Resume Sanitasi Industri Dan K3
Resume Sanitasi Industri Dan K3
Dosen Pengampu:
Demes Nurmayanti, ST.,M.Kes
Oleh:
P27833122036
TAHUN 2024/2025
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 adalah sebuah peraturan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 23 Desember 2016. Peraturan ini berisi
tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Peraturan ini bertujuan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan kerja industri yang sehat dalam rangka menciptakan
pekerja yang sehat. Peraturan ini mengatur standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja
industri, seperti nilai ambang batas fisik seperti pencahayaan, bising dan getaran, nilai ambang
batas faktor kimia seperti ketentuan konsentrasi maksimum dari zat kimia yang berbahaya,
ketentuan terkait dengan pengangkatan manual atau ergonomik, ketentuan faktor biologi seperti
jumlah koloni bakteri di udara kerja hingga ketentuan terkait dengan lingkungan seperti kualitas
air minum dan air sanitasi.
Pengaturan standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri bertujuan untuk :
1. Mewujudkan kualitas lingkungan kerja industri yang
2. Sehat dalam rangka menciptakan pekerja yang sehat dan produktif
3. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan kerja
4. Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industry
a. Penyusunan Program K3 :
Peraturan ini mewajibkan pengusaha untuk menyusun Program K3 yang mencakup identifikasi
dan evaluasi risiko, langkah-langkah pencegahan, serta program pelatihan dan sosialisasi K3
b. Kewajiban Pengusaha :
Peraturan ini menetapkan kewajiban pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan
sehat, mengidentifikasi bahaya dan melakukan tindakan pencegahan, memberikan pelatihan K3
kepada pekerja, serta melaporkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
c. Kewajiban Pekerja :
Peraturan ini juga menekankan kewajiban pekerja untuk mengikuti prosedur K3 yang telah
ditetapkan, menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan instruksi, serta melaporkan
kondisi yang berpotensi membahayakan kepada pengusaha
d. Komite K3 :
Peraturan ini menetapkan bahwa perusahaan dengan jumlah pekerja tertentu harus membentuk
Komite K3 yang terdiri dari perwakilan pengusaha dan pekerja. Komite K3 bertugas membahas
dan memberikan saran mengenai masalah K3 di tempat kerja
e. Inspeksi K3 :
Peraturan ini memperkuat peran inspeksi K3 dalam memastikan kepatuhan terhadap peraturan
K3. Inspektur K3 memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan, memberikan rekomendasi
perbaikan, dan mengawasi implementasi K3 di tempat kerja
Peraturan ini memberikan definisi mengenai SMK3 dan menetapkan ruang lingkup pengaturan,
yang mencakup semua sektor usaha di Indonesia
Peraturan ini menetapkan kewajiban pemberi kerja untuk menerapkan SMK3 dalam lingkungan
kerja mereka. Pemberi kerja diwajibkan untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko,
dan pengendalian risiko dalam kegiatan kerja mereka
Peraturan ini mewajibkan pemberi kerja untuk membentuk Komite Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di tempat kerja.
Komite K3 bertugas memberikan masukan dan saran kepada pemberi kerja dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja
d. Dokumen SMK3 :
Peraturan ini mengatur tentang pembuatan dan penyimpanan dokumen SMK3, yang mencakup
kebijakan K3, prosedur operasional, program pelatihan, laporan insiden, dan dokumen lain yang
terkait dengan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja
Peraturan ini mendorong pemberi kerja untuk melakukan auditinternal secara periodik terhadap
implementasi SMK3 di tempat kerja mereka. Selain itu, peraturan ini juga memberikan
kemungkinan untuk mendapatkan sertifikasi SMK3 dari lembaga yang ditunjuk oleh
Kementerian Ketenagakerjaan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2012 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pemberi kerja
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Dengan menerapkan SMK3,
diharapkan dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta
meningkatkan kualitas lingkungan kerja bagi pekerja.