Anda di halaman 1dari 17

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Sugiono, S.Pd
Asal Institusi : SMAN 8 Kota Jambi

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi

1 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan kajian literatur


sebagian besar dan wawancara diperoleh
kurang aktif 1. Sakiah, N. A., & Effendi, K. N. S. penyebab Peserta didik
dalam proses (2021), Peserta didik cenderung cenderung pasif dalam
pembelajaran di pasif saat kegiatan belajar proses pembelajaran di kelas
kelas. mengajar berlangsung. yaitu :
Penggunaan metode atau 1. Saya kurang
pendekatan yang tepat dalam memperhatikan
suatu proses pembelajaran akan pentingnya metode
mampu mencapai tujuan pelajaran yang
pembelajaran serta proses disajikan bagi peserta
pembelajaran yang diharapkan didik.
(Cucum, Rohayat, Rusmana & 2. Saya kurang
Tetep, 2018). Cucum, dkk (2018) menghubungkan antara
juga mengatakan upaya apa yang telah
memberikan satu kejelasan diketahui peserta
konsep pada peserta didik didik dengan materi
tampaknya guru memerlukan yang akan disajikan.
media dalam penyampaian. 3. Saya kurang
Media dapat membantu guru mempersiapkan
dalam pembelajaran. Media pembelajaran dengan
pembelajaran juga dapat baik.
mengarahkan perhatian peserta 4. Tidak menggunakan
didik sehingga dapat alat peraga sebagai
menimbulkan motivasi belajar media.
yang berdampak pada keaktifan 5. Partisipasi rendah bisa
dan hasil belajar (Nurhayati, disebabkan kurangnya
2020). peserta didik dalam
Sakiah, N. A., & Effendi, K. N. S. (2021). kegiatan belajar di kelas
Analisis kebutuhan multimedia interaktif atau kurangnya ruang
berbasis PowerPoint materi aljabar pada bagi peserta untuk
pembelajaran matematika SMP. JP3M
berkontribusi dalam
belajar.
(Jurnal Penelitian Pendidikan Dan
Pengajaran Matematika), 7(1), 39-48.

https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jp
3m/article/view/SAK71

2. Danial, D., & Azmy, N. (2022,


May), Dalam bidang pendidikan,
matematika adalah salah satu
bidang studi atau mata pelajaran
yang dianggap sulit
dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya karena banyak
rumus yang dihafalkan dan
metode yang digunakan guru
untuk mengajar masih
tradisional atau masih
konvensional sehingga peserta
didik akan mengalami kesulitan
dalam mempelajari matematika
pada hampir setiap tahapan atau
jenjang selama sekolah (Nurul
Hidayah, Danial, 2021),karena
sistem pembelajaran yang
digunakan masih monoton dan
tidak bervariasi, peserta didik
cenderung pasif dan
menyebabkan peserta didik
kurang nyaman dalam belajar
Maka dibutuhkan inovasi baru
dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat berjalan
secara efektif.

Danial, D., & Azmy, N. (2022, May).


Efektivitas Penerapan Media Alat Peraga
Papan Statistika terhadap Pembelajaran
Matematika. In Prosiding Seminar Nasional
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIM
Sinjai (Vol. 1, pp. 15-19).

https://doi.org/10.47435/sentikjar.v
1i0.825
3. Fatimah, C., Asmara, P. M.,
Mauliya, I., & Puspaningtyas, N.
D. (2021), Penggunaan
Pendekatan Matematika Realistik
dapat membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran
secara aktif dan efisien. Dalam
pembelajaran Pendekatan
Matematika Realistik ini siswa
sebagai titik awal pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi
lebih aktif dan tidak
membosankan dan juga dengan
dilibatkannya siswa dalam
menyelesaikan pemecahan
masalah mau tidak mau akan
membuat siswa memberikan
perhatian yang besar terhadap
masalah yang diberikan tersebut.

Fatimah, C., Asmara, P. M., Mauliya, I., &


Puspaningtyas, N. D. (2021). Peningkatan
minat belajar siswa melalui pendekatan
matematika realistik pada pembelajaran
berbasis daring. Mathema: Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(2), 117-126.

https://doi.org/10.33365/jm.v3i
2.1310

4. Djunaedy, R. P. (2020), Priansa


(2015) menyatakan bahwa
keaktifan belajar berhubungan
dengan segala aktivitas yang
terjadi secara fisik maupun non
fisik. Pada pembelajaran
matematika, guru dituntut untuk
memperhatikan, menilai dan
menekankan berbagai aspek
pembelajaran, baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
Keaktifan dalam hal ini masuk
pada ranah psikomotorik siswa,
dan merupakan bagian perlu
dikembangkan.

Djunaedy, R. P. (2020). Penerapan


pembelajaran online dengan model problem
based learning untuk meningkatkan keaktifan
belajar matematika siswa kelas XI MM 3
SMKN 5 Malang. Laplace: Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(2), 95-108.

https://doi.org/10.31537/laplace.v3i2
.376

5. Hasil Wawancara :
Wawancara Kepala SMAN 8 Kota
Jambi (Fetmirwati, M.Pd)
a. Peserta didik jarang sekali
diberikan variasi dalam proses
belajar mengajar, sehingga
peserta didik cenderung merasa
bosan dan mengalami kesulitan
dalam memahami materi yang
disampaikan.
b. Kegiatan proses pembelajaran
yang tidak mendukung
berkembangnya peserta didik
dalam hal literasi sains, misalnya
disajikan bacaan, gambar, atau
video, atau LKPD karena guru
hanya mengajar dengan cara
konvensional yang monoton.

2 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan kajian literatur


kesulitan dalam dan wawancara diperoleh
menyelesaikan 1. Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., & penyebab Peserta didik
soal literasi Maula, I. (2022, January), kesulitan dalam
numerasi. Menurut Ikhsan (2019) hasil menyelesaikan soal literasi
belajar peserta didik akan numerasi yaitu,
ditentukan oleh proses dalam 1. Rendahnya kemampuan
pembelajaran itu sendiri. Ketika peserta didik bisa
peserta didik mengalami disebabkan karena
kecemasan matematika, maka kurangnya pengetahuan
proses belajar matematika pun dan keterampilan
tidak akan maksimal sehingga Matematika dasar.
berpengaruh pada hasil belajar
peserta didik. Salah satu 2. Peserta didik tidak
penekanan pada mata pelajaran terbiasa atau kurang
matematika yaitu tentang literasi terlatih dalam
numerasi. Kemampuan literasi menggunakan berbagai
numerasi diartikan sebagai strategi pemecahan soal
kemampuan peserta didik untuk numerasi.
menjabarkan informasi yang
berkaitan dengan angka atau 3. Peserta didik tidak
matematika kemudian memiliki minat dalam
merumuskan sebuah hal literasi dan numerik.
permasalahan, menganalisis
permasalahan, serta menemukan 4. Guru dapat
penyelesaian dari masalah menggunakan situasi
tersebut (Hartatik, 2019). kehidupan sehari-hari
sebagai dasar untuk
Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., & Maula, I. menyusun soal-soal
(2022, January). Analisis kemampuan literasi literasi numerasi,
numerasi peserta didik ditinjau dari
membantu peserta didik
kecemasan matematika. In ProSANDIKA
UNIKAL (Prosiding Seminar Nasional
untuk lebih terhubung
Pendidikan Matematika Universitas dengan materi.
Pekalongan) (Vol. 3, No. 1, pp. 351-360).
5. Fokus pembelajaran
https://proceeding.unikal.ac.id/index. yang terlalu pada soal
php/sandika/article/view/890 dengan rumus langsung
tanpa memberikan ruang
2. Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., & peserta didik untuk
Maula, I. (2022, January), berfikir secara analisis.
Kemampuan literasi numerasi
diartikan sebagai kemampuan
peserta didik untuk menjabarkan 6. Peserta didik yang
informasi yang berkaitan kurang aktif kesulitan
dengan angka atau matematika dalam mengidentifikasi
kemudian merumuskan sebuah suatu informasi kunci
permasalahan, menganalisis dalam soal Literasi
permasalahan, serta menemukan Numerasi.
penyelesaian dari masalah
tersebut (Hartatik, 2019). 7. Peserta didik kurang
Kemampuan literasi numerasi memiliki keterampilan
ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah
matematika, karena matematika yang efektif, seperti
tidak hanya selalu berhubungan kemampuan analisis,
dengan rumus, namun juga pemikiran kritis, dan
memerlukan daya nalar atau pola kemampuan
berpikir kritis peserta didik mengidentifikasi soal.
dalam menjawab setiap
permasalahan yang disajikan. 8. Kurangnya sumber
Literasi numerasi juga dapat belajar yang relevan dan
membantu peserta didik dalam menarik.
memahami peran matematika
dalam penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.

Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., & Maula, I.


(2022, January). Analisis kemampuan literasi
numerasi peserta didik ditinjau dari
kecemasan matematika. In ProSANDIKA
UNIKAL (Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika Universitas
Pekalongan) (Vol. 3, No. 1, pp. 351-360).
https://proceeding.unikal.ac.id/index.
php/sandika/article/view/890

3. Puspaningtyas, N. D., & Ulfa, M.


(2020), Fiangga et al (2019)
mengungkapkan bahwa alasan
utama yang menyebabkan siswa
masih belum dapat
menyelesaikan permasalahan
berbasis literasi numerasi adalah
guru yang belum membiasakan
siswa dengan soal-soal berbasis
literasi. Untuk itu, Mansur (2018)
menyampaikan bahwa
kemampuan literasi numerasi
matematika siswa perlu dilatih
dengan membiasakan
memberikan latihan soal literasi
numerasi matematika pada siswa.

Puspaningtyas, N. D., & Ulfa, M. (2020).


Pelatihan Soal Matematika Berbasis Literasi
Numerasi pada Siswa SMA IT Fitrah
Insani. Jurnal Pengabdian Masyarakat
MIPA Dan Pendidikan MIPA, 4(2), 137-140.

https://doi.org/10.21831/jpmmp.v4i2
.37504
4. Awami, F., Yuhana, Y., &
Nindiasari, H. (2022), Rendahnya
kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal literasi
numerasi dalam hasil tes INAP,
PISA, dan TIMSS dipengaruhi
oleh faktor: 1) siswa belum
terbiasa menyelesaikan soal soal
pemecahan masalah literasi,
matematika, dan sains berkonteks
dan HOTS yang membutuhkan
penalaran, berpikir kritis,
reflektif, dan kreatif dari konten,
konteks, materi, dan proses
Suryapuspitarini et al (2018) dan
2) siswa kesulitan dalam
memahami teks, membuat
representasi, dan melaksanakan
strategi penyelesaian masalah
(Sholihah & Afriansyah, 2017).

Awami, F., Yuhana, Y., & Nindiasari, H.


(2022). Meningkatkkan Kemampuan Literasi
Numerasi Dengan Model Problem Based
Learning (PBL) Ditinjau Dari Self
Confidence Siswa SMK. MENDIDIK:
Jurnal Kajian Pendidikan dan
Pengajaran, 8(2), 231-243.

