Anda di halaman 1dari 24

DEBIT ALIRAN RENCANA

2.1 Metode Rasional


Untuk perkiraan laju aliran permukaan puncak yang terjadi, yang umum dipakai adalah
metode Rasional USSCS (1973). Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya,
namun penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari
300 ha (Goldman et.al.,1986). Karena model ini merupakan model kotak hitam, maka tidak
dapat menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk hidrograf.
Persamaan matematik metode Rasional adalah :
Qp = 0,002778 . C .I . A (2.1)

Qp = laju aliran permukaan (debit) puncak dalam m 3/detik,


C = koefisien aliran permukaan (0 < C < 1),
I = intensitas hujan dalam mm/jam, dan
A = luas DAS dalam hektar.

Metode Rasional dikembangkan dengan asumsi bahwa hujan yang terjadi mempunyai
intensitas seragam dan merata di seluruh DAS selama paling sedikit sama dengan waktu
konsentrasi (tc) DAS.
Jika asumsi ini terpenuhi, maka curah hujan dan aliran permukaan DAS tersebut dapat
digambarkan dalam grafik pada Gambar 2.15. Gambar 2-15 menunjukkan bahwa hujan
dengan intensitas seragam dan merata seluruh DAS dengan durasi sama dengan waktu
konsentrasi (tc).
Jika hujan yang terjadi waktunya kurang dari tc, maka debit puncak yang terjadi lebih kecil
dari Qp, karena seluruh DAS tidak dapat memberikan konstribusi aliran secara bersama
pada titik kontrol (outlet). Sebaliknya, jika hujan yang terjadi lebih lama dan tc, maka debit
puncak aliran permukaan akan tetap sama dengan Qp.

Gambar 2.15 Hubungan curah hujan dengan aliran permukaan untuk durasi hujan yang
berbeda
Koefisien aliran permukaan [C].
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan.
Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir.
Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan
kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Permukaan
kedap air, seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, akan menghasilkan aliran hampir
100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun kemiringannya.
Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah.
Laju infiltrasi berkurang pada hujan yang terus menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi
kejenuhan tanah sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C adalah air tanah,
derajad kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi.
Harga C untuk berbagai tipe tanah dan penggunaan lahan di sajikan dalam Tabel 2.1.
Harga C dalam Tabel 2.1 belum memberikan rincian masing-masing faktor yang
berpengaruh terhadap besarnya nilai C.
Oleh karena itu, Hassing (1995) menyajikan cara penentuan faktor C yang
mengintegrasikan nilai yang merepresentasikan beberapa faktor yang mempengaruhi
hubungan antara hujan dan aliran, yaitu topografi, permeabilitas tanah, penutup lahan, dan
tata guna tanah. Nilai koefisien C merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang dapat
dihitung berdasarkan Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Koefisien limpasan untuk metode Resional

Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran, C

Business
perkotaan 0,70 - 0,95
pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 - 0,50
multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
perkampungan 0.75 - 0,40
apartemen 0,50 - 0,70
Industri
ringan 0,50 - 0,80
berat 0,60 - 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0,70 - 0,95
batu bata, paving 0,50 - 0,70
Atap 0,75 - 0,95
Halaman, tanah berpasir
datar 2% 0,05 - 0,10
Rata-rata, 2 - 7% 0,10 - 0,15
curam, 7% 0,15 - 0,20
Halaman, tanah berat
datar 2% 0,13 - 0,17
rata-rata, 2 - 7% 0,18 - 0,22
curam, 7% 0,25 - 0,35
Halaman kereta api 0,10 - 0,35
Taman tempat bermain 0,20 - 0,35
Taman, pekuburan 0,10 - 0,25
Hutan
datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40
bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50
berbukit, 10 - 30% 0,30 - 0,60

Sumber : Mc.Guen, 1989

Tabel 2.2. Koefisien aliran untuk metode Rasional (dari Hassing, 1995)
Koefisien aliran C = C1 + Cs + Cv
Topografi, C1, Tanah, Cs Vegetasi, Cv

Datar (<1%) 0,03 Pasir dan gravel 0,04 Hutan 0,04


Bergelombang (1-10%) 0,08 Lempung berpasir 0,08 Pertanian 0,11
Perbukitan (10-20%) 0,16 Lempung dan lanau 0,16 Padang rumput 0,21
Pegunungan (>20%) 0,26 Lapisan batu 0,26 Tanpa tanaman 0,28

Table 2.1 dan 2.2 menggambarkan nilai C untuk penggunaan lahan yang seragam, di mana
kondisi ini sangat jarang dijumpai untuk lahan yang relatif luas. Jika DAS terdiri dari
berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda,
maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
n
 Ci .Ai
CDAS  i 1 (2.2)
n
 Ai
i 1
A = luas lahan dengan jenis penutup tanah
C, = koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah 1.
n = jumlah jenis penutup lahan.

Cara lain penggunaan rumus Rasional untuk DAS dengan tata guna lahan tidak homogen
adalah dengan substitusi persamaan (2.2) kedalam persamaan (2.1) sebagai berikut mi.
n
Qp = 0,002778 . I .  C1. A1 (2.3)
i 1

Waktu konsentrasi (to).


Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh
untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah
tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa
jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara serentak
telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Salah satu metode untuk
memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich (1940),
yaitu :
 0,87 . L2 
tc =   (2.4)
 1000 . S 
di mana t adalah waktu konsentrasi dalam jam, L panjang saluran utama dari hulu sampai
penguras dalam km, dan S kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakannya menjadi dua komponen,
yaitu
(1) waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan sampai saluran
terdekat t. dan
(2) waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran td, sehingga
t c = t0. td
(2.5)
2 n 
t 0 =  . 3,28 . L. menit (2.6)
3 S 
Ls
td = (2.7)
60. V
n = koeffisien kekasaran Manning
S = kemiringan lahan,
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik).

Selain rumus Kirpich, ada beberapa rumus untuk menentukan waktu konsentrasi yang lain
yang telah dikembangkan, sebagaimana tercantum dalam "Tabel 2.3

Tabel 2.3 Rumus-rumus waktu konsentrasi

Metode Persamaan Keterangan


California (1942) 0,385 Secara prinsip sama dengan
 L3 

t c = 60 . 11,9 metode Kirpich, dikembangkan
 H
  untuk DAS berbukit di
L = saluran air terpanjang, mil California (USBR, 1973)
H = perbedaan elevasi antara batas
DAS dan penguras

Federal Aviation Admi- Dikembangkan di laboratory-


41,025 . (0,0007 . i  c) . L0,33
nistration (FAA, 1970) tc  um oleh Bureau of Public
S0,333. I0,667 Roads, USA. Nilai c berkisar
i = intensitas hujan, in/jam antara 0,007 untuk permukaan
c = koefisien retardasi sangat halus, sampai 0,012
L = panjang lintasan aliran, ft untuk permukaan beton, dan
S = kemiringan lintasan aliran 0,06 untuk turf. Penyelesaian
memerlukan iterasi, hasil kali i
dan L < 500.

Kinematic wave Persamaan limpasan permuka


0,94 . L0,6. n 0,6
formulas (1965) tc  an dikembangkan dari analisis
I0,4 . S0,3 gelombang kinematik. Metode
L = panjang lintasan aliran, ft ini memerlukan iterasi
n = koefisien kekasaran Manning mengingat i dan tc belum
i = intensitas hujan, in/jam diketahui.
S = kemiringan lintasan aliran Grafik intensiti-duration-frequ
ency memberikan solusi
langsung untuk tc

SCD average velocity 1 L Menggunakan limpasan


charts (1975, 1986)
tc 
60
 V permukaan
L = panjang lintasan aliran ft.
V = kecepatan rata-rata (ft/dt)
SCS lag equation 0,7 Dikembangkan oleh SCS untuk
 100  
(1973) 100 . L0,8.
 CN  9
 daerah pertanian.
tc    
1900 . S0,5
L = panjang lintasan aliran, ft
n = koefisien kekasaran Manning
i = intensitas hujan, in/jam
S = kemiringan lintasan aliran

Sumber : Chow, Maidment, and Mays, 1988

Intensitas hujan (I).


Intensitas hujan untuk tc tertentu dapat dihitung dengan rumus Mononobe (pers. 2.8) atau
dari lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi Hujan (Gambar 2.11).
2/3
R 24  24 
I  
24  t  (2.8)

Contoh 2.1
Suatu DAS seluas 450 ha dengan komposisi tata guna lahan seperti pada Tabel 2.4.
Masing-masing tataguna lahan terpencar di seluruh DAS. Hitung perkirakan debit puncak
yang terjadi jika intensitas hujan dengan kala ulang 25-tahunan sebesar 90 mm/jam.

Tabel 2.4 Data tata guna lahan untuk Contoh 2.11

No. Jenis tata guna lahan Ai (ha) Ci


1 Lahan terbuka (taman) 140 0.20
2 Hutan 128 0.15
3 Perumahan 90 0.35
4 Industri berat 42 0.90
5 Jalan aspal 50 0.80
Jumlah 450

Penyelesaian:
1). Dengan menggunakan rumus CDAS (pers. 2-53).
140 x 0,20 + 128 x 0,15 + 90 x 0,35 + 42 x 0,90 + 40 x 0,80
C DAS   0,35
140 + 128 + 90 + 42 + 50
Sehingga, debit yang terjadi
Qp = 0,002778 C I A
Qp = 0,002778 x 0,35 x 90 x 450 = 36,13 m3/dt.
Dengan menggunakan persamaan (2.3), akan diperoleh hasil yang sama, yaitu:
Tabel 2.29 Perhitungan debit puncak dengan persamaan (2.54)

No. Jenis tata guna lahan A; (ha) Ci Ci . Ai


1 Lahan terbuka (taman) 140 0.20 28.00
2 Hutan 128 0.15 19.20
3 Perumahan 90 0.35 31.50
4 Indugtri berat 42 0.90 37.80
5 Jalan aspal 50 0.80 40.00
Jumlah 450 156.50
n
Qp = 0,002778 . I .  C1. A1
i 1
Qp = 0,002778 x 90 x 156,5 = 36,13 m3/dt.

DAS dengan beberapa Sub-DAS.


Metode Rasional juga dapat dipergunakan untuk DAS yang tidak seragam (homogen), di
mana DAS dapat dibagi-bagi menjadi beberapa Sub-DAS yang seragam, atau pada DAS
dengan sistem saluran yang bercabang-cabang. Metode Rasional digunakan untuk
menghitung debit dari masing-masing Sub-DAS.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan dua aturan berikut:
1). Metode Rasional dipergunakan untuk menghitung debit puncak pada tiap-tiap daerah
masukan (inlet area) pada ujung hulu Sub-DAS.
2). Pada lokasi di mana drainase berasal dari dua atau lebih daerah masukan, maka waktu
konsentrasi terpanjang yang dipakai untuk intensitas hujan rencana, koefisien dipakai
CDAS , dan total area drainase dari daerah masukan.
Perhatikan, persamaan (2.1) tidak untuk menghitung debit dari tiap daerah masukan
kemudian dijumlahkan. Hal ini akan mengabaikan perbedaan waktu debit puncak yang
terjadi pada masing-masing sub-area. Sebagai gambaran, langkah-langkah prosedur
perhitungan diberikan pada contoh 2.12 berikut.

Contoh 2.10
Suatu DAS terdiri-dari beberapa Sub-DAS dengan karakteristik seperti tertera pada
Gambar 2.17. Lengkung intensitas hujan dengan kala ulang 25-tahunan mengikuti
15.538
persamaan I 25  . Hitung debit yang terjadi pada masing-masing segmen
t  46,69
saluran.
Gambar 2.17 Sketsa tata letak inlet dan karakteristik sub-area untuk contoh 2-10

Penyelesaian:
Karena waktu konsentrasi pada inlet 1 kurang dari 15 menit, maka durasi 15 menit akan
dipakai untuk memperkirakan intensitas hujan dari persamaan yang ada pada Gambar 2.11.
Pada hujan kala ulang 25-tahunan dengan durasi 15 menit, maka intensitas hujannya
15.538
I 25  = 251,87 mm/jam.
15  46,69
Sehingga, debit puncak di inlet 1: Qa1 = 0,002778 x 0,25 x 251,87 x 40 = 7,00 m3/detik.
Aliran dari inlet 1 mengalir melalui pipa sepanjang 200 meter dengan waktu perjalanan
(travel time) 2 menit. Debit puncak ke inlet dari sub-area 2 dapat juga dihitung dengan
rumus Rasional:
15.538
I 25   256,02 mm/jam.
14  46,69
Qp1 = 0,002778 x 0,45 x 256,02 x 60 = 19,20 m3/detik.
Namun demikian, pipa antara inlet 2 dan 3 tidak perlu didesain untuk mampu menampung
jumlah debit dari inlet 1 dan 2 (7,00 + 19,20 = 26,20 m3/detik). Sub-area 1 dan 2
mempunyai waktu konsentrasi yang berbeda dan debit dari inlet 1 harus menempuh
perjalanan selama 2 menit untuk mencapai inlet 2. Dengan demikian, pipa antara inlet 2
dan 3 tidak harus menampung keduanya sekaligus. Namun, harus dilakukan perhitungan
ulang dengan menggunakan koefisien aliran gabungan dan intensitas hujan berdasarkan
waktu konsentrasi terpanjang. Koefisien aliran gabungan sub-area 1 dan 2 adalah:
0,25 x 40 + 0,45 x 60
C1 2   0,37
40  60
Waktu konsentrasi terpanjang yang berlaku untuk kedua sub-area merupakan penjumlahan
waktu konsentrasi sub-area 1 dan waktu perjalanan dalam pipa antara inlet 1 dan 2, yaitu
15 + 2 = 17 menit. Intensitas hujan yang sesuai dengan t = 17 menit adalah
15.538
I 25   243,96 mm/jam dan menghasilkan debit puncak sebesar:
17  46,69

Qp1 = 0,002778 x 0,37 x 243,96 x 100 = 25,048 m3/detik.


Debit Qp1,, dipakai untuk mendesain pipa 1 antara inlet 2 dan 3.
Debit dari sub-area 3 adalah sebesar:
Qp3 = 0,002778 x 0,50 x 264,75 x 75 = 27,58 m3/detik.
Namun demikian, beban pipa yang digunakan untuk men-drain ke-3 sub-area harus
dihitung sebagai berikut:
0,25 x 40 + 0,45 x 60 + 0,50x 75
Cgabungan   0,426
40 + 60 + 75
Waktu konsentrasi terpanjang, tc = 15+2+3 = 20 menit, sehingga intensitas hujan menjadi
15.538
I 25   232,99 mm/jam.
20  46,69
Debit untuk seluruh area menjadi:
Qp3. = 0,002778 x 0,426 x 232,99 x 175 = 48,22 m3/detik.
Jumlah debit dari ke-3 sub-area jauh lebih besar dari debit gabungan (7,00+19,20+27,58 =
53,78 m3/detik versus 48,22 m3/detik).
Cara perhitungan dengan pendekatan Cgabungan dan intensitas hujan berdasarkan waktu
konsentrasi terpanjang merupakan cara yang realistis. Hasilnya dipercaya mempunyai
tingkat perlindungan terhadap bahaya banjir yang sama di setiap titik.
Hasil perhitungan di atas dapat diringkas secara skematis seperti ditunjukkan pada Gambar
2.18.

Gambar 2.18 Diagram hasil perhitungan debit dengan metode rasional untuk DAS yang
terdiri dari beberapa sub-area.

2.4.2.2 Metode Hidrograf


Hidrograf dapat didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu unsur aliran terhadap
waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada dua macam hidrograf, yaitu hidrograf
muka-air dan hidrograf debit. Hidrograf muka-air tidak lain adalah data atau grafik hasil
rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder). Sedangkan hidrograf debit, yang
dalam pengertian sehari-hari disebut hidrograf, diperoleh dari hidrograf muka-air dan
lengkung debit. Dalam pembicaraan selanjutnya, yang dimaksud hidrograf adalah
hidrograf debit.
Hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan, yang berasal dari aliran
langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari air tanah yang
pada umumnya tidak memberikan respon yang cepat terhadap hujan. Hujan juga dapat
dianggap terbagi dalam dua komponen, yaitu hujan efektif, dan kehilangan (losses). Hujan
efektif adalah bagian hujan yang menyebabkan terjadinya aliran permukaan. Kehilangan
hujan merupakan bagian hujan yang menguap, masuk kedalam tanah kelembaban tanah,
dan simpanan eir tanah.
Hidrograf aliran langsung dapat diperoleh dengan memisahkan hidrograf dari aliran
dasarnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, di antaranya adalah metode garis lurus
(straight line method), metode panjang dasar tetap (fixed base method), dan metode
kemiringan berbeda (variable slope method).
Metode garis lurus merupakan metode yang paling sederhana. Garis lurus ditarik dari titik
terendah sisi resesi hidrograf sebelumnya (A), sampai titik di sisi resesi hidrograf yang
ditinjau (B). Titik 3 didapat dari penggambaran sisi resesi. tersebut dalam kertas berskala
semi logaritmis. Titik B merupakan titik penyimpangan terendah garis tersebut terhadap
garis lurus yang dianggap mewakili saat terjadinya aliran dasar (Gambar 2.19a).
Metode panjang dasar tetap hampir sama dengan metode sebelumnya. Dalam metode ini
diperhatikan adanya perbedaan kecepatan respon antara air permukaan dan air bawah
permukaan. Oleh sebab itu, pada saat air permukaan naik, aliran dasar turun terus sampai
dianggap mencapai titik terendah di bawah titik puncak aliran permukaan (Gambar 2.19b).
Selanjutnya, titik B diperoleh dari persamaan (Linsley, 1988):
T  A0,2
di mana
T = waktu dalam hari,
A= luas DAS dalam mil persegi.
Gambar 2.19 Berbagai metode pemisahan aliran langsung

Metode kemiringan berbeda dianggap sebagai metode yang paling teliti di antara ketiga
metoda. Metode ini merupakan penggabungan dari kedua metode terdahulu. Kesulitan
yang dihadapi pada metode ini adalah dalam menentukan aliran dasar antara titik A dan C
(Gambar 2.19c). Tidak ada pedoman khusus yang dapat digunakan untuk menentukan
metode mana yang harus dipakai karena dipandang dari sudut ketelitian yang diperoleh
dibandingkan dengan debit puncak pengaruhnya sangat kecil. Oleh karena itu, metode
mana pun dapat dipakai.

2.4.2.3 Hidrograf Satuan


Hidrograp. satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif
yang terjadi merata di seluruh DAS dan dengan intensitas map selama satu satuan waktu
yang ditetapkan, yang disebut hujan satuan. I lujan satuan adalah curah hujan yang
lamanya sedemikian rupa sehinggit lanianya limpasan permukaan tidak rremjadi pendek,
nieskipun curah hujan itu menjadi pendek. Jadi hujan satuan yang dipilih adalah yang
larnanya sauna atau lebih pendek dari periode naik hidrograf
(waktu dari titik permulaan aliran permukaan sampai puncak). Periode limpasan dari hujan
satuan semuanya adalah kira-kira sama dan tidak ada sangkut pautnya dengan intensitas
hujan.
Gambar 2.20 Prinsip-prinsip hidrograf satuan

Hidrograf satuan merupakan model sederhana yang menyatakan respon DAS terhadap
hujan. Tujuan dari hidrograf satuar adalah untuk memperkirakan hubungan antara hujan
efektif dan aliran permukaan. Konsep hidrograf satuan pertama kali dikemukakan oleh
Sherman pada tahun 1932. Dia menyatakan bahwa suatu sistem DAS mempunyai sifat
khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu masukan tertentu yang berdasarkan
pada tiga prinsip:
1). Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu, intensitas
hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama,
akan menghasilkan limpasan dengan durasi sama, meskipun jumlah-nya berbeda. Ini
merupakan aturan empiris yang mendekati kebenaran dan digambarkan pada Gambar
2.20a.
2). Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu, intensitas
hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan hidrograf limpasan,
di mana ordinatnya pada sembarang waktu memiliki proporsi yang sama dengan proporsi
intensitas hujan efektifnya. Dengan kata lain, ordinat hidrograf satuan sebanding dengan
volume hujan efektif yang menimbulkannya. Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali
lipat dalam suatu waktu tertentu akan menghasilkan suatu hidrograf dengan ordinat sebesar
n kali lipat (Gambar 2.20b).
3). Prinsip superposisi dipakai pada hidrograf yang dihasilkan oleh hujan efektif
berintensitas seragam yang memiliki periode-periode yang berdekatan dan/atau tersendiri.
Jadi, hidrograf yang merepresentasi-kan kombinasi beberapa kejadian aliran pennukaan
adalah jumlah dari ordinat hidrograf tunggal yang memberi kontribusi (Gambar 2.20c).

Gambar 2.21 Pemakaian proses konvolusi pada hidrograf satuan


Ketiga asumsi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa tanggapan DAS terhadap hujan
adalah linier, walaupun sebenarnya kurang tepat. Namun demikian, penggunaan hidrograf
satuan telah banyak mem-P berikan hasil yang memuaskan untuk berbagai kondisi.
Sehingga, teori hidrograf satuan banyak dipakai dalam menentukan debit atau banjir
rencana.
Begitu hidrograf satuan untuk suatu DAS sudah diturunkan, hidrograf satuan tersebut
dapat dipakai untuk memperkirakan limpasan permukaan untuk sembarang hujan lebat
melalui proses konvolusi (convolution). Gambar 2.21 memperlihatkan definisi hidrograf
satuan dan konvo-lusinya. Proses konvolusi dapat ditabulasikan dalam bentuk matriks
seperti pada Tabel 2.30.

Tabel 2.30 Tabulasi dan metode tnatriks untuk konvolusi

Hidrograf
Limpas
satuan
an
U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8
1 P1 PlU1 Q1
2 P2 P2-U1 P1 U2 Q2
3 P2U2 PiU3 Q3
4 P2U3 P1U4 Q4
5 P2U4 P1 U5 Q5
6 P2U5 P1 U6 Q6
7 P2U6 P1 U7 Q7
8 P2U7 P1 U8 Q8
9 P2U8 Q9

Bentuk umum rumus konvolusi untuk jumlah hyetograf hujan efektif N dan jumlah pulsa
debit M dapat dinyatakan secara tabelaris seperti pada Tabel 2.31 berikut

Tabel 2.31 Bentuk umum persamaan konvolusi hidrograf satuan (n = 1,2N; N = jumlah
pulsa debit, in = 1,2,3,..., m; (m = jumlah hyetograf hujan efektif)

Q Persamaan
Q1 =P1U1
Q2 = P2U1 + P1U2
Q3 = P3UI +P2U2 .+ P1U3

QM = PMUI+.PM-1U2+ .... +.P1UM


QM-1 = 0 +.PmU2 + ... +.P2Um.+.P1UM-1
QN-1 = 0 + 0 + + 0 + 0 ++PMUN-M + PM-1UN-M+1
QN = 0+ 0 + + 0 + 0 ++ 0 +PMUN-M+1

Penurunan hidrograf satuan


Hidrograf satuan suatu DAS dapat diturunkan dari hidrograf asli yang dihasilkan dari
setiap hujan yang turun di seluruh bagian DAS dan yang berintensitas cukup seragam.
Kejadian tersebut tidak akan pernah terjadi pada DAS yang cukup besar ( misalnya 5000
km2). Oleh karena itu, DAS tersebut harus dibagi-bagi menjadi DAS-DAS kecil dan
hidrograf-hidrograf satuan untuk setiap sub-DAS ditentukan secara terpisah.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penurunan hidrograf satuan adalah sebagai
berikut:
1). Mimilih kejadian-kejadian banjir yang data hujan dan data muka airnya
tersedia lengkap, hidrografnya mempunyai puncak tunggal, dan intensitas hujannya cukup
tinggi.
2). Hidrograf muka air terpilih diubah menjadi hidrograf dengan
menggunakan lengkung debit yang sesuai, kemudian diplot ke dalam kertas grafik.
3). Memisahkan komponen limpasan dasar dari limpasan permukaan (seperti
telah dijelaskan sebelumnya) dan menggambarkan limpasan langsung dan grafik hujannya
pada dasar waktu yang sama.
4). Menghitung volume limpasan (aliran permukaan), yaitu luas kurva di bawah
hidrograf setelah dikurangi aliran dasar.
5). Memperkirakan tinggi hujan rata-rata dan interval waktunya, kemudian menentukan
hujan efektifnya.
6). Melakukan pengontrolan terhadap jumlah hujan efektif pada DAS tersebut dan jumlah
limpasan dibawah hidrograf. Hasilnya harus sama dan salah satu dari keduanya mungkin
perlu penyesuaian.
Aturan umum yang banyak dipakai adalah penurunan hidrograf satuan sebaiknya
menggunakan hujan efektif dengan periode kurang lebih seperempat dari waktu puncak,
sehingga variasi hujan dapat tergambarkan dalam hidrograf.

Hidrograf satuan dari hujan berbagai periode


Secara umum kejadian hujan lebat sangat kompleks, durasi dan intensitasnya bervariasi,
dan hidrograf satuan harus dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Limpasan
permukaan dapat diprediksi dengan konvolusi hidrograf satuan dan hujan efektif. Proses
penurunan hidrograf satuan dari hujan lebat yang bervariasi ini dinamakan dekonvolusi.
Persamaan yang ada di dalam Tabel 2.31 dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut:
Q
U1  1
P1

Q2  P2 U1
U2 
P1
Q3  P3 U1  P2 U 2
U3 
P1
Q M  PM U1  PM 1U 2  ......  P2 U M -1 dan seterusnya.
UM 
P1

Contoh 2.11
Turunkan hidrograf satuan dengan periode satu jam dari data rekaman hujan efektif dan
limpasan seperti tertera dalam Tabel 2.32.
Dari Tabel 2.32 terlihat bahwa hyetograf hujan efektif (HHE) dan hidrograf limpasan
permukaan (HLP) mempunyai M = 3 dan N = 11 pulsa. Sehingga, jumlah pulsa dalam
hidrograf satuan N-M+1 = 11-3+1 = 9. Dengan mensubstitusikan ordinat HHE dan HLP
ke dalam persamaan dalam Tabel 2.31, akan diperoleh 11 persamaan secara simultan.
Persamaan-persamaan ini dapat diselesaikan dengan eliminasi Gauss untuk mendapatkan
ordinat hidrograf satuan. Persamaan-persamaan tersebut dapat diselesaikan satu per satu
dari atas ke bawah, sebagai berikut:
Q 12
U1  1   4,44
P1 2,7
m3/detik.cm.
Q  P2 U1 54  5x 4,44
U2  2   11,78
P1 2,7 m3/detik.cm.

Tabel 2.32 Hyetograf hujan efektif dan hidrograf limpasan permukaan untuk Contoh 2-11

Waktu Hujan efektif Limpasan permukaan


(jam) (mm) (m3/detik)
1 27 12
2 50 54
3 48 150
4 258
5 300
6 222
7 115
8 52
9 30
10 18
11 9

Q3  P3 U1  P2 U 2 150  4,4x 4,44  5x11,78


U3    25,85
P1 2,7 m3/detik.cm.
Q 4  P3 U 2  P2 U 3 258  4,8x11,78  5x 25,85
U4    26,74
2,7 2,7 m3/detik.cm..
dan dengan cara yang sama akan diperoleh :
Q P U P U 300  4,8x 25,85  5x 26,74
U5  5 4 3 3 4   15,64
P1 2,7 m3/detik.cm.
Q P U P U 150  4,8x 4,44  5x11,78
U3  3 3 1 2 2   25,85
P1 2,7 m3/detik.cm.
Q 4  P3 U 2  P2 U3 258  4,8x11,78  5x 25,85
U4    26,74
P1 2,7 m3/detik.cm.
Q P U P U 300  4,8x 25,85  5x 26,74
U5  5 3 3 2 4   15,64
P1 2,7 m3/detik.cm.
222  4,8x 26,74  5x15,64
U6   5,72
2,7 m3/detik.cm.
115  4,8x15,64  5x5,72
U7   4,20
2,7 m3/detik.cm.
52  4,8x 5,72  5x 4,20
U8   1,31
2,7 m3/detik.cm.
30  4,8x 4,20  5x1,31
U9   1,22
2,7 m3/detik.cm.

Tabel 2.33 Hidrograf satuan yang diturunkan dalam Contoh 2.11.


n 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Un 4,44 11,78 25,85 26,74 15,64 5,72 4,20 1,31 1,22
m3/detik.cm.

Contoh 1-12.
Hitung hidrograf limpasan permukaan untuk hujan lebat dengan hujan efektif sebesar 100
mm dengan distribusi jam-jaman, yaitu 30 mm, 50 mm, dan 20 mm berturut-turut untuk
jam pertama, kedua, dan ketiga. Gunakan hidrograf satuan pada Contoh 2.11. Chek bahwa
total kedalaman limpasan permukaan sama dengan total hujan efektif bila luas DAS adalah
34,88 km2.
Penyelesaian:
Penyelesaian dilakukan dengan menggunakan proses konvolusi secara tabelaris sebagai
berikut:

Tabel 2.34 Perhitungan hidrograf limpasan permukaan untuk Contoh 2.12


HHE, Hidrograp Satuan (m3.dtk.cm) Limpasan
Waktu
cm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 permukaan
(jam)
4,44 11,78 25,85 26,74 15,64 5,72 4,20 1,31 1,22 (m3/dt)
1 3 13,32 13,32
2 5 22,20 35,34 57,54
3 2 8,88 58,90 77,55 145,33
4 23,56 129,25 80,22 233,03
5 51,70 133,70 46,92 232,32
6 53,48 78,20 17,16 148,84
7 31,28 28,60 12,60 72,48
8 11,44 21,00 3,93 36,37
9 8,40 6,55 3,66 18,61
10 2,62 6,10 8,72
1 2,44 2,44
Total 969,00

Jumlah hujan efektif 100 mm dengan luas DAS 34,88 km 2.


Volume limpasan adalah 100 x 10-3 x 34,88 x 106 m3 = 3.488.000 rn3.
Jumlah aliram sama dengan luas bidang di bawah hidrograf = 969 x 3.600 = 3.488.000 m 3.

Gambar 2.22 Hidrograf limpasan permukaan dengan hujan efektif jam-jaman berturut-
turut 30 mm, 50 mm, dan 20 mm (Contoh 2.12)

2.4.2.4 Hidrograf Satuan Sintetis


Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa untuk menurunkan hidrograf satuan diperlukan
rekaman data limpasan dan data hujan, padahal sering kita jumpai ada beberapa DAS tidak
memiliki sama sekali catatan limpasan. Dalam kasus ini, hidrograf satuan diturunkan
berdasarkan data-data dari sungai pada DAS yang sama atau DAS terdekat yang
mempunyai karakteristik sama. Hasil dari penurunan hidrograf satuan ini dinamakan
hidrograf satuan sintetis (HSS). Ada tiga jenis hidrograf satuan sintetis, yaitu:
(1) HSS yang mengkaitkan karakteristik hidrograf (debit puncak, waktu dasar, dsb.)
dengan karakteristik DAS (Snyder, 1938; Gray, 1961);
(2) HSS berdasarkan hidrograf satuan tak berdimensi (SCS, 1972); dan
(3) HSS berdasarkan model simpanan DAS (Clark, 1943).

Dalam kesempatan ini hanya dibahas tipe (1) dan (2).

HSS Snyder
Berdasarkan data-data DAS di Amerika Serikat, yang berukuran 30 sampai 30.000 km 2,
Snyder (1938) menemukan tiga parameter hidrograf: lebar dasar hidrograf, debit puncak,
dan kelambatan DAS (basin lag) yang cukup

Gambar 2.23 HSS Snyder, HSS standard tr = 5,5 t,. (kiri), hidrograf satuan yang diperlukan
tpR = 5,5 tR.

Snyder beranggapan bahwa karakteristik DAS yang mempunyai pengaruh kuat terhadap
hidrograf satuan sintetik adalah luas DAS, bentuk DAS, topografi, kemiringan saluran,
kerapatan sungai, dan daya tampung saluran. Selanjutnya, dia mendefinisikan standar
hidrograf satuan sebagai kaitan antara durasi hujan t r dengan keterlambatan DAS tp dalam
bentuk
t p  5,5 t r
(2.59)
Dengan menggunakan hidrograf satuan standar didapatkan:
1) Keterlambatan DAS (basin lag)
t p  Cl . C t . (L . Lc )0,3
(2.60)
di mana
tp = keterlambatan DAS (jam),
L = panjang sungai utama dari outlet ke batas hulu (km),
Lc = jarak antara outlet ke titik pada sungai yang terdekat dengan titik pusat (centriod)
DAS,
C1 = 0,75 (C1 = 1 untuk system Inggris)
Ct = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki data pada daerah yang sama.

2) Debit puncak per satuan luas dari hidrograf satuan standar adalah
C2 . Cp
qp 
tp
(2.61)
C2 = 2,75 (640 untuk sistem Inggris),
Cp = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki data pada daerah yang sama

Harga L dan Lc diukur dari peta DAS untuk menghitung Ct dan Cp pada DAS yang terukur.
Berdasar hidrograf satuan yang diturunkan, dapat diperoleh harga durasi efektif t pR dalam
jam, kelambatan DAS tpR dalam jam, dan debit puncak per satuan luas p pR dalam
m3/dt.km2.cm. Jika tpR = 5,5 tR, maka
tr = t R
tp = tpR dan qp = qpR
Ct dan C dihitung dari persamaan (2.60) dan (2.61). Jika tpR jauh dari 5,5 tR, maka
kelambatan DAS standar adalah:
t t
t p  t pR  r R
4 (2.62)
dan persamaan (2.58) dan (2.61) diselesaikan secara simultan untuk t, dan t p. Nilai Ct, dan
Cp, kemudian dihitung dari persamaan (2.59) dan (2.60) dengan qpR = qp, dan tpR = tp.
Jika DAS tidak terukur mempunyai kemiripan dengan DAS terukur, maka koefisien C t,
dan Cp DAS terukur dapat dipakai pada persamaan tersebut di atas untuk DAS tak terukur.

3) Hubungan antara qp dan debit puncak per satuan luas qpR hidrograf yang diperlukan
adalah:
qp . tp
q pR 
t pR
(2.63)

4. Waktu dasar tb hidrograf satuan (dalam jam) dapat ditentukan berdasarkan kenyataan
bahwa luas di bawah hidrograf satuan adalah ekivalen dengan limpasan langsung 1 cm.
Kita asumsikan hidrograf satuan berbentuk segitiga, waktu dasar dapat diperkirakan dari
C
tb  3
q pR
(2.64)
di mana C3 = 5,56 (1290 untuk sistem Inggris).
Lebar hidrograf satuan (dalam jam) pada debit sama dengan persentase tertentu dari debit
puncak qpR adalah:
W  C w . q pR1,08
(2.65)
di mana Cw = 1,22 (440 untuk sistem satuan Inggris) untuk 75% lebar dan 2,14 (770 sistem
Inggris) untuk 50% lebar. Biasanya sepertiga dari lebar ini terdistribusi sebelum waktu
puncak hidrograf satuan dan dua pertiga setelah puncak.

Contoh 2.13
Dari peta suatu DAS dapat diperoleh data-data panjang sungai utama L = 50 km, jarak
antara outlet ke titik di saluran terdekat centroid L = 25 km, luas DAS 2.000 km2. Dari
hidrograf satuan yang diturunkan untuk DAS tersebut, diperoleh tR = 7,5 jam, tpR = 24 jam,
dan debit puncak 80 m3/dt.cm. Tentukan koefisien Ct dan Cp untuk hidrograf satuan DAS
tersebut!

Penyelesaian:
Dari data diperoleh 5,5 tR = 5,5 x 7,5 = 41,25 jam yang sangat jauh dari tpR (24 jam).
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui ke dalam persamaan (2.62), dapat
diperoleh
t t
t p  t pR  r R
4
t - 12
t p  24  r
4
dan dikombinasi dengan persamaan (2.59)
tp = 5,5 tr
dapat diperoleh nilai tr dan tb sebagai berikut:
t - 12
5,5t r  24  r
4
(5,5 x 4) tr = 24 x 4 + tr — 12
(22— 1) tr = 96 — 12
tr = 4 jam.
tp = 22 jam.
Gunakan persamaan (2.60) untuk menghitung Ct
t p  Cl . C t . (L . Lc )0,3
22 = 0,75 . Ct . (50 x 25 )0,3
Ct = 3,45.
Debit puncak per satuan luas adalah:
80
q pR   0,04 m3/dt.cm
2000
Koefisien Cp dapat dihitung dari persamaan (2.61) dengan qp = qpR dan tp = tpR sebagai
berikut:
C2 . Cp
q pR 
t pR
2,75 . C p
0,04 
24
Cp =0,35.

Contoh 2.14
Suatu DAS mempunyai luas 500 km2, L = 15 km, dan L = 10 km. Hitung hidrograf satuan
5-jaman, jika DAS tersebut merupakan Sub-DAS dari Contoh 2.13.

Penyelesaian:
Karena Sub-DAS ini merupakan bagian dari DAS pada Contoh 2.13, maka harga-harga C
t = 3,45 dan Cp = 0,35 yang diperoleh dari Contoh 2.13 dapat dipakai untuk Sub-DAS ini,

sehingga dari persamaan (2-61), diperoleh:


tp = 0,75 x 3,45 x (15 x 10)0,3 = 11,63 jam
dan dari persamaan (2.59) diperoleh :rsa1763 =2
t p 11,63
tr    2,12 jam
5,5 5,5
Hidrograf satuan 5-jaman, maka tR = 5 jam dan dari persamaan (2.62) diperoleh:
t t
t p  t pR  r R
4
t t 2,12  5
t pR  t p  r R  11,63   12,35
4 4 jam
Dari persamaan (2.61) diperoleh:
C 2 .C p 2,75 . 0,35
qp   
tp 11,63
0,083 m3/dt.km2.cm.
dan dari persamaan (2.63) diperoleh:
q p .t p 0,083x11,6 3
q pR   
t pR 12,35
0,078 m3/dt.km2.cm,
sehingga debit puncak hidrograf satuan adalah:
Qp = 0,078 x 500 = 38,97 m3/dt.cm.
Lebar hidrograf satuan dapat dihitung dari persamaan (2.65) adalah:
W  C w .q pR 1,08
W75 = 1,22 x 0,078-1,08 = 19,18 jam.
W50 = 2,14 x 0,078-1,08 = 33,65 jam.
Lebar dasar hidrogral satuan dapat dihitung dari persamaan (2-64) adalah:
C 5,56
tb  3   71,28 jam
q pR 0,078

Gambar 2.24 //SS dihitung dengan metoda Snyder untuk Contoh 2.14

HSS tak berdimensi SCS


Hidrograf tak berdimensi SCS (Soil Conservation Services) adalah hidrograf satuan
sintetis, di mana debit dinyatakan sebagai nisbah debit q terhadap debit puncak q p dan
waktu dalam nisbah waktu t terhadap waktu naik dari hidrograf satuan Tp. Jika debit
puncak dan waktu kelambatan dari suatu durasi hujan efektif diketahui, maka hidrograf
satuan dapat diestimasi dari hidrograf sintetis tak berdimensi untuk suatu DAS.
Gambar 2.25a memperlihatkan hidrograf tak berdimensi, yang dipersiapkan dari berbagai
DAS. Harga qp dan Tp dapat diperkirakan dari model sederhana hidrograf satuan segitiga
seperti pada Gambar 2.25b, di mana waktu dalam jam dan debit dalam m 3/det.cm.

Contoh 2.15
Buat HSS-SCS 10-menitan untuk DAS seluas 5 km2 dan waktu konsentrasi 1,5 jam.

Penyelesaian:
Durasi hujan tr = 10 menit = 0,166 jam.
Lag time tp = 0,6 Tc = 0,6 x 1,5 = 0,9 jam.
Waktu naik Tp = 1/2 tr + tp = 1/2 x 0,166 + 0,90 = 0,983 jam.
Dari persamaan (2.66), maka
CA 2,08 . 5
qp   2,08  10,58
Tp 0,93
m3/dt.cm.
Hidrograf tak berdimensi pada Gambar 2.25 dapat dikonversi ke dalam dimensi yang
diperlukan dengan mengalikan nilai pada sumbu horisontal dengan T p dan sumbu vertikal
dengan qp.
Hidrograf satuan segitiga dapat digambar dengan
tb = 2,67 Tp = 2,27 x 0,986 = 2,238 jam.
Kedalaman aliran permukaan dichek dan harus sama dengan 1 cm.

Gambar 2.25 HSS-SCS (a) hidrograf tak berdimensi, (b) hidrograf segitiga (Sumber, SCS,
1972)

Anda mungkin juga menyukai