Anda di halaman 1dari 3

Nama : Najia khotijah

Prodi : Ilmu Komunikasi

NIM : 32802300055

REVIEW JURNAL

Judul Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi


Jurnal (Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian
Ondel-Ondeldi DKI Jakarta) Nur Faizah,Muhammad Zid ,Ode Sofyan
Hardi
Volume dan Halaman Vol.18 .No 15
Tahun 2017
Penulis SPATIAL – Wahana komunikasi dan Informasi Geografis
Reviewer Najia Khotijah
Tanggal 08, Januari, 2024

Abstrak Jurnal yang berjudul “Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi”
adalah menganalisis perubahan mobilitas sosial serta fungsi dan pola
tutur Ondel-ondel Betawi. Pada tahun 1940-an, ondel-ondel berfungsi
sebagai kesenian sakral; Namun, saat ini, ondel-ondel berfungsi sebagai
kesenian khas Betawi mempunyai prinsip ekonomi yang kuat.
Penelitian dilakukan di Dewan Pemerintahan Jakarta Pusat pada tahun
2017. Terdapat dua pertanyaan penelitian dalam penelitian ini.
Pertama, bagaimana perubahan fungsi pada ondel-ondel Betawi?
Kedua, bagaimana cara persebaran ondel-ondel Betawi?
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mix engineering) yaitu
pendekatan kualitatif untuk mengkaji bagaimana perubahan fungsi
kesenian ondel-ondel Betawi. Dalam penelitian ini yang menjadi
informan adalah Akademisi Universitas Negeri Jakarta, Seniman Betawi,
Pengelola Sanggar Ondel-ondel, dan informan dari masyarakat umum
yang sebelumnya pernah menggunakan ondel-ondel dalam upacara
keagamaan yang menyebarkan bola salju. Dan metode analisis
geografis.
Pengantar Pengantar pada jurnal ini menjelaskan tentang selama perpindahan,
orang Betawi tetap mempertahankan budayanya, seperti membawa
seni yang dimiliki olehnya. Teater adalah salah satu dari banyak seni
etnis Betawi. Teater Betawi tradisional bersifat magis-religius dan lebih
berpusat pada kehidupan pertanian. Keanekaragaman etnik sosial
dalam teater Betawi membuatnya menarik. Meskipun ada komunitas
Betawi asli, pemukiman baru dari berbagai suku dan bangsa membuat
Betawi tempat bercampurnya budaya dan etnik. Teater Betawi terdiri
dari empat kategori: teater tutur, teater tanpa tutur, wayang, dan
teater peran. Teater tanpa tutur adalah teater yang dimainkan tanpa
berbicara dan hanya menggunakan gerak tubuh dengan musik dan
lagu. Teater tanpa tutur di Betawi
Metode Penelitian Dalam jurnal ini menggunakan metode campuran, atau metode
campuran, yang terdiri dari pendekatan kualitatif deskriptif dan analisis
geografis. Data yang menggambarkan dan menjelaskan perubahan
fungsi kesenian ondel-ondel Betawi dikumpulkan dan dianalisis melalui
pendekatan kualitatif deskriptif. Sementara itu, analisis geografis
digunakan untuk mempelajari pola penyebaran kesenian ondel-ondel di
wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Untuk pengambilan sampel,
penelitian ini juga menggunakan teknik snowball; pengambilan sampel
dilakukan secara berantai dengan meminta rekomendasi dari
responden yang sudah terlibat dalam penelitian sebelumnya.
Wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Triangulasi
digunakan untuk menguji data yang dikumpulkan.
Hasil Penelitian Dalam Jurnal ini, empat indikator terdiri dari Perubahan Makna
Kesenian Ondel-ondel Betawi: sejarah keberadaan Ondel-ondel Betawi,
fungsi dan makna Ondel-ondel Betawi, keberadaan, dan minat
masyarakat terhadap Ondel-ondel Betawi. Sejarah keberadaan Ondel-
ondel Betawi tidak diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa
ondel-ondel berasal dari nama barongsai Cina, yang berarti barungan,
ornament (hiasan), kemiripan pewarnaan, dan aksesoris yang
digunakan. Ondel-ondel juga dikaitkan dengan tradisi barungan, arak-
arakan nenek moyang keliling kampung boneka besar diiringi musik
(tabuh, tek yan).Sebelum kedatangan Islam di Jawa, jenis pertunjukan
ondel-ondel ini sudah ada. Orang Betawi pertama kali menyebutnya
"barongan", yang berasal dari kata "barong".
Kesimpulan Ketika kesenian ondel-ondel digunakan sebagai alat ritual untuk
berkomunikasi dengan roh nenek moyang, maknanya berubah. Pada
tahun 1966, ondel-ondel digunakan sebagai hiburan untuk
mempromosikan Jakarta sebagai kota wisata. Diubah menjadi boneka
besar dengan wajah yang lebih ramah dan pakaian yang lebih beragam,
boneka raksasa ini semakin menarik. Untuk menghilangkan kesan
menyeramkan dari ondel-ondel, gigi caling tidak lagi digunakan.
Sekarang, serta ondel-ondel diiringi dengan musik tabuhan ondel-ondel
yang berisi lagu-lagu Betawi. Pertunjukan mereka tidak menggunakan
sesajen atau mantra. Kini, gerakan ondel-ondel tidak lagi mengamuk;
mereka hanya menggerakan tubuh dengan cara.
Kelebihan Kelebihan dari penelitian ini adalah menggabungkan metode kualitatif
deskriptif dan analisis geografis untuk mempelajari perubahan fungsi
dan pola persebaran kesenian ondel-ondel Betawi. Penggabungan
metode ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang fenomena yang diteliti. Untuk pengambilan sampel, teknik
snowball juga dapat membantu mendapatkan data yang relevan dan
representatif. Selain itu, penelitian ini memberikan gambaran yang jelas
tentang perubahan yang terjadi dalam fungsi dan pola persebaran,
serta dampak yang ditimbulkannya terhadap identitas etnis Betawi.
Kekurangan Salah satu kekurangan dari penelitian ini mungkin termasuk
ketidakmampuan untuk menyajikan informasi yang lebih komprehensif
tentang penyebaran kesenian ondel-ondel di luar wilayah Kota
Administrasi Jakarta Pusat. Selain itu, mungkin juga karena penelitian
ini tidak dapat memperoleh data dari berbagai sumber yang
representatif secara geografis. Untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang perubahan fungsi kesenian ondel-ondel, juga
tidak ada gambaran tentang pendekatan kualitatif deskriptif yang lebih
substansial.

Anda mungkin juga menyukai