https://doi.org/10.30653/003.202282.
236

5. Hasil Wawancara :
Wawancara dengan teman sejawat
Ernita, S.Pd
a. Kemampuan dasar matematika
peserta didik kurang baik.
b. Peserta didik tidak memiliki
minat dalam hal numerik.
c. Peserta didik tidak suka
menghitung.
3. Guru dan peserta 1. Yuniarti, Y., Mulyati, T., Abidin, Berdasarkan kajian literatur
didik belum Y., Herlambang, Y. T., & Yusron, dan wawancara diperoleh
maksimal dalam E. (2021), Nengsih (2017) penyebab Guru dan peserta
pemanfaatan menjelaskan bahwa masih didik belum maksimal
teknologi/inovasi terdapat beberapa hal yang dapat dalam pemanfaatan
pembelajaran. menjadi penghambat seorang teknologi/inovasi
pendidik dapat menguasai pembelajaran yaitu,
kompetensi pedagogik, 1. Sebagian guru kurang
diantaranya yakni: 1) memiliki pemahaman
Pemahaman terhadap peserta yang memadai terhadap
didik; 2) Merancang proses dan teknologi atau
evaluasi pembelajaran; 3) keterampilan yang
Pemahaman guru terhadap diperlukan untuk
kurikulum, serta; 4) Rendahnya mengintegrasikan
kemampuan dalam menggunakan teknologi ke dalam
teknologi. proses pembelajaran
2. Penggunaan teknologi
Yuniarti, Y., Mulyati, T., Abidin, Y.,
Herlambang, Y. T., & Yusron, E. (2021).
atau penyajian materi
Eksplorasi Pembelajaran Matematika Secara yang kurang menarik
Daring dalam Dimensi dapat menyebabkan
Pedagogik. Naturalistic: Jurnal Kajian dan kurangnya keterlibatan
Penelitian Pendidikan dan
peserta didk dalam
Pembelajaran, 5(2), 856-871.
pembelajaran.
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v5i2.12 3. Secara umum, belum
08 maksimalnya
pemanfaatan
2. Damayanti, M., & Hasran, A.
teknologi/inovasi
(2022), Kurangnya tiga sarana
pembelajaran
dan prasarana yang terbatas
dikarenakan kurangnya
seperti komputer, laptop, dan
sarana dan prasarana di
proyektor menjadi penghambat
sekolah
pemanfaatan teknologi informasi
4. Sekolah atau guru
dan komunikasi dalam
mengalami keterbatasan
pembelajaran. Keempat
dalam akses ke
kurangnya waktu yang guru
teknologi atau
miliki dalam merencanakan
infrastruktur yang
pembelajaran yang berbasis
memadai. Ketersediaan
teknologi itulah mengapa banyak
perangkat keras,
guru yang masih
koneksi internet yang
mempertahankan cara tradisional
stabil, dan perangkat
dalam pembelajaran karna proses
lunak pendukung dapat
perencanaanya lebih mudah.
menjadi faktor
Damayanti, M., & Hasran, A. (2022). pembatas.
ANALISIS KESIAPAN GURU SMA
NEGERI 1 ALU MENGHADAPI 5. Mengimplementasikan
PEMBELAJARAN ERA teknologi dalam
DISRUPTIF. CELEBES BIODIVERSITAS:
pembelajaran mungkin
Jurnal Sains dan Pendidikan Biologi, 5(2),
25-33. membutuhkan waktu
persiapan tambahan
https://doi.org/10.51336/cb.v5i bagi guru. Jika guru
2.346 memiliki beban kerja
yang tinggi atau
3. Wicaksono, B (2023), Menurut kekurangan waktu,
Aydin & Tasci, setidaknya ada 4 mereka mungkin
faktor yang dapat dijadikan enggan untuk
ukuran sebuah sekola siap atau menginvestasikan
tidak dalam penerapan e-learning. waktu yang diperlukan
Faktor tersebut adalah teknologi, untuk merencanakan
Inovasi, Pengguna dan dan menerapkan strategi
Pengembangan Diri ( Aydin & pembelajaran berbasis
Tasci, 2005). teknologi.

Wicaksono, B. Analisis tingkat kesiapan


penerapan E-Learning (E-Learning
readiness) menggunakan metode Aydin &
Tasci pada Madrasah Aliyah Negeri 2
Tangerang (Bachelor's thesis, Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta).

https://repository.uinjkt.ac.id/dspac
e/handle/123456789/68446

4. Purwaningsih, W. P. (2016),
TPACK merupakan pengetahuan
yang dibutuhkan oleh guru untuk
mengintegrasikan teknologi ke
dalam pengajaran materi tertentu,
menjadi suatu paket yang utuh.
Guru harus memiliki pemahaman
yang intuitif terhadap interaksi
kompleks antara 3 komponen
dasar pengetahuan, yaitu PK, CK
dan TK, dengan cara
mengajarkan materi tertentu
menggunakan metode pedagogik
dan teknologi yang
disampaikan,sebelum memulai
pembelajaran 2. Guru kurang
menggunakan media-media
pembelajaran, seperti mengajak
siswa bermain lempar bola,
menggunakan musik dikarenakan
kekurangan waktu. sesuai.

