Anda di halaman 1dari 62

A.

CASE 2

Mr. J 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pelvis dan keluar darah saat berkemih. Hasil pengkajian perawat didapatkan : klien tidak bisa menahan berkemih, saat dipalpasi terdapat masa pada bagian abdomen, hepatomegali (+) dan limphadenophaty (+), konjungtiva pucat. Hasil laboratorium : urin tampak keruh, enzym telomerase (+), BUN 25 mg/dL, Hb 10 g/dL, hasil dari cystoscopy: ada lesi dan masa di kandung kemih. Mr. J mendapat terapi mitomycin dan direncanakan akan dilakukan pemebedahan radical cystectomy Mr. J merupakan perokok berat dan bekerja di pabrik jaket kulit di bagian pewarnaan. B. CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS 1. Enzim Telomerse 2. Metomicyn 3. Radikal sistectomy 4. Sistoskopi 5. Limfadenopati 6. Hepatomegali 7. BUN 8. Massa 9. Keluar darah saat berkemih 10. Tidak dapat menahan berkemih 11. Sering berkemih

Jawab : 1. Enzim telomerase adalah enzim yang digunakan pada pembelahan sel.

2. Metomicyn adalah sejenis anti biotic untuk antikanker dan mencegah perluasan kanker. 3. Radikal sistectomy adalah tindakan pembedahan kandung kemih yang disertai dengan pengangkatan organ lain. 4. Sistoskopi adalah pemeriksaan untuk melihat keadaan kandung kemih hasilnya mengacu pada jenis penyakit.

5. Limfadenopati adalah pembesaran pada kelenjar limfe 6. Hepatomegali adalah pembesaran pada organ hati. 7. BUN (blood urea nitrogen) adalah kadar urea dalam darah 8. Massa adalah jaringan abnormal 9. Keluar darah saat berkemih disebut hematuria 10. Tidak bisa menahan saat berkemih disebut urgensi 11. Sering berkemih disebut frekuensi

C. PROBLEM DEFENITION

1. Apakah ada hubungan antara pekerjaaan dan kebiasaan merokok terhadap

panyakit? Jelaskan! 2. Apakah ada hubungan antara usia dan jenis kelamin terhadap penyakit? Jelaskan! 3. Bagaimana dampak dari pembedahan terhadap fungsi perkemihan? Dan bagaimana cara mengatasinya? 4. Apakah hasil laboratorium menunjukkan angka yang normal? Dan menandakan apa? 5. Apakah tujuan pemeriksaan enzim telomerase? 6. Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum dilakukan pembedahan?
2

7. Apakah Radikal Cystectomy merupakan intervensi terakhir? 8. Bagaimanakah karakteristik massa? 9. Apakah indikasi untuk dilakukannya radikal cystectomy? 10. Bagaimana mekanisme terjadinya hepatomegali dan limfadenopati pada kasus ini? 11. Apakah pada kasus dapat diberikan terapi lain selain metomicin? Dan bagaimana efek sampingnya? 12. Bagaimana perawatan setelah dilakukannya pembedahan? 13. Bagaimana pemberian nutrisi pada klien setelah pembedahan? 14. Apakah diagnosa medis yang mungkin terjadi pada kasus ini? 15. Bagaimana terapi farmakologi pada pasien? Dan berikan contohnya! 16. Bagaiman mekanisme terjadinya pucat pada konjunctiva? 17. Apa yang menyebabkan nyeri dan hematuria ? 18. Adakah pemeriksaan diagnostic lain selain cystoscopy?
19. jika ditemukan enzim telomerase di urine, apakah ada kerusakan pada

sel? 20. Bagaimana hasil dari pemeriksaan cystoscopy? 21. Sebutkan gejala gejala yang muncul pada klien! 22. Sebutkan factor predisposisi yang terjadi pada klien? 23. Apa yang akan terjadi pada klien, jika penyakitnya tidak di tangani? 24. Apakah komplikasi dari pembedahan? 25. Apakah bisa dilakukan kemoterapi dan apakah ada penanganan selain pembedahan! 26. Apakah bisa dilakukan terapi air 3 liter pada klien ini?

27. Sebutkan peran dan fungsi perawat sesuai pada kasus! 28. Apa saja aspek legal etik pada kasus ini? 29. Sebutkan pendidikan yang harus diberikan pada klien setelah operasi! 30. Jelaskan mekanisme terjadinya massa! 31. Bagaimanakah tingkat keberhasilan pembedahan pada klien? 32. Sebutkan kebutuhan dasar manusia yang tidak terpenuhi! 33. Sebutkan pengkajian untuk menentukan penyakitnya! 34. Apakah pada klien dapat terjadi kekambuhan? 35. Bagaimana komunikasi terapeutik pada klien sebelum dilaksanakan pembedahan? Dan bagaimana jika pasien menolak? 36. Bagaimana perawatan luka massa? 37. Bagaimana mekanisme urine menjadi keruh? 38. Jelaskan konsep dari diagnose penyakit! 39. Apakah inspeksi dan auskultasi bisa dilakukan pada klien? 40. Bagaimana pengaruh hepatomegali pada ginjal kanan?

D. BRAINSTORMING
1. Semakin tinggi usia seseorang, maka fungsi ginjal akan menurun.

Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang beresiko terkena kanker kandung kemih adalah 3:1. (nomor 2)
2. Setelah pembedahan akan di buat kantong untuk menggantikan fungsi

kandung kemih. Dan pasien mengosongkannya.(nomor 3)

harus

latihan

terlebih

dahulu

untuk

3. Nilai BUN normal 7-14 mg/dl, Hb normal 13-17 mg/dl. Nilai BUN meningkat

menunjukkan adanya kerusakan ginjal. (nomor 4)

4. Untuk melihat adanya pembelahan sel, adanya metastase, dan pembelahan sel

yang cepat. (nomor 5)


5. Nutrisi yang cukup, berkemih sebelum pembedahan dan inform consent.

(nomor 6) 8. Karakteristik massa yaitu keras, sel abnormal dan membesar.

18. Nyeri diakibatkan dari penekanan pada kandung kemih oleh massa. 19. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah MRI, USG, CT Scan dan Urinalisis. 26. Terapi 3 liter air tidak bisa dilakukan untuk kasus ini. 30. Massa akan melakukan pembelahan secara terus menerus dan menjadi banyak. 32. Pada klien dapat terjadi gangguan perkemihan, gangguan nutrisi dan nyeri. 37.Karena terjadi penurunan fungsi ginjal, sehingga menyebabkan permeabilitas meningkat dan pyuria. 39. Bisa bilakukan inspeksi untuk melihat pembesaran pada kandung kemih, konjunctiva pucat dan urine.
Usia Lifestyle Bahan-bahan karsinogenik (rokok bahan kimia) Bersirkulasi dalam darah Masuk ke ginjal Terfiltrasi di glomerolus Merusak kandung kemih Carcinoma maligna (Ca of Bladdder) Ke pembuluh darah sekitar Rupture pembuluh darah hematuria Nyeri pelvis
Rd a a ic l ss c m y te to y

E. ANALYSING THE PROBLEM Imunitas


1. Analisisterpapar Rentan Masalah
radikal bebas

metomici n

Detoksifikasi oleh hati Hati bekerja ekstra

Hapatomegali

Pengrusakan jaringan

Lesi

Merangsang pengeluaran zat-zat vasoaktif

2. Formulasi Mind Map BAGAN LO


Definisi Etiologi Tanda dan gejala Komplikasi Diagnosa banding Tingkat stadium patofisiolo gi dan Penanganan : Pembedahan Farmakologi Non-farmakologi Kanker kemih kandung Peran perawat dan aspek legal etik Konsep penyakit NCP Pengkajian Tes diagnostik Analisa data Rencana asuhan keperawatan

F. FORMULATING LEARNING OBJECTIVE


1. Konsep penyakit a. b. c. d. e. f. Definisi Etiologi Tanda dan gejala Komplikasi Diagnosa banding Tingkat dan stadium

2. patofisiologi 3. Penanganan : a. b. c. 4. NCP a. Pengkajian b. Tes diagnostik c. Analisa data Pembedahan Farmakologi Non-farmakologi

d. Rencana asuhan keperawatan

5. Peran perawat dan aspek legal etik

G. REPORTING I. KONSEP PENYAKIT KANKER KANDUNG KEMIH


A. Definisi

Menurut National Cancer Institute, Kanker kandung kemih adalah kanker yang terbentuk di jaringan kandung kemih (organ yang menyimpan air seni ). Sebagian besar kanker kandung kemih merupakan transisional sel karsinoma (kanker yang diawali dalam sel yang biasanya membentuk lapisan dalam kandung kemih). Pengertian lain dari kanker kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh di dalam lumen kandung kemih, meskipun pada pertumbuhannya mungkin memfiltrasi sampai dinding kemih (Lukman dan Sorensen, 1993).

B. Jenis-jenis Tumor kandung kemih dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan hasil mikroskopis. Jenis utama yang mempengaruhi kanker kandung kemih antara lain: 1. Transisional cell carcinoma ( Urothelial Karsinoma) Kanker ini adalah jenis paling umum dari kanker kandung kemih, yaitu sekitar lebih dari 97 %. Sel-sel ini tampak seperti sel-sel urothelial kandung kemih. Kanker sel transisional ini dimulai dari lapisan kandung kemih. Jika kanker tetap berada dalam lapisan ini, tanpa tumbuh ke lapisan yang lebih dalam, hal itu disebut non-invasif. Jika kanker tumbuh ke bawah lapisan atas, ke dalam lamina propia, atau bahkan lebih dalam ke lapisan otot, hal itu disebut invasif. Kanker sel transisional ini juga dibagi menjadi dua subtype, antara lain : a. Papiler tumor Tumor ini memiliki jari yang ramping seperti proyeksi yang tumbuh dari permukaan dalam kandung kemih menuju pusat lubang. Tumor tampak seperti jenis tanaman kaktus. Sering kali, papiler tumor tumbuh menuju pusat kandung kemih tanpa tumbuh menjadi lapisan yang lebih dalam pada kandung kemih, disebut non-invasif papiler kanker. Jika karsinoma papiler tumbuh ke lapisan yang lebih dalam dinding kandung kemih, disebut invasif papiler kanker. b. Flat Karsinoma Tumor ini tidak tumbuh ke arah lubang bagian dalam kandung kemih sama sekali. Tumor datar ini hanya melibatkan sel dalam lapisan kandung kemih (paling dekat dengan rongga kandung kemih). Jenis tumor ini dikenal sebagai non-invasif karsinoma sel transisional datar atau flat karsinoma in situ (CIS). Beberapa karsinoma datar bisa tumbuh menjadi

lapisan yang lebih dalam bahkan ke lapisan otot pada kandung kemih. Ini disebut invasive karsinoma sel transisional.

2. Squamous cell carcinoma Di Amerika serikat, hanya sekitar 1 % sampai 2 % dari kanker kandung kemih karsinoma sel skuamosa. Dari hasil mikroskopis, sel-sel ini mirip dengan sel flat yang ditemukan pada permukaan kulit. Hampir semua karsinoma sel skuamosa bersifat invasif.

3. Adenokarsinoma Hanya sekitar 1% dari kanker kandung kemih adenokarsinoma. Sel-sel kanker ini memiliki banyak kesamaan dengan bentuk kelenjar sel kanker usus besar. Hampir semua kandung kemih adenokarsinoma bersifat invasif.

4. Karsinoma sel kecil Kurang dari 1 % dari kanker kandung kemih adalah karsinoma sel kecil. Kemoterapi untuk kanker ini mirip dengan yang digunakan untuk karsinoma sel kecil paru-paru. 5. Sarkoma Kanker ini adalah kanker yang dimulai dari dalam sel-sel otot kandung kemih. C. Insidensi dan Prevalensi Kanker kandung kemih sering ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Rasio perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 3 : 1. Dari data statistic
9

menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Sekitar 80 % sampai 90 % dari semua kanker kandung kemih merupakan sel transisional ( tumor yang berasal dari sel-sel transisional kandung kemih ), tipe lain dari tumor tersebut adalah sel skuamosa dan adenokarsinoma. Kanker kandung kemih menyerang 2 kali lebih banyak pada perokok dibanding bukan perokok. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah Vol2, hal 1472) D. Etiologi Penyebab dari kanker kandung kemih belum diketahui secara pasti. Namun, terjadinya kanker ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok dan lingkungan kerja yang mengandung zat karsinogen, misalnya zat pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau cat sebagai pemicu munculnya kanker pada kandung kemih. Disamping itu, terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dan kanker kandung kemih. Skistosomiasis kronis atau infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih juga menjadi penyebab timbulnya kanker ini. Kanker yang tumbuh dari kelenjar prostat, kolon serta rectum pada laki-laki dan dari traktus ginekologis bawah pada wanita dapat bermetastase pada kandung kemih. Ada sejumlah faktor menyebabkan risiko timbulnya kanker kandung kemih, antara lain : 1. Usia

Kanker kandung kemih sering terjadi pada usia lebih dari 50 tahun atau lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.

2.

Jenis kelamin

10

Laki-laki tiga kali lebih tinggi berisiko terkena kanker kandung kemih dibanding perempuan. Hal ini diperberat karena kebiasaan merokok atau lingkungan kerja. Namun, perempuan lebih mungkin meninggal akibat penyakit ini karena tidak didiagnosis pada tahap awal

3.

Ras

Ras Kaukasia dua kali lebih berisiko terjadi kanker kandung kemih dibandingkan Ras Hispanik dan Afrika-Amerika. Ras Asia memiliki risiko yang lebih rendah.

4.

Genetik

Para ilmuwan mendeteksi adanya penghapusan pada kromosom 9 pada penderita kanker kandung kemih. Selain itu, terjadi perubahan mutasi gen, khususnya gen FGFR3, HRAS, Rb1, TP53, dan TSC1. Gen tersebut memainkan peranan penting dalam pengaluran pembelahan sel dan mencegah terlalu banyaknya sel. Perubahan mutasi dapat menjelaskan mengapa tumor tertentu tumbuh dan berkembang dengan cepat. hidupnya. Perubahan ini tidak dipengaruhi oleh faktor warisan dari orang tua, melainkan terjadi selama

5.

Kongenital

Tidak adanya struktur penghubung antara kandung kemih dan umbilicus (pusar) pada bayi yang belum lahir dapat meningkatkan risiko adenokarsinoma. Hal ini dinamakan Urachus pada saat lahir. Selain itu, kondisi

11

kandung kemih berbentuk datar dan terbuka untuk bagian luar tubuh dapat menyebabkan sering terjadinya infeksi saluran kemih yang dapat meningkatkan risiko adenokarsinoma. Hal ini dinamakan Estrophy.

6.

Asupan nutrisi

Diet tinggi daging goreng dan lemak dapat meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Sebaiknya, lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan untuk mencegah terjadinya penyakit ini. E. Manifestasi Klinis Gejala kanker kandung kemih muncul dari basis vesica urinaria yang meliputi orifisium uretra serta kolumna vesica urinaria (leher kandung kemih). Gejalagejala yang muncul diantaranya hematuria dan tanpa nyeri, sering berkemih, urgency, dan dysuria. Ditemukan juga nyeri panggul atau punggung dan massa. Kanker kandung kemih dapat didiagnosis jika menunjukkan tanda-tanda anemia, terutama jika hematuria telah siginifikan dan berkepanjangan. Selain itu dilihat dari tingkat fosfatase alkali yang tinggi menunjukkan keterlibatan hati dan tulang, kalsium serum yang tinggi juga menunjukkan metastase di tulang, dan abnormal fungsi ginjal (kreatinin dan urea meningkat) menunjukkan tumor kanker kandung kemih menyebabkan obstruksi di ureter. F. Karakteristik Massa Tumor Tumor memiliki dua tipe, yaitu Tumor Benigna dan Tumor Maligna. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tumor Benigna Tumor Maligna

12

Batasan jelas atau memiliki kapsul Invasif atau mendesak Tumbuh kembang lambat Tidak bermetastase Kemungkinan kecil untuk kambuh Tidak sekitar Dapat disembuhkan dengan sempurna merusak jaringan

Batasan tidak jelas Berdifferensiasi sel Tumbuh kembang cepat Dapat bermetastase Infiltrasi Destruksi/menghilangkan fungsi sel normal Nutrisi sel normal dipakai oleh sel kanker Bisa tumbuh kembali jika sel kanker masih tersisa Tanpa gejala di awal

G. Diagnosis Banding Neoplasma Ginjal Adenokarsinoma Ginjal Kanker prostat Tumor Ureter

H. Komplikasi Kanker kandung kemih dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi saluran kemih yaitu sistitis. Komplikasi jg dapat terjadi karena adanya metastase dari sel tumor. Sel tumor tersebut dapat bermetastase secara hematogen dan limfogen. Organ atau jaringan lain yang dapat terinvasi oleh sel tumor antara lain hati, kelenjar limfe, dan sumsum tulang belakang. I. Stadium (Stage dan Grade)

13

Tahapan berikut ini digunakan untuk mengelompokkan lokasi, ukuran, dan penyebaran kanker, menurutTNM (tumor, nodus limfe, metastase) : 1. Ta (papilarry, non invasive carsinoma) Tampak adanya bentuk papil seperti kol yang berwarna pink yang dibatasi oleh permukaan dalam pada dinding kandung kemih, hal ini dapat dibedakan dengan karakteristik T1 karena tidak dipecah melalui membrane dasar. 2. TIS (carcinoma in situ, flat, pre-invasive tumor) Sangat jarang ditemukan , tetapi memiliki angka kematian yang tinggi karena tidak terdiangnos. Sel kanker ini dibatasi oleh membran dasar (pre-invasive). Pada saat pemeriksaan urine oleh pap staining didapatkan sel TIS muncul anaplastic (kurangnya differensiasi sel). Pada laki-laki usia pertengahan kondisi TIS mirip sistitis tanpa hematuria. Diagnose yang akurat bergantung pada biopsy mukosa adanya tanda sistitis atau tidak ada pyuria. 3. T1 (tumor invasion of connective tissue) Saat terjadinya infeksi T1 sering terlihat seperti Ta. Keadaan tumor ini mampu memecahkan membrane dasar menuju jaringan penghubung lamina propia, tetapi batang tumor tidak akan menginvasi otot di bawahnya. Tingkatan ini memiliki angka pertumbuhan rata-rata 30%. Lesi T1 pada tingkat 3 atau 4, mendekati setengah dari keseluruhan perkembangan tumor. 4. T2 (invasion of muscle) Memiliki karakteristik sel yang telah menginvasi area sekeliling otot kandung kemih. T2 dibagi menjadi 2 tahapan lagi, yaitu T2a dan T2b. T2a menunjukkan keadaan dimana sel kanker hanya menginvasi bagian superficial otot, sedangkan T2b menunjukkan keadaan dimana sel kanker sudah menginvasi bagian dalam otot.
14

5. T3 (tumor invasion of perivesikal tissue ) Sel tumor menginvasi jaringan perivesical atau jaringan lemak pada kandung kemih. T3 dibagi menjadi 2 tahapan lagi, yaitu T3a dan T3b. Proses invasi pada T3a baru dimulai dan hanya dapat dilihat secara microscopy. kandung kemih bagian luar dan dapat terlihat secara macroscopy. 6. T4 (tumor invasion of surrounding organ) Tahapan ini sudah terlihat adanya metastase ke jaringan dan organ sekitarnya, seperti prostat, uterus, vagina, dinding abdomen atau pelvis. Tumor pada tahapini tidak dapat disembuhkan meskipun dengan pembedahan. Gejala yang muncul pada tahap ini adalah nyeri, hematuria, frequency, dan sulit tidur. Pembedahan bukan untuk pengobatan tetapi metode untuk mengurangi rasa sakit. 7. N-Regional Limfe Nodes Tahapan ini menunjukkan sel tumor menginvasi kelenjar getah bening yang memiliki beberapa tahapan sebagai berikut : Nx : menunjukkan regional kelenjar getah bening tidak dapat dievaluasi N0 : tidak ada metastatis kelenjar getah bening N1 : metastatis di kelenjar getah bening tunggal < 2 cm N2 : metastatis dalam satu kelenjar getah bening > 2 cm, tetapi < 5 cm, dan multiple kelenjar getah bening < 5 cm N3 : metastatis di kelenjar getah bening >5 cm T3b menunjukkan keadaan tumor sudah tampak seperti massa pada jaringan

8. M-distant-metastatis

15

Tahapan ini menunjukkan sel tumor telah bermetastase ke jaringan atau organ yang dekat dan jauh dari kandung kemih. Mx : metastase jauh dan tidak dapat dievaluasi M0 : tidak ada metastase jauh M1 : metastase jauh

Selain untuk mengetahui sejauh mana penyakit, juga penting untuk mengetahui apakah penyakit memiliki potensi intrinsik agresif.. Di bawah mikroskop, para ahli patologi biasanya dapat menentukan hal ini dengan melihat pada masingmasing sel-sel kanker. Kanker kandung kemih secara tradisional dinilai pada skala 3-4 titik di mana kelas 1 menandakan kanker agresif rendah dan kelas 3-4 menandakan agresif tinggi kanker. Grade 2 adalah penengah. Karakteristik derajat kanker kandung kemih, antara lain : Grade I: sel-sel kanker terlihat seperti sel-sel normal, cenderung tumbuh lambat, dan tidak mungkin menyebar Grade II : sel-sel kanker terlihat lebih abnormal, dapat tumbuh dan menyebar lebih cepat Grade III : sel-sel kanker terlihat sangat abnormal, sangat mungkin untuk tumbuh dan menyebar secara cepat J. Prognosis Pada kanker superficial memiliki prognosis baik sekitar lebih dari 90 % mayoritas penderita yang hidup dan sehat setelah 5 tahun menjadi sembuh. Sedangkan pada kanker invasif, jika didiagnosa lebih awal tingkat penyembuhannya masih bisa lebih besar dari 50 %. Jika tumor menyebar ke kelenjar getah bening regional akan bertahan sekitar kurang dari 50 % selama 5 tahun. Jika telah bermetastase

16

jauh memiliki prognosis buruk, karena penyakit ini telah menyebar dan berada pada tahap akhir perkembangan tumor. Kanker kandung kemih sering mengalami kekambuhan, karena itu sering mengalami tindak lanjut pengujian selama bertahun-tahun. Kekambuhan terjadi karena terpajan ulang oleh faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker, seperti merokok, paparan zat kimia dan faktor lainnya. Selain itu, 25 40 % tumor superficial akan kambuh kembali setelah dilakukan fulgerasi atau reseksi transurethral.

17

II.

Patofisiologi
Usia Imunitas Rentan terpapar radikal bebas Lifestyle Bahan-bahan karsinogenik (rokok bahan kimia) Bersirkulasi dalam darah Masuk ke ginjal Terfiltrasi di glomerolus Radikal bebas bergabung dengan urin secara terusmenerus Masuk ke kandung kemih Stagnansi radikal bebas Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA di selsel transisional (epjitelium kandung kemih) Kerusakan DNA 18 Rokok: alfa dan beta naftilamin

Industri: benzidin, beta-naftilamin dan 4-aminobefinil

berhasil Kerusakan DNA Mutasi pada genom sel somatik Perbaikan DNA gagal Sel normal

Pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan

Perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan

Peng non-aktifan gen supresor kanker

Produksi gen regulatorik hilang Replikasi DNA >>> Enzim telomerase Carcinoma maligna (Ca of Bladdder) Menghasilkan ez proteasse

Penggunaan energy terfokus pada mitosis sel-sel Ca

Penambahan massa pada bladder

Pengrusakan jaringan Lesi

Invasi/infiltrasi/destruks i ke jaringan sekitar

Merangsang pengeluaran zatzat vasoaktif

19 Nyeri pelvis

Penggunaan energy terfokus pada mitosis sel-sel Ca

Penambahan massa pada bladder Penambahan massa pada bladder tekanan di kandung kemih Refluks ureter dan ginjal Retensi urin di ginjal Tekanan hidrostatik di glomerolus > tekanan Kapsula Bowman GFR BUN

Invasi/infiltrasi/destruksi ke jaringan sekitar

<<nutrisi Risti. Gg nutrisi kurang dari kebutuhan

energi fatique

refleks mikturisi Frequency Gg Pola eliminasi

20

Invasi/infiltrasi/destruksi ke jaringan sekitar

Merusak reseptor regang sensori Impuks tidak diantar ke sr 2-4 Tidak ada rasa miksi Inkontinensia

Ke pembuluh darah sekitar Rupture pembuluh darah hematuria

Mukosa, sub mokosa, otot Metastase jaringan sekitar

Limfogen Hematogen Terbawa aliran limfa Hepar Ke nodus limfa daerah pelvis Sel-sel kanker replikasi terusmenerus Pembesaran limfa Oklusi vena hepatik oleh tumor

Obat-obatan (metomicin) Masuk aliran darah Detoksifikasi oleh hati Hati bekerja ekstra 21 Hapatomegali

Nyeri pelvis Gg Rasa Nyaman: NYeri

Penekanan ujung-ujung saraf nyeri daerah pelvis

Limfadenopathy

III. a)

Pengkajian Biodata klien Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan : Mr. J : 65 tahun : Laki- laki : pekerja di pabrik kulit bagian pewarnaan

1. Anamnesa

b) Keluhan utama: nyeri pada pelvis dan keluar darah saat berkemih - Provoking incident (P): Tanyakan pada klien apakah ada peristiwa yang menjadi factor predisposisi dan factor presipitasi terjadinya nyeri pada pelvis. Pada kasus, factor predisposisinya adalah bekerja di pabrik kulit bagian pewarnaan dan jenis kelamin, serta faktor presipitasinya adalah perokok berat. Tanyakan apakah ada faktor faktor yang memicu dan meringankan rasa nyeri pada pelvis. - Quality, quantity (Q): Nyeri pada pelvis. Tanyakan pada klien bagaimana gambaran dari rasa nyeri (terasa panas, seperti terbakar atau perih). Pada Pada kasus, tiak teridentifikasi. - Region, radiation, relief (R): Pada kasus, nyeri yang dirasakan klien pada area pelvis. - Severity, scale (S): Tanyakan pada klien seberapa parah nyeri yang dirasakan. Dan bisa ditanyakan dengan skala 1-10. Pada kasus, tidak teridenifikasi. Tipe Nyeri Skala Nyeri 1-3 4-6 7-9 10 Tipe Nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat. nyeri sangat berat.

22

(Sumber: Saduran dari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, Asuhan Keperawatan pada Pasien Nyeri, 1996 ; 23). - Time (T): Tanyakan pada klien seberapa sering nyeri yang dirasakan oleh klien. Tidak teridentifikasi. c) Riwayat kesehatan sekarang: Klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pelvis dan keluar darah saat berkemih. Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan terjadi? Tanyakan kepada klien kapan nyeri pada pelvis terjadi diawal atau di akhir urinasi? d) Riwayat kesehatan masa lalu: Apakah klien pernah mengalami penyakit infeksi bakteri kronis pada saluran kemih, skistosomiasis kronis, kanker kelenjar prostat, kolon atau rektum?Pada kasus, tidak teridentifikasi. e) Riwayat kesehatan keluarga: Tanyakan pada klien/keluarga apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit dengan tanda gejala yang sama dengan klien?Apakah ada riwayat herediter? Pada kasus, tidak teridentifikasi. f) Riwayat obat-obatan: Tanyakan pada klien apakah klien memiliki alergi pada obat tertentu? Apakah klien pernah mengkonsumsi obat-obatan seperti analgesik, antibiotik, atau obat obat untuk kelainan urinarius baik dari resep dokter/dibeli sendiri sebelumnya?Apakah ada efek samping obat yang mempengaruhi kondisi klien? Pada kasus klien mendapatkan obat : - Mitomisin 2. Pola-pola fungsi kesehatan a) Pola Aktivitas & Lingkungan

23

Tanyakan bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal klien dan tempat biasanya klien beraktivitas? Apakah dalam aktivitas sehari - hari klien terganggu dengan keadaannya saat ini?Apakah klien mudah lelah dalam beraktivitas? Apakah lingkungan sekitar klien menjadi faktor resiko timbulnya gejala?Pada kasus, Klien bekerja di pabrik jaket kulit bagian perwarnaan dengan zat- zat yang berbahaya bagi tubuh. b) Pola Gaya Hidup Tanyakan pada klien apakah klien merupakan perokok berat yang merupakan faktor resiko timbulnya gejala? Pada kasus, Klien merupakan perokok berat. c) Pola Eliminasi Tanyakan kepada klien bagaimana pola eliminasi klien? Pada kasus, klien tidak bisa menahan berkemih dan sering berkemih. d) Pola Nutrisi/Cairan Tanyakan pada klien berapa banyak klien biasanya minum dalam sehari? Tanyakan pada klien apakah berat badan klien turun/tidak?Bagaimana asupan nutrisi klien setiap harinya? Apakah klien mengalami kakeksia? Pada kasus, tidak teridentifikasi. 3. Aspek psiko-sosio-spiritual Terhadap Klien 1) Bio Pada klien kanker kandung kemih ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya. 2) Psiko Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari pada pelvisnya dan adanya lesi serta masa di kandung kemihnya, selain itu klien mesti melaksanakan berbagai terapi yang dianjurkan tim medis. Untuk itu, penjelasan prosedur kepada klien mesti jelas dan tetap memberikan spirit kepada klien. 3) Sosio

24

Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya. 4) Spiritual Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya. Terhadap Keluarga Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya terkena kanker kandug kemih adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti akan sembuh total atau tidak. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Selain itu, klien adalah seorang kepala keluarga yeng berkewajiban mencari nafkah bagi keluarga. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga. 4. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Inspeksi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan gerakan- gerakan abdomen. Dilakukan dengan cara : atur posisi secara tepat, lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan. Selain itu, inspeks dilakukan untuk melihat keadaan umum klien secara keseluruhan. Pada kasus, hasil pengkajian : didapatkan konjungtiva pucat. b. Palpasi

25

Palpasi pada kasus ini, dilakukan untuk mengetahui adanya massa dalam abdomen (ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, konsistensi) dan nyeri tekan. Secara lebih khusus, palpasi dilakukan untuk mengetahui keadaan hepar, limpa, ginjal, dan kandung kemih. Cara melakukan palpasi : - Palpasi hepar Dilakukan dengan cara bimanual untuk mengetahui pembesaran. Cara : berdiri di samping kanan klien, tekan di daerah posterior pada tulang rusuk ke-11 atau 12. - Palpasi limpa Limpa tidak teraba pada orang dewasa normalnya. Cara : anjurkan klien miring ke kanan sehingga limpa dekat dengan dinding abdomen, lakukan palpasi pada batas tulang rusuk kiri dengan menekan ke atas. - Palpasi ginjal Pada umumnya, ginjal kanan lebih mudah di palpasi daipada ginjal kiri, karen ginjal kanan letak anatomisnya lebih rendah daripada ginjal kiri. Ginjal kanan terletak pada tulang rusuk ke-12, sedangkan ginjal kiri sejajar dengan tulang rusuk yang ke-11. Cara: posisi klien telentang dan perawat berdiri di sisi kanan, tekan pada dinding abdomen anterior di garis midklavikula pada tepi bawah batas kosta. - Palpasi kandung kemih Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan dua atau satu tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urine. Bila ditemukan adanya distensi, lakukan perkusi pada area kandung kemih untuk mengetahui suara/ tingkat redupnya (apakah ada massa karena tumor/ tidak). Pada kasus, saat dipalpasi terdapat massa pada bagian abdomen, hepatomegali (+), dan limphadenophaty (+). c. Perkusi Perkusi pada ginjal untuk memeriksa adanya tenderness atau nyeri dengan menekan atau mengetok pelan pada daerah pelvis. Pada kasus, ada nyeri

26

pada pelvis kemungkinan ada inflamasi pada saluran kemih (kandung kemih) karena invasi tumor/bakteri. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui posisi limpa dan hepar. Bunyi perkusi normal pada abdomen adalah timpani, namun bunyi ini dapat berubah dalam keadaan tertentu. Misalnya, apabila hepar dan limpa membesar, bunyi perkusi akan menjadi redup, khususnya perkusi di area bawah arkus kostalis kanan dan kiri. Pada kasus, hasil pengkajian : ada hepatomegali (+) dan limphadenophaty (+). 5. Pemeriksaan diagnostik Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol dalam kandung kemih, karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus median prostat. Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan endoskopi dan biopsi, urografi atau IVP, CT Scan, USG dan sitoscopy. a. Pemeriksaan Urografi (IVP) Menggunakan sinar x untuk mengevaluasi sistem saluran kemih. b. CT scan/MRI. Merupakan teknik non invasive yang akan memberikan gambar penampang ginjal serta salurah kemih sangat jelas. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.Untuk menentukan diagnosis dan stadium karsinoma sel ginjal. CT urogram menyediakan pemandangan tiga dimensi ginjal dan sistem urin. Selain itu dapat melihat organ-organ lain, seperti hati atau kelenjar getah bening, untuk memastikan bahwa tumor dari kandung kemih belum menyebar ke organ lainnya. c. Ultrasonografi (USG) Test ini mengunakan alat yang dipegang dan diletakkan di atas permukaan kulit untuk memeriksa kandung kemih dan struktur di pelvis dengan bantuan gelombang suara. Test ini menunjukan hubungan tumor dan penyebaran tumor. d. Endoskopi

27

Dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. e. Sistokopi Adalah pemeriksaan pada kandung kemih dan prostat dengan menggunakan alat yang dinamakan sistoskop, untuk mendeteksi penyebab sumbatan pada kandung kemih. Pada kasus, hasil dari sistokopi : adanya lesi dan massa pada kandung kemih. f. Systoreustroskopi Dilakukan untuk melihat posisi tumor. 6. Pemeriksaan Laboratorium a. Biopsi tumor atau mukosa Merupakan prosedur diagnostik definitif. Sebagian dari dinding kandung kemih di ambil sampelnya dilakukan selama sistokopi. Sampel ini akan menunjukan diagnosa penyakit dengan melihat jaringan dan selnya. b. Pemeriksaan sitologi urin Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel kanker yang dapat dikenali, pemeriksaan sitologi urin yang baru dan larutan salin yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang prognosis klien, khususnya klien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor primer kandung kemih. Test urin dapat dilakukan untuk menyingkirkan atau untuk memperoleh kondisi spesifik tentang kelainan urin. Sebagai contoh, kultur urin dapat dilakukan untuk menyingkirkan infeksi. Kehadiran antibodi tertentu dan lainnya mungkin menunjukkan tanda-tanda kanker. Beberapa tes ini mungkin dapat membantu dalam mendeteksi dini kanker berulang. Selain itu juga, kultur urine dapat untuk pemeriksaan enzim telomerase bertujuan mendeteksi T53 dan mengetahui kecepatan pembelahan sel, yang khusus berada dalam kandung kemih. Adanya enzim ini dalam urine/ enzim telomerase (+) adalah abnormal, karena menunjukan pertumbuhan sel yang berlebihan. Pada kasus, hasil laboratorium urine : keruh.

28

Sifat Tampilan Warna

Normal Jernih Kekuning-kuningan

Abnormal dan kemungkinannya Keruh : banyak ditemukan eritrosit dan leukosit seperti dalam UTI atau endapan kristal urat atau kristal fosfat. Merah atau coklat : hematuria, hemoglobinuria Merah : makan buah bit, piridium Coklat : ikterus pada saluran empedu, porfirin dalam porfiria, melanin dalam melanoma. Oranye : piridium Bau tidak enak sering timbul pada UTI, bau aseton dalam diabetes ketoasidosis, terdapat di bau amonia biasa setelah spesimen

Bau

Sedikit berbau

didiamkan akibat degradasi bakteri Berat jenis Ph Protein 1,001-1,035 5-6,5 0 hingga samar urea. Relatif konstan mendekati 1,010 pada gagal ginjal >7,5 diduga terdapat UTI dengan organisme yang menghasilkan urea. < Sebagian besar penyakit ginjal ditandai oleh proteinuria, sindrom nefrotik : Glukosa Keton Eritrosit Negatif Negatif 0-2/LPB >3,5 g/hari Diabetes mellitus Diabetes melitus, kelaparan Ditemukan dalam jumlah besar pada UTI, glomerulonefritis, neoplasma, Leukosit 0-4/ LPB batu, nekrosis papilaris, koagulopati. Terlihat jumlah meningkat pada UTI dan berbagai keadaan lain.
29

150mg/hari

Sel epitel

0-5/ LPB

Jumlah

sel

epitel

ginjal

yang adanya

berlebihan Bakteri 0

menandakan

penyakit ginjal. Terlihat bakteri dalam urine segar yang tidak diputar, menandakan UTI. Terlihat pada sindrom nefrotik Bekuan protein terbentuk dalam tubulus ginjal dan duktus pengumpul, jumlah yang berlebihan atau jenis khusus yang berkaitan dengan penyakit ginjal. Sistin : aminoasiduria abnormal.

Badan lemak oval Silinder

0 0-1/ LPB

Kristal

Banyak jenis

c. Pemeriksaan Hb. - Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria d. Pemeriksaan Leukosit - Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine - LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut - SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat, kanker metastase ke hati. - BUN (Blood Urea Nitrogen) berfungsi sebagai kapasitas ekskresi urin. Kadar serum bergantung pada produksi ureum tubuh dan aliran urin. Ureum merupakan produk akhir nitrogen dari metabolism protein. Kadar BUN juga dipengaruhi oleh asupan protein, pemecahan jaringan, dehidrasi, syok, gagal jantung, stress, perdarahan saluran pencernaan. Dalam kasus teridentifikasi bahwa BUN meningkat dikarenakan ada kerusakan pada ginjal. No. Item Standar Data klien Intreprestasi

30

1.

Hematuria

Tidak terjadi

Terjadi

Abnormal,

Adanya

sel

darah merah dalam urine karena inflamasi jaringan.

2.

Massa abdomen

pada Tidak terjadi Tidak terjadi

Terjadi

Abnormal

3.

Hepatomegali

Terjadi

Abnormal, pembesaran

Terjadi dan

pengerasan terhadap hepar 4. Limphadenophaty Tidak terjadi Terjadi Abnormal, pembesaran kelenjar limfe Terjadi terhadap karena

infeksi atau adanya tumor 5. Urgency Tidak terjadi Terjadi Abnormal, kandung sempurna 6. Frequency Tidak terjadi Terjadi Abnormal, kandung sempurna 7. Urine keruh Urine berwarna jernih kekuning kuningan 8. Enzim telomerase Negatif (+) Positif Abnormal, pembelahan menerus. 9. Blood Nitrogen 10. Hemoglobin Urea 7-21 mg/dL Wanita : 10 gr/dL 25 mg/dL Abnormal, terjadi sel adanya terus Urine keruh Abnormal, hematuria adanya Pengosongan kemih tidak Pengosongan kemih tidak

penurunan fungsi ginjal. Abnormal

31

12,1 15,3 gr/dL Pria : 13,8 gr/dL 11. Konjungtiva Merah muda 12 Hasil sistokopi Tidak terdapat lesi massa pada kandung kemih Pucat Abnormal, menurun Ada lesi dan Abnormal, terdapat kanker massa pada pada kandung kemih. kemih. dan kandung karena Hb 17,5

IV.

Diagnosa Keprawatan Pra operasi


1. Nyeri Kronis berhubungan dengan invasi tumor ganas ke jaringan.

2. Perubahan pola eliminasi urine (dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna. 3. Ansietas berhubungan dengan antisipasi kehilangan akibat prosedur pembedahan. 4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kecepatan metabolik sel kanker.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

prosedur pembedahan dan perawatan pascaoperatif.

32

Pasca operasi 1. Resiko infeksi berhubungan dengan efek samping luka insisi. 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping diversi urinarius
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.

33

V. Rencana Asuhan Keperwatan Pasien Kanker Kandung Kemih Pra operasi No Diagnosa Keperawatan Tujuan 1. Nyeri kronis berhubungan Tupan : dengan invasi tumor ganas Klien ke DS: klien mengeluh nyeri Tupen : dilakukan tindakan keperawatan selama c. Berikan waktu istirahat yang Palpasi : ada massa 3 x 24 jam klien pada abdomen, merasa nyaman dan hepatomegali (+) cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran. klien ulang melakukan tingkat pemanasan perineum. e. Kaji pelvis dan keluar darah Setelah saat berkemih DO : jaringan ditandai dengan : (pelvis), nyeri hilang dengan spasme terkontrol Intervensi Keperawatan Mandiri melaporkan a. Berikan tindakan dan suasana yang nyaman seperti masase punggung dan lingkungan yang tenang. b. Berikan kompres hangat pada punggung. Rasional a. Meningkatkan stimulasi dari luar. b. Menghilangkan spasme. c. Meningkatkan koping dan dapat merilekskan otot-otot. d. Membantu mengurangi ketidaknyamanan dan spasme. e. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi tegangan otot dan menurunkan reflex relaksasi,

menurunkan reaksi terhadap

(+), nyerinya berkurang, d. Anjurkan :

dan limphadenophaty dengan kriteria hasil

34

Hasil Sistoskopi: ada 1. Klien mengatakan lesi dan massa pada kandung kemih tidak pelvis berkemih 2. Kandung 3. Pasien rileks 4. Ekspresi 5. Mampu tidur/istirahat dengan nyaman wajah tampak tenang kemih tampak tidak tegang merasakan saat nyeri pada bagian

kenyamanan(nyeri dengan menggunakan penilaian 1-10 Skala keterangan:

kepala) skala

10 = sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien 9, 8,7 = sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan dilakukan 6 = nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk 5 = nyeri seperti tertekan 4 = nyeri seperti kram atau kaku 3 = nyeri seperti perih atau mules 2 = nyeri seperti melilit atau terpukul 1 = nyeri seperti gatal atau nyutaktivitas yang bisa

35

nyutan 0 = tidak ada nyeri Tipe nyeri: 10 = tipe nyeri sangat berat 7-9 = tipe nyeri berat 4-6 = tipe nyeri sedang 1-3 = tipe nyeri ringan
a. Kelompok antibotik anti tumor

Kolaboratif a. Berikan obat mitomycin

yang

dihasilkan

oleh

Streptomyces caespitosus b. Membantu dalam mengurangi iritabilitas kandung kemih dan

b. Berikan Agens antispasmodic, contoh flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan). 2. Perubahan eliminasi urin Tupan : berhubungan pengosongan kandung kembali normal Mandiri

nyeri

dengan Pola eliminasi klien a. Ukur dan catat urine setiap berkemih serta perhatikan

a. Mengetahui kadar output/input cairan dan memberikan

36

kemih sempurna, dengan : DS : Klien

yang

tidak ditandai Tupen : Setelah tindakan dilakukan

karakteristik urine.

informasi tentang fungsi ginjal dan adanya infeksi. b. Peningkatan hidrasi membilas

b. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam.

bakteri, darah, dan debris dari traktus urinarius. c. Biasanya frequency dan urgency meningkat bila terjadi

mengeluh

nyeri keperawatan selama dapat mempertahankan

pada pelvis dan keluar 3 x 24 jam klien darah saat berkemih. DO : - Hasil klien menahan c. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi.

pertemuaan uretovesikal. d. Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distesi jaringan dan potensial resiko infeksi, gagal ginjal. e. Untuk cola, mengurangi dan alkohol faktor dapat pencetus. Kopi, jus jeruk, teh,

pengkajian pola tidak

eliminasi adekuat,

perawat didapatkan : secara berkemih, :

bisa dengan kriteria hasil d. Selidiki keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk distensi dapat suprapubik. e. Jaga keasaman urin, hindari tidak saat kopi, jus jeruk nipis, teh, cola, dan alkohol. berkemih setiap 3 jam 2. Klien kesulitan berkemih. 3. Haluaran urin Kolaborasi :

sering berkemih dan 1. Klien konjungtiva pucat. - Warna urine keruh - Hb : 10 g/dL - Hasil Sistoskopi: ada lesi dan massa pada kandung kemih

mengiritasi kandung kemih. a. Untuk ketidaknyamanan meredakan saat

37

adekuat ml/jam)

(>30

a. Kateterisasi intermiten

berkemih. b. Peninggian mengindikasikan BUN disfungsi

4. Urin yang keluar jernih dan tidak berbau 5. Klien darah berkemih, dengan 17,5 mg/dL. Kecemasan berhubungan Tupan : dengan perubahan status Setelah dilakukan kesehatan, fungsi peran perawatan selama dan pola interaksi. 7x24 jam diharapkan : - Klien dapat mendemonstrasik Hb normal : 13,53. Mandiri a. Tinjau ulang pengalaman klien atau orang terdekat tentang penyakit yang yang dialaminya. Tentukan apakah dokter telah mengatakan kepada klien dan apakah kesimpulan klien telah a. tidak saat mengeluarkan b. Awasi pemeriksaan laboratorium seperti BUN

ginjal.

Membantu mengidentifikasi dan kesalahan mengenai kanker.

dalam rasa takut konsep

38

an penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam pengobatan. - Klien dapat menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan rasa cemas dan takut klien hilang. Tupen : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan : - Klien dapat

dicapai. b. Motivasi klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. b. Memberikan kesempatan untuk mengontrol rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis. c. Ciptakan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaannya. d. Pertahankan kontak mata dengan klien. c. Membantu klien untuk merasa diterima bersalah. d. Memberikan kenyakinan bahwa klien individu e. Bantu klien dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping dalan diri klien. e. Keterampilan bertambah koping buruk sering setelah tidak dan sendiri, penerimaan dapat kepercayaan diberikannya mengembangkan apa adanya kondisinya tanpa ada perasaan

didiagnosis dan selama fase

39

menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dna berkurangnya rasa takut dan cemas klien - Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan berkurang.

menghadapai rasa takut.

pengobatan.

Dukungan

dan

konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut serta untuk menyakinkan f. Berikan informasi yang akurat mengenai prognosis. bahwa strategi koping tersedia. f. Dapat menurunkan kecemasan dan memungkinkan klien membuat berdasarkan criteria. g. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengekpersikan rasa marah, kecewa. h. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan efek samping. g. Penerimaan memungkinkan h. Tujuan klien menghadapi situasi. pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan sambil meminimalisasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat meliputi pembedahan ( kuratif, preventif, perasaan mulai keputusan

40

paliatif

serta

kemoterapi,

radiasi ( internak, eksternal dll. i. Informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih i. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawablah dengan jujur. efektif karenanya ketidaktahuan. j. Mengidentifikasi individu dukungan j. Perhatikan koping tidak efektif misalnya interaksi social yang buruk, tidak berdaya, menyerah. k. Perhatikan adanya tanda depresi. dan pada klien masalah memberikan dalam keterampilan menggunakan dari dan tidak bersalah , akurat. distress dengan realitas, menurunkan

kecemasan dan rasa takut karena

menggunakan koping yang efektif. k. Klien dapat mekanisme menyangkal didiagnosis Perasaan

pertahanan

mengekpresikan harapan dimana

41

spiritual, gejala fisik atau kurang perawatan l. Menjamin diri system dapat pendukung menyebabkan klien menarik diri. untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan l. Libatkan orang terdekat dalam pengambilan keputusan. 4. Resiko perubahan nutrisi Tupan : kurang dari kebutuhan Asupan dengan adekuat. pengkajian konjungtiva Masukan makanan adekuat Berat stabil Normalisasi nilai c. Kontrol laboratorium dan faktor lingkungan (misal : bau kuat/tidak sedap badan berhubungan kanker. DO : DS : Hasil didapatkan Mandiri nutrisi a. Pantau masukan makanan a. Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat. c. Dapat memicu respon mual atau muntah setiap hari. diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan adekuat. masukan cairan tepat.

kecepatan metabolik sel Tupen :

b. Anjurkan pasien untuk makan b. Suplemen merupakan peranan

klien tampak pucat.

42

bebas malnutrisi

tanda

atau

kebisingan).

Hindari

terlalu manis, berlemak atau makanan pedas Kolaborasi a. Tinjau mis. ulang Jumlah pemeriksaan a. Membantu indikasi total, derajat biokimia/ limfosit mengidentifikasi ketidakseimbangan malnutrisi dan pilihan rencana individu diet dan laboratorium sesuai

transferin serum, dan albumin. b. Rujuk pada ahli

memperngaruhi intervensi diet.

diet/tim b. Memberikan khusus kebutuhan

pendukung nutrisi.

untuk

memenuhi

menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi. 5. Kurang pengetahuan yang Tupan : berhubungan kurangnya tentang pembedahan dengan Klien prosedur informasi dan tentang dapat akurat diagnosa informasi mengungkapkan Mandiri a. Tentukan tentang kemih. persepsi kanker klien a. Membant dan konsepsi, identifikasi dan ide, sikap, rasa takut, kesalahan kesenjangan pengetahuan tentang kanker

pengobatan kanker kandung

43

perawatan pascaoperatif.

dan pengobatan. Tupen : Klien melakukan perubahan hidup dan pada pengobatan. yang

aturan

b.

Anjurkan masukan

meningkatkan b. Memperbaiki konsistensi feses cairan dan serat untuk obat d. Ansietas dan berpikir terus menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan kematian sering mempengaruhi pasien untuk informasi adekuat. e. Identifikasi dini dan kemampuan mengasimilasi dan sistem dan merangsan perisaltik c. Meningkatkan retensi obat

dalam diet serta latihan teratur c. dapat gaya perlu aturan d. Instruksikan berkemih dimasukkan Berikan materi tertulis tentang kanker, pendukung pengobatan, ketersediaan klien sebelum

berpartisipasi

e.

Tinjau

tanda

dan

gejala, medis,

pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi

kebutuhan

evaluasi

misal infeksi, reaksi obat, dan peningkatan nyeri

44

Pascaoperasi No Diagnosa Keperawatan Tujuan 1. Resiko infeksi Tupan : berhubungan dengan efek Tidak samping luka insisi stroma Tupen : - Bebas atau eritema - Tidak demam - Menunjukan teknik dan c. dari b. drainase purulen terjadi infeksi pascaoperasi di daerah Intervensi Keperawatan Mandiri a. Kosongkan kantong ostomi bila menjadi penuh sepertiganya saat cairan IV dan drainase kantong kontinu dilepaskan. Catat karakteristik urin, dan perhatikan apakah perubahan berhubungan dengan keluhan nyeri panggul. Laporkan penghentian aliran urin tiba- tiba. c. Drainase konstan biasanya b. Urin infeksi. keruh dan bau menunjukan adanya Rasional a. Menurunkan resiko refluks urin dan mempertahankan intergritas alat.

45

perubahan pola hidup resiko. d. Perhatikan kemerahan di untuk menurunkan

berlangsung dalam 10 hari. Namun, penghentian tibatiba dapat mengindikasikan pembentukan plak dan pembentukan abses. d. Kemerahan paling umum disebabkan pada oleh alat jamur. dapat Kebocoran urin atau alergi menyebabkan kemerahan. e. Drainase basah bertindak e. Ganti balutan sesuai indikasi, bila memakai. f. Awasi tanda- tanda vital sebagai media pertumbuhan bakterial. f. Peningkatan suhu tubuh menunjukan insisi. g. Klien g. Auskultasi bunyi nafas terjadi pernafasan beresiko karena untuk lama komplikasi komplikasi sekitar stroma.

46

waktu anestesia. Kolaborasi


a.

a. Mencegah aliran balik urin ke dalam stoma dan untuk menurunkan resiko infeksi. b. Digunakan mengatasi infeksi jamur sekitar stoma.

Bila ada, gunakan kantong dengan katup anti refluks.

b. Bedak anti jamur.

2.

Gangguan

citra

tubuh Tupan : menyatakan bekerja sama penerimaan diri dalam situasi, diri dalam perubahan konsep tanpa pandangan negatif harga diri. Tupen : - Klien perasaan menyatakan tentang

Mandiri a. Kaji ulang alasan bedah dan harapan yang akan datang. b. Dorong klien untuk a. Klien menerimanya dengan lebih mudah bahwa ostomi dilakukan untuk penyakit kronis. b. Memberikan kesempatan untuk menerima isu atau salah konsep. Klien perlu mengenali sebelum mereka perasaan dapat menyatakan perasaannya

berhubungan dengan efek Klien samping diversi urinarius.

47

keadaannya. - Klien mulai stroma perawatan diri. d. menunjukan menerima dan c. Perhatikan perilaku menarik diri, ketergantungan, atau tidak asuhan. Berikan kesempatan klien atau orang terdekat untuk memandang dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk positif penampilan sebagainya. e. Berikan melalui kesempatan partisipasi pada dalam memberikan normal, tanda dan penyembuhan, peningkatan manipulasi, dalam terlibat

menerimanya efektif.

secara

c. Dapat menunjukan respon kedukaan kehilangan fungsi tubuh. d. Menyentuh menyakinkan orang stoma sedikit tidak klien rapuh terdekat gerakan stoma atau bahwa dan stoma terhadap bagian atau

dengan memandang berpartisipasi dalam

secara nyata menunjukan peristaltik normal.

e. Kemandirian perawatan harga diri.

dalam memeperbaiki

klien untuk menerima ostomi perawatan diri.

48

Kolaborasi a. Atur pertemuan dengan a. Membantu pendidikan memudahkan klien. 3 Resiko tinggi disfungsi Tupan : seksual dengan struktur tubuh. berhubungan Klien perubahan pemahaman antara terhadap seksual. Tupen : - Klien kepuasan diterima mengemukakan mampu yang dan b. Kaji ulang anatomi dan mengidentifikasi hubungan fisik masalah Mandiri : menyatakan a. Yakinkan kondisi hubungan seksual a. terdekat pembedahan. harapan dan Mutilasi dapat gambaran klien. dan kehilangan pasien/orang atau Identifikasikan privasi/ kontrol fungsi tubuh mempengaruhi seksual pribadi seksual Kebutuhan menguatkan dan penerimaan pengunjung ostomi bila tepat

perubahan sesuai kesadaran

sebelumnya pada penyakit dan/

keinginan masa depan.

sangat dasar, dan pasien akan direhabilitasi lebih berhasil bila seksual dilanjutkan/dikembangkan. kepuasan hubungan

fisiologi fungsi seksual klien b. Pemahaman fisiologi normal

49

metode alternatif. - Klien seksual kebutuhan. mampu sesuai melakukan hubungan

dan

orang

terdekat

dalam

membantu terdekat

klien/orang memahami

hubungannya dengan situasi.

mekanisme kerusakan saraf dan perlu menggali metode c. Diskusikan pelaksanaan kepuasan pilihan. Mengetahui diharapkan klien menunjukan penyembuhan apa pada yang kemajuan membantu menghindari ansietas/ aktivitas seksual kira-kira 6 c. minggu setelah pulang, dimulai dengan perlahan dan progresif (contoh membelai/menyayang sampai nyaman Termasuk d. Tekankan kedua dengan pilihan kesadaran pasangan gambaran fungsi). metode akan resolusi

menurunkan resiko gagal.

diri/perubahan rangsangan yang tepat.

faktor yang dapat mengalihkan perhatian (misalnya. Bau tak d. Meningkatkan enak dan kebocoran kantung). e. Dorong penggunaan rasa masalah yang dapat diatasi.

50

humor. e. f. Ubah posisi koitus. Humor individu sulit dapat lebih membantu situasi dan efektif

menerima

meningkatkan seksual positif. f. Kolaborasi : a. Rujuk ke konseling (Rujuk ke DK : Disfungsi Seksual Resiko Tnggi). a. Klien Peminimalan pada alat

pengalaman kejanggalan dan

ketidaknyamanan fisik dapat meningkatkan kepuasan. mengalami seksual dan ansietas setelah kurang kandung

diantisipasi, takut gagal dalam hubungan pengabaian pengetahuan. yang pembedahan, biasanya karena Pembedahan

mengangkat

51

kemih saraf

dapat

mengganggu yang

parasimpatis

mengontrol ereksi pria.

52

VI.

Pendidikan Kesehatan Upaya pencegahan penyakit kanker semakin diperhatikan. Perilaku hidup

merupakan salah satu penyebab utama timbulnya kanker, di luar faktor keturunan, lingkungan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku hidup itu terutama menyangkut pola makan sehari-hari. Zat yang bersifat protektif (melindungi seseorang yang mengkonsumsinya dari timbulnya kanker). Termasuk golongan ini terutama sayur-sayuran dan buahbuahan yang banyak mengandung vitamin A, betakaroten, vitamin C, dan vitamin E. Juga zat gizi lain yang saat ini terkenal berpotensi mencegah penyakit kanker seperti selenium (Se), asam folat, niasin (vitamin B3), vitamin D, seng (zinc), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).
-

Betakaroten, vitamin C, vitamin E, dan selenium dikenal sebagai zat antioksidan yang dapat merangsang sistem imun tubuh untuk melawan radikal bebas yang membentuk karsinogen (substansi yang dapat menimbulkan kanker). Mekanisme antioksidan dalam menghambat terjadinya kanker ini termasuk mencegah pembentukan karsinogen dan menghalangi rusaknya sel normal lainnya. Betakaroten banyak terdapat pada sayuran berwarna kuning seperti wortel, sedangkan vitamin C banyak dijumpai pada buah-buahan macam jeruk, jambu biji, dll. Vitamin E banyak terdapat pada sereal, minyak nabati, jagung, sayuran berdaun hijau, dan buah-buahan. Selenium terdapat pada daging, kerang, sereal, kacang, padi- padian, dan produk ternak.

Suplementasi vitamin B3 atau niasin dilaporkan juga dapat mencegah kanker. Vitamin ini biasanya diberikan pula pada penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi, untuk mengurangi efek toksis (peracunan) dari kemoterapi itu sendiri. Pada penelitian menyatakan, pemberian kombinasi niasin dan aspirin pada penderita kanker kandung kemih ternyata menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan perpanjangan waktu hidup

53

penderita kanker. Niasin banyak terkandung dalam daging sapi, ayam, kacang-kacangan, ikan, daging tak berlemak, telur, dan alpukat.
-

Suplementasi vitamin D dalam bentuk aktifnya (1,25- dihidroksi) dapat menghambat multiplikasi (pelipatgandaan) sel kanker. Hindari pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin, yang banyak dipakai dalam makanan jajanan menurut penelitian epidemiologi dapat pula menimbulkan tumor kandung kemih.

Merokok menyebabkan sekitar setengah dari kematian akibat kanker kandung kemih, dan kurang dari sepertiga dari kematian akibat kanker kandung kemih pada wanita. Berhenti merokok mengurangi risiko kanker kandung kemih, dan juga beberapa jenis kanker dan penyakit.

VII. Aspek Legal dan Etik 1. Inform Consent Inform consent merupakan suatu bentuk tindakan yang bertujuan meningkatkan dan menghargai autonomi klien dengan mengembangkan pengetahuan klien atas pilihannya. Perawat memiliki kewajiban etis untuk mendukung, meningkatkan, dan membantu klien dalam pengambilan keputusan yang tepat. Persetujuan Pengambilan Tindakan Secara hukum, pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum klien memahami perlunya prosedur tersebut, tahap tahap yang harus dilalui, resiko, hasil yang diharapkan, dan terapi alternatifnya. Memberi informasi kepada klien merupakan tanggung jawab utama dokter. Persetujuan tidak dapat diinformasikan jika klien dalam keadaan bingung, tidak sadar, mengalami gangguan mental, atau dibawah pengaruh obat penenang. Perawat sering menjadi saksi saat klien menandatangani lembar persetujuan dan memeriksa

