Anda di halaman 1dari 17

Kunci Jawaban dan Pembahasan

Latihan Soal TWK

Kunci Jawaban

1. D 6. A 11. E 16. D 21. C

2. C 7. B 12. A 17. B 22. A

3. B 8. C 13. B 18. C 23. E

4. B 9. D 14. B 19. C 24. C

5. D 10. B 15. A 20. E 25. C

26. B 31. A 36. C 41. A

27. C 32. B 37. D 42. C

28. E 33. E 38. D 43. A

29. B 34. C 39. E 44. C

30. D 35. B 40. E 45. E

Pembahasan

1. D. Alinea keempat
Pembahasan:
Pancasila diangkat sebagai dasar negara karena mencerminkan ideologi dan nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila ditempatkan di alinea keempat dari
Pembukaan UUD 1945 sebagai penegasan terhadap prinsip-prinsip yang menjadi
dasar negara dan panduan dalam penyelenggaraan negara. Ini menandakan betapa
penting dan fundamentalnya Pancasila dalam konstitusi Indonesia.

2. C. Pasal 28
Pembahasan:
Pasal 28 dalam UUD 1945 mengatur tentang Hak Asasi Manusia (HAM) secara
menyeluruh. Dimulai dari hak berkeluarga, hak berpendidikan, hak perlindungan
hukum, hak beragama, hak komunikasi, hak rasa aman, hak kesehatan, hak bebas
dari perlakuan diskrimantif, hingga hak menghormati HAM orang lain. Pengaturan
HAM diatur dari Pasal 28A - 28J.
3. B. Alinea I dan II
Pembahasan:
Alinea pertama dan kedua dari pembukaan UUD 1945 memberikan konteks historis
dan filosofis mengenai mengapa Indonesia berjuang untuk kemerdekaannya.

Alinea pertama mengemukakan tentang keinginan luhur bangsa Indonesia untuk


berdikari (merdeka), yang sudah ada sejak zaman penjajahan.

Alinea kedua lebih lanjut menjelaskan tentang bagaimana bangsa Indonesia telah
berjuang melawan penjajahan untuk mencapai kemerdekaan.

Oleh karena itu, kedua alinea ini dianggap sebagai bagian yang paling menjelaskan
latar belakang dan dasar pemikiran terbentuknya negara Indonesia.

4. B. Pasal 6A
Pembahasan:
Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat adalah elemen
penting dari demokrasi, karena ini menjamin bahwa pemimpin yang terpilih benar-
benar mewakili kehendak rakyat yang diatur dalam pasal 6A Cara Pilpres sebanyak
5 ayat.

5. D. Utusan daerah dan golongan


Pembahasan:
Perubahan signifikan dalam komposisi MPR setelah amandemen UUD 1945 adalah
hilangnya utusan daerah dan golongan dari komposisi MPR. Setelah amandemen,
Pasal 2 UUD 1945 menyatakan bahwa MPR terdiri dari anggota DPR ditambah
dengan anggota DPD. Perubahan ini mencerminkan adanya modernisasi dan
reformasi dalam struktur pemerintahan Indonesia.

6. A. Mengawasi pemerintah
Pembahasan:
Pasal 20A ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa "Dewan Perwakilan Rakyat
mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan." Oleh karena itu, fungsi
DPR tidak hanya sebagai lembaga legislatif, tetapi juga memiliki fungsi anggaran dan

7. B. Presiden dan MPR


Pembahasan:
Berdasarkan UUD 1945, khususnya Pasal 4 ayat (1), yang menyatakan bahwa
"Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar," dapat disimpulkan bahwa yang wajib menjalankan tugas
penyelenggaraan pemerintah negara adalah Presiden.

Presiden juga bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembangunan nasional


sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Oleh karena itu, jawaban yang paling tepat
adalah B. Presiden dan MPR, meski perlu diingat bahwa MPR memiliki peran yang
berbeda dan tidak termasuk dalam tugas penyelenggaraan pemerintah negara
secara langsung.pengawasan.
8. C. UU No. 32 Tahun 2004
Pembahasan:
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU No. 22
Tahun 1999 dan merupakan undang-undang yang secara spesifik mengatur tentang
pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ini mencakup prinsip otonomi,
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah, serta
pelaksanaan tugas dari pemerintah daerah.

Opsi lain dianggap salah karena:


- UUD 1945: Adalah dasar hukum tertinggi di Indonesia tetapi tidak spesifik mengatur
pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan daerah.
- UU No. 20 Tahun 2002: Tidak relevan dengan pokok-pokok penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
- Keppres No. 102 Tahun 2001: Keputusan Presiden tidak dianggap sebagai dasar
hukum utama untuk pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan daerah.
- Keppres No. 30 Tahun 2003: Sama seperti Keppres No. 102 Tahun 2001, tidak
relevan untuk pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan daerah.

9. D. Bank Sentral
Pembahasan:
Di Indonesia, Bank Sentral adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk mengukur jumlah uang yang beredar serta
mengendalikannya melalui berbagai instrumen kebijakan moneter. Tujuannya adalah
untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengendalikan inflasi.

Opsi lain dianggap salah karena alasan sebagai berikut:


- Mahkamah Agung: Fokus pada peradilan, tidak terkait dengan kebijakan moneter
atau jumlah uang yang beredar.
- Badan Pengawas Keuangan: Terutama mengawasi keuangan negara, bukan
mengukur atau mengendalikan jumlah uang yang beredar.
- Bank Umum: Tidak memiliki otoritas untuk mengukur atau mengendalikan jumlah
uang yang beredar di tingkat makroekonomi.
- Presiden: Meskipun kepala negara, tidak secara langsung bertanggung jawab dalam
pengukuran atau pengendalian jumlah uang yang beredar.

10. B. UU No. 30 Tahun 2002


Pembahasan:
KPK dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bukan dari UUD 1945. Latar belakang utama
pembentukannya adalah respons pemerintah terhadap rasa pesimistis masyarakat
atas kinerja dan reputasi kejaksaan serta kepolisian dalam memberantas korupsi.
11. E. Burung Garuda dipilih karena merupakan kendaraan Dewa Wisnu, yang
melambangkan kekuasaan dan keadilan.
Pembahasan:
Burung Garuda dipilih sebagai lambang negara Indonesia karena ia adalah
kendaraan Dewa Wisnu dalam mitologi Hindu. Dewa Wisnu sendiri melambangkan
kekuasaan dan keadilan, yang sejalan dengan prinsip-prinsip dasar negara
Indonesia, yaitu Pancasila. Pemilihan ini mencerminkan juga pengaruh budaya
Hindu-Buddha dalam sejarah dan peradaban Indonesia.

Opsi lain dianggap salah karena:


-Meskipun burung Garuda memang dikenal sebagai simbol kecepatan dan
ketangkasan, ini bukan alasan utama pemilihannya sebagai lambang negara.
-Meskipun burung Garuda memang dianggap anggun dan indah, hal ini bukan
alasan filosofis di balik pemilihannya.
-Faktor keberadaan di seluruh Indonesia bukan menjadi alasan utama dalam
pemilihan ini.
-Meskipun burung Garuda muncul dalam beberapa legenda rakyat, ini bukan alasan
utama pemilihannya sebagai lambang negara.

12. A. UU No. 24 Tahun 2009; mengatur tentang bentuk dan ukuran bendera serta
tata cara penggunaannya.
Pembahasan:
Jawaban yang benar adalah a. UU No. 24 Tahun 2009;
UU No. 24 Tahun 2009 secara khusus mengatur tentang lambang negara, termasuk
bendera Merah Putih. Peraturan ini mencakup bentuk, ukuran, dan tata cara
penggunaan bendera. Ini adalah peraturan yang paling mutakhir dan komprehensif
terkait bendera Merah Putih.

Opsi lain dianggap salah karena:


- UU No. 28 Tahun 2005 tidak secara khusus mengatur tentang bendera Merah Putih.
- TAP MPR No. 1 Tahun 1983 tidak merupakan peraturan yang spesifik mengatur
tentang bendera Merah Putih.
- TAP MPR No. 2 Tahun 1968 juga bukan peraturan yang spesifik untuk bendera
Merah Putih.
- Keppres Tahun 1965, sejauh informasi terkini (hingga September 2021), bukan
peraturan yang mengatur tentang bendera Merah Putih.

13. B. Kongres Pemuda II; diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman; sebagai lagu
kebangsaan.
Pembahasan:
Lagu "Indonesia Raya" pertama kali diperdengarkan di Kongres Pemuda II yang
diadakan pada tanggal 28 Oktober 1928. Lagu ini diciptakan oleh Wage Rudolf
Supratman. Tujuannya pada waktu itu adalah untuk menyatukan seluruh elemen
bangsa dan menjadi lagu kebangsaan yang dapat mempersatukan Indonesia.

Opsi lain dianggap salah karena:


- Pada masa pendirian Boedi Oetomo, lagu "Indonesia Raya" belum diciptakan.
- Kongres Pemuda I tidak menampilkan perdana lagu "Indonesia Raya", dan lagu ini
juga tidak diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara.
- Lagu ini bukan diciptakan oleh Sukarno dan bukan pertama kali diperdengarkan
pada Proklamasi.
- Lagu ini juga bukan diciptakan oleh Mohammad Yamin dan bukan pertama kali
diperdengarkan di Sidang BPUPKI.

14. B. Soekarno; menunjukkan kedaulatan dan identitas nasional


Pembahasan:
Soekarno adalah tokoh yang menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya di
hadapan audien internasional saat sidang Volksraad pada tanggal 16 Juni 1927.
Menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks ini bukan hanya sekadar pilihan
bahasa, tetapi juga sebuah pernyataan politik yang menunjukkan kedaulatan dan
identitas nasional Indonesia. Selain itu, Soekarno dikenal sebagai arsitek dari konsep
"Marhaenisme," yang menekankan pada ekonomi pro-rakyat.

Opsi lain dianggap salah karena:


- KH Agus Salim adalah tokoh yang dikenal dalam diplomasi dan dialog antaragama,
tetapi bukan dia yang berpidato di sidang Volksraad tersebut.
- J. Datoek Kajo tidak tercatat sebagai orang yang berpidato dalam bahasa Indonesia
di sidang Volksraad.
- Mohammad Hatta dikenal karena pemikiran ekonomi kerakyatan, tetapi bukan dia
yang berpidato di sidang tersebut.
- Sutan Takdir Alisyahbana adalah tokoh sastra dan bahasa, tetapi bukan dia yang
berpidato di sidang Volksraad tersebut.

15. A. 25 - 28 Oktober 1938 di Yogyakarta; disponsori oleh pemerintah kolonial.


Pembahasan:
Kongres Bahasa Indonesia pertama kali diadakan dari tanggal 25 hingga 28 Oktober
1938 di Yogyakarta. Kongres ini disponsori oleh pemerintah kolonial dan dihadiri oleh
berbagai pihak dari akademisi, penulis, hingga pemerintah. Kongres ini menegaskan
pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan integrasi bangsa.

16. D. Pasal 36
Pembahasan:
Kalimat "Bhinneka Tunggal Ika" terdapat dalam Pasal 36 UUD 1945 yang mengatur
tentang lambang negara. Lambang negara adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Opsi lain dianggap salah karena:


- Pasal 35 A: Tidak ada Pasal 35 A dalam UUD 1945.
- Pasal 35: Membahas tentang Bendera Negara.
- Pasal 36 B: Tidak ada Pasal 36 B dalam UUD 1945.
- Pasal 36 A: Membahas tentang Bahasa Negara, yaitu Bahasa Indonesia.
17. B. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pembahasan:
Elemen terakhir dari Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II
adalah "kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia".

Opsi lain dianggap salah karena:


- "Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia" adalah elemen pertama dari
Sumpah Pemuda.
- "Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia" adalah elemen kedua dari Sumpah
Pemuda.
- "Mendukung berdirinya negara Indonesia" tidak termasuk dalam Sumpah Pemuda.
- "Menjunjung tinggi hukum dan keadilan di Indonesia" juga tidak termasuk dalam
Sumpah Pemuda.

18. C. Kaukasoid
Pembahasan:
- Proto Melayu: Termasuk ras yang banyak ditemukan di Indonesia, terutama di
wilayah Sumatera dan Kalimantan.
- Mongoloid: Termasuk ras yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur
dan beberapa suku di Sumatera.
- Melanesoid: Ras ini banyak ditemukan di wilayah Papua dan beberapa daerah di
Nusa Tenggara.
- Weddoid: Termasuk ras yang ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk
Jawa.
Opsi c, Kaukasoid, adalah ras yang tidak banyak ditemukan di Indonesia. Ras ini
lebih banyak ditemukan di wilayah Eropa, Amerika Utara, dan bagian dari Asia Barat.

19. C. UU No. 40 Tahun 2008 (tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis)
Pembahasan:
Jawaban yang benar adalah UU No. 40 Tahun 2008 adalah undang-undang yang
secara eksplisit menjelaskan dan memberikan definisi tentang ras dalam konteks
hukum di Indonesia. Tujuan dari UU ini adalah untuk menghapus segala bentuk
diskriminasi berdasarkan ras dan etnis di Indonesia.

Opsi lain dianggap salah karena:


- UU No. 48 Tahun 2004 adalah mengenai Perangkat Desa, tidak terkait dengan ras.
- UU No. 04 Tahun 2008 adalah mengenai pencabutan UU Tentang Penanaman
Modal Asing, tidak terkait dengan ras.
- UU No. 80 Tahun 2004 adalah revisi dari UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, tidak terkait dengan ras.
- UU No. 08 Tahun 2004 adalah mengenai Kekuasaan Kehakiman, tidak terkait
dengan ras.
20. E. Pasal 30
Pembahasan:
Pasal 30 UUD 1945 secara eksplisit menjelaskan kewajiban bela negara sebagai
berikut:
- Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
- Hal-hal yang mengenai pembelaan negara diatur dengan undang-undang.

Pasal ini membicarakan secara langsung tentang kewajiban warga negara dalam
aksi bela negara. Ini mencerminkan prinsip kebhinekaan di Indonesia, dimana setiap
warga negara, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang etnis, memiliki
kewajiban yang sama dalam membela negara.

Opsi lain dianggap salah karena:


- Pasal 33 mengatur tentang perekonomian dan kesejahteraan sosial, tidak
membahas kewajiban bela negara.
- Pasal 36, 36 A, 36 B, 36 C mengatur tentang lambang negara, bahasa, dan
semboyan, tidak membahas kewajiban bela negara.
- Pasal 34 membahas tentang fakir miskin dan anak terlantar, tidak membahas
kewajiban bela negara.
- Pasal 35 membahas tentang Bendera Negara, tidak membahas kewajiban bela
negara.

21. C. Filsafat Hidup Bangsa


Pembahasan:
Pancasila berfungsi sebagai landasan ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia.
Dalam konteks menyaring budaya asing, Pancasila berfungsi sebagai 'Filsafat Hidup
Bangsa', yang artinya sebagai acuan atau patokan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam memilih dan menyaring budaya asing yang sesuai atau
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
jawaban yang paling tepat adalah C. Filsafat hidup bangsa.

22. A. Pancasila digunakan sebagai Asas tunggal partai politik.


Pembahasan:
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai
ideologi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa, termasuk politik.
Salah satu implementasinya adalah dalam bentuk kebijakan bahwa setiap partai
politik di Indonesia diwajibkan untuk menggunakan Pancasila sebagai "Asas
tunggal", artinya partai tidak diperkenankan memiliki ideologi atau asas lain. Dengan
demikian, opsi A secara langsung menjawab pertanyaan dan merujuk pada konteks
yang diberikan dalam soal.

Berikut adalah alasan mengapa opsi lain kurang tepat:


- Opsi B: Meskipun Pancasila memang dijadikan pedoman perilaku sehari-hari
oleh warga negara, soal ini lebih spesifik membahas konteks partai politik.
- Opsi C: Pancasila memang menjadi sumber hukum dan acuan dalam proses
legislatif, tetapi pertanyaan lebih fokus pada penerapan Pancasila dalam konteks
partai politik.

- Opsi D: Meskipun Pancasila memang digunakan sebagai semacam 'filter' dalam


menerima pengaruh budaya global, ini tidak secara langsung berkaitan dengan
konteks partai politik yang menjadi fokus soal.

- Opsi E: Pancasila memang digunakan sebagai dasar hukum penyelenggaraan


bangsa dan negara, tetapi dalam konteks soal ini, pertanyaan lebih spesifik
membahas peran Pancasila dalam partai politik.

Oleh karena itu, jawaban yang paling sesuai dengan konteks soal adalah A.
Pancasila digunakan sebagai Asas tunggal partai politik.

23. E. Rakyat, wilayah, pemerintahan negara.


Pembahasan:
Unsur-unsur dasar sebuah negara menurut teori ilmu politik dan hukum internasional
umumnya adalah:
- Rakyat: Sebuah negara harus memiliki penduduk.
- Wilayah: Sebuah negara harus memiliki batas geografis.
- Pemerintahan Negara: Sebuah negara harus memiliki struktur pemerintahan yang
berfungsi.

24. C. Pasal 17 UUD RI 1945


Pembahasan:
Pasal 17 UUD 1945 mengatur mengenai Dewan Pertimbangan yang memiliki tugas
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden. Pasal ini membentuk
bagian dari regulasi terkait sistem pemerintahan presidensial di Indonesia.

Opsi lain dianggap salah karena alasan sebagai berikut:


- Pasal 15 UUD 1945 mengatur mengenai hak presiden untuk memberikan grasi dan
rehabilitasi.
- Pasal 13 UUD 1945 mengatur mengenai pengangkatan dan pemberhentian Menteri
Negara.
- Pasal 14 UUD 1945 mengatur mengenai hak presiden untuk memberikan amnesti
dan abolisi.
- Pasal 16 UUD 1945 mengatur mengenai hak presiden untuk menyatakan perang,
dengan persetujuan DPR.

25. C. Menolong tetangga yang kesulitan memperbaiki rumahnya sambil


mengingatkan bahwa ia juga harus berpartisipasi dalam kegiatan gotong
royong.
Pembahasan:
Poin ini sesuai dengan butir "menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban"
pada sila ke-5 Pancasila. Dalam contoh ini, individu tidak hanya memberikan
bantuan (hak tetangga untuk mendapatkan bantuan) tetapi juga mengingatkan
tetangga tentang kewajibannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dalam hal
ini gotong royong.

26. B. Anjing
Pembahasan:
Berdasarkan catatan sejarah dan bukti arkeologis, anjing adalah hewan yang
dianggap memiliki sejarah domestikasi tertua. Anjing dijinakkan dari serigala dan
sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak puluhan ribu tahun yang lalu
untuk berbagai keperluan, termasuk berburu, menjaga, dan sebagai teman setia.

Opsi lain dianggap salah karena:


A. Ayam didomestikasi lebih belakangan, sekitar 7.000-10.000 tahun yang lalu.
C. Sapi didomestikasi sekitar 10.000 tahun yang lalu.
D. Babi juga memiliki sejarah domestikasi yang lebih pendek, sekitar 9.000 tahun
yang lalu.
E. Domba didomestikasi sekitar 10.000-11.000 tahun yang lalu.

27. C. Mengimplementasikan monopoli dagang untuk mengontrol perdagangan


rempah-rempah
Pembahasan:
Setelah menaklukkan Malaka, Portugis berupaya mengontrol jalur perdagangan
rempah-rempah yang sangat menguntungkan melalui monopoli dagang. Mereka
menggunakan Malaka sebagai basis untuk ini dan mulai memonopoli perdagangan,
khususnya perdagangan rempah-rempah, yang menjadi komoditas penting pada
masa itu.

Opsi lain dianggap salah karena:


A. Meskipun ada konflik dengan Kesultanan Demak, ini bukanlah strategi utama
Portugis pasca penaklukan Malaka.
B. Pengiriman tim ekspedisi ke wilayah Sumatera lebih merupakan suatu upaya
explorasi daripada ekspansi wilayah kekuasaan.
D. Tidak ada bukti kuat bahwa Portugis melakukan kerja sama spesifik dengan
Kerajaan Sunda pasca penaklukan Malaka.
E. Menutup akses perdagangan melalui Selat Malaka akan merugikan Portugis
sendiri, karena mereka ingin mengontrol jalur ini, bukan menutupnya.

28. E. Ekspedisi Pamalayu


Pembahasan:
Ekspedisi Pamalayu adalah sebuah operasi militer dan diplomasi yang dilakukan
oleh Kerajaan Singasari pada abad ke-13 di bawah kepemimpinan Raja
Kertanegara. Ekspedisi ini bertujuan untuk membendung pengaruh kerajaan lain di
Sumatera dan memperluas cakrawala dominasi Singasari di wilayah Nusantara.

Opsi lain dianggap salah karena:


A. Ekpedisi Sriwijaya: Tidak ada ekspedisi dengan nama ini yang dikirim oleh
Singasari.
B. Ekspedisi Padalarang: Tidak ada ekspedisi dengan nama ini yang dikirim oleh
Singasari.
C. Ekspedisi Bharmasraya: Tidak ada ekspedisi dengan nama ini yang dikirim oleh
Singasari.
D. Ekspedisi Kilimanjaro: Kilimanjaro berada di Tanzania, Afrika dan tidak ada
hubungannya dengan ekspedisi Singasari.

29. B. Sultan Ageng Tirtayasa


Pembahasan:
Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu penguasa Kerajaan Banten yang
memerintah pada akhir abad ke-17 dan berhasil membawa kerajaan ini kembali ke
puncak kejayaan. Ia dikenal atas upayanya dalam memodernisasi armada laut dan
memperbaiki administrasi kerajaan, sehingga Banten bisa bersaing dengan kekuatan
asing seperti Belanda.

Opsi lain dianggap salah karena:


A. Sultan Maulana Muhammad: Ia adalah pendiri Kerajaan Banten, tetapi bukan
yang berjasa dalam masa kebangkitan Banten pada 1680-an.

C. Sultan Abdul Mafakir: Tidak ada informasi yang cukup tentang peranannya dalam
konteks ini.

D. Pangeran Purbaya: Tidak ada informasi yang cukup tentang peranannya dalam
konteks ini.

E. Abu al-Ma'ali Ahmad: Tidak ada informasi yang cukup tentang peranannya dalam
konteks ini.

30. D. Sidang umum MPR 2003 memilih Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
presiden
Pembahasan:
(Opsi A): Pemilu 1999 adalah pemilu pertama di era reformasi dan memang terjadi di
masa pemerintahan BJ Habibie.

(Opsi B): Pembebasan beberapa Tahanan Politik juga menjadi bagian dari langkah
reformasi yang dilakukan oleh BJ Habibie.

(Opsi C): Jajak pendapat di Timor Timur adalah salah satu peristiwa penting yang
memicu Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia.

(Opsi E): Sidang umum MPR 1999 adalah sidang yang memilih Abdurrahman Wahid
sebagai presiden ke-4 Republik Indonesia setelah masa pemerintahan BJ Habibie.

(Opsi D): Sidang umum MPR 2003 adalah sidang yang memilih Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai presiden, tetapi ini terjadi setelah masa pemerintahan BJ
Habibie dan bahkan setelah masa pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati
Soekarnoputri.
31. A. Fanatisme buta terhadap negara sendiri yang mengabaikan hak dan
kepentingan negara lain
Pembahasan:
(Opsi A): Chauvinisme adalah bentuk ekstrem dari nasionalisme yang seringkali
melibatkan fanatisme buta dan ketidakpedulian terhadap hak dan kepentingan
negara atau kelompok lain

(Opsi B): Terorisme adalah tindakan kekerasan yang didasarkan pada paham radikal
tetapi tidak selalu berkaitan dengan chauvinisme.

(Opsi C): Rasa memiliki bisa saja muncul tanpa adanya chauvinisme.

(Opsi D): Rasa kesukaan berlebihan bisa terhadap banyak hal, tidak terbatas pada
negara sendiri.

(Opsi E): Doktrin keagamaan yang mengajarkan intoleransi adalah bentuk


ekstremisme keagamaan, bukan chauvinisme.

32. B. "Britannia Rule the Waves"


Pembahasan:
(Opsi B) "Britannia Rule the Waves" adalah semboyan yang secara historis
menggambarkan dominasi Inggris dalam penguasaan laut. Inggris, melalui Angkatan
Lautnya, berhasil mempengaruhi geopolitik global selama berabad-abad.

(Opsi A) "The Sea is the King" mungkin menggambarkan kekuatan laut, tetapi tidak
secara spesifik dikaitkan dengan dominasi geopolitik sebuah negara terhadap laut.

"Better Late Than Never" , "Meten is Weten", dan "The Knowledge is Power" adalah
semboyan atau frasa yang tidak secara spesifik menggambarkan penguasaan laut
dalam konteks geopolitik.

33. E. Megawati Soekarno Puteri: Fokus pada kerja sama regional dalam isu-isu
kelautan
Pembahasan:
(Opsi E) Deklarasi Bunaken diinisiasi pada masa pemerintahan Megawati Soekarno
Puteri. Deklarasi ini menekankan pentingnya kerja sama regional dalam mengelola
dan memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan.

Opsi A, B, C, dan D adalah pemerintahan yang tidak terkait secara langsung dengan
Deklarasi Bunaken dan fokus yang diusung dalam deklarasi ini.

34. C. Demokrasi
Pembahasan:
Teori negara oleh Oppenheim lebih menekankan pada bagaimana sebuah wilayah
atau entitas bisa menjadi atau berubah menjadi sebuah negara dari segi hukum
internasional. Plebisit (Opsi A), Akresi (Opsi B), Arbitrase (Opsi D), dan Penaklukan
(Opsi E) adalah konsep yang membahas bagaimana sebuah negara bisa terbentuk
atau berubah dari perspektif hukum internasional.

Demokrasi (Opsi C) adalah sebuah bentuk pemerintahan, dan tidak menjadi syarat
yang dianggap oleh Oppenheim dalam pembentukan atau perubahan status sebuah
negara.

35. B. Penerapan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis pantai
terluar Indonesia
Pembahasan:
Opsi B tidak benar karena Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis
pantai terluar merupakan konsep yang ada dalam hukum internasional dan tidak
secara spesifik diatur dalam Deklarasi Djuanda atau UU No. 4 Tahun 1960.

Opsi A, C, D, dan E adalah dampak atau hasil dari penerapan Deklarasi Djuanda dan
UU No. 4 Tahun 1960. Mereka mempengaruhi bagaimana Indonesia memetakan
dan mengklaim wilayah perairannya, termasuk hak atas dasar laut dan ruang udara
di atasnya, serta aturan lintas damai untuk kapal asing.

36. C. HAM adalah hak yang hanya berlaku pada negara-negara demokratis dan
tidak relevan pada negara-negara otoriter.
Pembahasan:
Opsi A, B, D, dan E sesuai dengan pandangan James Nickel mengenai HAM
sebagai jaminan moral yang universal, terkait dengan prioritas tinggi pada individu,
mandiri dalam eksistensinya, dan sebagai standar untuk pembenaran atau kritik.

Opsi C tidak sesuai karena James Nickel berpendapat bahwa HAM adalah universal
dan tidak tergantung pada jenis pemerintahan suatu negara. Menurutnya, HAM
berlaku di semua negara dan budaya, baik demokratis maupun otoriter.

37. D. Emancipation Proclamation


Pembahasan:
Opsi A (Piagam Madinah), B (Risalah al-Huquq), C (Magna Carta) dan E
(Declaration of the Rights of Man and of the Citizen) merupakan dokumen yang
diakui oleh James Nickel sebagai naskah kuno yang menjadi dasar pemikiran dan
implementasi HAM.

Opsi D (Emancipation Proclamation) adalah sebuah dokumen penting dalam sejarah


Amerika Serikat yang membebaskan budak di negara bagian konfederasi, tetapi
tidak secara khusus disebutkan oleh James Nickel sebagai salah satu dari tujuh
naskah kuno yang menjadi landasan pemikiran dan implementasi HAM.
38. D. Hak Asasi Alamiah (Natural Rights)
Pembahasan:
- Opsi A (Hak Kebebasan Ekonomi) lebih berkaitan dengan kebebasan ekonomi
dan bukan secara khusus menjadi landasan teoritis dalam perjuangan melawan
kolonialisme.
- Opsi B (Hak Kebebasan Beragama) adalah hak yang berkaitan dengan
kebebasan beragama, tetapi bukan menjadi landasan teoritis utama dalam
perjuangan melawan kolonialisme.
- Opsi C (Hak Asasi Budaya) terkait dengan perlindungan budaya dan identitas,
tetapi bukan menjadi landasan teoritis utama dalam perjuangan melawan
kolonialisme.
- Opsi D (Hak Asasi Alamiah) adalah konsep yang sering digunakan sebagai
landasan teoritis dalam perjuangan melawan kolonialisme, dengan argumen
bahwa setiap individu memiliki hak asasi yang alamiah, tidak dapat dicabut, dan
oleh karena itu melawan penindasan kolonial.
- Opsi E (Hak Hukum) lebih berkaitan dengan hak-hak yang diakui oleh suatu
sistem hukum, dan bukan menjadi landasan teoritis utama dalam perjuangan
melawan kolonialisme.

39. E. Meningkatkan keuntungan ekonomi negara melalui reputasi positif di bidang


HAM.
Pembahasan:
Opsi A, B, C, dan D,merujuk pada aspek-aspek yang berhubungan langsung dengan
perlindungan dan promosi HAM, termasuk reputasi internasional, kepatuhan hukum,
dan tanggung jawab sebagai anggota PBB. Ini sesuai dengan alasan mengapa HAM
dimasukkan dalam UUD 1945.

Opsi E, yang membahas tentang "Meningkatkan keuntungan ekonomi negara


melalui reputasi positif di bidang HAM," tidak secara langsung menjadi alasan
pembahasan HAM di UUD 1945. Meskipun reputasi baik di bidang HAM bisa
memiliki dampak positif pada hubungan internasional dan ekonomi, ini bukanlah
tujuan utama dari memasukkan HAM ke dalam UUD 1945.

40. E. Perdagangan narkoba internasional yang mendanai terorisme.


Pembahasan:
Opsi A (Pemberontakan dan korupsi dalam skala besar) meskipun penting, tidak
secara spesifik disebutkan dalam resolusi S/RES/955 tahun 1994.

Opsi B, C, dan Dsesuai dengan ruang lingkup yang diatur oleh resolusi tersebut,
termasuk tindakan agresi militer, kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, dan
kejahatan perang.

Opsi E, yaitu "Perdagangan narkoba internasional yang mendanai terorisme," tidak


termasuk dalam ruang lingkup kewenangan pengadilan yang ditetapkan oleh
resolusi.
41. A. Memiliki mata uang nasional yang diakui oleh Bank Dunia
Pembahasan:
- Opsi B, memiliki rakyat, adalah salah satu dari empat syarat minimal yang harus
dipenuhi oleh suatu negara agar dinyatakan sah berdiri dan berdaulat. Syarat ini
bersifat "De Jure," yang berarti diakui oleh hukum.
- Opsi C, memiliki wilayah, juga merupakan syarat "De Jure" yang harus dipenuhi oleh
suatu negara.
- Opsi D, memiliki pemerintah, adalah syarat lain yang juga bersifat "De Jure."
- Opsi E, pengakuan dari negara lain, adalah syarat "De Facto" yang berarti secara
faktual atau realitas di lapangan.
- Opsi A, "Memiliki mata uang nasional yang diakui oleh Bank Dunia," bukanlah syarat
minimal yang harus dipenuhi oleh suatu negara untuk dinyatakan sah berdiri dan
berdaulat menurut hukum internasional.

42. C. Pendirian Dewan Pengawas Mahkamah Agung (DPPMA).


Pembahasan:
- Opsi A: Berlakunya kembali UUD 1945 adalah salah satu poin utama dari Dekrit
Presiden 1959.
- Opsi B: Pembubaran Konstituante juga termasuk dalam Dekrit Presiden 1959, yang
merupakan upaya untuk mengakhiri kebuntuan politik terkait amendemen konstitusi.
- Opsi D: Tidak berlakunya lagi UUDS 1950 juga menjadi salah satu bagian dari Dekrit
ini, yang menegaskan kembali keberlakuan UUD 1945.
- Opsi E: Membentuk MPRS dan DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara)
adalah bagian dari restrukturisasi pemerintahan yang diusulkan dalam Dekrit
Presiden 1959.
- Opsi C: Pendirian Dewan Pengawas Mahkamah Agung (DPPMA) tidak termasuk
dalam isi Dekrit Presiden 1959.

43. A. Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 2 ayat 1


Pembahasan:
- Opsi A: Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyatakan "Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik." Pasal 2 ayat 1 menyatakan "Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar."
- Opsi B: Pasal 10 ayat 2 dan Pasal 5 ayat 1 tidak secara langsung merujuk pada
bentuk negara atau konsep kedaulatan rakyat.
- Opsi C: Pasal 2 ayat 2 merujuk pada DPR, dan Pasal 5 ayat 1 merujuk pada
kekuasaan presiden, tidak secara langsung merujuk pada bentuk negara atau
konsep kedaulatan rakyat.
- Opsi D: Pasal 12 merujuk pada keadaan bahaya, dan Pasal 1 ayat 3 merujuk pada
pemerintahan negara, bukan bentuk negara atau konsep kedaulatan.
- Opsi E: Pasal 5 merujuk pada kekuasaan presiden, dan Pasal 28D ayat 1 merujuk
pada hak asasi manusia, bukan bentuk negara atau konsep kedaulatan.
44. C. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Dinas Daerah
Pembahasan:
- Opsi A: Biro Hukum bukanlah bagian dari perangkat daerah di tingkat provinsi yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan kebijakan dan pengawasan.
- Opsi B: Kecamatan adalah perangkat daerah di tingkat kabupaten/kota, bukan
provinsi.
- Opsi C: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Dinas Daerah adalah bagian dari
perangkat pemerintahan di tingkat provinsi yang memiliki fungsi dalam pelaksanaan
kebijakan dan pengawasan.
- Opsi D: Biro Pemerintahan bukanlah perangkat daerah yang umum di tingkat
provinsi.
- Opsi E: Kelurahan adalah perangkat daerah di tingkat kecamatan, bukan provinsi.

45. E. Menyerahkan urusan sehari-hari KNIP kepada suatu Badan Pekerja yang
ditunjuk.
Pembahasan:
- Opsi A: MPR dan DPR belum ada pada saat itu, dan lembaga yang berfungsi
sebagai badan kekuasaan adalah KNIP.
- Opsi B: KNIP tidak diserahi kekuasaan yudikatif; sebaliknya, ia adalah sebuah
lembaga yang memiliki fungsi legislatif dan eksekutif.
- Opsi C: Meskipun ada perombakan-perombakan kabinet dan sistem pemerintahan,
itu bukanlah isi dari Maklumat Nomor X.
- Opsi D: KNIP tidak dibubarkan melalui Maklumat ini; sebaliknya, ia diberi lebih
banyak tanggung jawab.
- Opsi E: Benar, Maklumat Pemerintah Nomor X menyerahkan urusan sehari-hari
KNIP kepada suatu Badan Pekerja yang ditunjuk.

46. D. Ya, tetapi John harus memilih antara kewarganegaraan Indonesia atau
Australia saat mencapai usia dewasa.
Pembahasan:
Opsi D: Ini adalah jawaban yang paling tepat. Di banyak negara, termasuk Indonesia,
ada persyaratan tambahan atau pilihan yang harus dibuat saat mencapai usia
dewasa jika seseorang memegang lebih dari satu kewarganegaraan.

Opsi lain dianggap salah karena:


- Opsi A: Meskipun ius soli secara teoritis memberikan hak kewarganegaraan
berdasarkan tempat lahir, banyak negara memiliki syarat atau pengecualian,
termasuk Indonesia.
- Opsi B: Meskipun mungkin benar bahwa John juga dapat menjadi warga negara
Australia berdasarkan ius sanguinis (hak darah), ini tidak secara langsung berkaitan
dengan haknya mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.
- Opsi C: Ini tidak benar. Meskipun orang tua John berasal dari Australia, asas ius soli
memberikan hak untuk kewarganegaraan berdasarkan tempat lahir.
- Opsi E: Ini tidak benar. Asas ius soli memang berlaku di beberapa aspek hukum
kewarganegaraan Indonesia, meskipun dengan beberapa pengecualian dan syarat.
47. B. Hak repudiasi
Pembahasan:
Opsi B: Hak repudiasi biasanya digunakan dalam konteks stelsel pasif, dimana
seseorang dianggap sebagai warga negara tanpa perlu melakukan tindakan hukum.
Hak ini memungkinkan seseorang untuk menolak kewarganegaraan tersebut.

Opsi lain dianggap salah karena:


Opsi A: Vincent tidak memiliki hak opsi, yang memungkinkan dia untuk memilih atau
mempertahankan kewarganegaraan.
Opsi C: Asas ius sanguinis bermakna bahwa hak kewarganegaraan yang didapat
seseorang didasarkan pada kewarganegaraan dari ayah atau ibu biologisnya.
Opsi D: Asas ius soli merupakan asas kewarganegraan untuk mendapatkan
kewargangeraan berdasarkan tempat lahir orang tersebut di wilayah suatu negara.
Opsi E: Apatride adalah kondisi ketika seseorang tidak memiliki kewarganegaraan
dari negara mana pun, yang bukan kasus Vincent.

48. D. Berhak tinggal di Indonesia karena menikah dengan seorang WNI.


Pembahasan:
Opsi D: Ini adalah dasar legal yang paling kuat untuk Robert tinggal di Indonesia,
yaitu pernikahannya dengan Rina, seorang WNI.

Opsi lain dianggap salah karena:


- Opsi A: Tidak relevan dalam kasus ini, karena Robert memiliki alasan yang lebih
kuat, yaitu pernikahannya dengan seorang WNI.
- Opsi B: Ini adalah situasi yang tidak relevan dalam konteks soal, yang berkaitan
dengan status legal Robert untuk tinggal di Indonesia.
- Opsi C: Meskipun benar bahwa hukum setempat akan berlaku selama Robert
berada di Indonesia, ini bukan alasan utamanya. Dasar legal utama adalah
pernikahannya dengan seorang WNI.
- Opsi E: Meskipun benar, ini lebih bersifat umum dan tidak spesifik untuk kasus
Robert. Opsi D lebih tepat karena lebih spesifik.

49. A. UU/39/2005
Pembahasan:
Opsi A: UU No. 39 Tahun 2005 mengatur tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Ini adalah undang-undang yang relevan
dalam konteks perlindungan hak dan kesejahteraan Siti sebagai tenaga kerja di luar
negeri.

Opsi lain dianggap salah karena:


- Opsi B: UU/39/2004 adalah Undang-Undang tentang Perencanaan Pembangunan
Nasional, yang tidak berkaitan dengan tenaga kerja di luar negeri.
- Opsi C: UU/39/2003 adalah Undang-Undang tentang Kegiatan Luar Angkasa, yang
tidak berkaitan dengan tenaga kerja di luar negeri.
- Opsi D: UU/40/2003 adalah Undang-Undang tentang Pers, yang tidak berkaitan
dengan tenaga kerja di luar negeri.
- Opsi E: UU/40/2004 adalah Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, yang meski berhubungan dengan kesejahteraan pekerja, tidak spesifik
mengatur perlindunga tenaga kerja di luar negeri

50. A. Bukan Penduduk


Vincent adalah wisatawan yang dianggap sebagai "bukan penduduk", karena
kunjungannya bersifat sementara dan tidak memiliki niat untuk menetap atau bekerja
di Indonesia.

Opsi B, C, D, dan E kurang tepat karena:


- Opsi B: Meskipun dia berpotensi meningkatkan ekonomi lokal, status hukumnya
tidak sebagai pekerja.
- Opsi C: Dia bukan penduduk dalam konteks hukum karena keberadaannya bersifat
sementara.
- Opsi D: Dia mungkin memang menggunakan transportasi umum, tapi itu tidak
menentukan status hukumnya.
- Opsi E: Dia bukan warga negara Indonesia, jadi dia tidak bisa dianggap sebagai
warga negara dalam konteks ini.

Anda mungkin juga menyukai