Purwaningsih, W. P. (2016). Analisis


Kemampuan Guru dalam Menerapkan
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pembelajaran
Menggunakan Kerangka TPACK: study
kasus SMA Negeri 1 Tengaran (Doctoral
dissertation, Program Studi Pendidikan
Teknologi Informasi dan Komunikasi FTI-
UKSW)

http://repository.uksw.edu/handle/123
456789/10769

5. Wawancara dengan teman


sejawat, Ernita, S.Pd
a. Guru tidak menguasai
teknologi
b. Sarpras kurang mendukung
baik dari guru dan peserta
didik
c. Kemampuan peserta didik
masih rendah/ tidak
mempunyai perangkat
teknologi

4. Peserta didik 1. Fajri, N., & Nida, I. (2019), Berdasarkan kajian literatur
mengalami Banyak faktor penyebab dan wawancara diperoleh
kesulitan dalam kesulitan belajar. Sebagaimana penyebab Peserta didik
memahami yang diungkapkan oleh kesulitan mengalami kesulitan dalam
materi pelajaran siswa dalam belajar matematika memahami materi pelajaran
matematika. memiliki karakter tersendiri. matematika yaitu.
karakteristik siswa berkesulitan 1. Belum menggunakan
belajar matematika menurut Model pembelajaran
Lerner (Abdurachman, 1996) yang inovatif.
yaitu: 1)adanya gangguan dalam 2. Kesulitan pemahaman
hubungan ke ruangan seperti atas bisa berasal dari
bawah, puncak dasar, tinggi penyampaian materi
rendah, depan belakang, dan yang kurang jelas,
awal akhir; 2)abnormalitas kurangnya media belajar
persepsi visual seperti kesulitan atau perbedaan gaya
melihat berbagai obyek dalam belajar peserta didik
hubungannya dengan kelompok; yang kurang di
3) asosiasi visual motor yaitu akomodasi.
tidak dapat menghitung benda- 3. Diperlukan penyesuaian
benda secara terurut; model pembelajaran
4)perseverasi yang merupakan untuk menyesuaikan
gangguan perhatian siswa yang gaya belajar beragam
melekat pada satu obyek dalam peserta didik.
waktu yang relatif lama; Penggunaan pendekatan
5)kesulitan mengenal dan interaktif, diskusi
memahami simbol, 6)gangguan kelompok, atau
penghayatan tubuh; 7)kesulitan penggunaan teknologi
dalam bahasa dan membaca yaitu dalam pengajaran dapat
kesulitan dalam menyelesaikan meningkatkan
soal dalam bentuk cerita; dan pemahaman materi.
8)score Performance IQ jauh 4. Peserta didik
lebih rendah daripada skor verbal mengalami kesulitan
IQ. karena kurangnya
pemahaman terhadap
Fajri, N., & Nida, I. (2019). analisis kesulitan konsep dasar
siswa kelas X SMA Negeri 6 Aceh Barat matematika. Jika dasar-
Daya pada materi trigonometri. Jurnal
dasar seperti operasi
Ilmiah Pendidikan Matematika Al
Qalasadi, 3(2), 12-22. matematika dasar,
bilangan, atau geometri
https://journal.iainlangsa.ac.id/index. tidak dipahami dengan
php/qalasadi/article/view/1179 baik, peserta didik dapat
mengalami kesulitan
2. Rosikh, F., & Nitta, P. (2022), memahami materi yang
Menurut Sardiman (2001:224), lebih kompleks.
faktor penyebab timbulnya
kesulitan bagi siswa dalam
mempelajari matematika karena
karakteristik matematika itu
sendiri yakni konsep-konsep
umumnya bersifat abstrak. Faktor
lain adalah kebiasaan hanya
menerapkan metode ceramah
dalam pelaksanaan belajar serta
kurangnya kemampuan guru
untuk menghadirkan pendekatan
belajar yang tepat untuk
memotivasi siswa serta
melibatkannya dalam proses
pembelajaran.

Rosikh, F., & Nitta, P. (2022). Kesulitan


belajar matematika siswa SMA pada pokok
bahasan persamaan trigonometri di Kampung
Pasanggrahan. Plusminus: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(2), 325-334.

https://karya.brin.go.id/id/eprint/162
77/1/Jurnal_Rosikh%20Fauziah_Inst
itut%20Pendidikan%20Indonesia%2
0Garut_2022.pdf

3. Utami, L. W., & Hidayanto, E.


(2022), Kesulitan belajar yang
dialami oleh peserta didik salah
satunya kesulitan memecahkan
persoalan dalam menjawab soal
cerita seperti yang disebutkan
oleh Utari dkk., (2019) yaitu
peserta didik seringkali merasa
kesulitan saat menyelesaikan soal
cerita karena kurangnya
pemahaman soal dan kesulitan
menggunakan operasi hitung.
Menurut Gunawan (2017),
beberapa kesulitan peserta didik
dalam menyelesaikan soal cerita
diantaranya kesulitan memahami
soal, mengubah permasalahan
program linear menjadi model
matematika, kesulitan dalam
menghitung dan kesulitan
membuat kesimpulan. Soal cerita
banyak ditemui pada
permasalahan program linear
yang dipelajari di tingkat SMA.