54

ketepatan tanggal, waktu, dan tanda tangan yang terdapat dalam dokumen dan semuanya itu harus ditulis dengan menggunakan tinta. Jika klien menolak pembedahan atau tindakan medis lainnya harus diinformasikan tentang segala konsekuensi bahaya yang dapat terjadi. Dan jika klien tetap menolak, maka penolakan tersebut harus ditulis, ditandatangani, dan disaksikan. (http://www.ahrq.gov/clinic/ptsafety/chap48.htm) 2. Respect for Autonomy Perawat harus bisa menghargai kebebasan klien dalam memilih rencana kehidupan dan cara bermoral sesuai dengan nilai yang dianut klien. Perawat harus menghargai keputusan yang diambil oleh klien dan keluarga, membiarkan klien untuk berpartisipasi dalam rangka peningkatan taraf kesehatannya, dan menghormati klien sebagai individu yang unik yang bersifat holistik. Dalam kasus ini misalnya, setelah klien mendapatkan inform consent tentang prosedur pengobatan yang harus dijalaninya oleh dokter maka perawat harus menghormati segala keputusan yang diambil oleh klien tentang prosedur apa yang akan dilakukan kepada klien atau jika klien tidak bersedia melakukan tindakan prosedur yang telah disarankan sekalipun. 3. Justice Prinsip keadilan menuntut perlakuan yang adil terhadap pasien dan memberikan apa yang menjadi kebutuhan mereka tanpa membeda-bedakan status ekonomi, social, budaya, jenis kelamin, ras, dan agama. 4. Non-malefisien and Beneficient Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan semua factor resiko dan keuntungan yang dapat terjadi pada klien sehingga perawat dapat menghindari hal-hal yang membahayakan klien. Pada kasus ini,
55

klien harus mempertimbangkan semua keuntungan dan faktor risiko dari pengobatan kanker yang akan dijalaninya sebelum memilih menerima obat ini. Pertimbangan terhadap keuntungan dan risiko harus mencakup semua factor relevan baik teknis dan moral. Perawat berperan dalam menekankan dan mendiskusikan risiko dan keuntungan dengan klien seperti yang telah ditentukan oleh tim pengobatan. Sedangkan prinsip non-malefisien menuntut perawat menghindari membahayakan klien selama pemberian asuhan keperawatan. Contoh dalam kasus ini adalah perawatan luka pasca radical cystectomy perawat seharusnya merawat luka dengan prinsip steril, apabila pasien megalami infeksi akibat kelalaian peawat maka aspek ini tidak dipenuhi oleh perawat. 5. Kejujuran, kerahasiaan dan kesetiaan Prinsip kejujuran mengarahkan perawat untuk menghindari melakukan kebohongan kepada klien atau menipu mereka. Perawat juga harus bisa menjaga kerahasiaan kondisi kesehatan klien dari pihak pihak yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan klien. Sedangkan kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang teguh janji yang dibuatnya pada klien. Diharapkan jika perawat jujur dan memegang janji yang dibuatnya maka rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk. VIII. Peran dan Fungsi Perawat a. Peran Perawat 1. Pemberi Perawatan Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Tidak hanya kesehatan fisik saja yang menjadi focus asuhan keperawatan perawat, tetapi juga meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan social klien. (peran perawat sebagai care provider ini tercantum dalam NCP)

56

2. Pembuat Keputusan Klinis Sebelum melakukan tindakan keperawatan, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan terbaik bagi setiap klien. Perawat membuat keputusan ini biasa secara sendiri atau melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lain, klien, dan keluarga klien. (peran perawat ini juga bisa dilihat dalam NCP) 3. Pelindung dan Advocat Klien Sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang nyaman bagi klien, mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkandari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Dalam menjalankan perannya sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hokum serta membantu klien dalam menyatakan hak haknya bila dibutuhkan. Hak-hak klien: a. b. c. d. e. Hak atas pelayanan sebaik-baiknya Hak atas informasi tentang penyakitnya Hak atas privasi Hak untuk menentukan nasibnya sendiri Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Pengaplikasian peran ini dalam kasus diantaranya: kewajiban perawat memenuhi hak klien untuk menerima informasi tentang penyakitnya, penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek samping dari pengobatan (radical cystectomy, jenis urinary diversion, dan kemoterapi mytomicin) atau tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada dirinya, hak klien untuk menolak suatu terapi pengobatan atau tindakan perawatan yang akan dilakukan, setelah klien memahami dan memperoleh penjelasan tentang tujuan terapi tersebut dilakukan. 4. Rehabilitator
57

Rehabilitasi merupakan proses untuk mengembalikan fungsi organ/ bagian tubuh agar kembali pulih dan berfungsi normal kembali. Peran perawat dalam kasus ini yaitu membantu klien beradaptasi setelah menjalani pembedahan, beradaptasi dengan pemasangan stoma, pola eliminasi yang telah berubah, serta membantu klien mengatasi masalah yang terjadi selama pengobatan yang dijalani (kemoterapi). 5. Pemberi Kenyamanan Asuhan keperawatan bukan hanya sekedar memperhatikan kebutuhan fisik saja, tetapi juga memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sehingga dapat member klien kekuatan untuk mencapai kesembuhannya. Pelaksanaanya dalam kasus ini : Perawat menggunakan komunikasi terapeutik untuk berkomunikasi Perawat dapat menciptakan suasana yang tenang dan nyaman bagi Setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien diusahakan Menjaga privasi dan menfasilitasi kebutuhan klien, seperti

dengan klien. klien dalam menjalani proses penyembuhan. mampu membuat klien menjadi lebih nyaman, menyiapkan kebutuhan untuk BAK atau BAB, pola BAB dan BAK klien berubah sesuai jenis urinary diversion yang dipilih klien setelah radical cystectomy. Mencegah infeksi nosokomial dengan menerapkan teknik aseptik dan antiseptik. Dalam kasus, klien beresiko unutk infeksi sehingga poin ini harus lebih diperhatikam Mencegah kekeliruan dalam pemberian obat.

6. Komunikator
58

Peran perawat seperti memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, mengoordinasi dan mengatur asuhan keperawatan , membantu klien dalam rehabilitasi, memberikan kenyamanan atau mengajarkan sesuatu pada klien tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi. Peran ini terlihat ketika perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya.

7. Penyuluh Sebagai penyuluh, perawat dapat memberitahu dan mengajarkan klien hal hal yang dapat dilakukannya secara mandiri sebagai persiapan klien pulang ke rumah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemandirian klien. Contoh dari peran ini pada kasus yaitu: perawat mengajarkan cara penggunaan kateter urine dan perawatannya, perawatan stoma, cara penggunaan obat, gejala-gejala infeksi, dan kekambuhan sehingga kondisi tersebut bisa segers ditangani.

b. Fungsi perawat: Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah di sesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan fungsi diantaranya : 1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dengan kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan

59

aktualisasi diri. Ada beberapa intervensi mandiri untuk klien kanker bladder ini (tercantum dalam NCP) 2. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya pesan atau intruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya di lakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari primer keperawat pelaksana. 3. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Dalam kasus, klien mungkin mengalami dysfungsi seksual yang mungkin memerlukan sex counseling sehingga perawat disini bekerjasama dengan counselor, atau klien ini juga mungkin mengalami kekurangan nutrisi yang perlu dikonsultasikan dengan ahli diet. ( Patricia A Potter, Anne Griffin Perry: Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume 1 & 2 edisi 4: Jakarta, EGC 2005 ) Peran perawat dalam pemeriksaan dignostik pada klien ini: 1. Ultrasound/ ultrasonography

Tidak diperlukan persiapan awal khusus, dan tidak terdapat komplikasi.. tes ini tidak menimbulkan efek radiasi sehingga bisa dilakukan berkali-kali. 2. CT (computed tomography) Scan

60

klien di NPO selama 4 jam sebelum prosedur, klien akan diberikan media contrast sehingga perlu dikaji riwayat alergi, dorong klien untuk minum air yang banyak agar media contrast bisa dikeluarkan dengan cepat melalui urin. Hindari gluphage selama 48 jam setelah media contrast diberikan. 3. MRI (Magnetic resonance Imaging)

MRI dikontraindikasikan pada klien yang memakai alat metal seperti pacemaker dalam tubuhnya. Sebelum prosedur dimulai klien harus melepaskan alat/ aksesoris / pakaian yang terbuat dari atau terdiri dari metal. Klien yang memiliki riwayat claustrophobia harus diberikan sedasi. Media contrast mungkin digunakan. 4. IVP (intravenous pyelogram)

Kaji riwayat alergi klien terhadap dye atau media contrast lainnya yang mungkin dipakai. Allergi terhadap dye bisa menyebabkan reaksi anaphylactic. Klien harus NPO selama 8 jam sebelum prosedur, diberkan enema pada klien pada sore harinya sebelum tes, jelaskan pada klien mungkin akan ada rasa panas, perubahan sensai pengecap setelah dye diinjeksi. Anjurkan klien untuk banyak minum agar dye bisa dikeluarkan dari ginjal. Pantau urin output setelah prosedur karena ada kemungkinan terjadi gagal ginjal akut akibat obstruksi tubule ginjal. Tes ini tidak dianjurkan pada klien dengan gagal/insufisiensi ginjal. 5. Biopsy

Klien dikaji riwayat penggunaan antikoagulan, penggunaan antikoagulan dihentikan karena prosedur ini bisa menyebabkan perdarahan, tes darah komplit dan tes fungsi koagulasi dilakukan sebelum biopsy. Pantau gejala perdarahan seperti gross hematuria, penurunan BP, dll, 6. Cytoscopy

61

Persiapan untuk cystocopy sesuai dengan persiapan sebelum pembedahan minor. Kaji urin output setelah prosedur untuk mendeteksi retensi urin akibat edema meatus urinary, jelaskan kepada klien bahwa dysuria pada 24 jam awal, dan ada darah dalam urin pada 1-2 jam pertama itu normal. Komplikasi meliputi; ISK, retensi urin, dan perforasi bladder

62

Anda mungkin juga menyukai