Anda di halaman 1dari 23

B.

Rencana Pembelajaran Untuk Ruang Lingkup Kelas


1. Alur Tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

2. Alur Tujuan Pendidikan Pacasila dan Kewarganegaraan


a. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pancasila merupakan nilai luhur dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang
kemudian ditetapkan sebagai dasar dan ideology negara. Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah-mufakat, dan keadilan adalah nilai-
nilai yang harus ditumbuhkembangkan dan diinternalisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai itu
kemudian ditetapkan sebagai norma dasar atau grundnorm Indonesia dan
diberi nama Pancasila, hingga menjadi landasan yuridis bagi
pengembangan seluruh aturan negara Republik Indonesia.
Sebagai filsafat hidup bangsa, nilai-nilai Pancasila semestinya
mewujud dalam setiap sikap dan perbuatan segenap warga negara
Indonesia. Keterwujudan dalam sikap dan perbuatan tersebut akan
dapat mengantarkan seluruh bangsa pada kehidupan yang adil makmur
sebagaimana cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Gambaran ideal cita-
cita bangsa tersebut masih jauh dari terwujud walaupun negara Indonesia
telah menempuh perjalanan lebih dari tiga perempat abad. Masih banyak
tantangan yang harus diatasi baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Setiap warga negara dalam konteks berbangsa dan bernegara perlu
diarahkan menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good
citizen), sehingga dapat memahami negara dan bangsa Indonesia, memiliki
kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai
tanah air. Dengan demikian, warga negara Indonesia dapat melaksanakan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara, juga turut aktif membentengi
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dari berbagai ancaman dan
hambatan yang akan merusak ketahanan bangsa dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia seperti yang tertuang
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan merupakan kunci untuk menumbuh kembangkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasar Pancasila
sesuai tujuan pendidikan nasional. Hal ini bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan tersebut diterjemahkan secara lebih operasional dalam ruang
lingkup lembaga pendidikan menjadi Profil Pelajar Pancasila, dengan
mengontekstualisasi tantangan abad ke-21 dan visi Indonesia 2045. Profil
Pelajar Pancasila dirumuskan dalam satu pernyataan yang
komprehensif, yaitu: “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai- nilai
Pancasila.” Pernyataan ini memuat tiga kata kunci: pelajar sepanjang
hayat (lifelong learner), kompetensi global (global competencies), dan
pengamalan nilai-nilai Pancasila. Hal ini menunjukkan adanya paduan
antara penguatan identitas khas bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, dengan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan
konteks abad ke-21.
Enam karakter/kompetensi dari Profil Pelajar Pancasila dirumuskan
sebagai dimensi kunci. Keenamnya saling berkaitan dan menguatkan,
sehingga upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang utuh
membutuhkan berkembangnya keenam dimensi tersebut secara
bersamaan, tidak parsial. Keenam dimensi tersebut adalah: 1) beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2)
berkebinekaan global, 3) bergotong-royong, 4) mandiri, 5) bernalar kritis,
dan 6) kreatif. Enam dimensi ini menunjukkan bahwa Profil Pelajar
Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap
dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga
dunia. Keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila harus dipahami sebagai
satu kesatuan yang saling melengkapi, di mana keterkaitan antara satu
dimensi dengan dimensi lainnya akan melahirkan kemampuan yang
lebih spesifik dan konkrit.
Dengan merujuk kepada keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila
tersebut, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mengemban
amanah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila setiap anak
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, proses pembelajaran PPKn harus
integratif, menyenangkan, dan efektif. Abad ke-21 menuntut kecakapan
dengan penguatan pendidikan karakter, literasi, dan pembelajaran
berbasis keterampilan/kecakapan abad ke- 21 yang domain karakteristik
pembelajarannya mengarah pada High Order Thinking Skill (HOTS), 4C
(Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem Solving,
Collaboration, Communication). Tujuannya agar peserta didik antusias
untuk memupuk nilai-nilai luhur Pancasila yang ada di dalam dirinya
sendiri.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai visi
menjadi program pendidikan sekolah yang melakukan transmisi dan
transformasi sikap serta perilaku peserta didik melalui proses
pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan keyakinan dan pemahaman
filosofi bangsa perlu dilakukan perbaikan secara konten maupun
proses pembelajaran pada mata pelajaran PPKn yang di dalamnya
terkandung penguatan karakter, literasi dan kecakapan abad 21 yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Penerapannya harus
dapat mendorong proses berfikir kritis, analitis, reflektif dan keterampilan
“high order thinking ” melalui interaksi yang kontekstual dan kolaboratif.
Dengan demikian, PPKn akan mampu menghasilkan warga negara yang
mampu berfikir global (think globally) dengan cara- cara bertindak lokal
(act locally) berdasarkan Pancasila sebagai jati diri dan identitas bangsa.
Mata pelajaran PPKn mempunyai kedudukan strategis dalam upaya
mewariskan nilai-nilai Pancasila kepada setiap warga negara sehingga
dapat menumbuhkembangkan sikap perbuatan dan keterampilannya
dalam upaya mencapai Indonesia gemilang pada 2045 mendatang.

b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Mata


pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bertujuan
untuk memastikan peserta didik mampu:
i. memiliki akhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan melalui sikap
mencintai sesama manusia dan lingkungannya serta menghargai
kebinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial;
ii. memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses
perumusannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan
ideologi negara melalui kajian secara kritis terhadap nilai dan
kearifan luhur bangsa Indonesia sebagai pedoman dan perspektif
dalam berinteraksi dengan masyarakat global, serta mempraktikkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah,
rumah, masyarakat sekitar, dan dalam konteks yang lebih luas;
iii. menganalisis secara kritis konstitusi dan norma yang berlaku, serta
menyelaraskan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di tengah-tengah
masyarakat global;
iv. memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
berbineka, serta mampu bersikap adil dan tidak membeda-
bedakan jenis kelamin dan SARA, serta memiliki sikap toleransi,
penghargaan dan cinta damai sebagai bagian dari jati diri bangsa
yang perlu dilestarikan; dan
v. menganalisis secara cerdas karakteristik bangsa Indonesia, sejarah
kemerdekaan Indonesia, dan kearifan lokal masyarakat sekitar,
dengan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya dan
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta berperan aktif
dalam kancah global.

c. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


i. Wahana edukatif dalam mengembangkan peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan semangat Bhinneka Tunggal
Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia;
ii. Berorientasi pada penguatan karakter dan wawasan kebangsaan
melalui pembentukan sikap mental, penanaman nilai, moral, dan
budi pekerti yang menekankan harmonisasi aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan, serta menekankan pada sikap
kekeluargaan dan bekerja sama pada proyek belajar
kewarganegaraan;
iii. Berorientasi pada mengembangkan misi keadaban Pancasila, yang
mampu membudayakan dan memberdayakan peserta didik menjadi
warga negara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa
dan negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas,
dan bertanggung jawab;
iv. Wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila, dan
pengembangan kapasitas psikososial (psikologi dan sosial)
kewarganegaraan Indonesia sangat koheren (runut dan terpadu)
dengan komitmen pengembangan watak dan peradaban bangsa
yang bermartabat dan perwujudan warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab; dan
v. Wahana untuk mempraktikkan perilaku gotong royong,
kekeluargaan dan keadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila
guna terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka
Bhinneka Tunggal Ika.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki empat elemen


kunci beserta cakupan/substansinya, sebagai berikut:

Elemen Deskripsi
Pancasila Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara,
dan ideologi negara. Oleh karena itu, peserta didik
mengkaji secara kritis makna dan nilai-nilai Pancasila,
proses perumusan Pancasila, implementasi Pancasila dari
masa ke masa, serta reaktualisasi nilai- nilai yang
terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik juga menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan keseharian secara individu sesuai dengan fase
perkembangannya. Peserta didik juga menerapkan nilai-
nilai Pancasila secara kolektif dalam beragam kegiatan
kelompok dengan membangun kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Penerapan Pancasila tersebut,
peserta didik terus mengembangkan potensinya sebagai
kualitas personal yang bermanfaat dalam kehidupannya.,
Hal itu dengan mengupayakan memberi bantuan yang
dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang
membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam
konteks Indonesia dan kehidupan global.
Undang- Mengkaji secara kritis dan analitis konstitusi dan
Undang perwujudan norma yang berlaku mulai dari lingkup
Dasar terkecil (keluarga dan masyarakat) sampai pada lingkup
Negara negara dan global. Tujuannya dapat mengetahui dan
Republik mempraktikkan hak dan kewajibannya baik sebagai
Indonesia manusia, bangsa Indonesia maupun sebagai warga negara
Tahun 1945 Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan secara kritis
terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Peserta didik
menyadari dan menjadikan musyawarah sebagai pilihan
penting dalam mengambil keputusan, menjaga persatuan,
dan kehidupan yang demokratis di lingkup kelas, sekolah,
dan keluarga. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi,
hubungan antarregulasi yang berlaku sehingga segala
peraturan perundang- undangan dapat diterapkan secara
kontekstual dan aktual.
Bhinneka Peserta didik mengenali dan menunjukkan rasa bangga
Tunggal Ika terhadap jati dirinya sebagai anak Indonesia yang
berlandaskan Pancasila, sikap hormat kepada bangsa
yang beragam. Selain itu memahami dirinya menjadi
bagian dari warga negara dunia. Peserta didik dapat
menanggapi secara memadai kondisi dan keadaan yang
ada di lingkungan dan di masyarakat untuk
menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik.
Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan bangsa
Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa, agama, dan
kelompok sosial. Peserta didik dapat bersikap adil dan
menyadari bahwa dirinya setara, sehingga tidak
membeda-bedakan jenis kelamin dan
SARA. Peserta didik juga dapat memiliki sikap tenggang
rasa, penghargaan, toleransi, dan cinta damai sebagai
bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta
didik secara aktif mempromosikan kebinekaan,
mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global, serta
mendahulukan produk dalam negeri.
Negara Dengan mengkaji karakteristik bangsa Indonesia, sejarah
Kesatuan kemerdekaan Indonesia serta kearifan lokal masyarakat
Republik sekitar, peserta didik mulai mengenali bahwa dirinya
Indonesia adalah bagian dari lingkungan sekitarnya, sehingga
muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya
agar tetap nyaman dihuni. Bermula dari kepedulian untuk
mempertahankan lingkungan sekitarnya yang nyaman
tersebut, peserta didik dapat mengembangkan ke dalam
skala yang lebih besar, yaitu negara, sehingga dapat
berperan dalam mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh
kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban
bela negara sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan.
Peserta didik dapat mengkaji secara nalar dan kritis
sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta berperan aktif
dalam kancah global.

3. Alur Tujuan Bahasa Indonesia

a. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Pada akhir fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa


untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks
sosial, dan akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah,
dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang
beragam dan karya sastra. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam diskusi, mempresentasikan, dan menanggapi informasi
nonfiksi dan fiksi yang dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai
teks untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya
dengan lebih terstruktur, dan menuliskan tanggapannya terhadap
paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan
pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan kompetensi diri
melalui pajanan berbagai teks untuk penguatan karakter.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar
dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa
dan berpikir). Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan dan
perkembangan anak-anak Indonesia. Mata pelajaran Bahasa
Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta
didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif dan
warga negara Indonesia yang menguasai literasi digital dan
informasional. Pembelajaran Bahasa Indonesia membina dan
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan literasi dalam
semua peristiwa komunikasi yang mendukung keberhasilan dalam
pendidikan dan dunia kerja. Mata pelajaran Bahasa Indonesia
membentuk keterampilan berbahasa reseptif (menyimak,
membaca dan memirsa) dan keterampilan berbahasa produktif
(berbicara dan mempresentasikan, serta menulis). Kompetensi
berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang saling berhubungan dan
saling mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik,
yaitu bahasa (mengembangkan kompetensi kebahasaan), sastra
(kemampuan memahami, mengapresiasi, menanggapi,
menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir (kritis,
kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa,
bersastra, dan berpikir diharapkan membentuk peserta didik yang
memiliki kemampuan literasi tinggi dan berkarakter Pancasila.

1. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan reseptif


(menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif
(berbicara dan mempresentasikan, menulis).
2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan
berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks
multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model
pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan
untuk membangun konteks (explaining, building the context),
pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan
pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang
mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan
imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk
meningkatkan:
a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan
lingkungan;
b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan
alam, sosial, dan budaya.

Area Pembelajaran Kemampua Sub-kemampuan


n
Menyimak

Reseptif
Membaca dan memirsa

Berbicara dan
Bahasa Produktif mempresentasikan

Menulis
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut.

Elemen Deskri
psi
Menyimak Menyimak adalah kemampuan peserta didik
menerima, memahami, dan memaknai informasi yang
didengar dengan sikap yang baik agar dapat
menanggapi mitra tutur. Proses yang terjadi dalam
menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan
dengan konsentrasi, mengidentifikasi, memahami
pendapat, menginterpretasi tuturan bahasa, dan
memaknainya berdasarkan konteks yang melatari
tuturan tersebut. Komponen-komponen yang dapat
dikembangkan dalam menyimak di antaranya
kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat,
kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.
Membaca Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk
dan memahami, memaknai, menginterpretasi, dan
Memirsa merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya
untuk mengembangkan sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan potensinya. Memirsa merupakan
kemampuan peserta didik untuk memahami,
memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian
cetak, visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan
kepentingannya untuk mengembangkan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan potensinya.
Komponen- komponen yang dapat dikembangkan
dalam membaca dan memirsa di antaranya kepekaan
terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata,
struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.
Elemen Deskrip
si
Berbicara Berbicara adalah kemampuan peserta didik untuk
dan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan
Mempresen dalam bentuk lisan dengan santun.
- tasikan
Mempresentasikan merupakan kemampuan
memaparkan gagasan atau tanggapan secara fasih,
akurat, bertanggung jawab, mengajukan
dan/atau menanggapi
pertanyaan/pernyataan, dan/atau menyampaikan
perasaan secara lisan sesuai konteks dengan cara yang
komunikatif dan santun melalui beragam media
(visual, digital, audio, dan audiovisual).

Komponen-komponen yang dapat dikembangkan


dalam berbicara dan mempresentasikan di antaranya
kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat,
kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.
Menulis Menulis adalah kemampuan menyampaikan gagasan,
tanggapan, dan perasaan dalam bentuk tulis secara
fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau
menyampaikan perasaan sesuai konteks.

Komponen-komponen yang dapat dikembangkan


dalam menulis di antaranya penggunaan ejaan,
kosakata, kalimat, paragraf, struktur bahasa ,
makna, dan metakognisi dalam beragam jenis teks.

c. Hubungan Antar Elemen dalam Bahasa Indonesia

Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan


fondasi dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang
kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan
literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang
digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan
demikian, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan
pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam
konteks sosial budaya Indonesia. Kemampuan literasi
dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak, membaca dan
memirsa, menulis, berbicara, dan mempresentasikan untuk
berbagai tujuan berbasis genre yang terkait dengan penggunaan
bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang
didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe teks
merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan
bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat.
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu: penjelasan
untuk membangun konteks (explaining, building the context), pemodelan
(modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent
construction). Di samping pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia
dapat dikembangkan dengan model-model lain sesuai dengan pencapaian
pembelajaran tertentu.
d. Modul Ajar Pelajaran Bahasa Indonesia
Penyusunan alur tujuan pembelajaran bahasa Indonesia setelah
membreakdown dari capaian tujuan, hirarki dan elemen-eleman dalam
bahasa Indonesia dan lingkup materi, materi utama, metode dan perkiraan
waktu yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran dengan tidak
mengesampingkan instrument evaluasi, media yang akan digunakan.
Berangkat dari tujuan pembelajaran yang sistematis dan jelas selanjutnya
disusun modul ajar pelajaran bahasa Indonesia.

4. Alur Tujuan Pembelajaran Matematika

a. Capaian Tujuan Pembelajaran Matematika


Pada akhir fase D pada pembelajaran matematika dengan melihat karakteristik
pembelajaran matematika, maka peserta didik pada fase ini diharapkan dapat
menyelesaikan masalah kontekstual, peserta didik dengan menggunakan konsep-
konsep dan keterampilan matematika yang dipelajari pada fase ini. Mereka
mampu mengoperasikan secara efisien bilangan bulat, bilangan rasional dan
irasional, bilangan desimal, bilangan berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam
notasi ilmiah; melakukan pemfaktoran bilangan prima, menggunakan faktor
skala, proporsi dan laju perubahan. Mereka dapat menyajikan dan menyelesaikan
persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dan sistem persamaan linier
dengan dua variabel dengan beberapa cara, memahami dan menyajikan relasi
dan fungsi. Mereka dapat menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang
(prisma, tabung, bola, limas dan kerucut) untuk menyelesaikan masalah yang
terkait, menjelaskan pengaruh perubahan secara proporsional dari bangun datar
dan bangun ruang terhadap ukuran panjang, luas, dan/atau volume. Mereka dapat
membuat jaring-jaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut) dan
membuat bangun ruang tersebut dari jaring-jaringnya serta menggunakan
hubungan, sifat-sifat yang trekait dari bangun sisi datar dan sisi lengkung.
Mereka dapat menunjukkan kebenaran teorema Pythagoras dan
menggunakannya. Mereka dapat melakukan transformasi geometri tunggal di
bidang koordinat Kartesius. Mereka dapat membuat dan menginterpretasi
diagram batang dan diagram lingkaran. Mereka dapat mengambil sampel yang
mewakili suatu populasi, menggunakan mean, median, modus, range untuk
menyelesaikan masalah; dan menginvestigasi dampak perubahan data terhadap
pengukuran pusat. Mereka dapat menjelaskan dan menggunakan pengertian
peluang, frekuensi relatif dan frekuensi harapan satu kejadian pada suatu
percobaan sederhana.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Mata Pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima elemen konten
(dengan tambahan 1 elemen sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII) dan lima
elemen proses, yaitu:
1) Bilangan
2) Aljabar
3) Pengukuran
4) Geomatri
5) Analisis data Peluang
c. Hubungan Antar Elemen dalam Matematika
Mengingat kehirarkiannya teori-teori dalam matematika , maka dalam proses
pembelajaran dalam penyampainya kepada peserta didik harus sesuai hirarki
matematika, yaitu untuk menguasai analisis datadan peluang, harus menguasai
terlebih dahulu geometri, untuk menguasai geometri harus menguasai terlebih
dahulu pengukuran, dan untuk menguasai pengukuran harus menguasai terlebih
dahulu harus mengusai aljabar, dan untuk mengusai aljabar harus mengusai teori
bilangan. Setelah dipahami hubungan antar elemen kemudian ditentukan tujuan
pembelajarn, lingkup materi, materi utama dan metode pembelajaran serta
perkiraan waktu yang dibutuhkan maka dibuat alur tujuan pembelajaran.
d. Modul Ajar Pelajaran Matematika.
Penyusunan alur tujuan pembelajaran matematika setelah membreakdown dari
capaian tujuan, hirarki dan elemen-eleman dalam matematika dan lingkup
materi, materi utama, metode dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembelajaran dengan tidak mengesampingkan instrument evaluasi, media yang
akan digunakan.Berangakat dari tujuan pembelajaran yang sistematis dan jelas
selanjutnya disusun modul ajar pelajaran matematika.

5. Alur Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam


a. Capaian Tujuan Pembelajaran IPA
Pada akhir kelas 7, peserta didik menggunakan berbagai alat bantu dalam
melakukan pengukuran dan pengamatan serta memerhatikan detail yang relevan
dari objek yang diamati. Pada akhir kelas 7 ini juga, peserta didik mampu
melakukan klasifikasi makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik dan
sifat asam-basa yang diamati. Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat dan
karakteristik zat, membedakan perubahan fisika dan kimia serta memisahkan
campuran sederhana. Peserta didik dapat mendeskripsikan atom dan senyawa
sebagai unit terkecil penyusun materi serta sel sebagai unit terkecil penyusun
makhluk hidup. Peserta didik diharapkan mampu melakukan pengukuran
terhadap aspek fisis yang mereka temui dam memanfaatkan ragam suhu dan
kalor (termasuk isolator dan konduktor) gerak dan gaya (force). Peserta didik
mengelaborasikan pemahamannya tentan sistem tata surya untuk menjelaskan
fenomena alam yang terjadi. Peserta didik mengenal pH sebagai ukuran sifat
keasaman suatu zat serta menggunakannya untuk mengelompokkan materi
(asam-basa) berdasarkan pHnya).
b. Karakteristik Pendidikan IPA
Ada dua elemen utama dalam pendidikan IPA yakni pemahaman IPA dan
keterampilan proses (inkuiri) untuk menerapkan sains dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap elemen berlaku untuk empat cakupan konten yaitu makhluk hidup,
zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan antariksa.
c. Hubungan Antar Elemen dalam IPA
Dua elemen yang saling terkait dalam IPA yaitu; elemen pertama tentang
Pemahaman IPA, pelajar memiliki kompetensi berpikir ilmiah jika pelajar
memiliki pemahaman sains yang utuh. Pemahaman IPA selalu dapat
dikaitkan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Oleh karena
itu, dalam mencapai kompetensi itu pelajar diharapkan memiliki
pemahaman konsep sains yang sesuai dengan cakupan setiap konten dan
perkembangan jenjang belajar. Sedangkan elemen kedua tentang
Ketrampilan Proses Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch
(2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan proses (inkuiri) yang
perlu dimiliki peserta didik, yaitu keterampilan: Mengamati,
Mempertanyakan dan memprediksi, Merencanakan dan melakukan
penyelidikan, Memproses, menganalisis data dan informasi, Mengevaluasi
dan refleksi, serta Mengkomunikasikan hasil.

Kedua elemen ini saling terkait untuk proses pembelajaran dalam konten makhluk
hidup, zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan
antariksa. Setelah dipahami hubungan antar elemen kemudian ditentukan tujuan
pembelajarn, lingkup materi, materi utama dan metode pembelajaran serta
perkiraan waktu yang dibutuhkan maka dibuat alur tujuan pembelajaran.
d. Modul Ajar Pelajaran Matematika.
Penyusunan alur tujuan pembelajaran IPA setelah membreakdown dari capaian
tujuan, elemen-elemen dalam IPA dan lingkup materi, materi utama, metode dan
perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran dengan tidak
mengesampingkan instrument evaluasi, media yang akan digunakan.Berangakat
dari tujuan pembelajaran yang sistematis dan jelas selanjutnya disusun modul
ajar pelajaran IPA.