Utami, L. W., & Hidayanto, E. (2022).


Kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan
soal program linear pada pembelajaran
daring. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 11(2), 257-268.
https://karya.brin.go.id/id/eprint/157
00/1/Jurnal_Laily%20Wijayanti%20
Utami_Universitas%20Pendidikan%
20Indonesia_2022.pdf

4. Nasution, S. P. (2019),
Kecemasan yang dialami siswa
pada mata pelajaran Matematika
sering disebut sebagai kecemasan
Matematika (Mathematics
Anxiety). Tobias dalam Annisa
Dwi Kurniawati dan Mutia Fariha
mendefinisikan bahwa:
“kecemasan Matematika sebagai
perasaan tegang dan cemas yang
mengganggu proses manipulasi
angka dan proses pemecahan
masalah Matematika dalam
kehidupan biasa maupun
akademik serta dapat
menghilangkan rasa percaya diri
seseorang” (Fariha, 2013;
Kurniawati & Siswono, 2014).
Kecemasan terhadap Matematika
tidak bisa dipandang sebagai hal
biasa, karena ketidakmampuan
siswa dalam beradaptasi pada
pelajaran menyebabkan siswa
kesulitan serta fobia terhadap
Matematika yang akhirnya
menyebabkan hasil belajar dan
prestasi siswa dalam Matematika
rendah (Handayani, 2016).

Nasution, S. P. (2019). Analisis Kesulitan


Belajar dalam Memahami Kecemasan
Peserta Didik pada Pembelajaran
Matematika. Desimal: Jurnal
Matematika, 2(1), 49-57.

http://dx.doi.org/10.24042/djm.v2i1.
2027

5. Wawancara dengan ketua MGMP


matematika SMAN 8 Kota Jambi,
Lia Kurniati, S.Pd
a. Beberapa peserta didik
mungkin memiliki gaya
belajar yang berbeda.
Beberapa peserta didik lebih
memahami materi
matematika melalui
pendekatan visual, sementara
yang lain mungkin lebih
nyaman dengan pendekatan
auditif atau kinestetik.
b. Kurangnya penguasaan
konsep dasar pada tingkat
sebelumnya.
c. Model pembelajaran yang
kurang menarik atau tidak
sesuai dengan gaya belajar
peserta didik juga dapat
menjadi penyebab.

5. Peserta didik 1. Syechah, B. N., Marwan, M., Berdasarkan kajian literatur


kesulitan Bahri, S., Awalushaumi, L., & dan wawancara diperoleh
memahami soal- Alfian, M. R. (2021), Peserta penyebab Peserta didik
soal HOTS dan didik belum pada tahap mampu kesulitan memahami soal-
memerlukan berpikir non-algorithmic dan soal HOTS dan memerlukan
penalaran kompleks. Hal tersebut penalaran mendalam yaitu,
mendalam. diperkirakan karena dalam 1. Guru dapat memberikan
pembelajaran matematika sehari- soal HOTS secara
hari di sekolah peserta didik bertahap, mulai dari
hanya dilatih untuk sekedar yang lebih sederhana
mengingat (recall), menyatakan hingga yang lebih
kembali (restate), atau merujuk kompleks.
tanpa melakukan pengolahan 2. Peserta didik kurang
(recite). Padahal sudah saatnya memahami konsep
peserta didik di Indonesia dilatih dasar matematika.
dengan higher order thinking 3. Peserta didik kurang
skills yang terdiri dari terlatih untuk belajar
keterampilan; 1) transfer satu secara mandiri dan
konsep ke konsep lainnya, 2) mengembangkan
memproses dan menerapkan keterampilan penalaran
informasi, 3) mencari kaitan dari mendalam.
berbagai informasi yang berbeda- 4. Kurangnya akses
beda, 4) menggunakan informasi terhadap sumber daya
untuk menyelesaikan masalah, pembelajaran tambahan,
seperti buku referensi,
dan 5) menelaah ide dan materi online, atau
informasi secara kritis. kegiatan ekstrakurikuler
yang mendukung
Syechah, B. N., Marwan, M., Bahri, S.,
Awalushaumi, L., & Alfian, M. R. (2021).
berpikir tingkat tinggi.
Pengembangan Soal-Soal Berbasis Hots Di
Pondok Pesantren Attamimy Brangsak
Praya. Prosiding PEPADU, 3, 55-60.

https://www.jurnal.lppm.unram.ac.id/index.
php/prosidingpepadu/article/view/375

2. Kusuma & Adna (2021), dari


hasil penelitian diperoleh bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal hots karena :
a. Kurangnya pemahaman konsep
yang digunakan dalam
perhitungan, b. Tidak mampu
memahami soal berupa narasi, c.
Salah mendeskripsikan
pertanyaan dari soal, d.
Kurangnya berlatih
dalammenyelesaikan soal sistem
persamaan linier dua variable.

Kusuma, A. P., & Fatih'Adna, S. (2021).


Analisis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking
Skill (Hots) Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Jurnal Saintika Unpam: Jurnal
Sains Dan Matematika Unpam, 3(2), 150-
160.

https://garuda.kemdikbud.go.id/docu
ments/detail/2123598

3. Sa'adah, A., & Misri, M. A.


(2019), Kesalahan memahami
bayak dilakukan peserta didik ini
selaras dengan hasil penelitian
Wijaya, Panhuizen, Doorman, &
Robitzsch (2014, p. 580) yang
menyatakan diantaranya peserta
didik Indonesia sebagian besar
memiliki kesulitan dalam
memahami soal berbasis konteks
seperti soal matematika HOTS.
Hal tersebut berarti kemampuan
peserta didik lemah dalam
menyelesaikan soal konteks
nyata. Kesalahan memahami
dilakukan peserta didik karena
peserta didik tidak mampu
mengidentifikasi soal dalam
bentuk gambar dan tabel sehingga
kemampuam peserta didik rendah
dalam menangkap informasi
penting dengan menuangkan
pikiran dalam menyelesaikan
pemecahan masalah.

Sa'adah, A., & Misri, M. A. (2019). Analisis


Kesalahan Peserta didik dalam
Menyelesaikan Soal Matematika HOTS
Bertipe PISA. Holistik, 3(1), 53-64.

https://jurnal.syekhnurjati.ac.id/index
.php/holistik/article/view/5566/2866

4. Pramawanda, N. A., Sunismi, S.,


& Candra, T. W. (2023),
Sebagian besar peserta didik
kesulitan menjawab soal-soal
matematika yang membutuhkan
pemikiran kritis karena belum
terbiasa menyelesaikan soal-soal
tingkat tinggi atau HOTS.
Pendidikan matematika di
sekolah tidak cukup hanya
mempelajari teori dan konsep,
tetapi menghubungkannya
dengan masalah nyata yang
memungkinkan peserta didik
menggunakan kemampuan
berpikir tingkat tingginya dengan
optimal.

Pramawanda, N. A., Sunismi, S., & Candra,


T. W. (2023). ANALISIS KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
DALAM MENYELESAIKAN SOAL
HIGHER ORDER THINKING SKILL
(HOTS) PADA MATERI BARISAN DAN
DERET GEOMETRI. Jurnal Penelitian,
Pendidikan, dan Pembelajaran, 18(20).

https://jim.unisma.ac.id/index.php/jp
3/article/view/21681

Wawancara dengan teman sejawat,


Marwiyah, S.Pd

1. Kurangnya latihan dalam


menyelesaikan soal-soal HOTS.
2. Guru kurang menggali informasi
dari berbagai sumber
pembelajaran tentang soal HOTS.
3. ketidakfamiliaran dengan strategi
penyelesaian yang diperlukan.
4. Guru tidak membiasakan diri
untuk merancang soal HOTS.

Anda mungkin juga menyukai