Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ade Lala Widya Maharani

Nim : 2102622010001
Prodi : Akuntansi A Pagi

1. laporan keuangan bank


a. laporan naraca
Jenis laporan keuangan yang pertama adalah neraca. Neraca merupakan
laporan keuangan yang berisikan adanya jumlah aktiva (harta), kewajiban
(utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Pada jumlah
kekayaan (harta) akan disajikan di sisi aktiva, sedangkan jumlah kewajiban
dan modal akan disajikan di sisi pasiva. Tujuan penyusunan laporan neraca ini
adalah untuk menunjukkan bagaimana kondisi finansial dari suatu perusahaan,
terdapat 2 bentuk penyajian laporan keuangan naraca yaitu dengan bentuk
skontro (T) dan bentuk laporan (L).
b. laporan laba rugi
Jenis laporan keuangan selanjutnya adalah Laporan Laba Rugi. Pada laporan
laba rugi ini berisikan informasi tentang hasil usaha dari perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Laporan ini nantinya akan menggambarkan berapa
jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat
diketahui apakah perusahaan tersebut memperoleh laba atau rugi. Pada jenis
laporan keuangan ini, jumlah pendapatan dan biaya akan terdapat selisih
ketika dikurangkan. Selisih itulah yang disebut sebagai laba atau rugi. Apabila
jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, maka perusahaan dianggap
tengah dalam kondisi laba atau untung. Namun, jika jumlah pendapatan justru
lebih kecil dari jumlah biaya, maka perusahaan tengah dalam kondisi rugi.
c. Laporan Perubahan Modal
Jenis laporan keuangan ketiga adalah Laporan Perubahan Modal. Laporan ini
berisikan jumlah dan jenis modal yang dimiliki oleh perusahaan pada periode
saat ini. Dalam satu tahun periode, pasti suatu perusahaan akan mengalami
penambahan maupun pengurangan modal, maka laporan ini juga akan
berisikan adanya penjelasan dari perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya
hal tersebut.
d. Laporan Arus Kas
Jenis laporan keuangan keempat adalah Laporan Arus Kas. Pada jenis laporan
keuangan ini, menunjukkan adanya arus kas masuk dan kas keluar yang terjadi
di perusahaan. Arus kas masuk dapat berupa pendapatan atau pinjaman yang
dilakukan dari pihak lain, sementara arus kas keluar dapat berupa biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan termasuk juga pembayaran biaya
operasional perusahaan. Laporan arus kas ini disusun untuk periode tertentu.
Laporan arus kas ini biasanya disusun dengan membandingkan antara neraca
di awal periode dengan neraca di akhir periode, tentunya dengan tetap
menggunakan pos-pos kunci yang terdapat di laporan laba rugi.
Fungsi utama dari jenis laporan keuangan ini adalah sebagai alat verifikasi
(cross-check) untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan kas. Selain itu, laporan arus kas ini juga dapat dimanfaatkan
untuk menilai logis tidaknya hubungan saldo kas di laporan neraca dengan
posisi laba/rugi di laporan laba rugi.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan yang terakhir adalah Catatan Atas Laporan Keuangan.
Pada jenis laporan keuangan ini, berisikan informasi mengenai penjelasan
yang sekiranya dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada, sehingga akan
jelas sebab-akibatnya. Tujuan penyusunan catatan atas laporan keuangan ini
adalah supaya penggunanya dapat memahami data yang disajikan secara jelas.
pada jenis laporan keuangan ini harus memuat penjelasan-penjelasan yang
sekiranya diperlukan pada laporan keuangan lainnya. Hal tersebut supaya
pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah tafsir.

2. kebijakan dan prinsip akuntasi kliring dan giro


Kebijakan dan prinsip akuntansi kliring dan giro mengacu pada metode pencatatan
transaksi keuangan yang berkaitan dengan kliring dan giro. Kliring dan giro adalah
proses yang umum digunakan dalam sistem perbankan untuk mentransfer dana antar
rekening bank atau antar bank.
Berikut adalah beberapa kebijakan dan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
kliring dan giro:
a. Prinsip Keterbukaan (Transparency), Transaksi kliring dan giro harus dicatat
dengan jelas dan transparan dalam sistem akuntansi. Hal ini penting untuk
memastikan adanya jejak audit yang dapat dipertanggungjawabkan dan untuk
memenuhi persyaratan regulasi.
b. Konsistensi dan Akurasi, Semua transaksi kliring dan giro harus dicatat secara
konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan harus
akurat dalam hal jumlah dan waktu pencatatan. Hal ini penting untuk
memastikan integritas data keuangan.
c. Pemisahan Rekening (Segregation of Duties), Dalam proses kliring dan giro,
prinsip pemisahan tugas yang baik harus diterapkan. Ini berarti bahwa orang
yang bertanggung jawab atas inisiasi transaksi tidak boleh memiliki akses
untuk mencatat atau memverifikasi transaksi tersebut, sehingga mencegah
potensi kecurangan.
d. Verifikasi dan Rekonsiliasi Berkala, Transaksi kliring dan giro harus secara
berkala diverifikasi dan direkonsiliasi untuk memastikan kesesuaian antara
catatan internal dengan catatan bank dan untuk mendeteksi kesalahan atau
ketidaksesuaian yang mungkin terjadi.
e. Perlindungan Data dan Keamanan, Informasi sensitif yang terkait dengan
transaksi kliring dan giro harus dilindungi secara ketat untuk mencegah akses
yang tidak sah atau penyalahgunaan data.
f. Penerapan Teknologi yang Aman, Dalam era digital, penggunaan teknologi
yang aman dan terpercaya menjadi sangat penting dalam proses kliring dan
giro. Sistem akuntansi harus memastikan bahwa infrastruktur teknologi yang
digunakan memenuhi standar keamanan yang diperlukan.
g. Pematuhan Regulasi, Seluruh proses kliring dan giro harus mematuhi semua
regulasi yang berlaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada hukum anti-
pencucian uang dan peraturan perlindungan konsumen.
Penerapan kebijakan dan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat terkait dengan kliring
dan giro penting untuk memastikan integritas, keamanan, dan keakuratan catatan
keuangan suatu perusahaan atau lembaga keuangan.

Anda mungkin juga menyukai