Anda di halaman 1dari 57

SPESIFIKASI

BAB I. SPESIFIKASI UMUM

1. SPESIFIKASI UMUM
1.1 Kepatuhan Kepada Peraturan dan Perundang-undangan Yang Berlaku
Kontraktor harus patuh pada segala ketentuan- ketentuan Undang- Undang,
Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah atau Keputusan Pemerintah atau
Peraturan Pemerintah Daerah, atau Peraturan dan Ketetapan pihak yang berwajib
yang mungkin berlaku terhadap pekerjaan dan patuh pada segala Peraturan dan
Ketetapan Badan Pemerintah dan Perusahaan Negara sebagaimana telah
disebutkan di muka dan akan membebaskan pemilik dari denda dan tanggung jawab
atas segala jenis pelanggaran ketentuan- ketentuan tersebut.
Perundang- undangan terkait seperti :

a. Undang-Undang Keselamatan Kerja (UU No. 1 Tahun 1970),


b. Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU
No. 32 Tahun 2009),
c. Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi (UU No. 2 Tahun 2017),
d. Undang- Undang tentang Sumber Daya Air (UU No. 17 Tahun 2019),
e. Undang-Undang tentang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020),
f. Undang Undang/Peraturan Pemerintah tentang Galian C,
g. Peraturan Daerah Terkait.

1.2 Hak Paten Dan Royalti


Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan pemilik dari kewajiban
membayar ganti rugi atas segala klaim dan proses hukum karena atau sebagai
akibat pelanggaran hak-hak paten, merk dagang, rancangan, atau nama yang
dilindungi yang berhubungan dengan teknik, peralatan kontraktor, mesin, pekerjaan
atau bahan yang dipakai untuk atau sehubungan dengan pekerjaan atau bagian dari
padanya dan segala klaim tuntutan hukum, proses tuntutan ganti rugi, biaya ongkos
dan pengeluaran apapun mengenai atau sehubungan dengan itu.

1.3 Standar Spesifikasi


Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan dan cara pelaksanaan harus memenuhi
syarat- syarat, standar-standar yang berlaku di Indonesia. Peraturan Standar
Pelaksanaan yang ditentukan standar Indonesia.

1
1.4 Bahan Dan Mutu Pekerjaan
1.4.1 Umum
Kontraktor harus menyediakan semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan
untuk penyelesaian pekerjaan kecuali yang tercantum dalam kontrak, semua bahan
dan perlengkapan yang merupakan bagian dari pekerjaan harus baru dan sesuai
dengan standar yang diberikan dalam Spesifikasi atau standar dalam Spesifikasi
Umum.
Bila Kontraktor dalam mengusulkan penyediaan bahan dan perlengkapan tidak
sesuai dengan suatu standar seperti tersebut diatas, Kontraktor harus segera
memberitahukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi.

1.4.2 Perlengkapan konstruksi


Kontraktor harus segera menyediakan semua perlengkapan konstruksi yang
diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup. Apabila direksi
memandang belum sesuai dengan Kontrak, maka Kontraktor harus segera
memenuhi kekurangannya. Dalam penyediaan semua perlengkapan dan peralatan
harus lengkap dengan spare parts yang cukup dan memeliharanya agar pekerjaan
dapat dikerjakan dengan sempurna.

1.4.3 Bahan pengganti


Kontraktor harus menandatangani bahan yang ditentukan, bila bahan tersebut tidak
tersedia di pasaran maka dapat digunakan bahan pengganti dengan mendapat ijin
tertulis dari Direksi. Harga satuan dalam volume pekerjaan tidak akan disesuaikan
dengan adanya pertambahan harga antara bahan yang ditentukan dengan bahan
pengganti.

1.4.4 Pemeriksaan bahan dan perlengkapan


Perlengkapan dan bahan yang disediakan oleh Kontraktor akan dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak pada salah satu atau lebih
tempat yang telah ditentukan Direksi seperti :
a. Tempat produksi dan pembuatan
b. Tempat pengapalan
c. Lapangan
Kontraktor supaya menyerahkan penjelasan yang menyangkut perlengkapan dan
bahan kepada Pemberi Tugas sesuai yang diminta untuk tujuan pemeriksaan, tetapi
bagaimanapun juga tidak meringankan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk
menyediakan perlengkapan dari bahan sesuai dengan Spesifikasi.

2
1.4.5 Spesifikasi, brosur dan data yang harus disediakan oleh Kontraktor
Kontraktor supaya menyerahkan kepada Direksi tiga set spesifikasi yang lengkap,
brosur dan data bahan dan perlengkapan untuk mendapatkan persetujuan, dan
harus disediakan sesuai dengan Kontrak dalam waktu 30 (tiga puluh) hari dari sejak
penerimaan Surat Perintah Kerja. Persetujuan dari Spesifikasi, brosur dan data
bangunannya juga tidak meringankan Kontraktor dari tanggung jawabnya dalam
hubungannya dengan Kontrak.

1.5 Standar Ukuran Dan Kuantitas


Semua ukuran-ukuran dalam Gambar, Kuantitas dan BOQ (Bill of Quantities) dan
Daftar Upah Bahan dalam sistem ukuran metrik (mks - meter kilogram sekon),
kecuali ditentukan lain

1.6 Ketentuan Tentang Galian Golongan C


Kontraktor harus membayar segala pungutan atau restribusi lain, sewa dan
pembayaran lain atau penggantian ,bila ada untuk mengambil batu, pasir, kerikil,
tanah liat atau bahan - bahan lain yang diperlukan untuk pekerjaan kecuali
ditetapkan lain.

1.7 Survey Pengukuran Pekerjaan


1.7.1 Bench Mark
Tanda dasar untuk Proyek merupakan Bench Mark yang terletak berdekatan dengan
lokasi pekerjaan. Ketinggian dari Bench Mark ini adalah didasarkan pada titik tetap
utama.
Bench Mark yang lain dan titik referensi yang terlihat pada gambar yang diberikan
kepada Kontraktor sebagai referensi. Sebelum menggunakan suatu Bench Mark dan
titik referensi kecuali Bench Mark dasar untuk setting out pekerjaan, Kontraktor perlu
melakukan pengukuran pemeriksaan untuk kepuasan ia sendiri atas ketelitiannya.
Pemberi Tugas tidak akan bertanggung jawab atas ketelitian Bench Mark yang lain
begitu juga dengan titik referensinya.
Kontraktor perlu mendirikan Bench Mark tambahan sementara untuk kemudahannya,
tetapi setiap Bench Mark sementara yang didirikan merupakan rencana dan
tempatnya disetujui oleh Direksi dan akan merupakan ketelitian yang berhubungan
dengan Bench Mark yang didirikan oleh Direksi.

1.7.2 Permukaan tanah asli untuk tujuan pengukuran


Muka tanah yang terlihat pada gambar akan dianggap betul sesuai dengan Kontrak.
Apabila terjadi keraguan dari Kontraktor kebenaran dari muka tanah, sekurang-
3
kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum mulai kerja Kontraktor memberitahukan
kepada Direksi secara tertulis untuk menyesuaikan dan melaksanakan pengukuran
kembali ketinggian muka tanah tersebut.
Dalam segala hal sebelum memulai melaksanakan pekerjaan tanah Kontraktor akan
mengukur dan mengambil ketinggian terhadap daerah yang diduduki pekerjaan,
dengan menggunakan Bench Mark atau titik referensi yang disetujui Direksi secara
tertulis untuk menyesuaikan dan melaksanakan pengukuran kembali ketinggian
muka tanah tersebut.
Dalam segala hal sebelum memulai melaksanakan pekerjaan tanah Kontraktor akan
mengukur dan mengambil ketinggian terhadap daerah yang diduduki pekerjaan,
dengan menggunakan Bench Mark atau titik referensi yang disetujui Direksi pada
saat wakil Direksi (Pengawas Lapangan) berada. Ketinggian muka tanah yang
ditentukan perlu mendapat persetujuan direksi. Pengukuran volume yang dikerjakan
dibuat berdasarkan ketinggian yang disetujui.

1.7.3 Bantuan pengukuran staf Direksi (Pengawas Lapangan)


Kontraktor bekerja sama Direksi dalam pemeriksaan setting out dan dalam
melaksanakan pengukuran untuk mengetahui secara pasti kemajuan pekerjaan yang
diperlukan dalam proses pembayaran.
Dalam pemasangan patok yang cukup, tiang, pinggir yang lurus, penyangga,
cetakan profil dan lain-lain yang perlu untuk pemeriksaan setting out dan pengukuran
kemajuan pekerjaan harus sesuai dengan petunjuk Direksi. Semua biaya untuk
bahan dan buruh untuk maksud tersebut diatas merupakan beban Kontraktor. Dan
biaya tersebut sudah termasuk dalam harga satuan didalam pekerjaan lain-lain pada
daftar volume pekerjaan.

1.8 Tindakan Pencegahan


Kontraktor harus membuat barikade, lampu tanda bahaya yang cukup, tanda- tanda
bahaya dan harus mengadakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pekerjaan. Jalan- jalan yang tertutup bagi lalu lintas harus
dilindungi dengan barikade yang cukup dan efektif dan rintangan harus diberikan
penerangan pada malam hari dan penerangan tetap menyala sepanjang malam.

1.9 Daftar Upah Harian, Daftar Harga Dan Biaya


Daftar harga dan biaya, daftar upah harian yang diserahkan Kontraktor pada
dokumen Penawarannya yang menjadi bagian dari Kontrak, harus sudah meliputi
semua yang berhubungan dengan penyelenggaraan (handling) semua buruh,
material, peralatan, instalasi/mesin dan peralatan, penyusutan, overhead,
4
keuntungan, pengobatan, pajak, ijin, pelayanan sosial, dan semua yang
berhubungan dengan Pekerjaan tersebut. Kontraktor harus mengisi dalam daftar
harga satuan yang terpisah dan uraian/item yang ia ingin mencakupnya tetapi tidak
termasuk dalam Daftar Harga dan Biaya.

1.10 Pemberitahuan Pelaksanaan


Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis dengan lengkap dari semua
pelaksanaan yang dianggap penting oleh Direksi, agar Direksi menganggap perlu
untuk melakukan inspeksi atau keperluan lain. Kontraktor tidak akan memulai
pekerjaan yang penting tanpa persetujuan Direksi.
1.11 Hari Kerja, Hari Libur Dan Jam Kerja
Pekerjaan permanen tidak boleh dilakukan pada malam hari atau pada hari Minggu,
atau hari libur resmi, tanpa ijin tertulis dari Direksi pekerjaan kecuali :

a. Pekerjaan itu tidak dapat dihindari;


b. Mutlak perlu demi keamanan jiwa atau harga benda atau demi keamanan
pekerjaan;
c. Apabila ada ketentuan- ketentuan yang sebaliknya, tercantum di dalam Kontrak;
d. Sebagaimana yang selanjutnya ditetapkan disini.

Dalam hal demikian Kontraktor harus dengan segera memberitahukan kepada


Direksi Pekerjaan, dengan ketentuan bahwa pasal ini tidak berlaku untuk pekerjaan
yang menurut kebiasaan dilakukan secara bergilir atau dengan giliran ganda. Dalam
pengaturan orang- orang yang dipekerjakan Kontraktor harus menghormati perayaan
resmi, hari- hari libur dan upacara keagamaan atau lain- lainnya sesuai dengan
penetapan hari libur nasional oleh Menteri Agama dan yang ditentukan oleh
Pemerintah Setempat. Kontraktor harus membuat pengaturan khusus dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan apabila terjadi keadaan yang mendesak sehingga
rencana kerja mengharuskan pekerjaan berlangsung terus selama perayaan atau
hari libur tersebut.

1.12 Pekerjaan Sementara


1.12.1 Umum
Kontraktor akan bertanggung jawab terhadap perencanaan, spesifikasi, pelaksanaan
dan berikut pemindahan semua pekerjaan sementara untuk pelaksanaan pekerjaan
sebaik-baiknya. Detail dari pekerjaan sementara dimana Kontraktor bermaksud
untuk melaksanakan dilapangan, pertama-tama diserahkan kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan sesuai dengan prosedur dalam spesifikasi Umum. Apabila

5
Kontraktor bermaksud mengajukan alternatif untuk pekerjaan sementara diluar
daerah lapangan, semua biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan termasuk
pembebasan tanah, sewa tanah dan sebagainya, ditanggung oleh Kontraktor dan
biayanya sudah termasuk pada uraian pekerjaan pada daftar volume pekerjaan.
Keterlambatan tidak akan meringankan Kontraktor terhadap tanggung jawab untuk
memenuhi ketentuan dalam Kontrak. Dalam hal tersebut tidak diberikan
perpanjangan waktu bila terjadi keterlambatan.

1.12.2 Lapangan kerja


Lapangan kerja seperti terlihat pada gambar yang digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan, dijamin oleh pemberi tugas dan bebas dari biaya pembebasan tanah.
Kontraktor sedapat mungkin melaksanakan pekerjaan sementara pada tanah tadi
seperti pada gambar atau seperti petunjuk Direksi. Kontraktor hendaknya membatasi
kegiatan peralatan dan anak buahnya pada tanah yang sudah dibebaskan termasuk
arah jalan masuk yang disetujui Direksi sehingga mengurangi kerusakan
tanaman/pemilikan dan kerusakan tanah. Bekas yang dilalui kendaraan supaya
diperbaiki. Sebelum diterimanya pekerjaan oleh pemberi tugas, tanah harus
dikembalikan ke keadaan semula.
Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada pemberi tugas untuk semua
kerusakan, misalnya kerusakan tanaman atau tanah hasil galian baik milik pemberi
Tugas atau orang lain, Kontraktor mengganti terhadap semua kehilangan dan
tuntutan karena kerusakan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak.

1.12.3 Kantor Kontraktor, Perkampungan, Gudang, Bengkel, Pemondokan Buruh dsb.


Kontraktor harus menyediakan, memelihara, mengerjakan dan memindahkan
bangunan sementara seperti kantor Kontraktor, Perkampungan stafnya, gudang,
bengkel, pemondokan buruh, dan bangunan sementara lainnya setelah selesai
pekerjaan, supaya diserahkan kepada pemberi tugas.
Kontraktor supaya menyerahkan rancangan tempat kerja dan bangunan sementara
secara umum kepada Direksi untuk mendapat persetujuan pada waktu yang
ditetapkan. Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum mendapat
persetujuan Direksi. Perkampungan staf Kontraktor dan pemondokan buruh harus
dilengkapi dengan semua pelayanan yang perlu seperti, saluran pembuang,
penerangan jalan, jalan gang, tempat parkir, pemagaran, kesehatan, ruang masak,
pencegahan kebakaran dan peralatan pencegahan api sesuai dengan batas yang
ditentukan dalam kontrak.

6
Kontraktor supaya juga melengkapi keperluan air bersih dan penerangan yang cukup
untuk kantor Kontraktor, perkampungan stafnya, pemondokan buruh, bengkel, dan
tempat lainnya di daerah kerja.

1.12.4 Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)


A. Umum
Pekerjaan yang mempunyai resiko tinggi dan berbahaya dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja, oleh karena itu Penyedia wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Berdasarkan “Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi”, “Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri”, dan “Surat Edaran Menteri PUPR No.66/SE/M/2015 tentang
Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Penyedia Wajib menyediakan
kelengkapan kesehatan, perlengkapan keselamatan kerja dan rambu-rambu
kerja.

B. Rincian Kegiatan Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi


Ø Penyiapan RK3K;
Ø Sosialisasi dan Promosi K3;
Ø Alat pelindung kerja;
Ø Alat pelindung diri;
Ø Asuransi dan perijinan;
Ø Personel K3;
Ø Fasilitas sarana kesehatan;
Ø Rambu-rambu; dan
Ø Lain-lain terkait pengendalian resiko K3;

C. Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan saling
berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada (Sucofindo, 1999).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya

7
tempat kerja yang aman (Permenaker No : PER. 05/MEN/1996). Jadi, sistem
manajemen K3 merupakan rangkaian kegiatan yang teratur dan saling
berhubungan secara keseluruhan yang berguna dalam pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja agar dapat menciptakan suasana tempat kerja
yang aman. Sistem manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola
tahapan dalam kosep dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar tersebut
disebut “Plan -Do-Check- Action”, yang meliputi:

1. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjami


komitmen terhadap penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.
4. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.

Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi yang sesuai dengan
kemampuan dan Policy Managementnya dalam penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu :

1. Innovative Management dengan melakukan inovasi manajemen melalui“


Unsafe Condition Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut
untuk memperkecil atau mengurangi insiden yang diakibatkan oleh kondisi
tempat kerja seperti, organisasi, peralatan kerja (mesin-mesin), lingkungan
kerja dan sistem kerja.
2. Raditional Sistem dalam penyelamatan pekerjaan melalui “ Unsafe Act
Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut untuk memperkecil
atau mengurangi tingkah laku orang yang tidak nyaman.

Tujuan Sistem Manajemen K3


Tujuan yang ingin dicapai pada sistem manajemen K3 meliputi berbagai
golongan. Dari beberapa golongan tersebut diharapkan dapat menjadikan
sebuah system manajemen K3 yang baik dalam pelaksanaannya. Sistem
manajemen K3 tersebut dapat digolongkan meliputi:
Ø Alat ukur kinerja K3 dalam organisasi. Sistem manajemen K3 digunakan
untuk menilai dan mengukur kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan
8
membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan persyaratan tesebut,
organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3.

1.12.5 Perlengkapan kantor Direksi


Kontraktor harus menyediakan sebuah bangunan sekurang-kurangnya 90 m2 dari
lantai yang terdiri dari 3 ruangan ± 30 m2 dilengkapi satu toilet dan kamar mandi.
Kantor Direksi tersebut harus dibangun dengan baik, tahan dan dilengkapi dengan
jendela untuk memberikan penerangan yang cukup untuk setiap ruangan dan
dilengkapi dengan air minum, alat penerangan, pembuangan dan alat komunikasi.
Semua biaya untuk keperluan tersebut ditanggung Kontraktor.
Kantor Direksi harus dilengkapi dengan barang-barang sebagai berikut :
(a) meja dan kursi
(b) almari/rak
(c) penerangan lampu secukupnya
(d) papan untuk menentukan gambar pelaksanaan
(e) toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan :
1) 1 wc jongkok
2) 1 bak mandi
3) 1 lampu

1.12.6 Pekerjaan pengeringan selama pelaksanaan


Pembuangan air dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan seperti cofferdam/
kistdam, saluran, drainase dan genangan atau bangunan sementara yang lain pada
saat pembuangan air dilaksanakan, Kontraktor harus memasang mengerjakan,
memelihara semua pipa dan peralatan lain yang diperlukan untuk pembuangan air
dari bermacam-macam pekerjaan dan untuk pemeliharaan pondasi serta bagian
pekerjaan yang lain agar bebas dari air dan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
syarat-syarat. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan akibat
banjir atau kegagalan pembuangan air atau pekerjaan pengaman atas biaya
Kontraktor.
Setelah cofferdam/ kistdam, semua tanggul atau pembuangan air sementara sudah
berfungsi segera dibongkar, atau diratakan sehingga kelihatan baik dan tidak
menganggu kelancaran saluran dan bangunan yang berhubungan dengan
pembuangan atau aliran parit alam.
Cara pembuangan air yang dilakukan oleh Kontraktor harus mendapat persetujuan
Direksi kecuali lebih jauh sebagaimana disetujui atau diijinkan oleh Direksi untuk

9
pekerjaan pembuangan air. Kontraktor tidak akan menganggu jalannya air yang
dibutuhkan untuk pengairan pada jaringan pengairan yang ada.
Apabila pelaksanaan pekerjaan benda dibawah muka air tanah, air tersebut supaya
dipompa dahulu sebelum melakukan penggalian. Pembuangan air dilakukan
sedemikian rupa, sehingga dapat dipelihara kestabilan dari dasar dan sisi miring
yang digali sehingga semua pelaksanaan Konstruksi dikerjakan pada keadaan
kering.

1.12.7 Pengalihan sementara dari saluran pengairan yang ada.


Kontraktor tidak diperbolehkan mengganggu sistem pengairan yang ada selama
pelaksanaan pekerjaan Direksi akan meminta Kontraktor untuk mengerjakan
pekerjaan pengalihan sementara pada saluran irigasi yang ada sebelum
melaksanakan pekerjaan saluran serta bangunan yang berhubungan. Kontraktor
supaya menyerahkan pengalihan sementara untuk mendapatkan persetujuan
Direksi. Setelah rencana itu disetujui/dirubah atas petunjuk Direksi, pelaksanaan
pekerjaan pengalihan sementara harus sesuai dengan yang telah disetujui. Biaya
untuk pembuatan rencana pengalihan saluran pengairan yang ada supaya
dicantumkan dalam, volume pekerjaan, sesuai dengan kemajuan pekerjaan dan
perintah Direksi.

1.13 Keamanan Dan Pemeriksaan Kesehatan


1.13.1 Umum
Semua keamanan dan pemeriksaan kesehatan yang perlu selama pelaksanaan
pekerjaan, antara lain pengaturan kesehatan, pembersihan lapangan, bahan peledak
dan bensin, pemagaran sementara, keamanan dan pencegahan kebakaran, dibuat
dan dipelihara oleh Kontraktor atas biaya Kontraktor. Kontraktor harus bertanggung
jawab terhadap semua keamanan dan pemeriksaan kesehatan, dan menyerahkan
pengaturan dan organisasi untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Tidak ada
pembayaran tambahan dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk dalam harga
kontrak.

1.13.2 Sistem pengawasan keamanan


Kontraktor supaya mengatur sistem pengawasan keamanan dan organisasinya dan
diserahkan untuk mendapat persetujuan kepada Direksi. Sistem Pengawasan
Keamanan dengan kapasitas peralatan dan tenaga yang cukup untuk menghindari
kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia dan barang milik yang bersangkutan.
Sistem pengawasan keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan program yang
disetujui dan berpegang pada hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia.

10
1.13.3 Peraturan kesehatan
Kontraktor harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan
sehat serta memperlengkapi/memelihara kemudahan untuk penggunaan tenaga
yang dikerjakan pada suatu tempat yang telah disetujui oleh Direksi dan penguasa
setempat. Kontraktor hendaknya juga membuat pengumuman dan mengambil
langkah-langkah pencegahan yang perlu untuk menjaga agar lapangan tetap bersih.

1.13.4 Bahan peledak dan bensin


Kontraktor hendaknya membuat peraturan untuk menyangkut dan menyimpan atau
mengendalikan bahan peledak dan bensin seaman mungkin untuk melindungi
masyarakat sesuai dengan hukum dan peraturan keamanan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki semua surat keterangan yang diperlukan dan membayar
semua biaya yang diperlukan untuk pemindahan bahan peledak dan bahan bakar
disuatu tempat ke tempat lainnya, dan menyimpan dengan baik seperti semula.
Kontraktor supaya menyediakan dan memasang sistem peringatan yang cukup dan
memberikan peringatan pada masyarakat mengenai bahaya yang mungkin timbul
sehubungan dengan bahan peledak.
Kontraktor harus yakin bila hendak mengeluarkan bahan peledak bahwa daerah
yang akan diledakkan benar-benar kosong dari semua penduduk, orang jalan kaki
atau lalu lintas kendaraan. Kontraktor harus memasang papan nama pada setiap
jalan masuk ke daerah tersebut hingga mencegah lalu lintas masuk ke daerah
tersebut dengan memberikan pengumuman bahwa daerah itu sudah aman.
Tempat gudang bahan peledak harus disetujui oleh Direksi. Gasolin diatas tanah dan
tangki gas minyak tanah tidak diperbolehkan diletakkan pada batas perkampungan
atau lebih dekat dari pada 100m ke bangunan yang ada dilapangan. Kontraktor tidak
diperbolehkan menggunakan bahan peledak tanpa persetujuan tertulis dari Direksi,
dan bertanggung jawab pada saat pelaksanaan peledakan.

1.13.5 Pencegahan kebakaran


Kontraktor harus melakukan setiap pencegahan dan melindungi api yang terjadi
pada atau sekitar lapangan kerja dan harus menyediakan segala yang
diperlukan/peralatan pencegahan kebakaran yang cukup, untuk siap digunakan pada
semua bangunan air dan bangunan gedung atau pekerjaan yang sedang dalam
pelaksanaan, termasuk perkampungan tempat tinggal, pemondokan buruh dan
bangunan gedung lainnya. Kontraktor akan memelihara peralatan dan perlengkapan
pemadam kebakaran yang dibutuhkan dalam keadaan baik sampai pekerjaan
diterima oleh pemberi tugas. Kontraktor akan berusaha keras untuk memadamkan

11
kebakaran yang terjadi di lapangan kerja. Dalam hal ini Kontraktor menyediakan
perlengkapan yang mutlak diperlukan dan tenaga buruh yang dikerjakan dilapangan,
termasuk peralatan dan tenaga Sub Kontraktor.

1.14 Penyelidikan Tanah Tambahan


Kontraktor atas perintah Direksi akan melakukan penggalian dan atau pengeboran
yang berhubungan dengan penyelidikan tanah pada bangunan-bangunan yang telah
ada di lapangan atau ditempat-tempat lain.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan akan mencakup contoh tanah “undisturb” atau
“disturb” dari material pondasi untuk pemeriksaan (analisa), pengetesan langsung
dalam pondasi dengan disaksikan oleh wakil Direksi (pengawas lapangan) dan
menyerahkan contoh-contoh (sampel) kepada Direksi untuk dilakukan pengetesan
laboratorium.

Kontraktor akan menyerahkan hasil dari penyelidikan tanah kepada Direksi dengan
segera untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Pekerjaan penyelidikan tanah
tambahan ini akan menjadi pekerjaan tambahan dalam sebagian pekerjaan
cadangan, pada syarat-syarat Kontrak.
Pembayaran pekerjaan tersebut dibuat dalam jumlah cadangan (prov.sun) dalam
rencana anggaran biaya (RAB).

1.15 Gangguan Dan Keadaan Darurat


Gangguan dan Keadaan Darurat adalah :
a. Perang, perang terbatas (baik perang yang dinyatakan atau tidak), penyerbuan
musuh asing;
b. Radiasi yang menyebabkan ionisasi atau pencemaran radioaktif dari bahan-
bahan nuklir, bahan peledak yang mengandung racun radioaktif atau bahan
peledak rakitan aktif atau komponen nuklir yang berbahaya;
c. Gelombang tekanan yang disebabkan oleh pesawat terbang atau alat
penerbangan yang bergerak dengan kecepatan/diatas kecepatan suara;
d. Keributan, kekacauan, huru- hara, kecuali yang semata- mata terjadi pada
pekerja kontraktor dengan subkontraktornya dan timbul sebagai akibat
pelaksanaan pekerjaan;
e. Pemberontakan, revolusi, kebangkitan atau peralihan kekuasaan militer atau
perebutan kekuasaan serta perang Saudara.

12
1.16 Kebersihan Lapangan dan Penyingkiran Material Berlebih
Selama pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan, Kontraktor harus
membebaskan lapangan dari rintangan dan sewaktu- waktu bila diserahkan oleh
Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menyimpan dan menyingkirkan peralatan dan
sisa bahan serta membersihkan dan memindahkan dari lapangan segala puing dan
sampah atau pekerjaan sementara yang tidak diperlukan lagi.

1.17 Pembersihan Lapangan Pada Penyelesaian Pekerjaan


Pada waktu penyelesaian pekerjaan, Kontraktor harus memebersihkan dan
menyingkirkan semua peralatan milik Kontraktor, pekerjaan sementara, sisa bahan,
puing dan segala macam sampah dari lapangan, serta merapikan kembali dan
meninggalkan lapangan dari pekerjaan dalam keadaan bersih dan rapi sehingga
memuaskan Direksi Pekerjaan, kecuali bila secara rinci ditentukan lain dalam
Kontrak.

13
BAB II. SPESIFIKASI KHUSUS

2. SPESIFIKASI KHUSUS
2.1. Penguasaan Lapangan
Dengan Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi Pekerjaan, Pemilik memberitahukan
penguasaan lapangan kepada kontraktor seluas yang diperlukan untuk
memungkinan Kontraktor melaksanakan dan memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana atau sesuai dengan usaha yang wajar dari kontraktor, dengan
syarat usulan tersebut sudah harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan.
Sewaktu- waktu selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Pemilik selanjutnya
akan memberikan penguasaan kepada Kontraktor atas bagian- bagian lapangan
yang diperlukan, agar Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan dengan segera
sesuai dengan rencana kerja atau usulan tersebut.
Secepat mungkin setelah pemberian penguasaan lapangan atau bagian dari
padanya kepada Kontraktor, Kontraktor dan Direksi Pekerjaan melakukan
pengecekan bersama untuk meyakinkan bahwa pekerjaan lapangan dan keadaanya
cocok dengan rincian yang dicantumkan dalam spesifikasi dan gambar. Apabila
Kontraktor mengalami keterlambatan akibat kegagalan pihak Pemilik memberikan
panguasaan menurut ketentuan di atas, Pemilik akan memberikan perpanjangan
waktu untuk penyelesaian pekerjaan.
Permasalahan sosial seperti hak ulayat atau sejenisnya yang terjadi di lapangan
harus dapat diantisipasi dan diselesaikan secepatnya. Apabila harus difasilitasi oleh
pihak pengguna jasa hanya sebatas koordinasi dan pertemuan. Segala biaya atau
yang biasa disebut “uang permisi” yang diberikan kepada pemilik hak ulayat/ kepala
suku merupakan tanggung jawab penyedia jasa.

2.2. Bangunan/ Desain/ Pengerjaan Fisik


Sesuatu yang disebutkan dalam spesikasi tetapi tidak terdapat dalam gambar, harus
dianggap disebut dalam gambar, sedang apabila terdapat dalam gambar tetapi tidak
disebutkan dalam spesifikasi maka harus dianggap disebutkan dalam spesifikasi.
Gambar tetap dalam penguasaan Direksi Pekerjaan, tetapi 2 (dua) rekamannya
disediakan bagi kontraktor tanpa dipungut biaya, harus menyediakan dan membuat
rekaman selanjutnya yang diperlukan olehnya untuk pelaksanaan pekerjaan dengan
biaya sendiri.
Pada waktu kontrak selesai, Kontraktor harus mengembalikan seluruh gambar yang
disediakan berdasarkan kontrak kepada Direksi Pekerjaan, apabila diwajibkan oleh
14
Direksi Pekerjaan. Sewaktu- waktu selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi
Pekerjaan akan memberikan gambar- gambar dan instruksi lanjutan kepada
Kontraktor sebagaimana yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan
perbaikan pekerjaan permanen yang benar dan memadai, Kontraktor harus
melaksanakan dan terikat oleh gambar- gambar dan instruksi lanjutan tersebut.

2.3. Jalan Masuk Ke Daerah Kerja


Jalan masuk ke dan melalui daerah kerja ialah menggunakan jalan-jalan setempat
yang ada yang berhubungan dengan jalan raya yang berdekatan dengan daerah
proyek. Kontraktor hendaknya berpegang pada semua peraturan dan ketentuan
hukum yang berhubungan penggunaan arah angkutan umum, dan bertanggung
jawab terhadap kerusakan akibat penggunaan jalan tersebut.
Kontraktor harus memilih jalan, memilih dan menggunakan kendaraan, dan
membatasi serta membagi beban muatan agar lalu lintas yang tidak dapat dihindari
akibat pemindahan peralatan dan bahan dari dan ke lapangan, sejauh mungkin
dibatasi agar tidak terjadi kerusakan atau musibah yang tidak perlu pada bangunan-
bangunan dan fasilitas- fasilitas publik tersebut.
Apabila ternyata bahwa Kontraktor perlu memindahkan peralatan mesin, atau unit
pekerjaan atau bagian dari unit tersebut yang telah dirakit, dan pemindahan tersebut
mungkin merusak jalan atau jembatan dan lain-lain. Kalau tidak dilakukan
perlindungan atau perkuatan khusus, maka sebelum muatan tersebut dipindahkan,
Kontraktor harus memberitahukan berat dan keterangan lainnya serta usulan untuk
perlindungan dan perkuatan atau jembatan tersebut, dan pemindahan itu baru boleh
dilaksanakan apabila sudah diperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dengan
ketentuan biaya dan pengeluaran untuk itu akan ditanggung oleh Kontraktor.
Kontraktor harus memperbaiki atau memperlebar jalan yang ada, memperbaiki dan
memperkuat jembatan beton sehingga memenuhi kebutuhan pengangkutannya,
sejauh yang dibutuhkan untuk pekerjaannya. Semua pekerjaan yang dimaksudkan
Kontraktor untuk dikerjakan dalam hubungannya dengan jalan dan jembatan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lalu lintas dan harus
mendapat persetujuan Direksi dan perlu pengaturan sebaik-baiknya dengan Badan
Pemerintah setempat dan Badan Swasta. Semua resiko dan biaya transportasi alat-
alat berat ke lapangan atau dari lapangan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Apabila selama pelaksanaan pekerjaan atau sewaktu- waktu setelah itu Kontraktor
mendapat klaim dan klaim itu timbul dari pelaksanaan, penyelesaian, atau perbaikan
pekerjaan berkenaan dengan kerusakan jalan, jembatan dan sebagainya, Kontraktor
harus segera memberitahukan hal ini kepada Direksi Pekerjaan. Bila klaim atau

15
sebagian dari klaim itu menurut pendapat Direksi Pekerjaan timbul oleh karena
Kontraktor tidak memenuhi dan tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
ketentuan diatas, maka Kontraktor wajib dengan segera memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biaya sendiri sesuai dengan instruksi Direksi Pekerjaan, kecuali jika
kerusakan tersebut disebabkan oleh kesalahan Pemilik, wakil, atau petugasnya,
biayanya akan ditanggung oleh pemilik, dan selanjutnya Pemilik akan merundingkan
penyelesaian dan membayar seluruh uang yang harus dibayarkan berkenaan
dengan klaim tersebut dan akan membebaskan Kontraktor dari kewajiban
membayar ganti rugi berkenaan dengan itu yang berkenaan dengan klaim, proses
pengadilan, ganti rugi, biaya ongkos, dan semua biaya yang berhubungan dengan
itu.

2.4. Pengendalian Lingkungan


Semua yang merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat orang banyak,
sehingga memerlukan pemeliharaan agar bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya, sebagaimana tertuang di dalam ketentuan
Undang- Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Kontraktor di dalam melaksanakan pekerjaan berkewajiban
mengendalikan resiko pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga struktur dan
fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang dapat dilindungi dari kerusakan.

16
BAB III. SPESIFIKASI TEKNIS

3. SPESIFIKASI TEKNIS
3.1. Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan berada di Daerah Irigasi Oransbari Distrik Oransabri, Kabupaten
Manokwari Selatan- Papua Barat.

3.2. Ruang Lingkup Pekerjaan


Nama Paket Pekerjaan :
Paket – Lanjutan Pembangunan Jaringan Tersier D.I. Oransbari di Kab.
Manokwari Selatan; 1 Km; 100 Hektar; F; K; SYC
Uraian Pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan:
• Mobilisasi dan Demobilisasi;
• Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang;
• Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Konstruksi (SMK3);
• Papan Nama Proyek;
• Uitset Trase Saluran.
b. Pekerjaan Permanen:
• Pekerjaan Saluran Tersier;
• Pekerjaan Bangunan Air.

3.3. Akses Menuju Lokasi Pekerjaan


Daerah kerja proyek dapat dicapai dengan transportasi kendaraan roda empat
maupun roda dua. Pengguna Jasa tidak bertanggungjawab atas pemeliharaan jalan
masuk, jembatan sementara atau bangunan yang digunakan oleh penyedia jasa
selama pelaksanaan pekerjaan.

3.4. Mobilisasi dan Demobilisasi


Penyedia jasa harus memobilisasi alat berat dan tenaga kerja sebelum pekerjaan
dilaksanakan dan mendemobilisasi tenaga kerja dan alat- alat berat
a. Mobilisasi dan mendemobilisasi tenaga kerja
ü Sebelum melaksanakan mobilisasi tenaga kerja secara keseluruhan penyedia
jasa/ kontraktor harus menyediakan barak tenaga kerja dan segala
perlengkapannya (air bersih, MCK dan lain sebagainya). Tempat MCK untuk
tenaga kerja laki- laki dan perempuan harus dipisah.

17
ü Penyedia jasa harus merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya sesuai
dengan keahliannya dan mengacu pada peraturan Kementerian Tenaga
Kerja.
ü Kontraktor harus melaporkan ke Dinas Tenaga Kerja dan pemerintah daerah
setempat atau dinas terkait tentang identitas dan jumlah tenega kerja yang di
mobilisasi.
ü Mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan lapangan.

b. Mobilisasi dan demobilisasi alat berat


Sebelum melaksanakan mobilisasi alat berat penyedia jasa/ kontraktor harus
melaksanakan survei/ pengecekan jalan dan jembatan yang akan dilalui
misalnya:
ü Kekuatan jembatan yang akan dilaluinya mampu untuk dilewati alat berat
atau tidak,
Jika ternyata jembatan tersebut tidak mampu kontraktor harus memperkuat
jembatan atau mencari jembatan alternatif.
ü Lebar jalan dan tikungan jalan yang mau dilewati, jika ternyata jalan atau
tikungan yang mau dilewati kurang lebar maka kontraktor/ penyedia jasa
harus memperlebar jalan atau mencari alternatif jalan lainnya.
ü Penyedia jasa atau kontraktor harus memobilsasi alat- alat berat yang sesuai
dengan kontrak yang ada dan apabila ada penambahan alat kontraktor harus
memberi informasi kepada direksi/ atas persetujuan direksi
ü Penyedia jasa atau kontraktor dalam pelaksanaan mobilisasi harus minta
pengawalan dari pihak kepolisian.
ü Kontraktor harus memobilisasi alat berat dengan kondisi yang baik/ tidak
dalam kondisi rusak atau minimal kondisi 85% ke lokasi pekerjaan.

3.5. Pembuatan Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang


a. Umum

Yang dimaksud dengan direksi keet, los kerja dan gudang adalah bangunan
sementara dan sederhana dengan luas minimal 90 m2. Direksi keet digunakan
sebagai tempat koordinasi dan diskusi antara konsultan supervisi, kontraktor
pelaksana dan owner yang juga berfungsi sebagai tempat administrasi proyek
serta pemasangan gambar bestek, schedule dan kurva S guna pengawasan dan
pengendalian pekerjaan. Pembuatan gudang material dan peralatan bertujuan
untuk melindungi material maupun alat dari pengaruh cuaca. Penerapan SMK3

18
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

b. Cara Pelaksanaan

• Penyedia Jasa harus membuat/menyediakan fasilitas kerja berupa barak


kerja seperti Kantor, gudang, bengkel, rumah/mess, ataupun fasilitas lainnya
dilapangan.

• Penyedia Jasa harus memelihara fasilitas kerja tersebut diatas selama


pelaksanaan pekerjaan.

• Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan/peralatan, tenaga dan alat


bantu lainnya yang diperlukan jumlahnya sesuai yang dibutuhkan.

c. Cara Pengukuran dan Pembayaran

• Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dianggap sudah termasuk
dalam biaya lump-sum untuk Pekerjaan Fasilitas Lapangan sesuai seperti
yang diuraikan pada bagian Umum di atas dalam Spesifikasi ini yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

• Bila item pekerjaan/biaya lump-sum diatas tidak tercantum dalam Daftar


Kuntitas dan Harga, segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut
yang diperlukan untuk kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan
utama/permanen, dianggap sudah termasuk dalam harga kontrak dan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Penyedia Jasa.

3.6. Foto Dokumentasi


Foto Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dibuat dalam album gambar sebanyak 3
(tiga) rangkap yang semua memuat gambar pada masing- masing lokasi kegiatan
dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu sebelum dikerjakan (MC 0%), sedang dikerjakan (MC
50%) dan setelah pekerjaan selesai (MC 100%). Sebelum pengambilan gambar-
gambar, harus dibuat rencana/ daerah yang menunjukkan lokasi, posisi dari kamera
dan arah bidikan yang kemudian diserahkan kepada Direksi untuk disetujui. Pada
setiap tahapan pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan harus dari titik
dan arah yang sama dan yang ditentukan sebelumnya. Masing- masing foto tersebut
bersangkutan pada nama lokasi secara jelas. Pada latar belakang foto diusahakan
adanya suatu tanda khusus untuk memudahkan mengenali lokasi tersebut.

Setiap foto diberi keterangan yang mencantumkan :

19
a. Nama Lokasi;
b. Nama Bangunan /Blok /Lokasi pada Pekerjaan;
c. Tanggal Pengambilan;
d. Tahapan Pelaksanaan.

Berita Acara Pembayaran dan laporan bulanan harus dilengkapi dengan foto- foto
sesuai periodenya. Pada akhir pelaksanaan Kontrak foto- foto ditempelkan dalam
album secara berurutan sesuai tahapan yaitu 0%, 50%, dan 100%, yang ditempel
pada satu halaman. Penyerahan laporan dilakukan sebanyak 3 (tiga) rangkap
bersama 1 album negatifnya. Tiap album diberi keterangan dan notasi yang seragam
untuk memudahkan mengidentifikasi negatif dan cetakannya. Semua album menjadi
milik Pemberi Tugas dan tanpa persetujuannya tidak diijinkan untuk diberi/
dipindahkan kepada siapapun.

3.7. Gambar- Gambar Yang Dimiliki Kontraktor


3.7.1. Gambar-gambar pekerjaan tetap
(a) Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh Kontraktor haruslah gambar-gambar
yang telah ditandatangani oleh Direksi, dan apabila ada perubahan harus
diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum program
pelaksanaan dimulai. Perubahan-perubahan tersebut harus sesuai dengan
Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dalam Syarat-Syarat Umum.
(b) Gambar-gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan Gambar-gambar kontrak sebagai dasar untuk
mempersiapkan gambar-gambar pelaksanaan. Gambar-gambar itu dibuat lebih
detail untuk pekerjaan tetap dan dimana mungkin dapat memperlihatkan
penampang melintang dan memanjang pasangan batu, pasangan bronjong
maupun pekerjaan beton, pengaturan batang pembesian termasuk rencana
pembengkokan, pemotongan dan daftar besi beton, tipe bahan yang digunakan,
mutu, tempat dan ukuran yang tepat.
(c) Gambar-gambar bengkel/gedung
Gambar-gambar bengkel atau gedung disiapkan oleh Kontraktor untuk keperluan
penyimpanan peralatan dan bahan-bahan milik Kontraktor.
(d) Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di lapangan.
Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum ada persetujuan Direksi adalah
menjadi resiko Kontraktor Persetujuan Direksi terhadap gambar-gambar tersebut
tidak akan meringankan tanggung jawab Kontraktor atas kebenaran gambar-
gambar tersebut.
20
3.7.2. Gambar-gambar pekerjaan sementara
(a) Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Kontraktor harus terperinci, dan diserahkan
kepada Direksi sebelum tanggal program pelaksanaan atau dalam waktu yang
telah ditentukan dalam kontrak. Gambar-gambar harus menunjukkan detail dari
pekerjaan sementara seperti cofferdam/ kistdam, tanggul sementara, pengalihan
aliran dan sebagainya. Gambar perencanaan yang diusulkan Kontraktor yang
dipakai dalam pelaksanaan konstruksi juga harus diserahkan kepada Direksi
sebanyak 3 (tiga) rangkap.
(b) Gambar-gambar untuk Pekerjaan Sementara yang ditinggalkan
Kontraktor hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang berkaitan
dengan pekerjaan tetap, secara lebih mendetail dan diserahkan kepada Direksi
untuk mengubah dan mendapat persetujuan sebelum tanggal dimulainya
pelaksanaan.
3.7.3. Gambar-gambar yang sebenarnya terbangun/terpasang (as built drawing)
Selama masa pelaksanaan, Kontraktor harus memelihara satu set gambar yang
dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar yang
memperlihatkan perubahan yang sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak, sejauh
gambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar kemudian dicap “sudah
dilaksanakan”. Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan
dilapangan oleh Direksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan apabila
diketemukan hal-hal yang tidak memuaskan dan tidak dilaksanakan, paling lambat
harus diperiksa kembali selama 6 (enam) hari kerja.

3.8. Program Pelaksanaan dan Laporan


3.8.1. Program pelaksanaan
Kontraktor harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan Syarat-syarat
Kontrak dengan menggunakan CPM network. Program tersebut harus dibuat dalam
dua bentuk yaitu bar-chart dan daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan :

Ø Mulai tanggal paling awal


Ø Mulai tanggal paling akhir
Ø Waktu yang diperlukan
Ø Waktu float
Ø Sumber tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan

Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan pekerjaan
sementara dan tetap, kelonggaran waktu yang diperlukan untuk persiapan dan

21
persetujuan gambar-gambar, pengiriman peralatan dan bahan kelapangan dan juga
kelonggaran dengan adanya hari libur umum maupun keagamaan.

3.8.2. Laporan kemajuan pelaksanaan


Sebelum tanggal sepuluh tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan Direksi,
Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan laporan Kemajuan Bulanan dalam
bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan secara detail
kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu. Laporan sekurang-kurangnya
harus berisi hal-hal sebagai berikut :
a. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan
berikutnya.
b. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase
rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang
dicapai pada bulan laporan.
c. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan ramalan tanggal
permulaan dan penyelesaian.
d. Daftar tenaga buruh setempat
e. Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan dilapangan yang digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan dipindahkan dari
lapangan.
f. Jumlah volume pekerjaan yang merupakan bagian Pekerjaan tetap harus
diuraikan sebagai berikut :
*. Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan timbunan
*. Jumlah volume untuk pekerjaan pasangan batu
*. Jumlah volume untuk berbagai pekerjaan beton
*. Jumlah banyaknya bangunan fasilitas lainnya, dll
g. Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama masa laporan
h. Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan kebutuhan pembayaran
yang diperlukan pada bulan berikutnya
i. Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang timbul atau
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama bulan laporan

3.8.3. Laporan Quality Assurance dan Rencana Mutu Kontrak


Penyedia jasa harus mengisi formulir Quality Assurance yang ditetapkan
oleh pengguna jasa dan harus disetujui oleh Direksi.
Penyedia Jasa harus melaksanakan sistem pengendalian dan kepastian kualitas
yang menjamin ketentuan-ketentuan dalam kontrak khususnya kualitas pekerjaan

22
dipenuhi/diikuti dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat
Umum Kontrak.
Paling lambat 28 (dua puluh delapan) hari sesudah SPMK diterbitkan, Penyedia
Jasa wajib menyerahkan rincian Program Mutu kepada PPK yang dengan jelas
menguraikan organisasi, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur intruksi kerja,
sumber daya dan mekanisme yang direncanakan untuk menjamin kualitas pekerjaan
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak termasuk format kerja dan prosedur
pengendalian kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan sehari - hari dilapangan.

3.8.4. Rencana kerja harian, mingguan dan bulanan


Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Mingguan yang sudah
disetujui oleh Direksi setiap akhir Minggu dan untuk minggu-minggu berikutnya.
Rencana tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah, pekerjaan konstruksi
lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, pengadaan bahan
pengangkutan bahan dan peralatan dan lain-lain yang dimiliki Direksi.
Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) rangkap rencana kerja harian secara tertulis
semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari maupun untuk hari-
hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah (galian dan
timbunan), pekerjaan pasangan batu, pekerjaan beton dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor harus menyediakan Rencana Kerja Bulanan dengan sistem bar chart
pada akhir bulan dan untuk bulan-bulan berikutnya. Rencana kerja ini harus
memperlihatkan tengggang waktu dari mulai sampai akhir kegiatan umum dengan
volume pekerjaan. Rencana Kerja ini harus diserahkan kepada Direksi pada hari
ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.

3.8.5. Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada waktu
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari pada rapat ini
membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang
diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul agar
dapat segera diselesaikan.

3.9. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)


a. Umum

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah terciptanya Sistem K3 di


tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan

23
mengurangi potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.

b. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3


1. Sistem Kerja
Ø Petugas yang kompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai dan
mengendalikan risiko yang timbul dari suatu proses kerja.
Ø Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut
ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
Ø Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk
mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan
dari personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan
oleh orang yang berwenang di perusahaan..
Ø Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko tinggi.
Ø Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara
benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai.
Ø Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai
sesuai dengan standar dan/atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ø Upaya pengendalian risiko dievaluasi secara berkala apabila terjadi
ketidaksesuaian atau perubahan pada proses kerja.
2. Pengawasan
Ø Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan
dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja yang
telah ditentukan.
Ø Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat risiko
tugas.
Ø Pengawas/penyedia ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat
upaya pengendalian.
Ø Pengawas/penyedia diikutsertakan dalam melakukan penyelidikan dan
pembuatan laporan terhadap terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengusaha
atau pengurus.
3. Penempatan Personil
Ø Persyaratan tugas tertentu termasuk persyaratan kesehatan diidentifikasi
dan dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja.
Ø Penugasan pekerjaan harus berdasarkan kemampuan dan keterampilan
serta kewenangan yang dimiliki.
24
4. Area Terbatas
Ø Pengusaha atau pengurus melakukan penilaian risiko lingkungan kerja
untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan izin
masuk.
Ø Terdapat pengendalian atas daerah/tempat dengan pembatasan izin masuk.
Ø Tersedianya fasilitas dan layanan di tempat kerja sesuai dengan standar
dan pedoman teknis.
Ø Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman
teknis.
Ø Terdapat sistem untuk penandaan bagi peralatan yang sudah tidak aman
lagi untuk digunakan atau sudah tidak digunakan.
5. Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
Ø Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah
diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan
diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja.
Ø Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil
identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang
berkompeten dan berwenang.
Ø Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan
darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.
Ø Instruksi/prosedur keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat
diperlihatkan secara jelas dan menyolok serta diketahui oleh seluruh tenaga
kerja di perusahaan.
Ø Peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan, diperiksa,
diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
Ø Jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat
keadaan darurat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
standar dan dinilai oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.

6. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Ø Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K
yang ada memenuhi peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman
teknis.

c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi


1. RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi/Pre Construction Meeting (PCM) oleh Penyedia Jasa, untuk
25
disahkan dan ditandatangani oleh PPK dengan menggunakan Format yang
tersedia.
2. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan penerapan SMK3
pada pelaksanaan konstruksi.
3. Dokumen hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa, dilaporkan
kepada PPK secara berkala dan menjadi bagian dari laporan pelaksanaan
pekerjaan.
4. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian dalam
penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan tambah/kurang,
maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui oleh PPK.
5. Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa dan di
lapokan kepada PPK secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan
triwulan), yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan pekerjaan.
6. Apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia wajib membuat laporan
kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja Setempat paling lambat
2x24 jam.
7. Penyedia saja wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja sesuai
hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan triwulan, dalam rangka menjamin
kesesuaian dan efektifitas penerapan RK3K.

3.10. Pembuatan Papan Nama Proyek


a. Umum

Papan nama proyek adalah papan info proyek yang menjelaskan nama paket
pekerjaan, lokasi, nomor kontrak ,lama waktu pekerjaan, tahun anggaran serta
penyedia jasa yang terlibat dalam proyek.

b. Cara Pelaksanaan

• Penyedia jasa wajib menyediakan papan nama proyek dengan format jenis
huruf angka arial hitam kapital, warna dasar papan putih, warna garis hitam.

• Papan nama proyek berukuran 80x120 cm yang terbuat dari bahan tahan air
dan di pasang di tempat yang mudah dilihat sesuai dengan arahan direksi.

26
c. Cara Pengukuran dan Pembayaran

Pembayaran dapat dilakukan setelah papan proyek terpasang di lokasi proyek


pada area yang telah di tentukan direksi, sesuai dengan yang tercantum dalam
kontrak.

3.11. Pemasangan Patok (Uitzet) dan Bouwplank


a. Pematokan (Uitzet)
• Umum
Uitzet (Pengukuran Kembali) adalah suatu pekerjaan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur, untuk mendapatkan data topografi pada lokasi
pekerjaan yang telah ditentukan. Pengukuran di lakukan 2 kali pada saat awal
pekerjaan dan akhir pekerjaan yang mana data ini merupakan data
pendukung perhitungan MC-0 dan MC-100.
• Cara Pelaksanaan
Sebelum memulai pekerjaan pembuatan saluran atau bangunan-bangunan,
Kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan setting out (uitzet) dengan
pengawasan konsultan dan pengawas proyek. Alat yang dipakai dalam
pengukuran ini minimal adalah alat Waterpass (WP) & Theodolite (T2).
Ketelilitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai
berikut:
ü Titik-titik untuk tampang lintang, boleh terletak kurang dari 2 cm dari
posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horisontal.
ü Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau
dibawa kembali ketitik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari
10 √L dimana L adalah panjang atau jarak sirkuit pengukuran dalam km.
ü Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan tanah harus
dipasang dengan tidak melewati 0,25 cm dari titik tinggi yang benar.
ü Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus
kurang dari 2 cm terhadap posisi yang benar. Titik untuk bangunan harus
terletak tidak lebih dari 0,25 cm dari kedudukan yang sebenarnya kecuali
pada pemasangan pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan yang
lebih tinggi.
Penyedia Jasa harus menyerahkan data pengukuran dan perhitungan
tentang letak, posisi, dimensi, dan lain- lain untuk semua item pekerjaan
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai kepada Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa harus membuat titik-titik referensi/BM sementara untuk
kepentingan Penyedia Jasa sendiri dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi
27
setiap titik BM sementara harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna
Jasa. Setiap titik BM sementara harus berpangkal pada BM yang ditetapkan
pemilik di lapangan.
Penyedia Jasa harus segera mengirim semua data survey, serta hasil
perhitungan dan gambar-gambar dari pengukuran MC-0 dan MC-100 kepada
Pengguna Jasa secepatnya, dengan rincian sebagai berikut :
ü Data ukur, 1 asli dan 1 rekaman
ü Gambar dengan ukuran A1 sebanyak 1 asli dan 1 rekaman serta ukuran
A3 sebanyak 2 rekaman

Kontraktor tidak diperbolehkan memulai suatu pekerjaan saluran/bangunan


sebelum posisi, ukuran-ukuran, dan ketinggian-ketinggiannya disetujui oleh
direksi.Pematokan pada as trase saluran dalam pengukuran ini harus dilakukan
pada setiap interval 25 m atau kurang dari itu dan pada setiap belokan dengan
menggunakan patok kayu. Jika pada waktu pengukuran/uitzet trase saluran
dijumpai ketidaksesuaian antara gambar dengan keadaan lapangan maka
kontraktor harus secepatnya melapor kepada direksi untuk diselesaikan
bersama.

• Cara Pengukuran dan Pembayaran


Pembayaran dilakukan setelah penyedia jasa menyelesaikan pengukuran dan
mengirim data survey dan hasil peerhitungan beserta gambar dan
rekamannya sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Kuantitas dan
harga.

b. Pemasangan Profil Kayu Pembentuk (Bouwplank)


Pada setiap pembuatan saluran dan bangunan, Kontraktor diwajibkan
memasang bouwplank/ profil dan mencantumkan elevasi serta nama
bangunannya. Pemasangan bouwplank/ profil harus berdasarkan peil elevasi
ketinggian dari patok hasil pengukuran Uitzet dan pemasangannya dapat
dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan selesai dan benar serta mendapat
persetujuan dari Direksi.
Bouwplank harus dibuat dari papan kayu kelas III yang lurus dan rata, untuk
membimbing pelaksanaan dilapangan dapat digunakan tarikan benang dan
kapur bangunan agar terlihat bentuk tanah yang akan digali ataupun bangunan
yang akan dipasang, untuk pekerjaan tanah profil dipasang setiap jarak 25 m
ataupun lebih rapat bila diperlukan sehingga terlihat penampang yang harus
digali ataupun yang harus ditimbun, Semua biaya untuk uitzet dan bouwplank
sudah termasuk dalam biaya umum (Overhead).

28
3.12. Pekerjaan Pembersihan, Penebangan, dan Pengupasan
A. Pembersihan (Clearing)
Pembersihan harus sudah termasuk pemotongan, pengangkutan, dan
pembuangan seluruh sisa tegakan (tunggul/tonggak) pohon, akar-akar, semak-
semak, dan material lain yang tidak dikehendaki pada daerah yang ditentukan
oleh direksi, terutama di lokasi pekerjaan bangunan utama. Selain itu
pembersihan juga harus dilakukan pada lokasi-lokasi seperti:
1) Areal tempat pengambilan bahan timbunan (borrow area).
2) Tempat timbunan bahan urugan (stockpile).
3) Lokasi pembuangan (disposal area).
4) Lokasi yang akan ditimbun kembali (backfill).
5) Lokasi di atas muka galian yang dibutuhkan.
Akar-akar dan tunggul-tunggul kayu sisa penebangan dengan tinggi < 50 cm di
dalam lokasi pembuangan dan di luar daerah galian tetap dibiarkan kecuali
ditentukan lain oleh direksi.Dahan pohon yang ditebang harus dipotong. Batang
dan dahan kayu ditimbun terpisah di daerah yang disetujui oleh direksi.
Bahan/material lain yang tidak dikehendaki selain pohon, harus dibuang pada
lokasi yang telah ditentukan oleh direksi. Lokasi pembuangan hasil pekerjaan
clearing dan grubbing tidak boleh berada di daerah genangan.
Tidak ada pembayaran terpisah untuk penebangan pohon di luar lokasi
pekerjaan. Biaya untuk penebangan tersebut dianggap sudah termasuk di dalam
harga satuan penawaran pekerjaan galian yang bersangkutan. Biaya untuk
pekerjaan pembersihan harus sudah termasuk di dalam harga satuan penawaran
untuk setiap jenis pekerjaan galian yang bersangkutan.

B. Pembongkaran (Grubbing)
Pekerjaan pembongkaran meliputi galian, pembongkaran, pengangkutan, dan
pembuangan akar-akar pohon, tonggak-tonggak, kayu-kayu, dan material lain
hasil pekerjaan pembersihan (clearing). Pembongkaran dilakukan untuk pohon
sampai setinggi < 50 cm dan juga pemotongan seluruh dahan/cabang dari
batang pokoknya. Pembongkaran pohon dilaksanakan di daerah lokasi
bangunan utama dan sekitarnya sesuai dengan petunjuk direksi. Kontraktor tidak
diperkenankan untuk menebang pohon maupun semak-semak di luar batas
daerah yang ditentukan tanpa seizin direksi. Pohon serta semak yang berada di
luar area pembongkaran (grubbing) harus tetap terpelihara dan terlindung dari
kerusakan.

29
C. Pengupasan (Stripping)
Kontraktor harus melakukan stripping (pengupasan) topsoil ditempat-tempat yang
akan ditimbun atau di backfill dan di borrow area. Topsoil adalah lapisan atas
tanah yang biasanya mengandung humus, material organik, akar rumput, dan
sejenisnya. Kedalaman stripping yang diukur vertikal minimal 20 cm atau seperti
petunjuk dari direksi.
Pengupasan (stripping) meliputi pekerjaan galian, pembuangan, dan
pengangkutan ke stockpile atau ke lokasi pembuangan yang telah ditentukan.
Dengan persetujuan Direksi, stripping dilakukan dengan cara semua tanah
lapisan atas yang baik dipindahkan ke stockpile untuk digunakan kembali dan
dipisahkan dengan material kupasan lain yang tidak dapat digunakan kembali.
D. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran pekerjaan ini dilaksanakan dalam satuan luas meter persegi (m2)
yang diukur dalam batas wilayah garis sempadan dan pembayaran untuk
pekerjaan ini dilakukan berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia
Jasa dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

3.13. Pekerjaan Galian Tanah Dengan Alat


A. Lingkup Pekerjaan
Yang diartikan pekerjaan “galian” dalam spesifikasi di sini adalah semua
pekerjaan yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
Ø Clearing, grubbing, dan stripping;
Ø Galian terbuka (open cut);
Ø Galian quarry dan borrow pit;
Ø Pekerjaan galian yang lainnya yang mungkin diinstruksikan oleh direksi.

B. Pembuangan Material Galian Tanah Berbatu


Ø Material hasil galian tanah yang tidak dapat digunakan untuk konstruksi harus
dibuang ke tempat pembuangan (spoilbank) pada lokasi yang telah
ditetapkan direksi.
Ø Tidak ada biaya khusus dalam penentuan, pengadaan, penempatan dan
perapian, tempat pembuangan material jelek hasil galian. Semua biaya yang
menyangkut pembuangan dan penempatan harus sudah termasuk dalam
harga satuan item pekerjaan galian.
Ø Tidak diperkenankan melakukan pembuangan hasil galian ke alur sungai atau
diluar tempat pembuangan yang telah ditetapkan, dan kontraktor harus
bertanggung jawab atas semua kerusakan yang disebabkan oleh aliran

30
sungai tersebut, pohon-pohon atau lainnya akibat dari penempatan disposal
area yang tidak diizinkan

C. Garis Batas, Ketinggian, Kemiringan dan Dimensi Galian


Ø Semua galian harus dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari direksi,
diantaranya meliputi batas galian, ketinggian, kemiringan, dan dimensi yang
tercantum dalam spesifikasi, gambar atau yang ditetapkan oleh direksi.
Ø Kontraktor harus selalu melakukan tindakan pencegahan untuk memperkecil
pengaruh galian terhadap material disekitarnya yang berdekatan dengan
batas-batas pekerjaan galian.
Ø Batas garis, ketinggian, kemiringan, dan dimensi tersebut kemungkinan dapat
berubah selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung sesuai kondisi lapangan
sebagaimana persetujuandireksi dan pula semua perubahan harus
dicantumkan dalam gambar konstruksi. Tidak ada biaya tambahan terhadap
harga satuan kontrak yang tercantum dalam daftar kuantitas.

D. Galian Terbuka
1. Umum
Ø Semua penggalian terbuka yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi
harus dibuat pada lines, level, grade, dan dimensi atau kualitas material
hasil galian seperti diperlihatkan dalam gambar, secara detail dalam
persyaratan, atau sesuai instruksi direksi. Selama pelaksanaan pekerjaan,
direksi mungkin melihat hal penting atau diperlukan sekali untuk merubah
slope, grade, atau dimensi penggalian dari yang tercantum dalam
persyaratan dan Kontraktor tidak dapat meminta penambahan biaya diatas
harga satuan penawaran dalam daftar kuantitas untuk penggalian dengan
alasan akibat adanya perubahan tersebut.
Ø Untuk kelancaran semua pembuangan hasil galian, kontraktor dapat
membuat alternatif lokasi pembuangan misalnya pada jalan, atau tempat
lainnya sesuai petunjuk dan persetujuan direksi, dan biaya yang timbul
merupakan tanggung jawab kontraktor. Setiap saat kontraktor harus
melakukan pengamanan seperlunya untuk menjaga material yang ada di
sekitarnya dan yang berada di luar lokasi proyek.
Ø Kelebihan penggalian diluarketentuan gambar dan spesifikasioleh kontraktor
untuk maksud dan alasan tertentu, selama tidak diperintahkan secara
tertulis oleh direksi dianggap sebagai galian yang tidak diperlukan dan
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor.

31
Ø Pembayaran untuk urugan kembali untuk mengisi kelebihan penggalian atau
keruntuhan akibat kondisi geologi yang burukdan bukan disebabkan
kelalaian atau kesalahan kontraktor, ditetapkan sesuai dengan ketentuan
direksi. Pembayaran backfill tersebut dibuat dengan harga satuan untuk
material backfill seperti yang ditentukan direksi berdasarkan harga satuan
kontrak yang tercantum dalam daftar kuantitas. Juga tidak ada pembayaran
untuk galian tambahan, selain yang ditentukan direksi.
Ø Kontraktor harus mempertimbangkan penanggulangan untuk perlindungan
kemiringan (slope) pada penggalian terbuka dari erosi atau keruntuhan
selama konstruksi. Biaya pekerjaan harus ditanggung oleh Kontraktor dan
harus sudah dipertimbangkan dimasukkan dalam item terkait untuk
penggalian sesuai penawaran dalam daftar kuantitas. Semua pekerjaan
permanen yang berhubungan dengan penggalian terbuka harusmelindungi
kemiringan (slope) dengan konservasi tanah yang dapat diterima oleh
direksi. Biaya untuk semua pekerjaan harus telah dipertimbangkan dan
dimasukkan dalam harga satuan penggalian sesuai penawaran dalam daftar
kuantitas, kecuali jika pembuatan proteksi kemiringan (slope) khusus
ditampilkan dalam gambar atau pemenuhan persyaratan dan tercantum
dalam item tersendiri dalam daftar kuantitas.

2. Slope Galian Pada Penggalian Terbuka


Kecuali ditampilkan dalam gambar, ditentukan dalam persyaratan, atau atas
instruksi direksi, kemiringan (slope) galian untuk penggalian terbuka ditetapkan
dalam tabel berikut. Penambahan lebar berm 1,0 (satu) meter harus diberikan
pada tinggi interval setiap 5,0 (lima) meter untuk pembuatan slope pada tanah
biasa (common soil).
Tabel 3.1. Slope Galian Pada Penggalian Terbuka
Material Slope (V : H) Uraian
Rock 1 : 0.5 Untuk slope permanen
1 : 0.3 Untuk slope sementara
1 : 0.2 Untuk slope urugan
Material Umum 1 : 1.0 Untuk slope permanen
(common) Residual 1 : 0.7 Untuk slope sementara
(grade V, VI) 1 : 0.7 Untuk slope urugan
Transported Material 1 : 2.0 Untuk slope permanen
1 : 1.5 Untuk slope sementara
1 : 1.5 Untuk slope urugan
3. Penggalian, Batas, Level dan Kemiringan
Semua penggalian terbuka harus dilaksanakan sesuai gambar rencana, level,
grade, dan dimensi seperti ditampilkan dalam gambar atau sesuai instruksi
direksi dan harus dipangkas dengan rapi dan finishing pada batas yang sudah
32
ditentukan, dengan pengecualian pada ketinggian tertentu dari batu yang tidak
boleh diganggu diizinkan diperpanjang dalam batasan rencana tidak lebih dari
15 (lima belas) cm, dimana permukaan tidak tertutup beton. Jika permukaan
penggalian ditutup oleh beton, permukaan diratakan atau dipotong sesuai
persetujuan direksi dengan menggunakan peralatan tangan atau peralatan
mekanis yang disetujui.

E. Penggalian Untuk Jalan Akses


1. Kontraktor harus melaksanakan semua kelas penggalian terbuka untuk jalan
akses sesuai dengan keperluan bab ini dan semua keperluan pelaksanaan
sesuai dengan spesifikasi teknik ini. Kecuali ada instruksi lain atau atas
persetujuan direksi semua area galian untuk jalan akses harus dibersihkan,
ditebang, dan dikupas sesuai dengan ketentuan sebelum mendapat izin
penggalian.
2. Material hasil galian pekerjaan jalan harus digunakan sejauh dapat
dipergunakan dalam konstruksi timbunan jalan sehubungan dengan
“pelaksanaan cut and fill” untuk mengoptimalkan penggunaan material dan
meminimalkan pengangkutan material dan pengurugan. Kelebihan material
urugan untuk pekerjaan jalan harus dibuang ke tempat pembuangan (spoil
bank) yang direncanakan untuk areal pembuangan yang ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai instruksi direksi.
3. Tidak kurang 30 (tiga puluh) hari sebelum mendapat izin untuk memulai
pekerjaan, Kontraktor harus menyampaikan rencana penggalian terbuka jalan
akses permanen untuk mendapat persetujuan direksi.

F. Klarifikasi Material dan Galian


1. Klasifikasi Insitu Materials
Dalam rangka membantu mengidentifikasi material hasil galian dan klasifikasi
jenis jenis pekerjaan galian, maka perlu dibuat suatu pedoman umum tentang
tingkat pelapukan jenis batuan setempatsebagaimana diberikan pada gambar
rencana seperti yang diuraikan pada bab ini. Klasifikasi tingkat pelapukan
batuan berdasarkan International Society of Rock Mechanics (ISRM)
diperlihatkan 6 (enam) tingkat pelapukan dan akan diterapkan pada proyek
ini.Batuan dengan tingkat pelapukan I dan II adalah bahan batu seperti yang
umumnya dikenal di dalam bidang engineering. Tingkat pelapukan V dan VI
adalah material tanah biasa (common soil) sedangkan tingkat III dan IV
merupakan bentuk transisi antara tanah dan batu. Bentuk transisi ini disebut
batuan lapuk atau weathered rock.

33
Gradasi tingkat pelapukan III sampai IV seringkali kurang jelas namun batasan
ini umumnya nampak jelas pada perubahan batuan lapuk (weathered rock)
dengan batuan segar.
2. Klasifikasi Galian
Untuk keperluan pengukuran volume dan pembayaran,pekerjaan galian harus
dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan metode yang diterapkan
sebagai berikut:
Ø Galian pada batuan keras (bed rock/rock)
Pekerjaan galian pada batuan keras adalah berupa penggalian pada
massa batuan dengan tingkat pelapukan I dan II. Jenis material ini tidak
dapat digaruk (ripping) dengan bulldozer sekelas Caterpillar D-7 dilengkapi
single shank ripper, atau alat sejenis.
Massa batuan dengan tingkat pelapukan I dan II hanya dapat dipotong
dengan menggunakan drilling dan blasting, drilling dan wedging atau
barring atau menggunakan rock breaker (excavator & hydraulic breaker
1,3 ton). Apabila digunakan rock breaker, umumnya produktivitas kerjanya
cukup rendah dan menimbulkan suara nyaring akibat benturan antara
ujung breaker dengan batuan keras atau dengan alat sederhana seperti
palu atau pahat.
Boulder atau potongan batuan keras yang volume butirannya lebih besar
dari 1 m3 dapat dikategorikan sebagai batu keras, sebaliknya bila volume
butirannya lebih kecil dari 1 m3 diklasifikasikan sebagai tanah biasa atau
batuan lunak.
Material yang tidak hancur karena peledakan (kecuali batuan besar dan
pecahan batu) tidak dimasukkan dalam klasifikasi batuan keras, kecuali
bila batuan tersebut dihancurkan dengan menggunakan peledakan (bila
tidak membahayakan), peralatan mekanik atau secara manual atau
metode lain yang ditetapkan dalam spesifikasi atau dengan persetujuan
Direksi.
Ø Galian batu lunak (terrace deposit/weathered rock)
Pekerjaannya meliputi penggalian dan pemindahan batuan besar (boulder)
dengan ukuran yang bervariasi serta semi consolidated sandy matrix.
Metode penggalian batuan lunak tidak dapat dilakukan dengan metode
konvensional dan tidak dapat digaruk (ripping) dengan bulldozer sekelas
Caterpillar D-7 dilengkapi single shank ripper, atau alat sejenis.
Dengan persetujuan direksi, kontraktor dapat menggunakan metode
peledakan untuk menghancurkan material keras atau batuan lunak di

34
lokasi, dan penghancuran selanjutnya dapat dilakukan dengan ripping atau
single shank ripper, dan galiannya diklasifikasikan sebagai galian batuan
lunak.
Ø Galian tanah biasa (common)
Pekerjaan galian tanah biasa adalah berupa penggalian pada seluruh jenis
tanah residual (residual soil) dan transported soil. Galian tanah biasa dapat
dilakukan dengan segala jenis peralatan mekanis tanpa memerlukan
proses ripping atau breaking. Jenis material yang termasuk didalam
kategori tanah (common soil) adalah batuan dengan tingkat pelapukan V
dan VI.
Jenis material ini diantaranya meliputi semua residual soil yang umumnya
disebut "tanah", tanah liat (clay), lanau (silt), pasir, kerikil, cobble, deposit
alami sirtu dan boulder lepas yang volume butirannya kurang dari 1 m3.
Galian tanah biasa meliputi penggalian dan pengangkutan tanah lapisan
atas (topsoil), tanah organik, kayu, semak, dan lapisan tanah lain yang
diklasifikasikan sebagai tanah biasa dengan persetujuan dari direksi.
Galian tanah biasa tidak termasuk pekerjaan clearing, grubbing, atau
stripping.
Untuk keperluan pembayaran, tidak dipertimbangkan biaya tambahan
akibat adanya penambahan peralatan galian yang
digunakan.Pengklasifikasian kategori galian ditetapkan oleh direksidan
dihadiri oleh kontraktor di lokasi pekerjaan.

G. Cara Perhitungan dan Pembayaran


Galian tanah berbatu diukur dalam satuan meter kubik (m3) yang diperhitungkan
mulai dari permukaan tanah sampai ke garis dan elevasi galian yang sudah
dirapikan sesuai dengan gambar kerja. Penetapan tentang jenis galian tanah
berbatu sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini ditetapkan oleh PPK.
Pembayaran untuk galian tanah berbatu akan dilakukan sesuai dengan
harga satuan jenis pekerjaan tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga.Harga
tersebut dianggap sudah termasuk semua biaya untuk pekerja, peralatan, bahan,
angkutan dan pembuangan, perapian dan pencegahan longsoran tebing galian
dan upaya lainnya kecuali bila sudah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

35
3.14. Pekerjaan Timbunan Tanah Setempat Dengan Alat Dipadatkan
A. Umum
Timbunan tanah setempat ini diperoleh dari sekitar area kerja dan tidak perlu
keluar dari lokasi kerja sehingga menghemat biaya mobilisasi material.
Pengambilan tanah timbunan cukup menggunakan excavator atau sejenisnya
untuk mengeruk tanah berlebih yang kemudian dapat digunakan kembali untuk
pekerjaan timbunan ini.
B. Cara Pelaksanaan
ü Material timbunan diambil dari tanah bekas galian maupun dari tempat lain
yang masih masuk di area pekerjaan sesuai dengan persetujuan Direksi,
ü Timbunan diletakkan jika elevasi dasar saluran masih belum mencapai
elevasi rencana maupun setelah pembangunan saluran di sekeliling
bangunan selesai,
ü Material timbunan dikeruk dan dihamparkan pada area yang akan
ditimbun dengan bantuan alat berat excavator atau sejenisnya kemudian
dipadatkan dengan bantuan alat stamper sesuai dengan yang tercantum
dalam kontrak kerja,
ü Ukuran dan dimensi timbunan ditentukan berdasarkan gambar kerja.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran pembayaran pekerjaan ini berdasarkan jumlah atau volume yang
tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh Pengguna Jasa. Pembayaran
pekerjaan timbunan tanah setempat dengan alat dipadatkan ini berdasarkan
satuan meter kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini telah mencakup pengangkutan
pembuangan yang dilanjutkan oleh Pengguna Jasa bilamana tanah tersebut
tidak dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan.

3.15. Pekerjaan Timbunan Tanah Dari Luar Dengan Alat Dipadatkan


A. Umum
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dari luar adalah kegiatan
penimbunan dengan mempergunakan bahan timbunan dari galian pada
suatu lokasi pengambilan (borrow area) dengan jenis dan kualitas tanah yang
tertentu dan penyedia jasa mengeluarkan biaya untuk pengadaan material
tanah timbunan tersebut. Sumber dari material tanah yang didatangkan
untuk setiap timbunan harus sesuai dengan borrow area yang telah disetujui
direksi.

36
B. Cara Pelaksanaan
ü Material timbunan diambil dari lokasi pengambilan (borrow area) yang sesuai
dengan persetujuan Direksi,
ü Karena lokasi pengambilan material berasal dari luar area pekerjaan maka
diperlukan dump truck untuk melakukan pengangkutan tanah ke lokasi
penimbunan. Dump truck yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan dalam dokumen kontrak,
ü Timbunan diletakkan jika elevasi dasar saluran masih belum mencapai
elevasi rencana maupun setelah pembangunan saluran di sekeliling
bangunan selesai,
ü Material timbunan dikeruk dan dihamparkan pada area yang akan
ditimbun dengan bantuan alat berat excavator atau sejenisnya kemudian
dipadatkan dengan bantuan alat stamper sesuai dengan yang tercantum
dalam kontrak kerja,
ü Ukuran dan dimensi timbunan ditentukan berdasarkan gambar kerja.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran pembayaran pekerjaan ini berdasarkan jumlah atau volume yang
tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh Pengguna Jasa. Pembayaran
pekerjaan timbunan tanah dari luar dengan alat dipadatkan ini berdasarkan
satuan meter kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga satuan untuk pekerjaan ini telah mencakup pengangkutan
pembuangan yang dilanjutkan oleh Pengguna Jasa bilamana tanah tersebut
tidak dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan.

3.16. Pekerjaan Beton Mutu f'c = 19,3 Mpa (K-225) Pracetak


A. Material/ Bahan
1.) Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement, harus
produksi dalam negeri dan sesuai dengan PBI-1971, NI-2. Kontraktor harus
menyediakan contoh semen apabila diminta oleh Direksi, keduanya yaitu
contoh dari gudang kontraktor dilapangan dan dari pihak pabrik, atau
kontraktor harus menguji semennya menurut PBI-1971 (NI-2).
Portland Cement yang disimpan dalam gudang lapangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyimpanan, bilamana portland cement telah mengeras,
maka tidak boleh dipakai untuk campuran. Kecuali diizinkan lain oleh Direksi
maka hanya produk dari satu pabrik untuk setiap jenis semen PC harus
digunakan di proyek

37
2.) Bahan Pasir, Batuan/ Agregat
Bahan pasir, batuan/ agregat untuk beton dan adukan harus memenuhi pasal
Standart Nasional Indonesia ataupun hasil Job Mix Design yang dilakukan di
laboratorium.
- Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan bahan
lain seperti pasir dan batu pecah akan diijinkan, apabila menurut
pendapat Direksi, pasir yang tidak memenuhi gradasinya.
- Bahan batuan/ agregat (kerikil) harus memenuhi persyaratan dan
bergradasi baik dengan diameter maksimum tergantung dari kelas
betonnya. Kerikil harus dari batu pecah.

Apabila kelas dari beton menghendaki perlawanan abrasi yang baik, maka
bahan batuan harus diambil dari lokasi setempat yang menurut penilaian
Direksi adalah yang terbaik.

Kontraktor harus mengirim contoh material apabila dibutuhkan Direksi.

3.) Air

Air yang digunakan dalam mencampur , merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat- zat yang merugikan
seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau zat organik. Air dengan kualitas
air minum dapat digunakan tanpa pengujian.

4.) Zat Tambahan


Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air
sebagaimana ditentukan. Tidak boleh ada campuran bahan- bahan lain
dengan beton atau adukan tanpa persetujuan Direksi. Kontraktor boleh
memakai zat pelambat untuk memudahkan persiapan pembuatan
sambungan- sambungan cor, sebagaimana susunannya zat pelambat dan
cara pemakaiannya harus mendapat persetujuan Direksi.

B. Uraian Pekerjaan
1.) Mencampur Bahan Beton
• Komposisi
Beton terdiri dari semen Portland, agregat kasar, agregat halus, air, dan
admixture yang telah disetujui, yang dicampur dengan baik sesuai
dengan persyaratan.

• Perbandingan Campuran dan Tipe Bahan Struktur


Perbandingan campuran beton ditentukan oleh Direksi untuk
mendapatkan kualitas baik dan nilai ekonomis tinggi, memiliki kuat tekan
38
tinggi, tahan lama, dan mampu menahan perubahan tegangan akibat
perubahan alam dan pertimbangan lainnya.

Beton yang telah dicor harus memiliki ukuran agregat lebih besar dari 80
mm untuk beton tidak bertulang dan maksimum 20 mm untuk beton
bertulang. Ukuran maksimum agregat, kuat tekan yang diizinkan, kadar
semen, dan nilai slump untuk berbagai tipe (kelas) beton yang
dipergunakan untuk pekerjaan konstruksi harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 3.3. Nilai Slump Untuk Berbagai Tipe Beton
Ukuran Kuat Tekan Berat Nilai Batas
Type Maksimum Umur 28 Semen Slump
(Class) Agregat Hari Minimum
mm Kg/cm2 Kg/m3 cm
A (K-225) 20 225 350 7-12
B (K-225) 40 225 330 5-10
C (K-175) 20 175 300 7-12
D (K-175) 40 175 280 5-10
E (K-125) 20 125 250 7-12
F (K-125) 40 125 230 5-10
Note: Tipe/kelas yang ditunjukkan dalam ( ) adalah ekuivalen dalam
perencanaan catatan standar “Peraturan Beton Bertulang Indonesia”
(P.B.I), 1971 N. 1-2, yang dipublikasi Pemerintah Republik Indonesia,
Departemen PU. Direktorat Jenderal Cipta Karya

Diluar tabel kadar semen yang diberikan, Direksi dapat merubah variasi
kadar semen pada satu atau beberapa tipe beton selama pekerjaan
konstruksi dan kontraktor tidak memiliki hak untuk meminta tambahan
biaya terhadap perubahan tersebut. Perbandingan campuran beton dari
berbagai tipe beton ditentukan oleh Direksi untuk mendapatkan beton
yang memiliki nilai workability yang bagus, kerapatan, kedap air, tahan
lama dan kekuatan yang disyaratkan tanpa menggunakan kadar semen
yang berlebihan. Tipe beton untuk pekerjaan khusus harus seperti
ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi, desain kuat
tekan berbagai tipe seperti ditampilkan dalam tabel di atas.

• Percobaan Campuran (Trial Mixes)


Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan dimulai,
Kontraktor harus membuat trial mix untuk setiap tipe atau kelas beton
39
dibawah pengawasan Direksi dengan menggunakan semua fasilitas
pekerjaan yang ada di lapangan, termasuk mesin agregat, mesin
pengaduk dan mesin pencampur beton. Contoh tiap trial mixes harus diuji
di laboratorium lapangan dengan pengawasan Direksi. Pembuatan dan
test tiap trial mix harus dilakukan sampai mendapatkan beton yang sesuai
dengan spesifikasi yang disyaratkan termasuk juga test trial beton oleh
Kontraktor, percobaan penuangan beton dan test-test lain terhadap beton
dan agregat harus diarahkan oleh Direksi. Semua biaya yang dikeluarkan
dalam pengujian sampel beton menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
penyedia jasa.

2.) Test Beton dan Material Beton


Kecuali ditentukan oleh Direksi, contoh dan uji material beton, adukan beton
(fresh concrete) dan beton yang sudah mengeras, harus dilakukan
Kontraktor, pengujian dilakukan di laboratorium lapangan dibawah arahan
Direksi sesuai dengan standart ASTM terakhir atau atas persetujuan Direksi.
Kontraktor harus mengadakan uji bahan dan uji campuran berdasarkan
percobaan campuran untuk beton Tipe A sampai Tipe F sedemikian sehingga
disetujui Direksi. Pengambilan bahan agregat yang dipakai sebagai bahan uji
harus diketahui oleh Direksi dan dibuat berita acara tertulis, sedang merk
semen yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi.

Kontraktor harus melaksanakan test secara rutin berbagai tipe beton selama
produksi dan pengecoran untuk menentukan kuat tekan, slump test, kadar
udara, berat jenis, test material agregat dan juga test lainnya dengan arahan
Direksi. Setelah mendapatkan workability yang sesuai, penyedia jasa
wajib mengambil sampel uji beton sebanyak minimal 9 sampel untuk setiap
90 m3 volume pengecoran beton agar dapat dilakukan pengujian kuat tekan
beton pada usia 7, 14 dan 28 hari dan harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI 03-1973-1990) dan PBI 1971, NI-2 yang kemudian penyedia
jasa wajib melaporkan hasil pengujian tersebut kepada direksi dan PPK
dalam bentuk dokumen. Semua biaya yang dikeluarkan dalam pengujian
sampel beton menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyedia jasa.

3.) Pengadukan dan Pencampuran Beton


• Umum
Kontraktor berkewajiban menyediakan alat pencampur beton (Self
Loading Concrete Mixer) dengan kapasitas 3,45 m3 atau sesuai yang
tercantum dalam dokumen kontrak. Mesin dan alat harus mampu

40
mencampur agregat kasar dan halus, semen, air dan zat tambahan,
menjadi campuran yang seragam dan menyatu.

• Pencampuran
Kontraktor harus memasang, memelihara, dan mengoperasikan alat
pencampuran sesuai dengan persyaratan yang diperlukan, yang
kebenaran dan keseragaman adukan sesuai jumlah yang dibutuhkan
untuk bahan beton sesuai dengan berbagai tipe beton.
a. Pencampuran
Pencampuran harus secara otomatis menggunakan pencampuran
yang dapat beroperasi tetap, tidak lebih dari satu kemiringan, dengan
persetujuan Direksi. Campuran tidak boleh melebihi kapasitas yang
dizinkan oleh pembuat. Direksi dapat memerintahkan penyesuaian
kapasitas adukan sesuai ukuran kemampuan campuran. Campuran
harus merupakan kombinasi material dalam campuran yang seragam
tanpa terjadi pemisahan. Adukan tangan tidak boleh digunakan untuk
beton untuk pekerjaan permanen.
b. Kemampuan Campuran
Direksi dapat melakukan test efisiensi campuran tiap kelas beton,
secepatnya sampai alat dalam kondisi siap beroperasi. Setiap kali
selesai melakukan pengadukan, tiga contoh beton harus diambil, satu
di awal pengadukan, satu pada pertengahan dan satu bagian terakhir
menjelang selesai adukan.
c. Waktu Pencampuran
Waktu minimum campuran untuk tiap adukan beton harus diikuti,
pengukuran waktu semua material di dalam drum campuran, diikuti
pencampuran air. Waktu pencampuran minimum dan lama putaran
mixer dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai hasil Job Mix
Formula (JMF) yang sudah dilakukan.

Waktu pencampuran khusus hanya atas perintah Direksi setelah


kemampuan efisiensi mixer dibuktikan terlebih dahulu. Waktu adukan
harus diatas batas waktu minimum yang disetujui Direksi, dimana
setiap pertambahan perlu menjamin keseragaman dan ketepatan
beton, atau dimana test contoh beton diambil dari depan, tengah, dan
belakang yang diperlihatkan oleh campuan mempunyai perbedaaan
10% kadar pasir/semen atau kadar air semen. Mixer yang harus
disediakan adalah alat yang mampu secara mekanik sampai waktu

41
pencampuran selesai. Perlengkapan harus selalu dibuat untuk
menjaga adukan yang belum selesai sebelum campuran dimulai lagi.
d. Pemeliharaan
Mixer harus selalu dipelihara untuk menjaga dalam kondisi baik dan
drum mixer harus bebas dari mortar yang mengeras. Hasil produksi
yang tidak baik dari setiap mixer, kebocoran mortar, atau setiap
pencucian material, setelah dipakai harus dipindahkan dan ditaruh
untuk diperbaiki.

• Penolakan Dari Campuran


Direksi dibenarkan untuk melakukan penolakan campuran beton untuk
keadaan:
a. Jika mulai mencampur tidak dikerjakan setelah 30 menit adukan
semen dengan agregat dicampur.
b. Jika lebih dari 30 menit setelah berhenti antara selesainya adukan
dan kenyataan pengecoran beton tanpa diaduk lagi.
c. Jika lebih dari satu jam setelah selesai antara pemasukan semen ke
agregat dan pengecoran beton di lapangan belum selesai.
d. Jika proporsi campuran tidak sesuai dengan persyaratan.

4.) Penyelesaian Akhir Beton


Semua penyelesaian permukaan beton harus dalam kondisi halus, seragam
dalam warna dan tekstur, bebas dari semua tonjolan, kerusakan, lubang,
keropos, atau berkerak.

5.) Pemeliharaan Beton


• Umum
Kontraktor harus membuat perlengkapan untuk pemeliharaan beton
seperti yang disyaratkan atau atas perintah dari Direksi, untuk hasil yang
baik harus mengikuti:
- Senyawa cairan semen mengembang secara berangsur;
- Beton tidak cepat mengeras dari plastis dan elastis yang ditetapkan;
- Beton tidak retak atau rusak karena beda suhu yang tinggi atau
perubahan suhu secara cepat;
- Permukaan beton tidak rusak karena lalulintas, cuaca, atau gerusan
aliran air atau pengaruh zat kimia.

Metode dan material yang digunakan harus tersedia setiap waktu, dan
sudah mendapat persetujuan Direksi. Semua peralatan yang diperlukan
42
mampu untuk memelihara dan menjaga pengecoran beton yang harus
siap dipasang sebelum penuangan beton dimulai.

6.) Dimensi beton Pracetak yang akan dikerjakan


• Penampang Saluran dan Tersier yang akan dicetak sesuai dengan
gambar rencana atau yang sudah ditetapkan dalam dokumen kontrak.

C. Cara Perhitungan dan Pembayaran


Pengukuran volume satuan pekerjaan beton dinyatakan dalam meter kubik (m3).
Pembayaran untuk pekerjaan beton harus dibuat dalam satuan meter kubik (m3)
sesuai yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah
termasuk semua biaya tenaga, bahan dan pengecoran termasuk pengangkutan
bahan serta penyelesaian pekerjaan beton tersebut.

3.17. Pekerjaan Lantai Kerja (Bedding) f'c = 7,4 Mpa (K-100)


A. Material/ Bahan
1.) Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement, harus
produksi dalam negeri dan sesuai dengan PBI-1971, NI-2. Kontraktor harus
menyediakan contoh semen apabila diminta oleh Direksi, keduanya yaitu
contoh dari gudang kontraktor dilapangan dan dari pihak pabrik, atau
kontraktor harus menguji semennya menurut PBI-1971 (NI-2).
Portland Cement yang disimpan dalam gudang lapangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyimpanan, bilamana portland cement telah mengeras,
maka tidak boleh dipakai untuk campuran. Kecuali diizinkan lain oleh Direksi
maka hanya produk dari satu pabrik untuk setiap jenis semen PC harus
digunakan di proyek

43
2.) Bahan Pasir, Batuan/ Agregat
Bahan pasir, batuan/ agregat untuk beton dan adukan harus memenuhi pasal
Standart Nasional Indonesia ataupun hasil Job Mix Design yang dilakukan di
laboratorium.
- Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan bahan
lain seperti pasir dan batu pecah akan diijinkan, apabila menurut
pendapat Direksi, pasir yang tidak memenuhi gradasinya.
- Bahan batuan/ agregat (kerikil) harus memenuhi persyaratan dan
bergradasi baik dengan diameter maksimum tergantung dari kelas
betonnya. Kerikil harus dari batu pecah.

Apabila kelas dari beton menghendaki perlawanan abrasi yang baik, maka
bahan batuan harus diambil dari lokasi setempat yang menurut penilaian
Direksi adalah yang terbaik.

Kontraktor harus mengirim contoh material apabila dibutuhkan Direksi.

3.) Air

Air yang digunakan dalam mencampur , merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat- zat yang merugikan
seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau zat organik. Air dengan kualitas
air minum dapat digunakan tanpa pengujian.

4.) Zat Tambahan


Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air sebagaimana
ditentukan. Tidak boleh ada campuran bahan- bahan lain dengan beton atau
adukan tanpa persetujuan Direksi. Kontraktor boleh memakai zat pelambat
untuk memudahkan persiapan pembuatan sambungan- sambungan cor,
sebagaimana susunannya zat pelambat dan cara pemakaiannya harus
mendapat persetujuan Direksi.
B. Cara Pelaksanaan
ü Lantai kerja yang dikerjakan dalam pekerjaan ini merupakan campuran beton
dengan mutu f’c 7,4 Mpa (K-100). Lantai kerja ini harus dikerjakan sebagai
dudukan dasar beton pracetak yang akan dipasang nantinya. Pembuatan
lantai kerja ini haruslah rapi dan dikontrol pemerataannya agar saat
pemasangan beton pracetak lebih mudah dan menghasilkan saluran irigasi
yang bagus dari segi kualitas maupun estetikanya.
ü Pengadukan beton dapat dilakukan dengan menggunakan molen beton
(concrete mixer) dengan durasi pengadukan tidak kurang dari 3 menit.

44
ü Sebelum dilakukan penuangan beton, penyedia jasa harus membuat mal/
cetakan pada trase saluran selebar beton pracetak yang akan dipasang
nantinya dengan menggunakan papan dengan ketebalan sesuai dengan
gambar kerja dan dikontrol kelurusan lantai kerja dengan menggunakan alat
ukur.
ü Perataan campuran setelah dituang juga harus dilakukan dengan bantuan
benang agar di peroleh lantai kerja yang rata sesuai dengan gambar kerja.
ü Kontraktor harus melaksanakan test secara rutin selama produksi dan
pengecoran beton untuk menentukan kuat tekan, slump test, kadar udara,
berat jenis, test material agregat dan juga test lainnya dengan arahan Direksi.
Setelah mendapatkan workability yang sesuai, penyedia jasa wajib
mengambil sampel uji beton sebanyak minimal 9 sampel untuk setiap 90 m3
volume pengecoran beton agar dapat dilakukan pengujian kuat tekan beton
pada usia 7, 14 dan 28 hari dan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI 03-1973-1990) dan PBI 1971, NI-2 yang kemudian penyedia jasa wajib
melaporkan hasil pengujian tersebut kepada direksi dan PPK dalam bentuk
dokumen. Semua biaya yang dikeluarkan dalam pengujian sampel beton
menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyedia jasa
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan beton dinyatakan dalam meter kubik (m3).
Pembayaran untuk pekerjaan beton harus dibuat dalam satuan meter kubik (m3)
sesuai yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah
termasuk semua biaya tenaga, bahan dan pengecoran termasuk pengangkutan
bahan serta penyelesaian pekerjaan beton tersebut.

3.18. Pekerjaan Pembesian untuk Pracetak


A. Umum
Pada pekerjaan beton pracetak baik saluran sekunder maupun tersier
menggunakan baja tulangan beton polos (BjTP) sesuai dengan SNI 2052- 2014
dan PB 1971. Untuk tulangan pokok menggunakan BjTP Ø10 dan tulangan
melintang menggunakan BjTP Ø10 dengan jarak masing-masing antar tulangan
≤15 cm atau ditentukan lain sesuai gambar yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa dapat melakukan pemotongan dan perakitan tulangan
sesuai dengan dimensi yang tertera dalam gambar kerja jauh sebelum proses
pengecoran dilaksanakan.

45
ü Jarak antar tulangan baik tulangan pokok maupun melintang adalah
≤15cm atau ditentukan lain sesuai gambar yang tercantum dalam dokumen
kontrak dan harus dilakukan pengikatan menggunakan kawat bendrat secara
selang seling di setiap persilangan tulangan pokok dan melintang dalam
suatu rangkaian.
ü 1 rangkaian tulangan dikerjakan sepanjang ± 90 cm untuk mendapatkan hasil
cetakan beton 1 meter setiap unitnya atau ditentukan lain sesuai gambar
yang tercantum dalam dokumen kontrak.
ü Tulangan yang akan dan sudah dirakit harus ditempatkan pada area yang
terlindungi dari panas dan hujan untuk menghindari korosi baik pada tulangan
itu sendiri maupun pada ikatan bendrat.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pembesian untuk pracetak dinyatakan
dalam satuan berat (Kg) dengan banyak rakitan yang sudah dikerjakan sesuai
dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga
tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan bahan termasuk pengangkutan
bahan serta penyelesaian pekerjaan pembesian tersebut.

3.19. Pekerjaan Pembuatan Bekisting Untuk Pelat Beton Pracetak


A. Umum
Bekisting adalah suatu sarana pembantu untuk pencetak beton sesuai dengan
ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan. Bekisting untuk
pencetakan beton pada paket ini dibuat dari bahan plat baja setebal 4 mm dan
dirakit dengan menggunakan besi siku dan alat bantu berupa mesin las. Bentuk
dan cara kerja bekisting ini sendiri bervariasi sesuai metode kerja penyedia jasa
dengan syarat harus menhasilkan beton pracetak sesuai dengan dimensi pada
gambar kerja yang sudah tercantum dalam dokumen kontrak.
B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa wajib menyediakan bahan dan alat pembuatan bekisting ini
dari jauh hari sebelum dari jadwal pelaksanaan agar pekerjaan tidak
terhambat jika harus memesan dari luar kota.
ü Sebelum melakukan perakitan dan pengelasan, penyedia jasa harus
mempresentasikan model dan cara penggunaan bekisting kepada pihak
pengguna jasa.
ü Setelah mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa, ketersediaan alat dan
bahan, maka penyedia jasa harus segera membuat bekisting beton pracetak
dengan jumlah yang telah ditentukan oleh pihak pengguna jasa.

46
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pembuatan bekisting untuk pelat beton
pracetak dinyatakan dalam satuan luasan (m²) dengan banyak rakitan yang sudah
di kerjakan sesuai dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan
bahan termasuk pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan pembuatan
bekisting tersebut.

3.20. Pekerjaan Pemasangan dan Membuka Bekisting Beton Pracetak


A. Umum
Pekerjaan Pemasangan bekisting dilakukan sebelum penuangan campuran beton
dan pekerjaan membuka bekisting pada saat kondisi usia beton sudah cukup
keras. Pada pekerjaan ini harus diperhatikan kesiapan bekisting dengan
pemberian minyak bekisting, pelumas (oli) atau solar pada permukaan bekisting
sebelum dilakukan penuangan campuran juga pembersihan bekisting setelah
dilakukan pembongkaran bekisting.
B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa wajib mengecek kesiapan bekisting sebelum dilakukan
pengecoran.
ü Sebelum dilakukan penuangan beton, penyedia jasa wajib mengoleskan
pelumas pada permukaan bekisting agar beton dapat dengan mudah
dipisahkan dengan bekisting saat mulai mengeras.
ü Setelah beton mengeras, bekisting dapat dibuka kembali dan dipisahkan dari
beton yang ada untuk dibersihkan dan dioleskan pelumas kmbali agar bisa
digunakan kembali.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pemasangan dan membuka bekisting
beton pracetak dinyatakan dalam satuan luasan (m²) dengan banyaknya item
yang sudah dikerjakan sesuai dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan
bahan termasuk pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan
pemasaangan dan membuka bekisting tersebut.

3.21. Pekerjaan Pengangkutan Beton Pracetak


A. Umum
Pekerjaan ini adalah proses pemindahan beton pracetak dari lokasi pencetakan
menuju ke lokasi pemasangan. Proses pengangkatan dilakukan dengan bantuan

47
alat berat berupa excavator dari lokasi pencetakan ke atas dump truck yang
kemudian dibawa menuju ke lokasi pemasangan. Dari atas dump truck kembali
dilakukan pemindahan/ pengangkatan menuju pinggir trase saluran dengan
bantuan alat berat excavator.
B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa dalam proses pengangkutan beton pracetak membutuhkan
alat berat berupa excavator atau alat lain sesuai dengan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
ü Dari lokasi pencetakan tiap-tiap unit beton pracetak diangkat
menggunakan excavator ke atas dump truck dengan bantuan sling agar tidak
merusak permukaan beton.
ü Beton pracetak yang sudah diangkut ke pinggir trase saluran akan diangkat
kembali menggunakan excavator yang sudah standby di sepanjang trase
saluran yang akan dilakukan pemasangan beton pracetak.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pengangkutan beton pracetak ditentukan
dalam satuan unit atau buah dengan banyaknya beton pracetak yang sudah
dipindahkan dari lokasi pencetakan ke lokasi pemasangan/ pinggir trase saluran
yang sesuai dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan bahan termasuk
pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan pengangkutan beton
pracetak tersebut

3.22. Pekerjaan Pemasangan Beton Pracetak


A. Umum
Pekerjaan pemasangan beton ini dilakukan penyedia jasa dengan bantuan alat
berat berupa excavator atau sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
kontrak dan dibantu oleh tenaga tukang dalam proses penyetelan posisi dan arah
beton di atas lantai kerja (bedding) yang sudah dibuat sebelumnya.
B. Cara Pelaksanaan
ü Pada pekerjaan ini penyedia jasa harus menyediakan campuran basah guna
penyetelan posisi beton jika belum sesuai dengan elevasi rencana pada
lantai kerja yang sudah dikerjakan sebelumnya.
ü Pemasangan beton dilakukan dengan bantuan alat berat berupa excavator
atau sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen kontrak dan sling
dengan bantuan tenaga manusia pada saat pemasangan sling pada beton

48
dan bucket excavator untuk mengangkat beton pracetak dari tepi trase ke
atas lantai kerja yang sudah di buat.
ü Para pekerja harus siap di dalam trase untuk membantu
mengarahkan penempatan beton pracetak dan untuk melepaskan sling yang
terikat pada beton pracetak jika sudah pada posisi yang tepat.
ü Setiap beton yang sudah diturunkan ke atas lantai kerja diberikan spasi atau
jarak ± 2cm untuk pekerjaan joint/ nat di akhir pekerjaan pemasangan beton
pracetak.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pemasangan beton pracetak ditentukan
dalam satuan unit atau buah dengan banyaknya beton pracetak yang sudah
dipindahkan dari pinggir trase saluran ke atas lantai kerja dengan besar volume
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah
termasuk semua biaya tenaga dan bahan termasuk pengangkutan bahan serta
penyelesaian pekerjaan Pemasangan beton pracetak tersebut.

3.23. Pekerjaan Joint


A. Umum
Pekerjaan joint/ nat dilakukan saat akhir pekerjaan pemasangan beton pracetak
dengan pengisian mortar atau semen pasta di antara sambungan/ joint dari setiap
beton pracetak yang sudah terpasang pada trase saluran sebelumnya.
B. Cara Pelaksanaan
ü Pada pekerjaan ini dilakukan dengan cara manual dimana para pekerja
berjalan di sepanjang trase saluran yang sudah terpasang beton pracetak
sambil mengisi join dengan mortar atau semen pasta dengan alat sederhana
tanpa menggunakan alat berat.
ü Pekerjaan joint harus dilakukan saat cuaca baik dan kondisi saluran masih
kering sehingga tidak ada penambahan faktor air semen pada bahan
pengisi join.
ü Kedua sisi joint beton harus ditutupi menggunakan papan atau triplek agar
pengerjaan jadi lebih rapih dan join terisi padat.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan joint dinyatakan dalam satuan luasan (m²)
sesuai dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan bahan termasuk
pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan joint/nat tersebut.

49
3.24. Pekerjaan Pasangan Batu (1 Pc : 3 Ps) (Bangunan Air)
A. Cakupan Pekerjaan
Semua pasangan batu harus dilaksanakan menurut persyaratan yang
berhubungan dengan pekerjaan batu atau lainnya yang mungkin diminta oleh
Direksi, harus terdiri dari bahan-bahan yang ditentukan dan dicampur dengan
perbandingan yang tepat, dibentuk dan dipasang sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan yang tersebut dalam pasal ini. Persyaratan dan ketentuan ini harus
diterapkan untuk semua pekerjaan batu kecuali bila diubah secara khusus oleh
direksi untuk bagian pekerjaan tertentu. Standar yang digunakan untuk pekerjaan
batu dan pasangan batu adalah:
• Material yang digunakan adalah batu kali, batu belah atau batu gunung;
• PUBI - 1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia);
• Kriteria Perencanaan Irigasi (untuk beberapa jenis pekerjaan).

B. Ukuran Batu
Pasangan batu harus terdiri dari batu yang dipecahkan dengan palu secara kasar
dan berukuran sembarangan, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup.
Setiap batu harus mempunyai berat antara 6 kg sampai 25 kg, akan tetapi batu
yang lebih kecil dapat dipakai atas persetujuan Direksi. Ukuran maksimum harus
memperhatikan tebal dinding, tetapi harus memperhatikan batasan berat seperti
di atas. Sebagai contoh : sebuah batu berukuran 0,20 x 0,20 x 0,25 m3 akan
mempunyai berat kira-kira 25 kg.

C. Susunan Spesi/ Adukan


Adukan mortar untuk semua pasangan batu dibuat perbandingan 1 Pc : 3 Ps,
untuk konstruksi pasangan batu yang berhubungan langsung dengan aliran air
(selanjutnya dipakai singkatan Pc untuk semen portland, Ps untuk pasir dalam
perbandingan suatu adukan). Volume air harus secukupnya agar menghasilkan
konsistensi yang tepat untuk penggunaan dimaksud. Komposisi campuran
adukan mortar untuk bagian tertentu sesuai gambar atau yang ditentukan oleh
Direksi.

D. Mencampur Adukan Mortar


Cara dan alat yang digunakan untuk mencampur adukan mortar harus
sedemikian rupa sehingga dapat menentukan dengan teliti dan mengontrol
jumlah tiap bahan secara terpisah yang diaduk dan harus mendapat persetujuan
Direksi. Bila dipergunakan mesin pengaduk harus disesuaikan dengan rencana
dan lama pengadukan, sesudah semua bahan berada didalam mesin pengaduk

50
tidak boleh kurang dari 2 menit kecuali bila airnya sudah cukup. Banyaknya
adukan yang dicampur air secukupnya sesuai dengan yang digunakan, dan
semua adukan yang tidak digunakan dalam 30 menit sesudah pemberian air
harus dibuang. Pencairan ulang adukan mortar yang sudah mengeras tidak
diizinkan. Bak dan ember-ember adukan harus selalu dibersihkan dan dicuci
pada akhir selesai kerja.

E. Pemasangan
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus betul-betul bersih
sebelum dipasang dan harus disetujui oleh Direksi. Batu tidak boleh dipasang
selama hujan lebat atau cukup lama agar adukan pasangan tidak larut. Adukan
yang sudah dihamparkan dan meleleh karena air hujan harus dibuang dan
diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Sebelum pasangan batu betul-betul
mengeras, tidak diperbolehkan ada kegiatan pekerjaan lain di atasnya.

Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus dibasahi dengan air
antara tiga sampai empat jam sebelumnya dengan cara yang menjamin batu
benar-benar basah seluruhnya dan merata.

Jarak antar batu dalam spesi sekitar 10 mm-50 mm, dan antar batu tidak boleh
saling bersentuhan/bersinggungan. Ukuran dan distribusi batu dalam pasangan
batu harus dikontrol sedemikian sehingga spesi yang diisikan dalam rongga antar
batu dapat seminimal mungkin volumenya.

F. Cara Perhitungan dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran atas pekerjaan pasangan batu 1 pc : 3 ps ini
harus berdasarkan jumlah yang tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh
Direksi. Pembayaran atas pekerjaan pasangan batu 1 pc : 3 ps harus dibuat
dalam harga satuan meter kubik (m3) sesuai yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

3.25. Pekerjaan Plesteran (1 Pc : 3 Ps) (Bangunan Air)


A. Apabila dipermukaan dinding dan lantai dari pasangan batu yang ada maupun
yang baru harus diplester dengan adukan 1 Pc : 3 Ps. Adukan untuk pekerjaan
plesteran harus memenuhi persyaratan untuk bahan dan campuran. Pekerjaan
plesteran dikerjakan secara dua lapis sampai ketebalan 2 cm. Apabila tidak
diperintahkan lain pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, ujung-
ujung saluran pasangan, dan untuk 0,10 m di bawah tepi atas dinding atau
sesuai dengan yang tertera dalam gambar.

51
Pertemuan pasangan (plesteran sudut) selebar 8-10 cm untuk bangunan kecil
dan 15 cm untuk bangunan besar. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan maka
bidang dasar harus dibuat kasar dan bersih. Pekerjaan plesteran harus rata,
lurus, rapi dan halus. Setelah pekerjaan plesteran cukup kering kemudian harus
dipelihara dengan siraman air secara rutin.
B. Cara Pelaksanaan
ü Plesteran dalam pekerjaan ini menggunakan campuran 1 pc: 3 ps.
ü Proses pencampuran material pasir, semen dan air dilakukan
menggunakan mini molen dan proses plesteran dilakukan manual (tenaga
manusia) sesuai dengan bagian bangunan air yang akan di kerjakan.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran untuk pembayaran atas pekerjaan plesteran 1pc : 3ps ini harus
berdasarkan jumlah yang tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi.
Pembayaran atas pekerjaan plesteran 1pc : 3ps harus dibuat dalam harga
satuan meter persegi (m2) sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

3.26. Pekerjaan Beton Mutu K-225 (Bangunan Air)


A. Umum
Dalam pekerjaan bangunan air menggunakan beton dengan mutu f’c = 19,3 Mpa
(K-225) hanya pada beberapa bagian tertentu saja seperti plat layanan maupun
plat deker. Semen yang digunakan haruslah sesuai dengan SNI. Material Fraksi
dan air yang digunakan pun haruslah bebas dari zat organik maupun lumpur
karena dapat mengurangi daya ikat campuran tersebut sehingga dalam
pekerjaan beton K-225 ini sangatlah perlu pengawasan ekstra.
B. Cara Pelaksanaan
ü Sebelum melakukan pengecoran beton, penyedia jasa harus membuat Job
Mix Design (JMD) di laboratorium beton untuk mendapatkan komposisi
campuran beton yang sesuai dengan jenis material yang akan digunakan di
lapangan nantinya.
ü Melakukan Job Mix Formula (JMF) dari hasil Job Mix Design (JMD) sebagai
patokan pencampuran material untuk pengecoran beton K-225 pada
pekerjaan bangunan air.
ü Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement,
produksi dalam negeri dan sesuai dengan SNI 2049- 2004 dan PBI - 1971, NI
– 2. Portland Cement yang disimpan dalam gudang lapangan harus

52
memenuhi persyaratan teknis penyimpanan, bilamana Portland Cement telah
mengeras, maka tidak boleh dipakai untuk campuran.
ü Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan bahan lain
seperti pasir dari batu pecah akan diijinkan sesuai SNI 02-6820-2002, apabila
menurut pendapat Direksi, pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya.
Kandungan maximum terhadap lempung lanau dan debu tidak boleh lebih
dari 3% perbandingan berat.
ü Bahan batuan (kerikil atau batu pecah) harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan SNI 03-2417-1991 dan bergradasi baik dengan diameter
maximum tergantung dari kelas betonnya.
ü Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan membuat adukan harus
dari sumber yang disetujui oleh Direksi.
ü Untuk takaran dan lama putaran mixer/ mini molen yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan dapat di lihat pada job mix formula.
ü Dalam proses pembuatan campuran beton bangunan air, penyedia jasa bisa
menggunakan self loading concrete mixer ataupun mini molen karena
volume untuk item ini tergolong kecil atau sesuai dengan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
ü Saat pelaksanaan pengecoran, penyedia jasa wajib melakukan Slump test
(SNI 1972- 2008) campuran beton dengan tujuan untuk menunjukkan
workability atau kelecakan suatu adukan beton dengan tinggi keruntuhan
yang di ijinkan pihak direksi.

C. Cara Perhitungan dan Pembayaran


Pengukuran volume pekerjaan beton dinyatakan dalam satuan meter kubik (m3)
dan cara pengukuran untuk pembayaran harus dilakukan dengan volume
yang dibatasi oleh garis konstruksi yang tertera dalam gambar rencana atau
garis yang telah ditentukan oleh Direksi.
Pembayaran untuk pekerjaan beton harus dibuat dalam satuan meter kubik (m3)
sesuai yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah
termasuk semua biaya tenaga, bahan dan pengecoran termasuk pengangkutan
bahan serta penyelesaian pekerjaan beton tersebut.

3.27. Pekerjaan Pembesian 100 Kg (Bangunan Air)


A. Umum
Pada pekerjaan bangunan air, besi tulangan yang digunakan yaitu baja tulangan
beton polos (BjTP) sesuai dengan SNI 2052-2014 dan PB 1971. Dengan

53
menggunakan BjTP Ø12, BjTP Ø10 dan BjTP Ø8 dengan jarak masing- masing
antar tulangan sesuai gambar kerja dengan total berat pembesian adalah 100 kg
atau sesuai yang tercantum di dalam dokumen kontrak.

B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa dapat melakukan pemotongan dan perakitan tulangan
sesuai dengan dimensi yang tertera dalam gambar kerja jauh sebelum proses
pengecoran dilaksanakan.
ü Penyedia jasa harus melakukan pengikatan menggunakan kawat bendrat
secara selang seling di setiap persilangan tulangan pokok dan melintang
dalam suatu rangkaian.
ü Tulangan yang akan dan sudah dirakit harus ditempatkan pada area yang
terlindungi dari panas dan hujan untuk menghindari korosi baik pada tulangan
itu sendiri maupun pada ikatan bendrat.

C. Cara Perhitungan dan Pembayaran


Pengukuran volume satuan pekerjaan pembesian 100 kg dinyatakan dalam
satuan berat (Kg) dengan banyak rakitan yang sudah dikerjakan sesuai dengan
besar volume yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga tersebut
sudah termasuk semua biaya tenaga dan bahan termasuk pengangkutan bahan
serta penyelesaian pekerjaan pembesian tersebut.

3.28. Pekerjaan Bekisting (Bangunan Air)


A. Umum
Bekisting adalah suatu sarana pembantu untuk pencetak beton sesuai dengan
ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan. Bahan dan peralatan
yang digunakan untuk pembuatan bekisting ini hanya berupa paku, palu, gergaji,
kayu balok 5/5 dan papan 2/10.

B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa dapat menyediakan bahan dan alat pembuatan bekisting dari
awal pelaksanaan pekerjaan.
ü Sebelum melakukan perakitan bekisting, penyedia jasa harus mengontrol
kembali posisi dan elevasi bangunan air dengan menggunakan alat ukur yang
standby di lokasi pekerjaan sambil didampingi oleh pihak pengguna jasa.
ü Setelah itu penyedia jasa harus segera membuat bekisting pada bangunan air
sesuai dengan jumlah bangunan yang telah ditetapkan dalam dokumen
kontrak.

54
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pembuatan bekisting untuk bangunan air
dinyatakan dalam satuan luasan (m²) dengan banyak rakitan yang sudah di
kerjakan sesuai dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan
bahan termasuk pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan pembuatan
bekisting tersebut.

3.29. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


A. Umum
Pekerjaan pembongkaran bekisting dilakukan pada saat kondisi usia beton
sudah cukup keras atau sudah masuk umur beton.
B. Cara Pelaksanaan
ü Penyedia jasa wajib mengecek kondisi beton apakah sudah keras dan
masuk umur beton sebelum dilakukan pembongkaran bekisting.
ü Pada saat pembongkaran bekisting, penyedia jasa harus melakukannya
dengan hati- hati agar hasil beton pada bangunan air dalam kondisi baik.
ü Setelah selesai pembongkaran bekisting, bekas bekisting harus dirapikan dan
dipindahkan/ dibuang ke tempat pembuangan atau yang sudah ditentukan
oleh direksi pekerjaan.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pembongkaran bekisting dinyatakan
dalam satuan luasan (m²) dengan banyaknya item yang sudah dikerjakan sesuai
dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga
tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan bahan termasuk
pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan pemasaangan dan membuka
bekisting tersebut.

3.30. Pekerjaan Pintu Air


A. Umum
Pada pekerjaan bangunan air dalam paket ini ada beberapa pintu air yang akan
di pasang. Pintu yang akan di kerjakan pada paket ini yaitu jenis pintu sorong
dengan jumlah dan dimensi sesuai dengan yang tercantum dalam gambar kerja.
Pintu air harus dipesan dari pabrik yang kompeten di bidang Pengairan.
Pemasangan pintu air pada bangunan air harus dibantu dengan menggunakan
alat berat mengingat bobot persatuan unit pintu yang sangat berat.

55
B. Cara Pelaksanaan
Ø Penyedia Jasa wajib memesan Pintu air pada pabrik-pabrik yang sesuai
dengan SNI dan didampingi oleh pihak pengguna jasa setelah mendapatkan
jenis dan dimensi pintu air berdasarkan dokumen kontrak kerja jauh sebelum
waktu pemasangan pada jadwal rencana kerja agartidak terjadi penundaan
pekerjaan.
Ø Penyedia jasa wajib mengontrol keberadaan pintu air yang sudah di pesan
sampai di lokasi pekerjaan, diserftai dengan segala peralatan pintu dan alat
pengunci pintu air agar tetap utuh setelah pemasangannya.
Ø Pintu air lama yang sudah tidak layak harus dikembalikan ke pihak pengguna
jasa sebagai aset.
Ø Pekerjaan pemasangan dapat dikerjakan setelah bangunan air selesai di
buatkan lobang pintu. Untuk setiap pintu di bangunan air di berikan lobang
cadangan di belakang pintu air yang sudah di pasang guna pekerjaan
perbaikan di kemudian hari.
Ø Lobang pintu yang dibuat harus lebih besar dari dimensi bingkai pintu air yang
akan di pasang untuk mempermudah pemasangan.
Ø Proses pemasangan harus di lakukan menggunakan bantuan alat berat
karena bobot pintu perunit yang terlampau berat, dibantu dengan tenaga
manusia untuk mengarahkan pintu air ke lobang pintu yang sudah di sediakan
pada bangunan air.
Ø Pada saat pemasangan pintu, penyedia jasa wajib mengontrol posisi dan
kelurusan pintu air dengan bantuan alat ukur yang selalu standby di lokasi
pekerjaan.
Ø Untuk menjaga posisi pintu air tetap berada di posisinya setelah dilakukan
pengecoran, pintu air harus di sanggah dengan bantuan kayu dan papan
yang sudah di atur dengan baik.
Ø Setelah pemasangan selesai dilakukan penyedia jasa harus melakukan
pengecatan kembali semua pintu dan bingkai pintu air serta mengoleskan
gemuk/pelumas pada ulir/ setir pintu air agar tidak mudah berkarat.
C. Cara Perhitungan dan Pembayaran
Pengukuran volume satuan pekerjaan pintu air ditentukan dalam satuan unit atau
buah dengan banyak pintu air yang sudah di mobilisasi ke lokasi pekerjaan dan
yang sudah terpasang dengan besar volume yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga dan
bahan termasuk pengangkutan bahan serta penyelesaian pekerjaan pintu air
tersebut.

56
3.31. Perlengkapan Direksi
A. Tenaga Kerja dan Peralatan
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan setiap saat atau dari waktu ke
waktu.

B. Peralatan Pengukuran dan Perlengkapannya


Kontraktor harus menyediakan dan memelihara peralatan, pengukuran dan
perlengkapannya untuk dipakai oleh Direksi seperti yang terdaftar dalam
spesifikasi khusus. Alat dan perlengkapan itu harus baru atau apabila tidak baru
harus menurut persetujuan Direksi, serta dijaga supaya tetap dalam keadaan
baik, jika ada kehilangan atau rusak harus diganti segera.

Semua alat- alat dan perlengkapan itu tetap menjadi milik kontraktor. Penjelasan
secukupnya harus diserahkan bersama penawaran, untuk memungkinkan Direksi
menilai mutu alat- alat perlengkapan yang akan disediakan kontraktor, alat- alat
perlengkapan itu tidak boleh ditukar dalam waktu pelaksanaan konstruksi, kecuali
dengan ijin atau perintah dari Direksi.
C. Transportasi
Kontraktor harus menyediakan untuk dipakai oleh Direksi dan stafnya pada
setiap waktu yang dikehendaki. Kontraktor harus menyediakan kendaraan roda 4
(empat) untuk digunakan oleh Direksi dan kendaraan roda 2 (dua) untuk
Pengawas, kendaraan bermotor seperti terdaftar dalam spesifikasi khusus, untuk
tugas dinas yang berhubungan dengan kontrak. Kendaraan itu harus terpelihara
sehingga setiap waktu berada dalam keadaan baik.

Andaikata suatu kendaraan menurut pandangan Direksi tidak dapat dipakai,


kontraktor harus menggantinya tanpa penundaan. Kontraktor harus menyediakan
pengemudi yang cakap, serta semua keperluan lain seperti bahan bakar,
pelumas dan sebagainya dan harus menanggung semua biaya yang
berhubungan dengan pemakaian, pemeliharaan, perijinan dan asuransi. Setelah
selesai kontrak, kendaraan dikembalikan kepada kontraktor. Kendaraan itu tidak
boleh ditukar dalam waktu pelaksanaan kontrak, kecuali dengan ijin atau atas
perintah Direksi.

57

Anda mungkin juga menyukai