6. Alur Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial


a. CAPAIAN PEMEBELAJARAN UMUM :
• Peserta didik mampu memahami dan memiliki kesadaran akan keberadaan diri
dan keluarga serta lingkungan terdekatnya.
• Peserta didik memahami keberadaan diri dan keluarga di tengah lingkungan
sosial terdekatnya.Iamenganalisishubungan antara kondisi geografis daerah dengan
karakteristik masyarakat dan cara mereka beraktivitas.
• Peserta didik juga memahami bagaimanamasyarakat saling berupaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia menganalisis isu pemberdayaan masyarakat
untuk ikut memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungan sekitarnya.
• Peserta didik mengeksplorasi kondisi sosial lingkungan sekitar. Ia mengurutkan
peristiwa sejarah dalam kerangka kronologis dan menghubungkan dengan kondisi
saat ini. Ia membuat karya atau melakukan aksi sosial yang relevan di lingkungan
keluarga dan masyarakat terdekat,kemudian melakukan refleksi dari setiap proses
yang sudah dilakukan.
b. Elemen Pembelajaran :
a). Elemen pemahaman dan ruang lingkup pembelajaran :
Keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu :
materi ini berkaitan dengan pemahaman terhadap kondisi sosial dan lingkungan
alam serta kesejarahan dalam konteks lokal dan nasional. Materi ini juga terkait
dengan pembelajaran tentang kondisi geografis Indonesia dan pengaruhnya terhadap
aktivitas sosial dan ekonomi.
b). Elemen keterampilan proses :
Siswa melakukan berbagai kegiatan yang mendukung tercapainya keterampilan
proses yang dibutuhkan untuk mempelajari dan menyelesaikan pembelajaran IPS
kelas 7 antara lain:
mengamati, menginvestigasi/ menyelidiki,menganalisis, merencanakan,
menggambar,berdiskusi,menceritakan, membuat laporan tertulis sederhana, dan
mempresentasikan.
c. Capaian Pembelajaran :
Memahami keberadaan diri dan keluarga di tengah lingkungan sosial :
Alur dan tujuan pembelajarannya membangun pemahaman siswa tentang arti penting
mengenal dan memahami diri sendiri, keluarga dan kerabat terdekat serta
lingkungan sekitarnya.
Siswa belajar tentang silsilah diri dan keluarganya serta tokoh lokal ternama
ataupun tradisi setempat yang sudah diketahui secara turun-temurun. Siswa juga
dapatmemahami bahwa manusia adalah makhluk sosial sehingga penting untuk
bersosialisasi dengan orang lain yang diwujudakan dalam bentuk “Aksi
Sosial”bagi masyarakat setempat di mana siswa tersebut bertempat tinggal atau
bersekolah.
Pertanyaan pembimbing/ pemantik:
Faktor-faktorpenting apa yang bisa mempengaruhi kemampuan kita untuk
memahami diri dan lingkungan sekitarkita ?
Pemahaman bermakna :
• Konsep utama:
Keberagaman, Budaya,Sumber daya, Identitas diri, Skala,
Interaksi,Nilai,Norma,Kelangkaan,Kerjasama,Proses
• Variasi :
a. Melakukan riset sederhana tentang tradisi dan tokoh lokal di mana
siswa bertempat tinggal dan melaporkannya di depan kelas secara
verbal.
b. Membuat laporan sederhana tentang bagaimana mengelola keuangan
siswa dengan mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan dan
pengeluarannya dan memproyeksikan jumlah yang bisa dicapai untuk
dapat dipergunakan di masa yang akan datang.
Kompetensi :
• Kemampuan berkomunikasi :
Berbagi informasi dengan para pendengar dan orang lain dengan
menggunakan berbagai bentuk berbagai teknik komunikasi
• Kemampuan sosial :
bekerja sama dengan orang lain dalam bentuk mendengar pendapat dan
memberikan pendapat dengan cara yang efektif
Tujuan pembelajaran :
- Mampu membuat gambar pohon keluarga inti dan keluarga besar dari pihak
bapak dan ibu
Kegiatanpembelajaran:
a) Siswa mencari informasi tentang sejarah dan silsilah keluarga
terdekat,inti dan besar, dari pihak bapak dan ibu.
b) Siswa membuat laporan sejarah dan silsilah keluarga inti dan besar dalam
bentuk “Pohon Keluarga” dengan menambahkan foto masing-masing
anggota keluarga ukuan 4x6 di atas kertas kerja ukuran A3

7. Alur Tujuan Bahasa Inggris

8. Alur Tujuan Penjasorkes

9. Alur Tujuan Prakarya

a. Capaian Pembelajaran Umum

Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII dan IX SMP) peserta didik mampu
membuat, memodifikasi dan menyajikan produk olahan pangan higienis dan
non pangan sesuai potensi lingkungan dan atau kearifan lokal untuk
mengembangkan jiwa wirausaha. Pada fase ini, peserta didik mampu
memberikan penilaian produk olahan pangan berdasarkan fungsi/nilai
budaya/nilai ekonomis secara tertulis dan lisan

b. Capaian Pembelajaran per Elemen

Observasi dan Eksplorasi


Peserta didik mampu mengeksplorasi bahan, alat, teknik dan prosedur
pembuatan produk olahan pangan higienis hasil modifikasi kearifan
lokal/potensi lingkungan dan produk non pangan yang bernilai ekonomis dari
berbagai sumber, serta karakteristik penyajian dan kemasan.

Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan produk olahan
pangan higienis dan non pangan melalui modifikasi bahan, peralatan dan teknik
berdasarkan studi kelayakan produksi dan potensi lingkungan serta kearifan
lokal.
Produksi
pangan higienis dan non pangan secara bertanggung jawab berdasarkan
potensi lingkungan dan atau kearifan lokal dengan modifikasi bahan, peralatan
atau teknik, serta ditampilkan dalam bentuk penyajian dan pengemasan yang
menarik.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian hasil pembuatan modifikasi
produk olahan pangan higienis dan non pangan yang bernilai ekonomis
berdasarkan potensi lingkungan dan atau kearifan lokal.
c. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya Kerajinan
Kurikulum Prakarya Kerajinan menerapkan:
(1) kurikulum progresif (progressive curriculum) yaitu kurikulum yang
mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
(IPTEKS), sehingga materi dan metode pembelajaran menyesuaikan terhadap
perkembangan teknologi yang ada;
(2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu mengkolaborasikan dengan
sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata pelajaran lainnya;
(3) kurikulum korelatif (corralated curriculum) yaitu kurikulum yang
memberikan kesempatan melaksanakan pembelajaran berbasis project
based learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya
untuk menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari;
(4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu kurikulum yang
dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan karya yang berguna
bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of
knowledge maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya Kerajinan berorientasi pada pengembangan kemampuan
mengeksplorasi bahan, alat, teknik, dan prosedur untuk
membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari dan produk komersial
berbasis kewirausahaan.
Materi pembelajaran Prakarya Kerajinan dapat menggali potensi daerah/lokal
dengan memperhatikan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
sebagai upaya pelestarian budaya dan ekosistem dalam mewujudkan benda
fungsional yang bernilai estetis, ekonomis, dan ergonomis.
Pembelajaran Prakarya Kerajinan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar
Pancasila dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna
melalui sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta
tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi Prakarya Kerajinan adalah pembuatan produk dengan
memanfaatkan bahan (alam, buatan, limbah organik dan anorganik,
lunak, keras, tekstil, artefak, dan objek budaya), alat (peralatan khas sesuai
teknik), teknik (teknik potong, sambung, tempel, ukir, anyam,
batik, butsir, cukil, sulam, tenun, dan lainnya) dan prosedur serta
mengembangkan display produk untuk pameran dan kemasan
(packaging) sesuai kondisi daerah/lingkungan masing-masing, potensi lokal,
nusantara hingga mancanegara.

d. Hubungan Prakarya dan Kewirausahaan


Prakarya sering dikaitkan atau di hubungkan dengan kewirausahaan.
Hubungan Prakarya dan Kewirausahaan digolongkan ke dalam pengetahuan
transcience-knowledge, yakni pengembangan pengetahuan dan melatih
keterampilan kecakapan hidup berbasis seni, teknologi, dan ekonomi.

Pembelajaran yang dimulai dengan melatih kemampuan ekspresi kreatif


untuk menuangkan suatu ide dan juga gagasan agar menyenangkan orang lain, dan
dirasionalisaiskan secara teknologis sehingga keterampilan tersebut mampu
bermuara pada apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis dan aplikatif dalam
memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampaknya terhadap
ekosistem, manajemen, dan juga ekonomis.
e. Modul ajar pelajaran Prakarya

Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga


pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta
didik.Projek pada modul ajar dan CP Prakarya di kurikulum merdeka
dikembangkan berdasarkan tema tertentu sesuai potensi lokal satuan Pendidikan
dan lingkungan peserta didik.Projek pada modul ajar tersebut tidak diarahkan untuk
mencapai target capaian pembelajaran tertentu,sehingga tidak terikat pada konten
mata pelajaran.Disini guru dan siswa merdeka menetukan projek yang akan
dilakukan.Aktifitas pembelajaran dalam modul ajar dan CP Prakarya SMP Kelas 7
berpusat pada diri peserta didik bukan pada guru maupun materi ajar.

10. Alur Tujuan Seni Budaya

11. Alur Tujuan Bahasa Jawa


a. Capaian Tujuan Pembelajaran Matematika
Pada akhir fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa
dengan santun sesuai dengan kaidah unggah-ungguh basa dan tata bahasa
(paramasastra dan kagunan basa) untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan
tujuan dalam konteks sosial dan budaya. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik sosial budaya dan
karya sastra (misalnya; tembang Macapat/parikan/dongeng/geguritan/cerita
pendek/cerita rakyat/cerita wayang). Peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam diskusi, mempresentasikan, dan menanggapi informasi nonsastra (tentang
sosial budaya) dan sastra (misalnya; tembang Macapat/parikan/dongeng/
geguritan/cerita pendek/cerita rakyat/cerita wayang) yang dipaparkan. Peserta
didik memiliki perbendaharaan kosa kata bahasa jawa tentang ungkapan-ungkapan
Jawa. Peserta didik mampu menulis berbagai teks (nonsastra dan sastra) untuk
menyampaikan hasil pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman
dan pengetahuannya. Peserta didik mampu menulis teks paragraf dengan huruf
Jawa sesuai dengan kaidah penulisan huruf Jawa.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Mata Pelajaran Bahasa Jawa diorganisasikan dalam lingkup empat elemen
konten, yaitu:
1) Menyimak
2) Membaca
3) Berbicara
4) Menulis
c. Hubungan Antar Elemen dalam Bahasa Jawa
Mengingat kehirarkiannya teori-teori dalam Bahasa Jawa , maka dalam proses
pembelajaran dalam penyampainya kepada peserta didik harus sesuai hirarki
Bahasa Jawa, yaitu Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi
informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang
akurat dari berbagai tipe teks nonsastra (konteks sosial budaya). Untuk
selanjutnya Peserta didik memahami informasi berupa gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis teks
(deskripsi/narasi/eksposisi/argumentasi/ lainnya) pada konteks sosial budaya.
Setelah dipahami bab tersebut , Peserta didik mampu menyampaikan gagasan,
pikiran, pandangan, arahan atau pesan dengan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah
unggah-ungguh basa dan tata bahasa untuk menyampaikan pendapat, pemecahan
masalah, dan pemberian solusi secara lisan dalam bentuk monolog dan dialog
logis, kritis, dan kreatif. Kemudian yang paling akhir, Peserta didik mampu
menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis tentang sosial
budaya untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dengan
menggunakan bahasa Jawa sesuai kaidah unggah-ungguh basa dan tata bahasa.
d. Modul Ajar Pelajaran Bahasa Jawa
Penyusunan alur tujuan pembelajaran Bahasa Jawa setelah membreakdown dari
capaian tujuan, hirarki dan elemen-eleman dalam Bahasa Jawa dan lingkup
materi, materi utama, metode dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembelajaran dengan tidak mengesampingkan instrument evaluasi, media yang
akan digunakan.Berangakat dari tujuan pembelajaran yang sistematis dan jelas
selanjutnya disusun modul ajar pelajaran Bahasa Jawa.

12. Alur Tujuan Teknologi Informatika Komputer

13. Alur Tujuan Bimbingan Konseling

a. Capaian Tujuan Layanan


Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan salah
satu bentuk fasilitasi peserta didik/konseli untuk mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Keberhasilan peserta didik/konseli
menyelesaikan tugas perkembangan dapat membuat mereka
bahagia dan akan menjadi modal bagi penyelesaian tugas-tugas
perkembangan fase berikutnya. Sebaliknya, kegagalan peserta
didik/konseli dalam menyelesaikan tugas perkembangan akan
membuat mereka kecewa dan/ atau diremehkan orang lain.
Kegagalan ini akan menyulitkan/menghambat peserta
didik/konseli menyelesaikan tugas-tugas perkembangan fase
berikutnya. Oleh karena itu tugas perkembangan harus
dipahami oleh Guru Bimbingan dan Konseling/konselor
karena pencapaian tugas perkembangan merupakan tujuan
layanan Bimbingan dan Konseling.

Keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling/konselor dalam


memfasilitasi peserta didik memenuhi Capaian Layanan akan
mendukung optimalisasi Capaian Pembelajaran yang diampu
oleh guru mata pelajaran. Capaian Layanan sekaligus
untuk mendukung tercapainya Profil Pelajar Pancasila yang
mencakup kompetensi dan karakter.

Capaian Layanan Pada jenjang SMP terdapat fase yaitu fase D,


dengan durasi 3 tahun, untuk kelas 7- 9 SMP
Lingkup Capaian Layanan Bimbingan dan Konseling di
SMP mencakup 4 (empat) bidang layanan. Empat bidang
layanan tersebut mencakup 10 (sepuluh) aspek perkembangan
yang dikembangkan dari tugas perkembangan peserta didik fase
D (kelas 7, 8 dan 9). Layanan Bimbingan dan Konseling
diberikan untuk optimalisasi pencapaian tugas perkembangan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam rangka
memandirikan peserta didik menyongsong abad 21 dalam
konteks Indonesia.

Capaian Layanan Bimbingan dan Konseling dijabarkan pada


tiga tahapan internalisasi yang mencakup pengenalan,
akomodasi dan tindakan. Deskripsi Capaian Layanan Bimbingan
dan Konseling di SMP bila dikaitkan dengan upaya mewujudkan
peserta didik/konseli yang memiliki Psychological Well-being, Profil
Pelajar Pancasila dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

b. Karakteristik Peserta Didik SMP


Karakteristik peserta didik/konseli diartikan sebagai ciri-ciri
yang melekat pada peserta didik SMP yang bersifat khas dan
membedakannya dengan peserta didik/konseli lain pada satuan
pendidikan. Karakteristik

peserta didik/konseli SMP yang perlu dipahami meliputi :

1. aspek fisik,
2. aspek kognitif,
3. aspek sosial,
4. aspek emosi,
5. aspek moral,
6. aspek religius
c. Melakukan Asesmen dan Analisis Kebutuhan
Untuk dapat mencapai tujuan Rencana Kegiatan didapat dari hasil Asesmen
terhadap kondisi peserta didik dan capaian layanan bimbingan dan konseling.
Adapun jenis asesmen ada 2 yaitu:
1. Asesmen kebutuhan
2. Asesmen Diagnostik
d. Model Inspiratf Layanan Bimbingan dan Konseling
Model layanan Bimbingan dan Konseling untuk SMP berupa inspirasi contoh –
contoh alternatif berbagai jenis kegiatan yang dapar dilaksanakan oleh Guru BK
Dalam mencapai Tujuan dari Capaian Layana Bimbingan dan Konseling

Anda mungkin juga menyukai