Anda di halaman 1dari 10

JURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO,], FEB 2OO9

PERLAWANAN KAUM BURUH PEREMPUAN


Oleh : Radia Hafid

Abstract

Opportunity to work overseqs is consifured as one of alterntives in


solving employntent problems in Indonesia. On the other hand, the
opporlunity is ofien viewed as a lucrqtive business.
Formal sector women workers qre a real representation of the
women phenomeno, which are used us references in discussion women's
qulonomy problems and decision making. Ihey are also a reql
manifestatioan of women's hidden and public resistance against
pressures on them. This writing is based on the restlts af a number of
researches on women's real experiences and involvement in micro-scqle
decision making and on thefactors thqt influence their struggle.
Both acl no Ii on the year of 2003 have alrea$t regtlated the
protectiott of female. Act no 13 on the year 2003 emphasizes sanction if
there is infrigements.

Kata Kunci: Perlqwanqn, Kqum Perempuan, Tenaga kerja,


Perlindungan Hukum.

Pendahuluan yang cukup muli4 namun mereka


Perempuan mempunyai posisi masih harus tetap diberikan kemam-
yang khas di dalam setiap masya- puan yang lebih di bidang hukum,
rakat dan negara-negara di dunia. politik dan ekonomi.
sosial,
Meskipun kontibusi yang telah Membaca dan menulis serta
mereka berikan dapat kita rasakan memahami persoalan yang berkaitan
hampir di seluruh lingkup kehidupan dengan terna besar mengenai perem-
sehari-hari namun mereka seakan- puan dan pengambilan keputusan
akan menderita dalam ketiadaan dan ditingkat publik sebagai bahasan
menjadi kelompok dalam posisi yang utama bukan merupakan pekerjaan
sering kali tidak menguntungkan yang sederhan4 terutama apabila
dalam menghadapi berbagai halang- kita tidak mau terjebak dalam arena
an dan rintangan. Walaupun perem- di tataran formal.
kegiatan politik
puan telah mem-peroleh status sosial Istilah pengambilan keputusan
JURNAL LEGAUTAS VOLUME 2 NO.], FEB 2OO9

renderung dikai&an dengan aktivitas bilan keputusan serta dalam banyak


politik yang pengertian politiknya di- kasus di Indonesia maupun di tempat
batasi pada politik formal dalarn lain merupakan perwujudan nyata
pengertian tadisional, baik di tingkat perlawanan perempuan baik secara
lokal, regional, maupun nasional. terselubung maupun secara publik
Lebih lanju! pembahasan mengenai terhadap kondisi menekan yang
perempuan dan politik seringkali dihadapi. Selain itu untuk mengkaji
dibatasi dalam lingkop yang lebih yang lebih empirik adalah untuk
sempit sebagai keterlibatan dan memperlihatkan bagaimaoa penga-
keterwakilan perempuan di parle- laman dan keterlibatan nyata perem-
men. puan dalam pengarnbilan keputusan
Pernbahasan mengenai keter- di tataran milao sebagai acuan untuk
libatan perernpuan dalarn pengarnbilan menyusun strategi keikutsertaan
di berbagai tingkdan tersebut tentu perempuan secara efektif dalam
sajamerupakan hal yang penting untuk proses politik di tingkatan yang lebih
dipe{uangkan. Akan tetapi diperlukan tinegi.
sebuah prakondisi yang memberikm Kalau kita ingin melontarkan isu
jaminm agar perjuangan di tatrm tentang kedudukan perempuarL
tersebut tidak bersifat se(nu atau terlebih dahulu perlu kita kaji
merupakm sebuah formatitas atau konteks politik dan sosial yang
simbol belaka Prakondisi tersebut melatarinya. Mari kita kaji cara
berupa ketrmpilan dan keterlatihm meningkatkan posisi perempuan
perempuan untuli: Pefiam4 mema- melalui proses demokatis. Marilatr
hami dan mengidentifikasi persoalan- kita bersama-sama belajar dari
persoalan yang beralian dengan contoh-contoh yang ditunjukkan
kepentingannya Kedua terlibat dm yang sudah
negara-negara tetangga
menentukan langkah-langkatr sffiegis berhasil msningkatkan partisipasi
untuk mem-perjumgkan kepentingan politik kaum perernpuan. Kekuasaan
tersebut. unfirk membuat keputusan mengenai
Alasan yang lebih obyektif untuk kehidupan orang, masyarakat dan
memfokuskan kajian pada kelompok negaranya haruslah berasal dari suatu
buruh perempuan disektor forrral pilihan yang dibuat oleh mereka
adalah bahwa buruh perempuan yang akan dipengaruhinya. Selama
adalah msrupa kan representasi nyata beberapa abad, basis legitimasi ini
dari fenomena perempuan dan kerja terbatas dan banyak diantaranya yang
yang seringkali dijadikan acuan terabaikan.
untuk membahas masalah-masalah Sementara perdebatan mengenai
otonomi perempuan dan pengam- pemberian hak suara pada perem-
JURNAL LEGAUTAS VOLUME 2 NO.T, FEB 2OOg

