steroid
3. Metronidozole 0,5 mg/8 Intravena Untuk mengobati infeksi
Jam
4. Omeprazole 40 mg/24 intravena Obat untuk mengatasi
Jam gangguan asam lambung
dan tukak lambung
V. ANALISA DATA
TTD,
No. HARI/TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
MAHASISWA
1. Senin, 06/12/2021 DS: Tindakan Nyeri akut KELOMPOK
Pasien mengatakan pembedahan (D.0077) VI
nyeri dirasakan karena
post operaasi bagian Terputusnya
abdomen kanan kontinuitas
P : pasien mengatakan jaringan kulit
nyeri akibat post op
Laparatomi + Merangsang
Apendekstomi appendix mepelepsan
perforasi + Adhesiolisis mediator kimia
Q: pasien mengatakan (histamine,
nyeri seperti tertusuk- prostaglandin,
tusuk bradykinin)
R : pasien mengatakan
nyeri di daerah sekitar
luka bekas operasi di Rangsangan
abdomen bagian kanan diteruskan ke
bawa thalamus melalui
S : pasien mengatakan saraf afferent
nyeri skala 5
(Sedang/NRS) Cortex cerebri
T : pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
dengan durasi ± 5 menit Rangsangan
diteruskan ke
DO: organ target
melalui saraf
Pasien tampak
efferent
gelisah
Nyeri
Pasien tampak dipersepsikan
meringis dan
menahan sakit Nyeri
Tekanan darah
meningkat (130/80
mmHg)
Frekuensi nadi
meningkat 105
x/menit
Resiko infeksi
5. Telah diberikan
11.00 5. Melakukan
antibiotik cefriaxone 1
kolaborasi
g/12 Jam
pemberian antibiotic
(cefriaxone 1 g/12
Jam)
15.00 6. Melakukan
6. Telah diberikan
kolaborasi
antibiotic (metronidazole
pemberian antibiotic
500mg/8 Jam)
(metronidazole
500mg/8 Jam)
Rabu 1 10.15 1. Memonitor skala 1. Pasien mengatakan tidak
08/12/ nyeri merasa nyeri
2021 10.25 2. Mengevaluasi teknik 2. Pasien tampak mampu
relaksasi dan KELOMPOK
mengingat dan
pengalihan nyeri VI
yang telah diajarkan melakukan kembali
sebelumnya pada teknik relaksasi yang
pasien telah diajarkan
Rabu 2 10.3 1. Memonitor 1. Luka bekas operasi pada
08/12/ karakteristik luka abdomen masih terdapat
2021 sedikit pus
TTD,
TANGGAL/JAM DK CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)
MAHASISWA
Selasa 07/12/2021 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang skala 2
(Ringan/NRS)
13.00
O:
- Keadaan umum pasien sedikit baik
- Nadi : 80x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi KELOMPOK VI
1. Identifikasi skala nyeri
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi
napas dalam)
3. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Selasa 07/12/2021 2 S : Pasien mengeluhkan luka post op pada bagian
13.20 abdomen kanan bawah nyerinya berkurang skala 2
(Ringan/NRS)
O:
- Keadaan umum lemah
- Masih terdapat pus pada luka post op
KELOMPOK VI
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
- Monitor karakteristik luka
- Mempertahankan teknik sterir saat
melakukan tindakan keperawatan
- Melakukan perawatan luka
Selasa 07/12/2021 3 S : Pasien mengatakan tidak merasa deman dan
13.30 tidak ada kemerahan serta nyeri tidak terlalu
dirasakan
O:
- Keadaan umum lemah
- Suhu : 36.6◦C
- tampak sedikit pus keluar dari area luka KELOMPOK VI
post op
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi
- Monitor tanda dan gejla infeksi
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungannya
Pembahasan :
Pada bab ini penulis akan melihat apakah asuhan yang telah diberikan
pada ny.h dengan diagnosa peritonitis generelisata ec perforasi apendiks di
ruangan digestif RSUP Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar . pembahasan ini
dibuat berdasarkan teori dan asuhan keperawatan yang nyata dengan pendekatan
proses manajemen keperawatan yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi , implementasi, dan evaluasi .
Hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien dengan
post apendiktomi selama 3 hari didapatkan hasil yang cukup baik, dimana nyeri
pada luka post op yang dirasakan pasien berkurang, dan masalah-masalah yang
lain dapat teratasi dengan baik. Dari teori yang telah dijadikan landasan dalam
melakukan asuhan keperawatan dan diterapkan langsung kepada pasien,
didapatkan hasil yang sama, dimana intesitas nyeri dapat berkurang, dilihat dari
turunnya intensitas nyeri dan dilihat dari respon pasien baik berdasarkan data
subjektif maupun objektif dari pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Telah mengetahui dan memahami konsep secara teoritis pada ny.h
dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi apendiks tahun
2021
2. Telah melakukan asuhan keperawatan secara nyata dan teori pada
ny.h dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi apendiks
tahun 2021
3. Telah menegakkan dan menganalisa diagnose keperawatan yang
sesuai pada ny.h dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec
perforasi apendiks tahun 2021
4. Telah menyusun intervensi keperwatan hingga evaluasi yang tepat
dan dibandingkan dengan jurnal yang terbaru pada ny.h dengan
diagnosa peritonitis geneelisata ec perforasi apendikstahun 2021
B. SARAN
1. Bagi profesi keperawatan :
Sebaiknya intervensi relaksasai bonson dapat dijadikan suatu
intervensi untuk meningkatkan pengetahuan tentang post op dan
prosedur penanganan yang efektif melalui pelatihan dan seminar
keperawatan pada klien dengan diagnosa peritonitis geneelisata ec
perforasi apendiks dan juga diharapkan perawat dalam melakukan
intervensi dengan pemantauan yang lebih intensif
2. Bagi institute pendidikan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literature bagi
institusi dan menjadi referensi bagi mahasiswa sebagai bahan
bacaan di perpustakaan
3. Hasil ilmiah ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman dan
dijadikan sebagai referensi dalam membuat karya ilmiah akhir ners
untuk penulisan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA