Debit Aliran Rencana
Debit Aliran Rencana
Metode Rasional dikembangkan dengan asumsi bahwa hujan yang terjadi mempunyai
intensitas seragam dan merata di seluruh DAS selama paling sedikit sama dengan waktu
konsentrasi (tc) DAS.
Jika asumsi ini terpenuhi, maka curah hujan dan aliran permukaan DAS tersebut dapat
digambarkan dalam grafik pada Gambar 2.15. Gambar 2-15 menunjukkan bahwa hujan
dengan intensitas seragam dan merata seluruh DAS dengan durasi sama dengan waktu
konsentrasi (tc).
Jika hujan yang terjadi waktunya kurang dari tc, maka debit puncak yang terjadi lebih kecil
dari Qp, karena seluruh DAS tidak dapat memberikan konstribusi aliran secara bersama
pada titik kontrol (outlet). Sebaliknya, jika hujan yang terjadi lebih lama dan tc, maka debit
puncak aliran permukaan akan tetap sama dengan Qp.
Gambar 2.15 Hubungan curah hujan dengan aliran permukaan untuk durasi hujan yang
berbeda
Koefisien aliran permukaan [C].
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan.
Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir.
Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan
kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Permukaan
kedap air, seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, akan menghasilkan aliran hampir
100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun kemiringannya.
Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah.
Laju infiltrasi berkurang pada hujan yang terus menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi
kejenuhan tanah sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C adalah air tanah,
derajad kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi.
Harga C untuk berbagai tipe tanah dan penggunaan lahan di sajikan dalam Tabel 2.1.
Harga C dalam Tabel 2.1 belum memberikan rincian masing-masing faktor yang
berpengaruh terhadap besarnya nilai C.
Oleh karena itu, Hassing (1995) menyajikan cara penentuan faktor C yang
mengintegrasikan nilai yang merepresentasikan beberapa faktor yang mempengaruhi
hubungan antara hujan dan aliran, yaitu topografi, permeabilitas tanah, penutup lahan, dan
tata guna tanah. Nilai koefisien C merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang dapat
dihitung berdasarkan Tabel 2.2.
Business
perkotaan 0,70 - 0,95
pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 - 0,50
multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
perkampungan 0.75 - 0,40
apartemen 0,50 - 0,70
Industri
ringan 0,50 - 0,80
berat 0,60 - 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0,70 - 0,95
batu bata, paving 0,50 - 0,70
Atap 0,75 - 0,95
Halaman, tanah berpasir
datar 2% 0,05 - 0,10
Rata-rata, 2 - 7% 0,10 - 0,15
curam, 7% 0,15 - 0,20
Halaman, tanah berat
datar 2% 0,13 - 0,17
rata-rata, 2 - 7% 0,18 - 0,22
curam, 7% 0,25 - 0,35
Halaman kereta api 0,10 - 0,35
Taman tempat bermain 0,20 - 0,35
Taman, pekuburan 0,10 - 0,25
Hutan
datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40
bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50
berbukit, 10 - 30% 0,30 - 0,60
Tabel 2.2. Koefisien aliran untuk metode Rasional (dari Hassing, 1995)
Koefisien aliran C = C1 + Cs + Cv
Topografi, C1, Tanah, Cs Vegetasi, Cv
Table 2.1 dan 2.2 menggambarkan nilai C untuk penggunaan lahan yang seragam, di mana
kondisi ini sangat jarang dijumpai untuk lahan yang relatif luas. Jika DAS terdiri dari
berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda,
maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
n
Ci .Ai
CDAS i 1 (2.2)
n
Ai
i 1
A = luas lahan dengan jenis penutup tanah
C, = koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah 1.
n = jumlah jenis penutup lahan.
Cara lain penggunaan rumus Rasional untuk DAS dengan tata guna lahan tidak homogen
adalah dengan substitusi persamaan (2.2) kedalam persamaan (2.1) sebagai berikut mi.
n
Qp = 0,002778 . I . C1. A1 (2.3)
i 1
Selain rumus Kirpich, ada beberapa rumus untuk menentukan waktu konsentrasi yang lain
yang telah dikembangkan, sebagaimana tercantum dalam "Tabel 2.3
Contoh 2.1
Suatu DAS seluas 450 ha dengan komposisi tata guna lahan seperti pada Tabel 2.4.
Masing-masing tataguna lahan terpencar di seluruh DAS. Hitung perkirakan debit puncak
yang terjadi jika intensitas hujan dengan kala ulang 25-tahunan sebesar 90 mm/jam.
Penyelesaian:
1). Dengan menggunakan rumus CDAS (pers. 2-53).
140 x 0,20 + 128 x 0,15 + 90 x 0,35 + 42 x 0,90 + 40 x 0,80
C DAS 0,35
140 + 128 + 90 + 42 + 50
Sehingga, debit yang terjadi
Qp = 0,002778 C I A
Qp = 0,002778 x 0,35 x 90 x 450 = 36,13 m3/dt.
Dengan menggunakan persamaan (2.3), akan diperoleh hasil yang sama, yaitu:
Tabel 2.29 Perhitungan debit puncak dengan persamaan (2.54)
Contoh 2.10
Suatu DAS terdiri-dari beberapa Sub-DAS dengan karakteristik seperti tertera pada
Gambar 2.17. Lengkung intensitas hujan dengan kala ulang 25-tahunan mengikuti
15.538
persamaan I 25 . Hitung debit yang terjadi pada masing-masing segmen
t 46,69
saluran.
Gambar 2.17 Sketsa tata letak inlet dan karakteristik sub-area untuk contoh 2-10
Penyelesaian:
Karena waktu konsentrasi pada inlet 1 kurang dari 15 menit, maka durasi 15 menit akan
dipakai untuk memperkirakan intensitas hujan dari persamaan yang ada pada Gambar 2.11.
Pada hujan kala ulang 25-tahunan dengan durasi 15 menit, maka intensitas hujannya
15.538
I 25 = 251,87 mm/jam.
15 46,69
Sehingga, debit puncak di inlet 1: Qa1 = 0,002778 x 0,25 x 251,87 x 40 = 7,00 m3/detik.
Aliran dari inlet 1 mengalir melalui pipa sepanjang 200 meter dengan waktu perjalanan
(travel time) 2 menit. Debit puncak ke inlet dari sub-area 2 dapat juga dihitung dengan
rumus Rasional:
15.538
I 25 256,02 mm/jam.
14 46,69
Qp1 = 0,002778 x 0,45 x 256,02 x 60 = 19,20 m3/detik.
Namun demikian, pipa antara inlet 2 dan 3 tidak perlu didesain untuk mampu menampung
jumlah debit dari inlet 1 dan 2 (7,00 + 19,20 = 26,20 m3/detik). Sub-area 1 dan 2
mempunyai waktu konsentrasi yang berbeda dan debit dari inlet 1 harus menempuh
perjalanan selama 2 menit untuk mencapai inlet 2. Dengan demikian, pipa antara inlet 2
dan 3 tidak harus menampung keduanya sekaligus. Namun, harus dilakukan perhitungan
ulang dengan menggunakan koefisien aliran gabungan dan intensitas hujan berdasarkan
waktu konsentrasi terpanjang. Koefisien aliran gabungan sub-area 1 dan 2 adalah:
0,25 x 40 + 0,45 x 60
C1 2 0,37
40 60
Waktu konsentrasi terpanjang yang berlaku untuk kedua sub-area merupakan penjumlahan
waktu konsentrasi sub-area 1 dan waktu perjalanan dalam pipa antara inlet 1 dan 2, yaitu
15 + 2 = 17 menit. Intensitas hujan yang sesuai dengan t = 17 menit adalah
15.538
I 25 243,96 mm/jam dan menghasilkan debit puncak sebesar:
17 46,69
Gambar 2.18 Diagram hasil perhitungan debit dengan metode rasional untuk DAS yang
terdiri dari beberapa sub-area.
Metode kemiringan berbeda dianggap sebagai metode yang paling teliti di antara ketiga
metoda. Metode ini merupakan penggabungan dari kedua metode terdahulu. Kesulitan
yang dihadapi pada metode ini adalah dalam menentukan aliran dasar antara titik A dan C
(Gambar 2.19c). Tidak ada pedoman khusus yang dapat digunakan untuk menentukan
metode mana yang harus dipakai karena dipandang dari sudut ketelitian yang diperoleh
dibandingkan dengan debit puncak pengaruhnya sangat kecil. Oleh karena itu, metode
mana pun dapat dipakai.
Hidrograf satuan merupakan model sederhana yang menyatakan respon DAS terhadap
hujan. Tujuan dari hidrograf satuar adalah untuk memperkirakan hubungan antara hujan
efektif dan aliran permukaan. Konsep hidrograf satuan pertama kali dikemukakan oleh
Sherman pada tahun 1932. Dia menyatakan bahwa suatu sistem DAS mempunyai sifat
khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu masukan tertentu yang berdasarkan
pada tiga prinsip:
1). Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu, intensitas
hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama,
akan menghasilkan limpasan dengan durasi sama, meskipun jumlah-nya berbeda. Ini
merupakan aturan empiris yang mendekati kebenaran dan digambarkan pada Gambar
2.20a.
2). Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu, intensitas
hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan hidrograf limpasan,
di mana ordinatnya pada sembarang waktu memiliki proporsi yang sama dengan proporsi
intensitas hujan efektifnya. Dengan kata lain, ordinat hidrograf satuan sebanding dengan
volume hujan efektif yang menimbulkannya. Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali
lipat dalam suatu waktu tertentu akan menghasilkan suatu hidrograf dengan ordinat sebesar
n kali lipat (Gambar 2.20b).
3). Prinsip superposisi dipakai pada hidrograf yang dihasilkan oleh hujan efektif
berintensitas seragam yang memiliki periode-periode yang berdekatan dan/atau tersendiri.
Jadi, hidrograf yang merepresentasi-kan kombinasi beberapa kejadian aliran pennukaan
adalah jumlah dari ordinat hidrograf tunggal yang memberi kontribusi (Gambar 2.20c).
Hidrograf
Limpas
satuan
an
U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8
1 P1 PlU1 Q1
2 P2 P2-U1 P1 U2 Q2
3 P2U2 PiU3 Q3
4 P2U3 P1U4 Q4
5 P2U4 P1 U5 Q5
6 P2U5 P1 U6 Q6
7 P2U6 P1 U7 Q7
8 P2U7 P1 U8 Q8
9 P2U8 Q9
Bentuk umum rumus konvolusi untuk jumlah hyetograf hujan efektif N dan jumlah pulsa
debit M dapat dinyatakan secara tabelaris seperti pada Tabel 2.31 berikut
Tabel 2.31 Bentuk umum persamaan konvolusi hidrograf satuan (n = 1,2N; N = jumlah
pulsa debit, in = 1,2,3,..., m; (m = jumlah hyetograf hujan efektif)
Q Persamaan
Q1 =P1U1
Q2 = P2U1 + P1U2
Q3 = P3UI +P2U2 .+ P1U3
Q2 P2 U1
U2
P1
Q3 P3 U1 P2 U 2
U3
P1
Q M PM U1 PM 1U 2 ...... P2 U M -1 dan seterusnya.
UM
P1
Contoh 2.11
Turunkan hidrograf satuan dengan periode satu jam dari data rekaman hujan efektif dan
limpasan seperti tertera dalam Tabel 2.32.
Dari Tabel 2.32 terlihat bahwa hyetograf hujan efektif (HHE) dan hidrograf limpasan
permukaan (HLP) mempunyai M = 3 dan N = 11 pulsa. Sehingga, jumlah pulsa dalam
hidrograf satuan N-M+1 = 11-3+1 = 9. Dengan mensubstitusikan ordinat HHE dan HLP
ke dalam persamaan dalam Tabel 2.31, akan diperoleh 11 persamaan secara simultan.
Persamaan-persamaan ini dapat diselesaikan dengan eliminasi Gauss untuk mendapatkan
ordinat hidrograf satuan. Persamaan-persamaan tersebut dapat diselesaikan satu per satu
dari atas ke bawah, sebagai berikut:
Q 12
U1 1 4,44
P1 2,7
m3/detik.cm.
Q P2 U1 54 5x 4,44
U2 2 11,78
P1 2,7 m3/detik.cm.
Tabel 2.32 Hyetograf hujan efektif dan hidrograf limpasan permukaan untuk Contoh 2-11
Contoh 1-12.
Hitung hidrograf limpasan permukaan untuk hujan lebat dengan hujan efektif sebesar 100
mm dengan distribusi jam-jaman, yaitu 30 mm, 50 mm, dan 20 mm berturut-turut untuk
jam pertama, kedua, dan ketiga. Gunakan hidrograf satuan pada Contoh 2.11. Chek bahwa
total kedalaman limpasan permukaan sama dengan total hujan efektif bila luas DAS adalah
34,88 km2.
Penyelesaian:
Penyelesaian dilakukan dengan menggunakan proses konvolusi secara tabelaris sebagai
berikut:
Gambar 2.22 Hidrograf limpasan permukaan dengan hujan efektif jam-jaman berturut-
turut 30 mm, 50 mm, dan 20 mm (Contoh 2.12)
HSS Snyder
Berdasarkan data-data DAS di Amerika Serikat, yang berukuran 30 sampai 30.000 km 2,
Snyder (1938) menemukan tiga parameter hidrograf: lebar dasar hidrograf, debit puncak,
dan kelambatan DAS (basin lag) yang cukup
Gambar 2.23 HSS Snyder, HSS standard tr = 5,5 t,. (kiri), hidrograf satuan yang diperlukan
tpR = 5,5 tR.
Snyder beranggapan bahwa karakteristik DAS yang mempunyai pengaruh kuat terhadap
hidrograf satuan sintetik adalah luas DAS, bentuk DAS, topografi, kemiringan saluran,
kerapatan sungai, dan daya tampung saluran. Selanjutnya, dia mendefinisikan standar
hidrograf satuan sebagai kaitan antara durasi hujan t r dengan keterlambatan DAS tp dalam
bentuk
t p 5,5 t r
(2.59)
Dengan menggunakan hidrograf satuan standar didapatkan:
1) Keterlambatan DAS (basin lag)
t p Cl . C t . (L . Lc )0,3
(2.60)
di mana
tp = keterlambatan DAS (jam),
L = panjang sungai utama dari outlet ke batas hulu (km),
Lc = jarak antara outlet ke titik pada sungai yang terdekat dengan titik pusat (centriod)
DAS,
C1 = 0,75 (C1 = 1 untuk system Inggris)
Ct = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki data pada daerah yang sama.
2) Debit puncak per satuan luas dari hidrograf satuan standar adalah
C2 . Cp
qp
tp
(2.61)
C2 = 2,75 (640 untuk sistem Inggris),
Cp = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki data pada daerah yang sama
Harga L dan Lc diukur dari peta DAS untuk menghitung Ct dan Cp pada DAS yang terukur.
Berdasar hidrograf satuan yang diturunkan, dapat diperoleh harga durasi efektif t pR dalam
jam, kelambatan DAS tpR dalam jam, dan debit puncak per satuan luas p pR dalam
m3/dt.km2.cm. Jika tpR = 5,5 tR, maka
tr = t R
tp = tpR dan qp = qpR
Ct dan C dihitung dari persamaan (2.60) dan (2.61). Jika tpR jauh dari 5,5 tR, maka
kelambatan DAS standar adalah:
t t
t p t pR r R
4 (2.62)
dan persamaan (2.58) dan (2.61) diselesaikan secara simultan untuk t, dan t p. Nilai Ct, dan
Cp, kemudian dihitung dari persamaan (2.59) dan (2.60) dengan qpR = qp, dan tpR = tp.
Jika DAS tidak terukur mempunyai kemiripan dengan DAS terukur, maka koefisien C t,
dan Cp DAS terukur dapat dipakai pada persamaan tersebut di atas untuk DAS tak terukur.
3) Hubungan antara qp dan debit puncak per satuan luas qpR hidrograf yang diperlukan
adalah:
qp . tp
q pR
t pR
(2.63)
4. Waktu dasar tb hidrograf satuan (dalam jam) dapat ditentukan berdasarkan kenyataan
bahwa luas di bawah hidrograf satuan adalah ekivalen dengan limpasan langsung 1 cm.
Kita asumsikan hidrograf satuan berbentuk segitiga, waktu dasar dapat diperkirakan dari
C
tb 3
q pR
(2.64)
di mana C3 = 5,56 (1290 untuk sistem Inggris).
Lebar hidrograf satuan (dalam jam) pada debit sama dengan persentase tertentu dari debit
puncak qpR adalah:
W C w . q pR1,08
(2.65)
di mana Cw = 1,22 (440 untuk sistem satuan Inggris) untuk 75% lebar dan 2,14 (770 sistem
Inggris) untuk 50% lebar. Biasanya sepertiga dari lebar ini terdistribusi sebelum waktu
puncak hidrograf satuan dan dua pertiga setelah puncak.
Contoh 2.13
Dari peta suatu DAS dapat diperoleh data-data panjang sungai utama L = 50 km, jarak
antara outlet ke titik di saluran terdekat centroid L = 25 km, luas DAS 2.000 km2. Dari
hidrograf satuan yang diturunkan untuk DAS tersebut, diperoleh tR = 7,5 jam, tpR = 24 jam,
dan debit puncak 80 m3/dt.cm. Tentukan koefisien Ct dan Cp untuk hidrograf satuan DAS
tersebut!
Penyelesaian:
Dari data diperoleh 5,5 tR = 5,5 x 7,5 = 41,25 jam yang sangat jauh dari tpR (24 jam).
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui ke dalam persamaan (2.62), dapat
diperoleh
t t
t p t pR r R
4
t - 12
t p 24 r
4
dan dikombinasi dengan persamaan (2.59)
tp = 5,5 tr
dapat diperoleh nilai tr dan tb sebagai berikut:
t - 12
5,5t r 24 r
4
(5,5 x 4) tr = 24 x 4 + tr — 12
(22— 1) tr = 96 — 12
tr = 4 jam.
tp = 22 jam.
Gunakan persamaan (2.60) untuk menghitung Ct
t p Cl . C t . (L . Lc )0,3
22 = 0,75 . Ct . (50 x 25 )0,3
Ct = 3,45.
Debit puncak per satuan luas adalah:
80
q pR 0,04 m3/dt.cm
2000
Koefisien Cp dapat dihitung dari persamaan (2.61) dengan qp = qpR dan tp = tpR sebagai
berikut:
C2 . Cp
q pR
t pR
2,75 . C p
0,04
24
Cp =0,35.
Contoh 2.14
Suatu DAS mempunyai luas 500 km2, L = 15 km, dan L = 10 km. Hitung hidrograf satuan
5-jaman, jika DAS tersebut merupakan Sub-DAS dari Contoh 2.13.
Penyelesaian:
Karena Sub-DAS ini merupakan bagian dari DAS pada Contoh 2.13, maka harga-harga C
t = 3,45 dan Cp = 0,35 yang diperoleh dari Contoh 2.13 dapat dipakai untuk Sub-DAS ini,
Gambar 2.24 //SS dihitung dengan metoda Snyder untuk Contoh 2.14
Contoh 2.15
Buat HSS-SCS 10-menitan untuk DAS seluas 5 km2 dan waktu konsentrasi 1,5 jam.
Penyelesaian:
Durasi hujan tr = 10 menit = 0,166 jam.
Lag time tp = 0,6 Tc = 0,6 x 1,5 = 0,9 jam.
Waktu naik Tp = 1/2 tr + tp = 1/2 x 0,166 + 0,90 = 0,983 jam.
Dari persamaan (2.66), maka
CA 2,08 . 5
qp 2,08 10,58
Tp 0,93
m3/dt.cm.
Hidrograf tak berdimensi pada Gambar 2.25 dapat dikonversi ke dalam dimensi yang
diperlukan dengan mengalikan nilai pada sumbu horisontal dengan T p dan sumbu vertikal
dengan qp.
Hidrograf satuan segitiga dapat digambar dengan
tb = 2,67 Tp = 2,27 x 0,986 = 2,238 jam.
Kedalaman aliran permukaan dichek dan harus sama dengan 1 cm.
Gambar 2.25 HSS-SCS (a) hidrograf tak berdimensi, (b) hidrograf segitiga (Sumber, SCS,
1972)