Anda di halaman 1dari 4

Nama : Firly Gusnita

NIM : 21031127

Dosen : Rahmawati D., M.Pd.

Mata Kuliah : Evolusi

Soal di Buku Evolusi bermuatan ESQ halaman 183

1. Identifikasi makhluk hidup di alam sejak masa penemuan nama ilmiah oleh Carolus
Linneaus selalu menggunakan data morfologi untuk mengklasifikasikan makhluk
hidup. Sesuai dengan perkembangan IPTEK masa sekarang ini, konsep spesies
manakah yang paling cocok digunakan untuk identifikasi makhluk hidup

Saat ini, dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, konsep spesies yang
paling cocok digunakan untuk identifikasi makhluk hidup adalah konsep spesies molekuler
atau filogenetik. Konsep spesies molekuler ini menggunakan data dari DNA atau RNA
untuk membandingkan dan mengidentifikasi spesies. Konsep ini memanfaatkan teknologi
DNA barcoding yang dapat mengidentifikasi spesies berdasarkan sekuens DNA unik yang
dimilikinya.

Dalam konsep spesies molekuler, spesies diidentifikasi berdasarkan perbedaan sekuens


DNA atau RNA mereka. Hal ini memungkinkan identifikasi yang lebih akurat dan
terpercaya daripada identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi saja. Selain itu, konsep
spesies molekuler juga memungkinkan identifikasi spesies yang sulit diidentifikasi
menggunakan ciri-ciri morfologi saja, seperti spesies mikroskopis atau spesies yang serupa
secara morfologi tetapi berbeda secara genetik.

Namun, penggunaan konsep spesies molekuler ini tidak dapat menggantikan penggunaan
data morfologi dan anatomi yang masih penting dalam mengklasifikasikan makhluk hidup.
Penggunaan kedua data ini bersama-sama dapat memberikan informasi yang lebih lengkap
dan akurat mengenai identifikasi dan klasifikasi makhluk hidup.

2. Konsep spesies yang umum digunakan dalam kajian biologi adalah konsep spesies
reproduktif dan morfologis. Diantara kedua konsep spesies tersebut, konsep spesies
manakah yang dapat berlaku pada individu yang kawin secara seksual maupun
aseksual? Jelaskan jawabanmu!

Konsep spesies yang dapat berlaku pada individu yang kawin secara seksual maupun
aseksual adalah konsep spesies morfologis atau fenetik. Konsep spesies morfologis ini
didasarkan pada kesamaan ciri-ciri morfologi atau fisik antara individu yang dianggap
sebagai satu spesies.
Dalam konsep spesies morfologis, individu-individu yang memiliki ciri-ciri morfologi yang
serupa dianggap sebagai satu spesies, tanpa memperhatikan apakah mereka berkembang
biak secara seksual atau aseksual. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai jenis
organisme, termasuk pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme.

Namun, konsep spesies morfologis juga memiliki kelemahan, yaitu sulitnya


mengidentifikasi spesies yang memiliki ciri-ciri morfologi yang mirip atau yang terjadi
variasi dalam ciri-ciri morfologi di antara individu-individu yang sama spesies. Selain itu,
konsep spesies morfologis juga tidak dapat membedakan antara spesies yang serupa secara
morfologi tetapi sebenarnya berbeda secara genetik.

Meskipun begitu, konsep spesies morfologis masih umum digunakan dalam kajian biologi
karena mudah diterapkan dan dapat memberikan informasi awal tentang identifikasi dan
klasifikasi spesies. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi DNA barcoding dan
analisis molekuler, konsep spesies molekuler atau filogenetik mulai banyak digunakan
dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan makhluk hidup.

3. Penelitian Iskandar (2004) mengenai cheetah mempublikasikan kesimpulannya


bahwa: “semua individu cheetah di dunia adalah hampir identik.” Pernyataantersebut
membuat kaget para ekologiwan, karena secara ekologis tidak logis cheetah dari
Kenya dianggap satu populasi dengan cheetah dari Ethiopia yang terpisah sejauh ±
6.000 km. Namun, hasil penelitian Iskandar tersebut diterima oleh para ilmuwan
lainnya; khususnya ahli genetikapopulasi dan evolusi. Kemukakan pendapatmu
terkait permasalahan tersebut, serta berikan solu-si untuk dapat membuat ekologiwan
menerima hasil penelitian Iskandar!

Pernyataan bahwa semua individu cheetah di dunia hampir identik didasarkan pada
penelitian genetika yang menunjukkan bahwa cheetah memiliki keragaman genetik yang
sangat rendah dibandingkan dengan spesies lain. Hal ini disebabkan oleh efek bottlenose,
yaitu ketika suatu populasi mengalami penurunan jumlah individu yang sangat besar
sehingga keragaman genetik menurun secara drastis.

Meskipun secara ekologi tidak logis bahwa cheetah dari Kenya dianggap sebagai satu
populasi dengan cheetah dari Ethiopia yang terpisah jauh, namun hasil penelitian Iskandar
didukung oleh bukti genetik yang kuat. Penelitian genetik memungkinkan kita untuk melihat
sejarah evolusi spesies dan memahami bagaimana populasi spesies berubah seiring waktu.

Untuk membuat ekologiwan menerima hasil penelitian Iskandar, dapat dilakukan


pendekatan interdisipliner yang menggabungkan ilmu genetika dan ekologi. Dalam hal ini,
dapat dilakukan penelitian lanjutan yang mempertimbangkan faktor-faktor ekologi yang
mempengaruhi populasi cheetah di berbagai wilayah, seperti iklim, habitat, dan perilaku
migrasi. Dengan cara ini, dapat dijelaskan bagaimana cheetah yang memiliki keragaman
genetik yang sangat rendah dapat bertahan dalam berbagai lingkungan dan kondisi ekologi
yang berbeda.

Selain itu, pendekatan pendidikan dan komunikasi yang efektif juga dapat membantu
membuat ekologiwan menerima hasil penelitian Iskandar. Dalam hal ini, dapat dilakukan
penyuluhan dan kampanye yang menjelaskan secara sederhana dan jelas tentang efek
bottlenose pada populasi cheetah dan bagaimana hasil penelitian Iskandar dapat menjelaskan
fenomena ini.

4. Serangga herbivor Treehoppers dan Enchenopa merupakan spesies yang berkerabat


dekat. Kedua spesies tersebut memiliki perbedaan utama pada inang untuk
pemenuhan kebutuhan makan dan kawin. a. Isolasi apakah yang terjadi pada kedua
spesies yang berkerabat dekat tersebut? Jelaskan jawabanmu! b. Model spesiasi
apakah yang telah memisahkan kedua spesies yang dahulunya berasal dari satu
moyang tersebut? Jelaskan jawabanmu!

a. Isolasi yang terjadi pada kedua spesies yang berkerabat dekat tersebut adalah isolasi
habitat dan isolasi reproduktif. Isolasi habitat terjadi karena kedua spesies menggunakan
inang yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Enchenopa memakan getah
dari batang tanaman dan sering ditemukan di pohon-pohon, sedangkan Treehoppers lebih
sering ditemukan di semak-semak dan memakan getah dari daun. Isolasi reproduktif terjadi
karena kedua spesies tidak mampu mengawinkan diri dengan baik meskipun mereka berada
di lingkungan yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan perilaku kawin, suara
panggilan kawin, dan bentuk genitalia.

b. Model spesiasi yang telah memisahkan kedua spesies yang dahulunya berasal dari satu
moyang adalah spesiasi simpatrik. Spesiasi simpatrik terjadi ketika dua atau lebih spesies
terbentuk dari satu moyang di tempat yang sama. Dalam kasus ini, Treehoppers dan
Enchenopa telah terpisah secara reproduktif meskipun mereka berada di lingkungan yang
sama, karena mereka telah mengembangkan perbedaan dalam penggunaan inang dan
perilaku kawin. Dalam spesiasi simpatrik, isolasi reproduktif terjadi meskipun populasi
spesies masih berada dalam satu wilayah geografis.

5. Fakta-fakta penelitian yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh tim ahli


mengungkapkan bahwa daratan dahulunya adalah bersatu di muka bumi (hanya ada
satu daratan). Berdasarkan fakta tersebut serta pemahamanmu terhadap spesiasi,
kemungkinan apakah yang dapat kamu kemukakan? Jelaskan pendapatmu

Berdasarkan fakta bahwa daratan dahulunya adalah bersatu di muka bumi, maka
kemungkinan besar spesies yang ditemukan di daratan tersebut adalah memiliki moyang
yang sama. Namun, seiring dengan perubahan lingkungan dan pergeseran benua, spesies-
spesies tersebut mengalami evolusi dan beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda,
sehingga terbentuklah spesies-spesies yang berbeda dan memiliki karakteristik yang unik.
Proses terbentuknya spesies dari satu moyang ini disebut spesiasi. Spesiasi terjadi ketika
satu populasi organisme terbagi menjadi dua atau lebih populasi yang memiliki isolasi
reproduktif antara satu sama lain, sehingga terbentuklah spesies baru. Mungkin terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya spesiasi seperti adanya isolasi geografis,
perubahan lingkungan, dan seleksi alam. Oleh karena itu, kemungkinan besar terdapat
banyak spesies yang telah terbentuk dari moyang yang sama di daratan tersebut, namun
seiring waktu dan perubahan lingkungan, mereka mengalami spesiasi dan berkembang
menjadi spesies yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai