Anda di halaman 1dari 83
BUPATI LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang a. bahwa penyelenggaraan bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib, sesuai dengan fungsinya, dan memenuhi persyaratan administratif dan teknis . vangunan gedung agar menjamin keselamatan penghuni dan lingkungannya; bv, bahwa dalam rangka untuk melaksanakan ketentuan Pasal 109 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 ‘Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang, Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung perlu menyusun Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung; c. bahwa terdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung. Mengingat : 1, Pasal 18 ayat (6)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2, Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Langkat- Kabupaten Langkat dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092); 10. 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturen Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republikindonesia Tahun 1960Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republikindonesia Nomor 2013); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaren Negara Republik Indonesia Nomor 3209}; Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 Tentang Jasa Kontruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik: Indonesia Nomor 3833}; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Repul Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247}; Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Talun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggalangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4723); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); Undang-undang Nomor11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 12, 13. 14. 16. 17. 18, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonsia Tahun20i1 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); Undang-Undang Nomorl2Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan _Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomo: 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5280); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), Sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembacan Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1982 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Langkat dari Wilayah Kodya Dati I Binjai ke Kota Stabat dalam wilayah Kabupaten Dati ll Langkat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 9); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahsn Lembaran Negara Nomor 3258); Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kodya Daerah Tingkat I! Binjai, Kabupaten Daerah Tingkat Il Langkat dan Kabupaten Daerah Tingkat I Deli Serdang ov 19. 20. 21 22. 23. 24. 25. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 11); Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3955), sebagaimana telah diubah beberapa ‘kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang, Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 187); Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Kontruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956); Peraturan PemerintahNomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung-(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 83, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang “Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan ‘Teknis Bangunan Gedung; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksebilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; 26. 27. 28, 29. 30, 31. 32, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis lzin Mendirikan Bangunan; Peraturan Menteri Pekerjaan | Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi bangunan Gedung; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum —Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahi Bangunan Gedung; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum —Nomor 45/PRT/M/2007 tentang PedomanTeknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum —Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharan dan Perawatan Bangunan Gedung; Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 11 Tahuri 2008 tentang Pedoman keserasian Kawasan Perumahan dan Pemukiman; Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2016 Nomor 29); . Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Langkat (Lembaran Daerah Kabupaten Langkat Thun 2013 Nomor 5); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT don BUPATI LANGKAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG BABI KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertlan Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan ; 1. Daerah adalah Kabupaten Langkat; 10. 1. 12. Pemerintahan Daerah adalah penyclenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom; Bupati adalah Bupati Langkat; Dewan PerwakilanRakyatDaerah yang selanjutnya disingkat dengan DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerinteh daerah; Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah can/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus; Bangunan Gedung Umum adalah Bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupe fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya; Bangunan Gedung Tertentu adalah Bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan Bangunan Gedung fungsi khusus, yangdalam pembangunan dan/atau pemanféatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya; Bangunan Gedung Adat adelah Bangunan gedung yang didirikan menggunakan kaidah/norma adat masyarakat setempat sesuai dengan budaya dan sistem nilai yang berlaku,untuk dimanfeatkan sebagai wadah kegiatan adat; Bangunan Gedung dengan langgam tradisional adalah Bangunan gedung yang Gidirikan menggunakan kaidah /norma tradisional masyarakat setempat sesuai dengan budaya yang diwariskan secara turun temurun, untuk dimanfaatkan sebagai wadah kegiatan masyarakat schari-hari selain dari kegiatan adat; Klasifikasi Bangunan Gedung adslah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaralan administralif dan persyaralan teknisnya; 13. 14. 15, 16. 17. 18, 19. 20. 21 22. Keterangan Rencana Kabupaten Langkat adalah informasi tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat pada lokasi tertentu; Izin Mendirikan Bangunan Gedung, yang selanjutnya disingkat IMB adalah erizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemilik Bangunan Gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat Bangunan Gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis; Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yang dilakukan Pemilik Bangunan Gedung kepada Pemerintah Daerah untuk mendapatkan izin mendirikan Bangunan Gedung; Garis Sempadan Bangunan Gedung adalah garis maya pada persil atau tapak sebagai batas minimum diperkenankannya didirikan Bangunan Gedung, dihitung dari garis sempadan jalan, tepi sungai atau tepi pantai atau jaringan tegangan tinggi atau garis sempadan pagar atau batas persil atau tapak; Koefisien Dasar Bangunan, yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka ersentase perbandingan antare Iuas seluruh lantai dasar Bangunan Gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang diluasai sesuai tencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan; Koefisien Lantai Bangunan, yang selanjutnya disingkatKLB adalah angka persentase perbandingan antart luas.seluruh lantai Bangunan Gedung dan Juas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang diluasai sesuai rencana tata Tuang dan rencana tata bangunan dan lingkungan; Koefisien Daerah Hijau, yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka Persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar Bangunan Gedung yang diperuntukian begi pertamanan/penghijauan dan luas tanah Perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan Tencana tata bangunan dan lingkungan; Koefisien Tapak Basemen, yang selanjutnya disingkat KTB adalah angkapersentase perbandingan antara tas tapak basemen dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan; Pedloman Teknis adalah acuan teknie yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan pemerintah dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan Bangunan Gedung; Standar Teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun standar intemasional yang diberlakukan dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung; av 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 31. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat, yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Langkat yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah; Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, yang selanjutnya disebut RDTR adalah penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat ke dalam rencana pemanfaatan kawasan perkotaan; Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang; Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat RTBL adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan; Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah kegiatan pembangunan Bangunan Gedung yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran; Perencanaan Teknis adalah proses membuat gambar teknis Bangunan Gedung dan kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana, pengembangan rencana dan penyusunan. gambar kerja yang terdiri atas: rencana arsitektur, rencana struktur, rencana mekanikal/elektrikal, rencana tata ruang luar, rencana tata ruang-dalam/interior serta rencana spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, dan perhitungan teknis pendukung sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku; Pertimbangan Teknis adalah pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung yang disusun secara tertulis dan profesional terkait dengan pemenuhan persyaratan teknis Bangunan Gedung baik dalam proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupun pembongkaran Bangunan Gedung; Pemanfaatan Bangunan Gedung adalah kegiatan memanfaatkan Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala; Pemeriksaan Berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh atau sebagian BangunanGedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi Bangunan Gedung; Laik Fungsi adalah suatu kondisi Bangunan Gedung yang memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi Bangunan Gedung yang ditetapkan; Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan Bangunan Gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu Laik Fungsi; 34. 35, 36. a7. 38. 39, 40. 41. 42, 43, Perawatan adalah kegiatan rmemperbaiki dan/atau mengganti bagian Bangunan Gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar Bangunan Gedung tetap Laik Fungsi; Pelestarian adalah Kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan Bangunan Gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendakdi; Pemugaran Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan adalah Kegiatan memperbaiki, memulihkan kembali Bangunan Gedung ke bentuk aslinya; Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian Bangunen Gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya; Penyelenggara Bangunan Gedung adalah pemilik,Penyedia Jasa Konstruksi, danPengguna Bangunan Gedung; Pemilik Bangunan Gedung adalah orang,badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai Pemilik Bangunan Gedung; Pengguna Bangunan Gedung adalah Pemilik Bangunan Gedung dan/atau bukan Pemilik Bangunan Gedung berdasarkan kesepakatan dengan Pemilik Bangunan Gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola Bangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan; Penyedia Jasa Konstruksi Bangunan Gedung adalah orang perorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi bidang Bangunan Gedung, meliputi perencana teknis, pelaksana konstruksi, Pengawas/manajemen konstruksi, termasuk Pengkaji Teknis Bangunan Gedung dan Penyedia Jasa Konstruksi lainnya: ‘Tim Abli Bangunan Gedung, yang selanjutnya disingkat TABG adalah tim yang terdiri dari para abli yang terkait dengan penyelenggaraan Bangunan Gedung untuk memberikan Pertimbangan Teknis dalam proses penelitian dokumen Tencanna teknis dengan masa penugasan terbatas, dan juga untuk memberikan masukan dalam lesaian oe yar en ee Soa a is per kasus disesuaikan dengan kompleksitas Bangunan Gedung Tertentu tersebut; Pengkaji Telmis adalah orang perorangan, atau badan hukum yang mempunyai sertifikat Keahlian untuk melaksanakan pengkajian teknis atas kelaikan fungsi Bangunan Gedung sesuai dengan peraturan Perundang- undangan yang berlaku; Pengawas adalah orang yang mendapat tugas untuk mengawasi pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan IMB yang diangkat oleh Pemilik Bangunan Gedung; wy 45. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha, dan lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang Bangunan Gedung, termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat abli, yang berkepentingan dengan penyelenggaraan Bangunan Gedung; 46. Peran Masyarakat dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah berbagai kegiatan masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak dan keinginan masyarakat untuk memantau dan menjaga ketertiban, memberi masukan, menyampaikan pendapat dan pertimbangan, serta melakukan Gugatan Perwakilan berkaitan dengan penyelenggaraan Bangunan Gedung; 47. Dengar Pendapat Publik adalah forum dialog yang diadakan untuk mendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat baik berupa pendapat, pertimbangan maupun usulan éari masyarakat umum sebagai masukan untuk menetapkan kebijakan Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung; 48. Pembinaan Penyelenggaraan angunan Gedung adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik sehingza setiap penyelenggaraan Bangunan Gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan Bangunan Gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum; 49, Pemberdayaan adalah kegiatan untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan peran para Penvelenggara Bangunan Gedung dan aparat Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung; 50, Pengawasan adalah pemantauen terhadap pelaksanaan penerapan peraturan perundang- undangan bidang Bangunan Gedung dan upaya penegakan hokum; Bagian Kedua Pasal 2 Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pengaturan lebih lanjut dari Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, baik dalam pemenuhan ersyaratan yang diperiukan dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung, maupun dalam pemenuhan tertib penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah. w Paragraf 3 ‘Tyjuan Pasal 3 Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk : y 2) 3) 1) 2) y 2) mewujudkan Bangunan Gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata Bangunan Gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; mewujudkan tertib penyelenggaraan Bangunan Gedung yang menjamin keandalan teknis Bangunan Gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung. Paragraf 4 Ruang Lingkup Pasal 4 Lingkup Peraturan Daerah ini meliputi ketentuan mengenai fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung, persyaratan Bangunan Gedung, penyelenggaraan Bangunan Gedung, Tim Ahli Bangunan Gedung, Peran Masyarakat, pembinaan dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung, sanksi administratif, penyidikan, pidana, dan peralihan. Untuk Bangunan Gedung fungsi khusus, dalam hal persyaratan, penyelenggaraan dan pembinaan tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG Pasal 5 Fungsi Bangunan Gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan ersyaratan teknis Bangunan Gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR den/atau RTBL. Pungsi Bangunan Gedung meliputi : a) Bangunan Gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggel; b) Bangunan Gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah; ¢) Bangunan Gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha; 4) Bangunan Gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakaskan kegiatan sosial dan budaya: w yy 2 Bangunan Gedung fungsi_khusus dengan fungsi utama sebagai tempat vmanusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat risiko bahaya tinggi: dan Bangunan Gedung lebih dari sats fungst Pasal 6 Bangunan Gedung fungsi_hunian dengan fungi uisme sebagai tempat manusia tinggal dapat berbentuk a) ») a a) pangunan rumah tinggal tunegels bangunan rumah tinggal deret; angunan rumah ‘tinggal susun; dan pangunan rumah tinggal sementara. Bangunan Gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah keagemaan dapat berbentuk : a) ») 3) d) a 9 pangunan masjid, mushalla, langgar, Straus bangunan gereja, kapels bangunan pura; bangunan vihara; bangunan kelenteng; dan pangunan keagamaan dengen sebutan lainny3. Bangunan Gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha dapat berbentaie+ a) b) a a) e 8) A) Bangunan Gedung perkantoranseperti bangunan perkantoran non- pemerintahdan sejenisnysi Bangunen Gedung perdagangan seperti bangunan pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, mal dan sejenisnya; Bangunan Gedung pabriks Bengunan Gedung perhotelan seperti bangunan hotel, motel, hostel, penginapan dan sejenisnya; Bangunan Gedung wisata dan rekreaei_eeperti tempat rekreasi, bioskop dan sejenisnya; Bangunan Gedung terminal seperti bangunan stasiun Kereta «pi, terminal bus engkutan umum, halte bus, terminal peti kemas, pelabuban laut, pelabuhan sungai, pelabuhan perikanan, bandar dara; Bangunan Gedung tempet penyimpanan sementara seperti bangunan gudang, gedung parkir dan sejenisnyas dan ‘Bangunan Gedung tempat penangkaran atau ‘pudidaya seperti bangunan sarang burung walet, bangunan peternakan sapi dan sejenisnya ow 4) 5) a) 2) 3) Bangunan Gedung sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya dapat berbentuk: a) Bangunan Gedung pelayanen pendidikan seperti bangunan sekolah taman Kanak kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, Kursus dan semacamnya; b) Bangunan Gedung pelayanan Kesehatan seperti bangunan puskesmas, polikdinik, rumah bersalin, rumah sakit termasuk panti-panti dan sejenisnya; ¢) Bangunan Gedung kebucayaan seperti bangunan museum, gedung kesenian, Bangunan Gedung adat dan sejenisnya; 4) Bangunan Gedung laboratorium seperti bangunan laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan latoratorium lainnya; ¢) Bangunan Gedung pelayanan umum seperti bangunan stadion, gedung olah raga dan sejenisnya; dan 4) Bangunan fungsi khusus dengan fungsi utama yang memerlukan tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional dan/atau yang mempunyai tingkat risiko bahaya yang tinggi. Bangunan Gedung lebih dari satu fungsi dengan fungsi utama kombinasi lebih dari satu fungsi dapat berbentuk : a) bangunan rumah dengan toko (ruko}; b) bangunan rumah dengan kantor (rukan); ¢) Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran; 4) Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran-perhotelan; Pasal 7 Kiasifikasi Bangunan Gedung menurut kelompok fungsi bangunan didasarkan pada pemenuhan syarat administrasi dan _persyaratan teknis Bangunan Gedung, tone Bangunan Gedurg sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ikdasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat risiko kebakaran, zonasi ing 1 . Bempa, lokasi, ketinggien, dan/ata sai: a Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitas meliputi : 4) Bangunan Gedung sederhana, yaitu Bangunan Gedung dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana dan/atau Bangunan Gedung yang sudah memilid desain prototipe; b) Bangunan Gedung tidak sederhana, yaitu Bangunan Gedung dengan kkarakter tidak sederhana seta memiliki kompleksitas dan atau teknologi tidak sederhana; dan ty 4) 5) 6) n 8) c) Bangunan Gedung khusus, yaitu Bangunan Gedung yang memiliki penggunaan dan persyaratankhusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memertuka: /teknologi khusus Klasifikasi berdasarkan tingkat permanensi meliputi : a) Bangunan Gedung darurat atau sementara, yaitu Bangunan Gedung yang Karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan sampai dengan 5 (lima) tahun; b) Bangunan Gedung semi permanen, yaitu Bangunan Gedung yang Karena fungsinya direncanaken mempunyai umur layanan di atas 5 (lima) nyelesaiar sampai dengan 10 (sepuluh) tahun; dan c) Bangunan Gedung permanen, yaitu Bangunan Gedung yang kerena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan di atas 20 (dua puluh) tahun, Klasifikasi berdasarkan tingkat risiko kebakaran meliputi : a) Tingkat risiko kebakaran rendah, yaitu BangunanGedung yang karena fungsinya, disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada didalamnya tingkst mudah terbakarnya rendah; b) Tingkat risiko kebakaran sedang, yaitu Bangunan Gedung yang karena fungsinya, disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas’bahan yang ada didalamnya tingkat mudah terbakarnya sedang; dan c) Tingkat risiko kebakaran tinggi, yaitu Bangunan Gedung yang karena fungsinya, dan disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentulmya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sangat tinggi dan/atau tinggi. Klasifikasi berdasarkan zonasi gernpa meliputi tingkat zonasi gempa di wilayah Kabupaten Langkat berdasarkan tingkat kerawanan bahaya gempa, sebagaimana dijabarkan lebih lanjut dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini Klasifikasi berdasarkan lokasi meliputi : a) Bangunan Gedung dilokasi renggang, yaitu Bangunan Gedung yang pada umumnya terletak pade. daerah pinggiran/luar kota atau daerah yang berfungsi sebagai resapan; b) Bangunan Gedung dilokasi sedang, yaitu Bangunan Gedung yang pada umumnya terletak di daerah permukiman; dan ) Bangunan Gedung dilokasi padat, yaitu Bangunan Gedung yang pada umumnya terletak di daerah perdagangan/pusat kota. Klasifikasi berdasarkan ketinggian Bangunan Gedung meliputi : a) Bangunan Gedung bertingkat rendah, yaitu Bangunan Gedung yang ‘memiliki jumlah lantai sampai dengan 4 lantai; iy 4) 5) 6) n 8) c) Bangunan Gedung khusus, yaitu Bangunan Gedung yang memiliki penggunaan dan persyaratankhusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memertuka: /teknologi khusus Klasifikasi berdasarkan tingkat permanensi meliputi : a) Bangunan Gedung darurat atau sementara, yaitu Bangunan Gedung yang Karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan sampai dengan 5 (lima) tahun; b) Bangunan Gedung semi permanen, yaitu Bangunan Gedung yang Karena fungsinya direncanaken mempunyai umur layanan di atas 5 (lima) nyelesaiar sampai dengan 10 (sepuluh) tahun; dan c) Bangunan Gedung permanen, yaitu Bangunan Gedung yang kerena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan di atas 20 (dua puluh) tahun, Klasifikasi berdasarkan tingkat risiko kebakaran meliputi : a) Tingkat risiko kebakaran rendah, yaitu BangunanGedung yang karena fungsinya, disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada didalamnya tingkst mudah terbakarnya rendah; b) Tingkat risiko kebakaran sedang, yaitu Bangunan Gedung yang karena fungsinya, disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas’bahan yang ada didalamnya tingkat mudah terbakarnya sedang; dan c) Tingkat risiko kebakaran tinggi, yaitu Bangunan Gedung yang karena fungsinya, dan disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentulmya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sangat tinggi dan/atau tinggi. Klasifikasi berdasarkan zonasi gernpa meliputi tingkat zonasi gempa di wilayah Kabupaten Langkat berdasarkan tingkat kerawanan bahaya gempa, sebagaimana dijabarkan lebih lanjut dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini Klasifikasi berdasarkan lokasi meliputi : a) Bangunan Gedung dilokasi renggang, yaitu Bangunan Gedung yang pada umumnya terletak pade. daerah pinggiran/luar kota atau daerah yang berfungsi sebagai resapan; b) Bangunan Gedung dilokasi sedang, yaitu Bangunan Gedung yang pada umumnya terletak di daerah permukiman; dan ) Bangunan Gedung dilokasi padat, yaitu Bangunan Gedung yang pada umumnya terletak di daerah perdagangan/pusat kota. Klasifikasi berdasarkan ketinggian Bangunan Gedung meliputi : a) Bangunan Gedung bertingkat rendah, yaitu Bangunan Gedung yang ‘memiliki jumlah lantai sampai dengan 4 lantai; iy 9) 4) 2) 3) 4) yy 2) b) Bangunan Gedung bertingkat sedang, yaitu Bangunan Gedung yang memiliki jumlah lantai mulai dari § lantai sampai dengan 8 lantai; dan c) Bangunan Gedung bertingkat tinggi, yaitu Bangunan Gedung yang memiliki jumlah lantai lebih dari 8 lantai. Kiasifikasi berdasarkan kepemilikan meliputi : 4) Bangunan Gedung milik negara, yaitu Bangunan Gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lain, seperti : gedung kantor dinas, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, rumah negara, dan lain- Jain; b) Bangunan Gedung milik perorangan, yaitu Bangunan Gedung yang merupakan kekayaan milik pribadi atau perorangan dan diadakan dengan sumber pembiayaan dari dana pribadi atau perorangan; ©) Bangunan Gedung milik badan usaha, yaitu Bangunan Gedung yang merupakan kekayaan milik badan usaha non pemerintah dan diadakan dengan sumber pembiayaan dari dana badan usaha non pemerintah tersebut, Pasal 8 Fenentuan Klasifikasi Bangunan Gedung atau bagian dari gedung ditentukan berdasarkan fungsi yang digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan atau perubahan yang diperlukan pada Bangunan Gedung. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasiyang diatur dalam RTRW, RDTR, dan/atau RTBL. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung diusulkan oleh Pemilik Bangunan Gedung dalam bentuk rencana teknis Bangunan Gedung melalui pengajuan ermohonan izin mendirikan Bangunan Gedung. Penetapan fungsi Bangunan Gedung dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui penerbitan IMB berdasarkan RTRW, RDTR dan/atau RTBL, kecuali Bangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah Pasal 9 Pungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung dapat diubah dengan mengajukan permohonan IMB baru. Perubahan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan olehpemilik dalam bentuk rencana teknis Bangunan Gedung sesuai dengan peruntuken lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR dan/atau RTBL. dv 3) 4) 8) » 2) 3) Perubahan fungsi dan/atau Klasifikasi Bangunan Gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis ‘Bangunan Gedung yang baru. Perubahan fungsi dan/atau Klesifikasi Bangunan Gedung harus diikuti dengan perubahan data fungsi dan/atau Klasifikasi Bangunan Gedung. Perubahan fungsi dan Kiasifikasi Bangunan Gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam izin mendirikan Bangunan Gedung, kecuali Bangunan Gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah. BAB It PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG Bagian Kesatu Umum Pasal 10 Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi Bangunan Gedung. Persyaratan administratif Bangunan Gedung meliputi : a) status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; . b) status kepemilikan Bangunan Gedung, serta <) IMB. Persyaratan teknis Bangunan Gedung meliputi: 8) persyaratan tata bangunn dan lingkungan yang terdiri ates: ()__persyaratan peruntukan lokasi; @) intensitas Bangunan Gedung; G) arsitektur Bangunan Gedung; (@)_pengendalian dampak lingkungan untuk Bangunan Gedung Tertentu; serta (S) reneana tata bangunan dan lingkungan, untuk kawasan yang termasuk dalam peraturan bupati tentang RTBL. >) pereyaratan keandalan Bangunan Gedung terdiri atas: (1) persyaratan kesclamatan; @) persyaratan kesehatan; (3) persyaratan kenyamanan; serta (4) persyaratan kemudahan. y 2 3) 4 5) 4 2 y Bagian Kedua Persyratan Administratif Paragraf 1 Status Hak Atas Tanah Pasal 11 Setiap Bangunan Gedung harus didirikan di atas tanah yang jelas kepemilikannya, baik milik sendiri atau milik pihak lain. Status hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah. Dalam hal tanahnya milile pihak lain, Bangunan Gedung hanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang helm atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanch atau pemilik tanah dengan Pemilik Bangunan Gedung. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling sedikit hak dan kewajiban para pihak, luas, letak, dan batas-batas tanah, serta fungsi Bangunan Gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memuat paling sedikit hak dan kewajiban para pihak, lua, letak, dan batas-batas tanah, serta fungsi Bangunan Gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah. Bangunan Gedung yang kerena faktor budaya atau tradisi setempat harus dibangun di ates air sungai, air laut, air danau harus mendapatkan izin dari bupati Bangunan Gedung yang akan dibangun diatas tanah milik sendiri atau diatas tanah milik orang lain yang terletak dikawasan rawan bencana alam harus mengikuti persyaratan yang diatur dalam keterangan rencana Kabupaten Langkat. Paragraf 2 Status Kepemilikan Bangunan Gedung am 12 Status kepemilikan Bangunen Gedung dibuktiken dengan surat bukti kepemilikan Bangunan Gedurg yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, kecuali Bangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah. BY 3) 4) 5) 6) 7 8) y 2) Penetapan status kepemilikan Bangunan Gedung sebagaimans dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat proses IMB dan/ateu pada saat pendataan Bangunan Gedung, sebagai sarana tertib pembangunan, ter> pemanfaatan dan kepastian hulum atas kepemilikan Bangunan Gedung, Status kepemilikan Bangunan Gedung adat pada mooyarakat hukum adat ditetapkan oleh masyarakat hukura adat bersangicutan berdasarkan norma dan kearifan lokal yang berlaku di lingkungan masyarakatny@. Kepemilikan Bangunan Gedung depat dialihkan kepads pihek lain. Pengalthan hak kepemilikan Bangunan Gedung kepada pihale lain harus djilaporkan kepada bupati untuk diterbitkan surat keterangan bukti epemilikan baru. Pengalihan hak kepemilikan Bangunan Gedung sebagsimans dimaksud pada ayat (6) oleh Pemilik Bangunan Gedung yang buen pemegsng hak atas tanah, terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan pemegang hak atas tanah. Status kepemilikean Bangunan Gedung adat pada masyaralcat Iulcur adat ditetapkan oleh masyarakat hukum adat bersangkutan berdasarkan noma dan Kearifan lokal yang berlaku di lingkungan masyarakatnya- ‘rata cara pembuktian kepemilikan Bangunan Gedung kecuali_sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Paragraf 3 Izin Mendirikan Bangunan (MB) Pasal 13 Setiap orang atau badan wajib memiliki IMB dengan mengajukan permohonan IMB kepada Bupati untuk melakukan kegiatan : a) pembangunan Bangunan Gedung dan/atau prasarana Bangunan Gedung; b) rehabilitasi/renovasi Bangunan Gedung dan/atau prasarana Bangunan Gedung meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/pengurangan; dan ¢) pemugeran/pelestarian dengan mendasarkan pada surat Keterangan Rencana Kabupaten Langkat (advis planning) untuk lokasi yang bersangkutan. Izin mendirikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan olehPemerintah Daerah, kecuali Bangunan Gedung fungsi Khusus oleh Pemerintah melalui permohonan izin mendirikan bangunan gedung. Vv 3) Pemerintah Daerah wajib memberikan secara cuma-cuma surat Keterangan Rencana Kabupaten Langkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan mengajukan permohonan IMB sebagai dasar penyusunan rencana teknis Bangunan Gedung. 4) Surat Keterangan Rencana Kabupaten Langkat sebagaimana dimalsud ¢ y 2) 3) pada ayat (3) merupakan ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi: fa) fungsi Bangunan Gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan; b) ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang diizinkan; ¢) jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang diizinkan; 4) goris sempadan dan jarak bebas minimum Bangunan Gedung yang diizinkan; ¢) KDB maksimum yang diizinkan, f) KLB maksimum yang diizinkan; 2) KDH minimum yang diwajibkan; h) KTB maksimum yang diizinkan; dan 4) jaringan utilitas kota, 5) Dalam suratketerangan rencana Kabupaten Langkat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat juga dicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan. Parngraf 4 IMB di atas dan / atau di Bawah Tanah Air dan/atau Prasarana/Sarana Umum Pasal 14 ) Permohonan IMB untuk Bangunan Gedung yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana umum harus mendapatkan persetujuan dari instansi terkait. IMB untuk pembangunan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat Pertimbangan Teknis Tim Ahli Bangunan Gedung dan dengan mempertimbangkan pendapat masyarakat setempat. Peml i Hbangunan Bangunan Gedung sebagaimana dimakeud pada ayat (1) wajib mengikutiStandar Teknis dan pedoman yang terkait. av Bagian Ketiga Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Paragraf 1 Umum Pesal 15 Persyaratan teknis Bangunan Gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan lingkungan dan persyaratan keandalan bangunan. Paragraf 2 Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan Pesal 16 Persyaratan tata bangunan dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas Bangunan Gedung, persyaratan arsitektur Bangunan Gedung dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan. Pazagraf 3 Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung Pesal 17 1) Bangunan Gedung harus disclenggarakan sesuai dengan peruntukan lokai yang akan diatetapkan lebih lanjut dalam RTRW, RDTR/atau RTBL. 2) Pemerintah Daerah wajib memberikan informasi mengenai RTRW, RDTR, dan/atau RTBLsebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada masyarakat secara cuma-cuma. 3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi keterangan mengenai peruntukan lokasi, intensitas bangunan yang terdiri dari kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, dan garis sempadan bangunan. 4) Bangunan Gedung yang dibangun : @) diatas prasarana dan sarana umum; b) di bawah prasarana dan sarane umum; ©) dibawah atau di atas air; 6) didaerah jaringan transmisi listrik tegangan tinggi; ¢) didaerah yang berpotensi bencana alam; dan f) di Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memperoleh pertimbangan serta persetujuan dari Pemerintah Daerah dan/atau instansi terkait Jainnya. Ov 8) a) 2) y 2) 3) 4) 5) y 2) y) Dalam hal ketentuan mengenai peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum ditetapkan, maka ketentuan mengenai peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diatur sementara dalam Peraturan Bupati. Pasal 18 Dalam hal terjadi perubahan RTRW, RDTR dan/atau RTBL yang mengakibatkan perubahan peruntukan lokasi, fungsi Bangunan Gedung yang tidak sesuai dengan peruntukan vang baru harus disesuaikan. Tethadap kerugian yang timbul akibat perubahan peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah memberikan Penggantian yang layak kepada Pemilik Bangunan Gedung sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 Bangunan Gedung yang akan dibangun harus memenuhi persyaratan intensitas Bangunan Gedung yang meliputi persyaratan kepadatan, ketinggian dan jarak bebas Bangunan Gedung, berdasarkan ketentuan yang, diatur dalam RTRW, RDTR, dan/stau RTBL. Kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ketentuan KDB dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) pada tingkatan tinggi, sedang dan rendah. Ketinggian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ketentuan tentang jumlah lantai bangunan, tinggi bengunan dan KLB pada tingkatan KLB tinggi, sedang dan rendah, Jarak bebas Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ‘imeliputi ketentuan tentang Garis Sempadan Bangunan Gedung dan jarak antara Bangunan Gedung dengen batas persil, jarak antarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan intensitas bangunan gedung untuk suatu lokasi diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 20 KDB ditentukan atas dasar kepentingan daya dulung lingkungan, Pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bengunan. Ketentuan besarnya KDB scbagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL. Pasal 21 KDH ditentukan atas dasar kepentingan daya dukung lingkungan, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, kesehatan dan kenyamanan bangunan. W 2) a 2) y 2) 3) a) 2) 3) 4) 5) 6) Ketentuan besarnya KDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL. Pasal 22 KLB ditentukan atas dasar daya dukung lingkungan, pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan, keselamatan dan kenyamanan umum, Ketentuan besarnya KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/atau pengaturan sementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalam peraturan bupati. Pagal 23 Jumlah lantai Bangunan Gedung dan tingsi Bangunan Gedung ditentukan atas dasar pertimbangan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan, keserasian dengan lingiungannya. Bangunan Gedung dapat dibuat bertingkat ke bawah tanah sepanjang memungkinkan untuk itu dan tidak bertentangan dengan ketentuan perundang undangan Ketentuan besamya jumlah lantei Bangunan Gedung dan tinggi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/atau pengaturan sementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalam peraturan bupati, Pasal 24 Garis sempadan bangunan ditentukan atas pertimbangan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keserasian dengan lingkungan dan ketinggian bangunan. Garis Sempadan Bangunan Gedung meliputi ketentuan mengenai jarak Bangunan Gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, rel kereta api dan/atau jaringan listrik tegangan tinggi, dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dan keschatan; Garis sempadan bangunan meliputi garis sempadan bangunan untuk bagian muka, samping, dan belakang. Penetapan garis sempadan bangunan berlaku untuk bangunan di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah (besmen). Ketentuan besarnya garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketencuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/atau Pengaturan sementara dalam peraturan bupati Bupati dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan tertentu dan spesifik, WU Pasal 25 1) Jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarak antarbangunan, Gan jarak entara as jalan dengan pager halaman ditetapkan untuk setiap lokasi sesuai dengan peruntukannya atas pertimbangan keamanan, Kesehatan, Kenyamanan dan keserasian dengan lingleungan dan ketinggian bangunan, 2) “Jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarak antarbangunan, dan jarak antara jalan dengen pagar halaman yang diberlalukan per kapling/persil dan/atan per kawasan. 9) Penetapan jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil,jarak antar bangunan, dan jorale antara as jalan dengan pagar halaman berlaicu untuk di Stas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah (besmen) 4) Penetapan jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarak Sntarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman untuk di bawah permukean tanah didaserkan pada pertimbangan keberadaan atau rencana jeringan pembangunan utilitas umum, 5) Ketentuan besamya jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, Jerak entarbangunan, dan jarak antara es jalan dengan poger halaman Sebagaimana dimalsud pada ayet (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/atau pengaturan sementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalam peraturen bupati. ©) Bupati dapat menetapken lain untuk kawasan-kawasan tertenty dan spesilik. Paragraf 4 Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung Pasal 26 Persyaratan arsitektur Bangunan Gedung meliputi persyaratan penampilan Pangunan Gedung, tata ruang dalam, kescimbangan, keserusian, dan keselarasan Bangunan Gedung dengan lingkungannya, serta memperimbangkean adanya Kescimbangan antara nila nilai adat/tradisional sosial budaya setempat terhadap Penerapan berbagai Perkembangan arsitektur dan rekayasa Pasal 27 1) Pereyarstan penampilan Bangunan Gedung sebageimana dimakeud dalam Pasal 26 disesuaikan dengan penetapan tema arsitektur bangunan di dalam Peraturan bupati tentang RTBL, 2) 3) 4) y) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 4) Penampilan BangunanGedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur, dan lingkungan yang ada di sekitarnya serta dengan mempertimbangkan kaidah- pelestarian, Penampilan Bangunan Gedung yang didirikan berdampingan dengan Bangunan Gedung yang dilestarikan, harus_ dirancang dengan mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karakteristik dari arsitektur Bangunan Gedung yang dilestarikan. Pemerintah Daerah dapat mengatur kaidah arsitektur tertentu pada suatu kawasan setelah mendengar pendapat Tim Ali Bangunan Gedung dan pendapat masyarakat. Pasal 28, Bentukdenah Bangunan Gedung sedapat mungkin simetris dan sederhana guna mengantisipasi kerusakan akibat bencana alam gempa dan penempatannya tidak boleh mengganggu fungsi prasarana kota, lalu lintas dan ketertiban. Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur

Anda mungkin juga menyukai