puan dan partisipasi perempuan Pancasila dan UUD 1945, dilak-


dalam pengambilan keputusan sanakan dalam rangka pembagunan
acapkali berfokus pada isu-isu manusia Indonesia seufutrnya untuk
keadilan, kesetaraan dan hak asasi meningkatkan harkat, martabat, dan
manusi4 maka representasi perem- harga diri tena6;a kerja serta
puffi, termasuk pengalaman serta mewujudkan masyarakat adil,
perspektif mereka dalam proses malcnur, dan merat4 baik materil
pengambilan keputusan tidak maupun spritual. Karenanya
terhindarkan akan mengarah pada diharapkan tenaga kerja dapat
solusi yang lebih sesuai dan melaksanakan firngsinya dengan baik
memenuhi harapan bagi lingkup melalui pemberian kesempatan kerja
masyarakat luas. Itulah sebabnya yang merata, bark itu kepada
mengapa perempuan harus menjadi perempuan ataupun kepada laki-laki,
bagian dari proses itu dan mengapa perlindungan hak- haknya dalam
ini menjadi penting: semua menjalankan pekerjaan terutama
masyarakat akan memetik keuntung- dalam hal pemberian jaminan
an ketika menemukan solusi yang kesejahteraan, kesehatan, ke-
lebih baik dan lebih memadai bagi selamatan dan semua aspek-aspek
persoalan-persoalan yang acapkali dalam bidang ketenagakerj aan.
muncul dalam bermasayarakat dan Peran perempuan dalam men-
bernegara yediakan keperluan keluarga menjadi
Dalam tulisan ini penulis fakta yang tidak dapat diingkari
mencoba mendeskripsikan proses- khususnya untuk keluarga pada
proses pengambilan keputusan yang lapisan bawah. Dari beberapa hasil
dilakukan perempuan dan hubungan penelitian yang pernah dilakukan,
pengaruh timbal balik antara situasi mengungkapkan bahwa dengan
di lingkup domestik dan publik posisi sentralny4 ternyata
sebagai faktor yang sangat menen- perempuan tetap tidak mampu meng-
tukan dalarn mengambil keputusan halangi terjadinya ketidakadilan
untuk melakukan tindakan perla- patriarkis akibat perlakuan suami.
wanm kaum perernpuan terutama Konsep domestik dan publik
dengan pisau analisisnya terhadap merupakan pisau analisis feminis
perlawanan kaum buruh. rurtuk melihat akar penyebab
marjinalisasi perempuan dan ketim-
Lingkup Perempuan pangan dalam realisasi gender.
Pembangunan ketenagakerjaan Istilah lain yang memiliki makna
sebagai bagian integral dari serupa adalah privat dan publik atau
pembangunan nasional berdasarkan reproduksi dan produksi. Konsep ini
JURNAL LEGALITAS YOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9

pada dasarnya merupakan pemak- karakteristik dan dinamika kerja


naan dari pembagian kerja antara upahan perempuan. Sebelumnya,
perempuan dan laki-laki yang analisis mengenai kondisi situasi
meletakkan perempuan dalam arena buruh perempuan didominasi oleh
domestik atau privat unttrk paradigma lama yang memandang
melakukan fungsi-fungsi reproduksi lingkup domestik dan lingkup publik
dan laki-laki di arena publik untuk sebagai faktor yang independent
melakukan fungsifrrngsi produksi. yang mempengaruhi sikap buruh
Peran perempuan dalam ke{a- perempuan dikedua arena tersebut.
kerja domestik telah memberikan Pendekatan yang baru melihat
citra nonprodultif pada perempuan ada mekani5ps saling mem-
sebagai sebuah stereotipe, juga pengaruhi yang kuat antara kondisi
ketika perempuan mulai mening- domestik dan publikyang menentu-
galkan arena domestic dan makin kan tarnpilan perempuan di negma-
terlibat dalam pasar tenaga ke{a. negara dalam proses industrialisasi
Masuknya pef,empuan dalam arena terutama ditahun 90an mulai melihat
produksi dalam industrialisasi tidak pergeseran karakteristik buruh
dengan serta-merta menghilangkan perempuan dari yang lebih kritis,
stereotipe yang dileka&aq me- akdq dan militan. Perubaharr
lainkan membawanya serta yang karakteristik tersebut merupakam
rnungkin dijadikan acuan untuk hasil interaksi antara kondisi kerja
membangun kondisi dan orgenissi dan kehidupannya. Faktor-faktor
kerja di lingkungan tempat kerja. yang kompleks itu juga meliputi hal-
Contoh nyatany4 antara lain, hal yang berkaitan dengan struktur
bagaimana motivasi mempekerjakan ekonomi, politih dan sosial yang
perempwm adalatr karena mereka lebih makro yang melingkupi dan
bisa diupah murab dianggap lebih mempengaruhi kondisi di arena
patuh dibandingkan laki-laki, domestik.
terampil, telaten, dan tidak macam- Lebih lanjut realitasnya tenaga
macam, mudah dikontrol; ke- kerja yang tidak tertampung oleh
semuanya itu merupakan bangunan pasar kerja domsetik merupakan
sifat yang dilandaskan pada peran persoalan sosial ekonomi yang
domestik perempuan. membebani ekonomi nasional. Sikap
Pendekatan yang melihat secara cenderung memandang eksistensi
timbal-balik hubungan saling mem- tenaga kerja Indonesia terutama
pengaruhi antara situasi domestik kaum buruh perempuan dari sudut
dan publik tersebut menunjukkan ekonomi dan bisnis inilah yang
pergeseran analisis terhadap menyebabkan tidak terlindinginya
JURNAL LEGAUTAS VOL(ALE 2 NO.], FEB 2AOg

tenaga keda terutama buruh perlawanan yang dilakukan oleh


perempuan atas harkat dan martabat buruh perempuan ditandai oleh 3 ciri
sebagai pekerj4 manusia dan warga utama yang sangat dipengaruhi oleh
negara. nilai-nilai gender. Ciri pertanrq
Oleh karenanya pemerintah adalah tindak perlawanan dilakukan
melakukan kebijakan- dalam dalam rangka memperjuangkan
menaagani permasalahan ketenaga- kepentingan yang spesifik perem-
kerjaan yang ad4 lalu dititikberatkan puan yang seringkali bukan meru-
pada upaya penempatan melalui pakan prioritas dalam aksi-aksi
jalur-jalur kesempatan kerja misal- protes buruh yang bersifat umum.
nya melalui program penyaluran dan Ciri kedua, bentuk perlawanannya
penempatan tenaga keda, baik antar dilakukan secara individual dan
kerja antar daerah maupun antar sembunyi-sembunyi serta tidak
kerja antar negara (Manulang, 1990: frontal, dan cirri ketiga" buruh
3 1). perempuan merupakan pelaku
pelengkap dan tidak mempunyai
Perlawanan Perempuan Dalam peran sentral dala:n aksi-aksi buruh.
Praktik Di Lapangan Meskipun ciri-ciri perlawanan
\Valaupun dalam 'rJU No 39 buruh perempuan seperti <iisebut di
tahun 1999 tentang Hak Asasi atas mesih cukup menonjol akan
\{anusia sudah dinyatakan terutama tetapi telah mulai muncul aksi-aksi
dalam Pasal 45 bahwa hak wanita perlawanan yang berbeda sifat
adalah hak asasi manusi4 dan pasal menunjukkan gejala yang sebaliknya.
3 dinyatakan bahwa setiap orang Bebrapa ilustrasi akan diuraikan
berhak atas perlindungan hak asasi secara ringkas berikut ini.
manusia dan memiliki kebebasan Dari sisi lain bentuk
dasar manusia, serta tanpa perlawanan buruh perempuan,
drskriminasi. Kenyataan dalam Marsinah adalah seorang pelaku
craltiknya apa yang diatur oleh UU yang penting. Ia menjadi simbol
hak asasi manusia ini ternyata belum tagedi perlawanan buruh yang
djsertai dengan perubahan beberapa berakhir tragis; kasus ini banyak
peraturan perundang-undangan yang disorot dari berbagai sisi mulai dari
nasih mendislcriminasi kaum kekerasan militer hingga pemaknaan
:erempuan. buruh melalui seksualitas perem-
Berbagai studi mengenai puan. Perlawanan yang dilakukan
buruh perempuan di pertengahan Marsinah juga dapat dilihat sebagai
:ahun 90an dan sebelumnya pada bentuk baru perlawanan buruh
rmu.mnya melihat sifat dan bentuk perempuan. Apa yang dilakukan
JUKNAL LEGAUTAS VOLUME 2 NO.], FEB 2OO9

masinah adalah untuk melawan termasuk aktivis buruh. Keterikatan


ketidakadilan terhadap teman- buruh-buruh perempuan terhadap
temannya yang diintimidasi dan di- peran gender dalam rumah tangga
phk oleh institusi militer yang pada merupakan hambatan utama :
masa itu sangat giat mencampuri dan kebanyakan buruh
perempuan
memperumit masalah perselisihan enggan mengambil resiko menda-
perburuhan di pabrik. Keputusannya patkan sindiran-sindiran atau
untuk membela teman-temannYa komentar-komentar miring dari
sama sekali tidak ada kaitamya keluarga dan lingkungan yang berhu-
dengan kepentingan spesifik buruh bungan dengan 'penyimpangan
perempuan. Pengetahuannya meng- perilaku' perempuan yang tidak
enai peraturan perburuhan memung- sesuai dengan no(ma-nolma gender
kinkannya membaca situasi yang (gendered norms). Perilaku perem-
tidak beres berkaitan dengan campur puan yang dianggap menyimpang
tangan militer dalam perselisihan misalnya : melawan atasan, sering
perburuhan di pabriknya dan men- berkumpul dan meninggalkan ke-
doronguya untuk aktif untuk wajiban rumah tangga sering pulang
membenahi ketidakberesan tersebut. malam karena mengikuti pertemuan
Keputus anny*a unhrk memperkarakan kelompok buruh. Tidak sedikit
institusi militer yang melakukan pasangan aktivis yang setelah
pemutusan hubungan kerja terhadaP menikah melakukan kompromi
buruh yang bukan merupakan bahwa hanya salah satu dari mereka
kewenangannya juga didasari oleh yang akan melanjutkan kegiatan
kenyataan bahwa Marsinah mem- aktivismenya dan yang salah satu itu
punyai seorang paman di Kantor adalah laki-laki, dalam situasi ini
Kejaksaan yang membuatnya Yakin domestikasi buruh perempuan
langkahnya mengadukan camPur terjadi.
tangan militer dalam persoalan
perselisihan perburuan yang me- Kaum Buruh Perempuan
miliki dasar yang kuat. Ia mungkin Terminologi buruh berda-
tidak menduga bahwa langkabnYa sarkan UU No 13 tahun 2003 toftang
tersebut yang belum tuntas, Ketenagakerjaan, disarna artikan
sekaligus mempertaruhkan nyawanya dengak kata "pekerja" yang
dan dia kalah. Marsinah sendiri maksudnya adalah setiap orang yang
adalah seorang perempuan lajang berkerja dengan menerima upah atau
berlatar belakang pendidikan SLTA imbalan dalam bentuk lain.
yang merantau ke Porong dan tinggal Selanjutnya tidak ada perbedaan
dengan menyewa kamar. Ia memeng antara apa yang disebut dengan uruh
JURNAL LEGAIJTASI,'OLL\ME 2 NO.I, FEB 2009

laki-laki dan buruh perempuan. perhatian dari pemerintah atas nasib


Perbedaan buruh kaum laki-laki dan kaum buruh perempuan. Namun
kaum perempuan datam wacana demikian, dalam realitasnya kaum
gender umumnya merupakan bwuh perempuan tetap saja me-
pembedaan tugas dan peran sosial rasakan diskriminasi terhadap dirinya
i aki-laki dan perempuan berdasarkan dengan kaum buruh laki-laki,
rarapan, kebiasaan adat dan fiadisi sehingga ada anggapan bahwa aturan
r ang melekat pada kebudayaan suatu hukum yang ada hanya sekedar
nasyarakat. pajangan untuk menunjukkan bahwa
Pembangunan nasional pemerintah telah memberikan per-
rertujuan mewujudkan masyarakat hatian bagi kaum buruh perempuan.
adil dan makrnur yang merata baik Sifat alami dan rasa takut serta
nateril maupun spritual berdasarkan kehalusan yang dimiliki oleh mereka
Pancasila dan UUD 1945. dalarn yang berjenis kelamin perempuan
mewujudkan pembangunan nasional menandakan bahwa mereka tidak
:ersebut perlu adanya peran segenap cocok untuk menempati berbagai
lapisan masyarakat sebagai pelaku jenis pekerjaan dalam kehidupan
J.tarra pembangunan, di mana bermasyarakat ... Tujuan tertinggi
masing-masing warga negara dan nrisi dari para perempuan adalaJr
Indonesia merrpunyai kedudukan, untuk memperoleh tempat yang
-iak, kewajiban dan peran yang sama mulia dan aman sebagai seorang istri
:anpa terkecuali bagi kaum buruh. dan ibu. Inilah huk-um yang telah
P"6fudrrngan tenaga kerja diciptakan oleh Sang Pencipta.
:rrempunyai tujuan agar majikan Demikian kata-kata yang sering
:dak berbuat semena-mena terhadap diucapkan oleh para ahli yang
luruh/tenaga keda di dalarn buruh memfokuskan diri pada penelitian-
nelakukan pekerjaan terutama dalam penelitian tentang kaum perempuan.
1al mempekerjakan kaum buruh Kasus-kasus di atas menun-
-:erempuan. Upaya peningkatan jukkan berbagai pertimbangan dan
iesejahteraan sosial bagi kaum buruk faktor yang bekerja dalam proses
rerempuan sebenarnya sudah pengambilan keputusan bagi buruh
lilakukan oleh pemerintah salah perempuan untuk melalarkan perla-
sarunya di bidang ketenagakerjaan. wanan. Sebagaimana diperlihatkan
Eksistensi perlindungan dalam kasus-kasus tersebut, status
:ut-um yang mengatur mengenai hak lajang dan migran merupakan faktor
^esamztan kesempatan memperoleh yang penting yang memungkinkan
:ekerjaan bagi kaum perempuan buruh perempuan mengambil
::rsebut menunjukkan adanya tindakan secara lebih independen,
JURNAL LEGAUTAS VOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9

tanpa dihebanitangguna jawab di tempat kerja.


tempat linggal, dan
keluarga. Lajang dan migran dapat Dalam hal ini, buruh perempuan
dianggap sebagai sebuah kondisi tetap mempertimbangkan derajat
yang 'membebaskan' perempuan kemampuan mereka menghadapi
dari pengawasan keluargadan resiko dari langkah-langkah yang
membuat merekalebih leluasa antuk diambilnya. Buruh perempuan yang
mengembangkan diri. hanya dapat menanggung resiko
Akan tetapi, kebebasan yang yang minimal, yang ingrn tetap
diperolehdari status tersebut j,rga menjaga citranya sebagai 'perem-
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor puan baik-baik', dan yang tidak
sosial budaya jaringan sosial, akses terancam kelangsungan kerjanya
informasi, daa situasi s6si3l politik. memilih untuk melakukan perlawan-
Di samping itu, letak geografis kedua an secara halus dan terselubung. Di
daerah juga disebut memiliki pihak lain, buruh perempuan yang
pengaruh yang cukup signifikan bagi siap menghadapi resiko apapun
penentuan sikap buruh perempuan dengan perhitungan terhadap
untuk membangun pedawanan. kemampuan dan kepemilikan modal
Secara lebih spesifik yang dimaksud perjuengan berupa koneksi dan
dengan letak geografis adalah letak jaringan yang dapat diandalkan
daerah yang relatif dekat dengan sebagai dukungan, tidak
pusat-pusat kegiatan gerakan mempedulikan komentar/ sindiran
perlawanan di tingkat pusat yang keluarga dan lingkungan terhadap
memungkinkan adanya gaung dan cita keperempuanannya yang
dukungan yang lebih luas terhadap dianggap menyimpang, melakukan
aksi-aksi perlawanan buruh. perlawanan-nya secara frontal dan
Latar belakang pendidikan, memobilisasi kawan-kawannya
koneksi di institusi pemerintahan, untuk memberi tekanan terhadap
serta akses terhadap kelompok- perlawanan yang dilakukan.
kelompok pendarnping buruh di luar Satu catatan menarik dari
komunitas buruh perempuan untuk perlawanan buruh perempuan adalah
bsrani mengambil langkah dan bahwa keputusan melawan yang
menjadi mobilisator perlawanan diarrbil tidak secara signifikan jika
buruh. tak hendak mengatakan sama sekali
Bentuk-bentuk perlawanan tidak mempertimbangkan keberadaan
buruh perempuan dmi kasus di atas organisasi atau serikat buruh.
juga sekaligus menunjukkan Kasus-kasus di atas, yang
pertimbangan-pertimbangan situasi terjadi sepanjang periode 90-an,
di rumah tanggq di lingkungan justru menuqiukkan bagaimana
JURNAL LEGALITAS TlOLUME 2 NO.T, FEB 2OOg

perlawanan dilakukan justru sebagai melawan yang tidak selamanya


reaksi terhadap mandulnya kekuatan hanya berkaitan dengan kepentingan
dan kemampuan organisasi buruh spesifik buruh perempuan tetapi juga
yang ada dalam memperjuangkan menyangkut kepentingan buruh
kepentingan bwuh. Barangkali dapat secara umum.
dikatakan, para buruh perempuan ini Pada prinsipnya kondisi
mengambil inisiatif untuk me- di tempat kerja
ketidakadilan
mobisasi perlawanan sebagai menjadi pemicu bagi buruh
alternatifterhadap tidak berfirngsinya perempuan untuk menggalang
organisasi buruh. kekuatan untuk melawan. Kasus-
Di zarraan kebebasan ber- kasus perlawanan buruh yang
organisasi seperti sekarang, mun- dimotori oleh perempuan kiranya
culnya berbagai serikat independen mampu menuqjukkan prakondisi
.juga belum dapat dijadikan saluran yang perlu diciptakan, terutama oleh
1'ang lebih menjanjikan bagi buruh perempuan sendiri, untuk membuka
perempum untuk tampil sebagai jalan mengambil langi.ah-langkah
pengambil keputusan strategis dalam untuk memecatrkan persoalan dan
lingkup organisasi karrena struktur menyuarakan kepentingannya yang
organisasi masih didominasi oleh tersurnbat.
para lelaki. Kasus-kasus perlawanan Harnbatan-hambatan yang
':uruh yang
dim616ri oleh perempuan bersifat eksternal dari diri perempuan
ruga belum dijadikan pelajaran oleh perempuan perlu dikenali dan
Serikat Buruh untuk menempatkan disiasati secara kolektif akan tetapi
3erempuan dalam posisi yang hambatan internal dari diri
lerting. Dalarn serikat burutr" perempuan itu sendiri juga perlu
:srempuan masih ditempatkan pada diterobos. Meskipun demikian, harus
:rsisi tradisional; sekretaris dan/ atau diakui bahwa harnbatan yang bersifat
:endahara serta penyelenggara internal seringkali merupakan hasil
.. :nsumsi untuk berbagai organisasi. dari bekerjanya faktor-faktor
eksternal, dalam hal ini yang
berkaitan dengan peran-peran
I\ESIIIPI]LAN gender.
UU No 13 tahrur 2003 Satah satu faktor penting
-fralg Ketenagakerjaan, secara yang perlu disiasati segera adalah
:-::rs mernberikan memberikan kelangsungan peran perempuan
:::ladungan hukum terhadap kaum dalam pengambilan keputusan yang
: -:-rh perempuan. Situasi inilah yang bersifat kolektif dan terinstitusi yang
:-=dorong buruh perempuan unhrk dihadapkan dengan siklus hidup

V
J(NNAL IEGALITAS VOLUME 2 NO.], FEB 2OOg

poremprxm. Khusus untuk kelompok Menciptakan kesempatan


perempuan kelas bawah sebagaimana tersebut memang bukan pekerjaan
direpresentasikan oleh kelompok mudah terutarna setelah disadari
bumh dalam tulisan ini yang rentan bahwa persoalan perempuan harus
terhadap tekanan norrna-nonna diletakkan dalam kerangka yang luas
gender, terutama bila telah memasuki dan multifaktor. Memaknai aktivitas
tahapan berkeluarga dan tidak dan perilaku perempuan hanya
terbiasa bertindak kolektif sangat bersandarkan aktivitas dan perilaku
perlu dipikirkan bagaiman mencip- mereka di arena domestik atau di
takan dan menjaga kesempatan agar arena publik sajajelas tidak memadai
kepentingan mereka dapat karena kompleksitas yang meling-
diartikulasikan ke tingkatan yang kupi kehidupan perempuan sangat
lebih tinggi. tirggi.

Daftar Pustaka
Aini, Nurul. 20a2. Partisiposi politik Buruh pasca orde Baru studi Kasus
Pabrik Garmen PT TonglEung Mokmur Abadi di Jakarta, Disertasi
Doktor Jakarta: Universitas Indonesia.
AKATIGA. 2000. catatan LapanganMajataya tentang serikat Buruh,
Committee For Asian Womsn. 1991. Many paths, One Goal, Hong Kong
Manulang, Sendjun, 1990, Pokok-Pokok Hulrum Ketenagakerjaan, Rhineka
Cipta. Jakarta
Prints, Darwin, 2000, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, cifta Aditya Bakti.
Bandung
Prisma 4. 1994. Pasang Naik Gelombang pemogokan dan politik perburuhan.
Jakarta: LP3ES
Soepomo, hnam, 1983, Hukum Perburuhan undang-undang Dan peraturan,
Pradnya Paramitha. Jakarta
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HakAsasi Manusia
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai