Pengaruh Asam Absisat Terhadap Viabilitas Biji Sintetis Grammatophyllum Scriptum (Orchidaceae) Selama Masa Penyimpana Kering
Pengaruh Asam Absisat Terhadap Viabilitas Biji Sintetis Grammatophyllum Scriptum (Orchidaceae) Selama Masa Penyimpana Kering
net/publication/291352875
CITATIONS READS
0 1,229
1 author:
Ari Pitoyo
Universitas Sebelas Maret
11 PUBLICATIONS 10 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Seed physiology of Lansium domesticum var. duku, L. domesticum var.kokosan, and L.domesticum var. langsat (Meliaceae) View project
All content following this page was uploaded by Ari Pitoyo on 22 January 2016.
pilihan yang sangat menjanjikan untuk perlu ditambahkan senyawa yang sejalan
pemenuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan fungsinya terhadap kondisi cekaman. Dengan
dieksploitasi dan dimanfaatkan secara luas, demikian penambahan ABA pada teknik
khususnya anggrek (Arditti dan Ernst 1993). enkapsulasi diharapkan dapat mempertahankan
Akan tetapi teknologi ini memiliki keterbatasan biji sintetik anggrek agar tetap berada dalam
yaitu anakan tidak bisa langsung ditanam pada kondisi viabilitas yang baik meski disimpan
media aseptik karena perbedaan lingkungan dalam waktu tertentu sebagai metode alternatif
yang ekstrim di dalam dan di luar botol kultur untuk penyimpanan jangka panjang. ABA telah
seperti keadaan steril yang bebas virus dan diketahui memberikan peran pada proteksi bagi
ketersediaan air dan nutrisi yang terjamin. embrio somatik terhadap kehilangan air secara
Keterbatasan ini memunculkan ide pengem- berlebihan dan meningkatkan angka survival
bangan teknik enkapsulasi atau penyelubungan saat diregenrasi membentuk individu lengkap
untuk tujuan membantu produk hasil kultur in (Aguilar et al. 2000; Danso dan Llyold 2008).
vitro agar dapat ditanam langsung pada lahan Berdasarkan uraian di atas, penelitian untuk
tanam atau untuk penyimpanan jangka panjang. mengetahui pengaruh ABA pada kapsul hidrogel
Teknik enkapsulasi juga dikenal sebagai biji kalsium alginat terhadap pertumbuhan dan
sintetik karena kemiripan bentuk fisiknya yang perkembangan biji sintetik hasil enkapsulasi plb
menyerupai biji zigotik. Keberhasilan pada anggrek macan (G. scriptum) setelah
pengembangan biji sintetik pertama kali berhasil mengalami masa simpan kering perlu dilakukan.
dilakukan oleh Redenbaugh et al. (1985)
menggunakan bahan selubung hidrogel natrium
BAHAN DAN METODE
alginat untuk enkapsulasi embrio somatik alfalfa
(Medicago sativa). Bahan tanaman
Pemanfaatan biji sintetik cocok untuk Bahan yang digunakan adalah protocorm like
tanaman yang memiliki biji tetapi tidak memiliki body (plb) anggrek Grammatophllum scriptum
cukup cadangan makanan (endospermae) seperti koleksi Laboratorium Biologi FMIPA Universitas
pada anggrek (Benzing 1981). Pengemasan Sebelas Maret, Surakarta.
dengan biji sintetik dapat juga digunakan untuk
menekan pertumbuhan eksplan semaksimal Nutrisi dasar dan matriks enkapsulasi
mungkin (Lestari et al. 2000). Sehingga dapat Nutrisi dasar yang digunakan untuk
dimanfaatkan untuk tujuan penyimpanan pembuatan kapsul biji sintetis adalah garam
plasma nutfah. Murashige & Skoog (MS) dari Caisson Lab.
Perpaduan antara teknik enkapsulasi seperti Larutan MS konsentrasi penuh dibuat dengan
pembuatan biji sintetik dan permberian hormon cara melarutkan 34,40 g serbuk MS pada aquades
yang mampu mengatasi cekaman kekeringan hingga volume 1 L. Stok larutan nutrisi dasar ini
merupakan untuk memperpanjang waktu kemudian digunakan sebagai pelarut untuk
simpan guna pemenuhan bibit dalam jangka membuat matriks enkapsulasi.
waktu tertentu. Penyimpanan dengan Matriks pembuat kapsul hidrogel kalsium
pertumbuhan minimal dapat menghemat tenaga alginate dipersiapkan dalam dua larutan
serta biaya karena dengan menghambat terpisah, yaitu 3% larutan Alginate dan 75 mM
pertumbuhan biakan maka frekuensi CaCl2.2H2O, masing-masing larutan mengguna-
pembaharuan dapat ditekan serendah mungkin. kan pelarut media dasar yang telah dibuat stok.
Bila diperlukan maka biakan dapat diperbanyak Perlakuan variasi ABA pada matriks enkapsulasi
secara cepat (Lestari dan Purnamaningsih 2005). dipersiapkan dengan cara menambahkan
Pada teknik ini metode yang biasa digunakan beberapa volume ABA pada larutan stok 3%
disebut dengan penyimpanan pertumbuhan hingga didapatkan seri konsentrasi 5 mg/L, 10
minimal yang dapat dilakukan menggunakan mg/L, 15 mg/L, 20 mg/L.
beberapa cara yaitu perlakuan suhu rendah atau
kriopreservasi (Khoddamzadeh, et al. 2011), Pembuatan kapsul kalsium alginat (biji
penambahan senyawa osmotik, dan pemberian sintetis)
hormon anti stres lingkungan yaitu asam absisat Kapsul biji sintetis dibuat dengan cara
(Aridha et al. 2009; Lloyd dan Jackson 1986). merendam eksplan plb G. scriptum hasil kultur in
Untuk menekan pertumbuhan biji sintetik vitro pada larutan 3% alginate yang telah
dilakukan perlakuan awal berupa desikasi untuk diperkaya dengan ABA (sesusai dengan
mengurangi kadar air pada biji sintetik, sehingga rancangan perlakuan) selama 1 menit, kemudian
MULIAWATI et al. – Pengaruh ABA terhadap viabilitas biji Grammatophyllum scriptum 3
luar kapsul, dengan plb yang masih berwarna atau akar. Pada peneltitian ini perkecambahan
hijau. Biji sintetik setelah direhidrasi tampak dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara
lebih segar, warna bening mengkilap dengan penyimpanan kering dengan penambahan
ukuran yang lebih besar atau meng-gembung, variasi konsentrasi ABA terhadap kemampuan
serta plb yang berwarna hijau segar. perkecambahan biji sintetik. Proses tersebut akan
Perbedaan sifat fisik dari kapsul hidrogel menyebabkan kapsul hidrogel pada biji sintetik
yang terjadi disebabkan karena pengaruh kehilangan air sehingga kebutuhan penyerapan
perbedaan ketersediaaan air di dalam biji sintetik air oleh plb menjadi terhambat.
ataupun di lingkungan luar kapsul. Biji sintetik
sebelum dikeringkan tampak segar disebabkan Pengamatan anatomi
karena masih memiliki kadar air yang banyak Pengamatan anatomi yang dilakukan
pada selubung kapsulnya. Pada kapsul biji terhadap plb biji sintetik sebelum dan sesudah
sintetik yang telah dikeringkan selama 2 minggu pengeringan menunjukkan adanya perbedaan.
tampak adanya kerutan yang dimungkinkan Berdasarkan Gambar 2 tampak bagian tepi
terjadi karena keluarnya air dari kapsul pada terdapat bagian sel yang tersusun rapat, pipih,
keadaan lingkungan yang miskin air. Keluarnya membungkus bagian dalam sel dan tersusun
air dari dalam biji sintetik akan menyebabkan memanjang yang disebut epidermis sementara
perubahan pada sifat biji dengan munculnya bagian tengah disebut dengan parenkim. Pada
kerutan dan warna menjadi pucat kering meski kedua gambar tersebut tampak bahwa plb yang
plb masih tampak hijau. Sementara itu, keadaan telah disimpan kering selama 2 minggu
biji sintetik yang berubah setelah mengalami menyebabkan sel-sel yang tampak mengkerut
rehidrasi terjadi karena proses imbibisi yang pada bagian tepinya. Hal itu kemungkinan
cepat dari kondisi minim air menuju keterse- karena proses kekurangan air pada saat proses
diaan air yang memadai. Proses masuknya air ke penyimpanan kering.
dalam biji sintetik ditandai dengan penggem-
bungan pada kapsul hidrogel kalsium alginat Tabel 1. Sifat fisik kapsul hidrogel kalsium alginat
berupa warna mengkilap pada biji sintetiknya. sebelum dan setelah pengeringan, dan setelah
rehidrasi
Perkecambahan biji sintetik selama
Sebelum Setelah
penyimpanan Parameter Rehidrasi
pengeringan pengeringan
Biji sintetik selama penyimpanan diharapkan Kesegaran Segar Pucat kering Segar
tidak mengalami perkecambahan. Perkecamba- Warna Putih bening Putih pucat Bening
han yang dimaksudkan dalam penelitian ini mengkilap
adalah kemampuan plb untuk beregenerasi Bentuk Bulat Mengkerut Bulat
menembus kapsul hidrogel membentuk tunas menggembung
y
A B
Gambar 2. Penampang membujur plb anggrek G. scriptum sebelum (A) dan setelah (B) dikeringkan; x: epidermis
dan y: parenkim
MULIAWATI et al. – Pengaruh ABA terhadap viabilitas biji Grammatophyllum scriptum 5
A B C
Gambar 3. Perkecambahan biji sintetik saat penyimpanan kering. A. tanpa pengeringan; B. dengan pengeringan;
C. Biji sintetik seteleh rehidrasi
6 Bioteknologi 13 (1): 1-8, Mei 2016
Perbedaan pertumbuhan pada biji sintetik secara tidak langsung ABA dapat menghambat
tanpa pengeringan, dengan pengeringan, dan perkecambahan dan pertumbuhan tunas. Hal
setelah mengalami rehidrasi disebabkan karena tersebutlah yang kemungkinan menyebabkan
faktor ketersediaan air. Biji sintetik tanpa presentase perkecambahan biji sintetik dengan
pengeringan menunjukkan pertumbuhan dalam penambahan ABA tinggi pada A3 dan A4 tidak
waktu cepat karena proses penyerapan air untuk mencapai 100%.
kegiatan metabolisme berjalan dengan lancar
dengan ketersediaan air yang cukup. Jumlah tunas yang muncul
Respon pertumbuhan dan perkecambahan Pada penelitian kali ini perkecambahan biji
biji sintetik plb anggrek G. scriptum dengan sintetik ditandai dengan adanya perkembangan
adanya pemberian variasi konsentrasi ABA pada plb di dalam kapsul hidrogel yaitu
terjadi dalam waktu yang bervariasi. Hal itu tumbuhnya satu atau dua tunas. Kemunculan
dapat dilihat pada Gambar 4 untuk waktu tunas pada biji sintetik yang telah diamati selama
perkecambahan biji sintetik dalam masing- 8 minggu, sebagaimana ditunjukkan pada
masing perlakuan. Gambar 6.
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui Berdasarkan pengamatan selama 8 minggu
bahwa pada minggu ke-2 pasca rehidrasi hampir jumlah tunas yang terbentuk pada pemberian
semua biji sintetik dengan variasi pemberian ABA untuk masing-masing perlakuan adalah
ABA yaitu A1, A2, dan A3 sudah berkecambah sama. Hanya ada satu tunas pada masing-masing
kecuali A4. Setelah dilakukan pengamatan biji sintetik plb anggrek G. scriptum yang
selama 8 minggu terjadi variasi persentase per- terbentuk. Penambahan konsentrasi ABA yang
kecambahan untuk masing-masing perlakuan. semakin meningkat tidak memberikan pengaruh
A1, A2, dan A3 mengalami persentase sebesar terhadap kemunculan tunas pada biji sintetik plb
100% sementara pada A3 dan A4 hanya 60%. Hal anggrek G. scriptum yang muncul. Rata-rata
ini kemungkinan terjadi karena perbedaan jumlah tunas yang muncul disajikan dalam Tabel 2.
kemampuan masing-masing biji sintetik untuk
menembus kapsul terkait konsentrasi ABA yang Tabel 2. Rata-rata jumlah tunas biji sintetik G. scriptum
diberikan. Biji sintetik yang berkecambah setelah yang terbentuk pada minggu ke-8
rehidrasi adalah biji sintetik dengan penambahan
Perbedaan konsentrasi Rata-rata jumlah tunas
ABA konsentrasi 5 mg/L.
ABA minggu ke-8 (mm ± SD)
Pemberian ABA yang yang diharapkan 0 mg/L 1,2 ± 0,4a
menjadi alat pertahanan biji sintetik pada masa 5 mg/L 1,0 ± 0,0a
pengeringan untuk mempertahankan keadaan 10 mg/L 1,0 ± 0,0a
biji agar tidak rusak menunjukkan hasil yang 15 mg/L 1,0 ± 0,0a
baik pada akhir pengamatan. Hal itu 20 mg/L 1,0 ± 0,0a
ditunjukkan oleh keadaan plb di dalam kapsul Keterangan: Angka diikuti huruf sama pada kolom
hidrogel pada akhir pengamatan yang masih tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%
tampak segar dan hijau bahkan tampak
mengalami pertumbuhan berupa munculnya plb
baru meski tidak berkecambah menembus 120
kapsul (Gambar 5).
Prosentase perkecambahan
100
Berdasarkan Gambar 5, biji sintetik dengan A0
80
penambahan ABA konsentrasi 15 mg/L plb A1
anggrek tetap dapat mengalami perkembangan 60
A2
berupa munculnya struktur baru pada plb dan 40
hal itu menunjukkan bahwa ABA berhasil dalam A3
20
mempertahankan viabilitas plb setelah A4
penyimpanan kering meskipun pemberian ABA 0
konsentrasi tinggi dapat menghambat 2 4 6 8
Minggu
perkecambahan tetapi tidak mematikan sel.
Gambar 4. Waktu perkecambahan biji sintetik dengan
Menurut Salisbury dan Ross (1992), ABA
variasi ABA setelah penyimpanan kering. Keterangan:
berpengaruh dalam menghambat sintesa protein
A0: tanpa penambahan ABA, A1: konsentrasi ABA 5
dan mengaktifkan serta menonaktifkan gen mg/L, A2: konsentrasi ABA 10 mg/L, A3: konsentrasi
tertentu secara khas (efek transkripsi). Akibatnya ABA 15 mg/L, A4: konsentrasi ABA 20 mg/L
MULIAWATI et al. – Pengaruh ABA terhadap viabilitas biji Grammatophyllum scriptum 7
A B C D E
Gambar 6. Jumlah tunas biji sintetik anggrek G. scriptum pada minggu ke-8: A. Tanpa penambahan konsentrasi
ABA, B. Konsentrasi ABA 5 mg/L, C. Konsentrasi ABA 10 mg/L, D. Konsentrasi ABA 15 mg/L, E. Konsentrasi
ABA 20 mg/L
Gambar 5. Biji sintetik dengan perkembangan plb baru Gambar 7. Panjang tunas optimal pada pengamatan
pada akhir pengamatan minggu ke-8
Tabel 3. Rata-rata panjang tunas biji sintetik G. biji sintetik tanpa penambahan ABA memiliki
scriptum yang terbentuk pada minggu ke-8. pertumbuhan jumlah tunas yang paling banyak
Keterangan: Angka diikuti huruf sama pada kolom yaitu 1,2 mm daripada keempat perlakuan lain
berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.
yang ditambahkan konsentrasi ABA.
Perbedaan Rata-rata panjang tunas
konsentrasi ABA minggu ke-8 (mm ± SD)
Pertumbuhan tunas
0 mg/L 10,8 ± 2,3b Pengamatan terhadap tinggi tunas dilakukan
5 mg/L 12,0 ± 7,6b pada minggu ke-2 setelah penanaman hingga
10 mg/L 9,2 ± 7,8ab minggu ke-8. Pertumbuhan tunas untuk masing-
15 mg/L 3,2 ± 1,8a masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.
20 mg/L 2,8 ± 1,1a Tampak pada gambar tersebut tunas yang
muncul berwarna kehijau-hijauan dengan
panjang yang bervariasi dari masing-masing
perlakuan yang diberikan. Pemberian ABA
Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan konsentrasi rendah pada biji sintetik
bahwa nilai signifikasi untuk banyak tunas yang menghasilkan pertumbuhan tunas yang lebih
muncul adalah 0,431. Ini menunjukkan bahwa panjang dibandingkan dengan pemberian ABA
nilai signifikasi > 0,05 tidak beda nyata yang pada konsentrasi tinggi. Dari Gambar 7 tampak
artinya pemberian variasi konsentrasi ABA pada pula bahwa tunas optimal ditunjukkan oleh A1
biji sintetik tidak berpengaruh terhadap dan A2 dengan konsentrasi pemberian ABA 10
pertumbuhan jumlah tunas yang muncul pada mg/L.
setiap perlakuan. Dari Tabel 2 diketahui bahwa
8 Bioteknologi 13 (1): 1-8, Mei 2016