Anda di halaman 1dari 76

BAHAN AJAR KATEKISASI NIKAH,

KATEKISASI BAPTISAN KUDUS ANAK


DAN DEWASA
Gereja Kalimantan Evangelis

Diterbitkan Oleh:

Badan Pekerja Harian Majelis Sinode


Gereja Kalimantan Evangelis
Jl. Jend. Sudirman 4 Telp. 0511-3354856 Fax 0511-4365297
Banjarmasin 70114, Kalimantan Selatan, Indonesia
www.gkeindonesia.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja kita yang
telah memimpin Tim Penulisan Buku Pegangan Katekisasi Nikah GKE
dan Materi Katekisasi Baptisan Kudus Anak dan Dewasa dari Komisi
Teologia GKE sehingga buku ini dapat diselesaikan.

Buku pegangan Katekisasi Nikah GKE ini terdiri dari 2 (dua) model,
yaitu Katekisasi Nikah GKE (Singkat) dan Katekisasi Nikah GKE
(Panjang). Katekisasi pernikahan biasa/normal dapat menggunakan
materi katekisasi yang singkat atau ditambahkan dengan beberapa materi
dari materi katekisasi yang panjang (lengkap). Untuk katekisasi nikah
bermasalah menggunakan 2 (dua) materi katekisasi, yang digunakan
sebelum pelaksanaan peneguhan dan pemberkatan nikah kemudian
dilanjutkan dengan materi katekisasi yang panjang (lengkap) setelah
peneguhan dan pemberkatan nikah. Kedua materi saling melengkapi.
Waktu katekisasi disesuaikan dengan tidak mengurangi materi katekisasi
nikah. Selamat mengajar dan belajar. Tuhan Yesus memberkati kita
semua.

Banjarmasin, Nopember 2020


BADAN PEKERJA HARIAN MAJELIS SINODE
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

Pdt. Dr. Wardinan S. Lidim, M.Th Pdt. John Asihua, M.Th


Ketua Umum Sekretaris Umum

Gereja Kalimantan Evangelis | i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................. ii
Petunjuk Penggunaan Buku Katekisasi Nikah GKE .......................... 1
I. MATERI KATEKISASI NIKAH GKE (SINGKAT)
1.1 Pertemuan Pertama : Pernikahan Kristen ......................... 2
1.2 Pertemuan Kedua : Keluarga Kristen ............................ 8
1.3 Pertemuan Ketiga : Pemeriksaan Diri ........................... 15
1.4 Pertemuan Keempat : Keluarga Pendeta
(Khusus Bagi Pendeta) ................................................................ 18

II. MATERI KATEKISASI NIKAH GKE (PANJANG)


Topik 1 : Cinta/Kasih dan Pernikahan ........................................ 21
Topik 2 : Dasar Alkitabiah memilih Pasangan Hidup ................ 26
Topik 3 : Pernikahan Kristen ...................................................... 35
Topik 4 : Peran Suami Istri Dalam Pernikahan Kristen ............. 44
Topik 5 : Rumah Tangga Kristen yang diberkati ....................... 55

III. MATERI KATEKISASI BAPTISAN KUDUS ANAK DAN


DEWASA
A. Pedoman Pelaksanaan ........................................................... 64
B. Materi Katekisasi ................................................................... 65

Gereja Kalimantan Evangelis | ii


PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU KATEKISASI NIKAH
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

A. Waktu pertemuan dan pedoman pelaksanaan katekisasi


Lama waktu yang dipergunakan untuk tiap pertemuan adalah 90
menit. Adapun pedoman acara, diatur sebagai berikut :
1. Doa pembukaan.
2. Menyanyi.
3. Penyampaian materi dan tanggapan (kalau ada).
4. Menyanyi
5. Doa penutup

B. Petugas Katekisasi
Petugas yang melaksanakan katekisasi nikah tidak selamanya harus
orang yang sama. Bisa melibatkan Majelis Jemaat setempat
(Penatua/Diakon). Untuk pertemuan yang berkaitan dengan teknis
pelaksanaan, harus dilaksanakan oleh pelayan/petugas yang akan
meneguhkan/memberkati nikah dengan didampingi oleh sedikitnya 2
(dua) orang Majelis Jemaat setempat.

Gereja Kalimantan Evangelis | 1


I. MATERI KATEKISASI NIKAH GKE (SINGKAT)

1.1. PERTEMUAN PERTAMA : PERNIKAHAN KRISTEN

Tujuan: Supaya kedua calon mempelai dapat memahami dengan benar


tentang pernikahan Kristen menurut Alkitab.

1. Pendahuluan
Pernikahan merupakan suatu pengalaman yang penting dalam
kehidupan kita manusia yang telah diciptakan Allah segambar dan
serupa dengan Dia. Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang telah
direncanakan oleh Allah, dengan hidup dan kehidupan manusia
sebagai ciptaanNya.

2. Manusia Diciptakan Segambar Dengan Allah


Dalam rangka penciptaan manusia, Tuhan Allah berfirman : Baiklah
kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita. Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah
diciptakanNya dia; laki- laki dan perempuan diciptakanNya mereka.
(Kej. 1:26-27). Allah menciptakan manusia menurut gambarNya,
artinya Allah menciptakan manusia sedemikian rupa sehingga
makhluk itu dapat bergaul dengan Allah. Di mana Allah akan
bercakap-cakap dengan mereka seperti seorang Bapa bercakap-cakap
dengan anak-anaknya. Allah akan mengikat mereka dengan suatu
perjanjian dan mereka pun akan menjawab Firman-Nya, sehingga di
antara manusia dan Allah selalu ada percakapan kekal. Yang
diciptakan menurut rupa dan gambar Allah adalah kedua manusia itu.
Bukan hanya laki-laki atau sebaliknya hanya perempuan, melainkan
keduanya, sehingga mereka memiliki kedudukan yang sama.

Meski demikian, mereka itu tetap berbeda. Karena yang satu adalah
manusia laki-laki dan yang lain adalah manusia perempuan. Dalam
keberadaan masing-masing, mereka saling melengkapi. Dalam
Alkitab disebutkan bahwa Allah akan menjadikan seorang penolong
Gereja Kalimantan Evangelis | 2
yang sepadan, maka diciptakan-Nya perempuan bagi laki-laki (Kej.
2:18). Dalam penciptaan yang demikian, manusia lebih utama dan
mulia dari makhluk yang lain. Allah sangat mengasihi manusia,
karena diciptakanNya manusia setelah sesuatu yang diperlukan telah
tersedia.

3. Allah Yang Menciptakan Pernikahan


Berdasarkan penjelasan di atas bahwa manusia diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah, maka dapatlah kita melihat dan memahami
bahwa Allah jugalah yang menciptakan pernikahan. Allah
menyediakan penolong yang sepadan bagi manusia laki-laki (Adam),
yakni yang disebut perempuan (HAwa). (Kej. 2:18, 22). Jadi Allah-
lah yang merencanakan pernikahan, dan Allah-lah yang menjodohkan
manusia (Mat. 19.6).

Penolong yang sepadan dengan dia ialah kawan hidup yang tidak
sama benar dengan laki-laki (Adam), tetapi yang dijadikan
sedemikian rupa sehingga kedua-duanya merupakan kesatuan yang
lengkap, yang tidak kurang satu apapun. Laki- laki tanpa perempuan
belumlah lengkap, demikian pula sebaliknya. Jadi laki-laki dan
perempuan dalam segala lapangan hidup adalah saling melengkapi.

4. Allah Yang Mengatur Peraturan Pernikahan


Pengaturan pernikahan yang telah ditetapkan oleh Allah adalah untuk
kebahagiaan manusia ciptaanNya. Mengenai hal ini dapat kita lihat
dalam Alkitab yang mengatakan, “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan besatu dengan isterinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej. 2:24).

Kata meninggalkan ayah ibu, di sini menunjukkan pada syarat


pertama sebuah pernikahan berbahagia, yakni laki-laki juga
perempuan mempunyai kemampuan untuk mandiri dalam segala hal,
sehingga berani memisahkan diri dari orang tua. Kemandirian itu baik

Gereja Kalimantan Evangelis | 3


menyangkut hal materi, maupun dalam pengaturan seluruh hidup
berkeluarga. Dalam hal ini sebuah keluarga, hendaklah hanya
dipimpin oleh suami-isteri di bawah pimpinan Tuhan. Bukan orang
tua (orang tua hanya bertindak sebagai “penasihat”) yang memimpin
keluarga anaknya. Namun demikian, meninggalkan orang tua bukan
berarti hubungan terputus sehingga orang tua tidak dipedulikan lagi.
Orang tua tetap harus dihormati dan pada saat tertentu dipelihara,
walaupun mereka tidak berhak lagi mengatur anaknya.

Kata bersatu dengan isterinya, merupakan tahap kedua yang perlu


ditempuh menuju keluarga bahagia. Di sini mengandung arti
peresmian sebuah pernikahan menurut peraturan yang berlaku. Sesuai
peraturan gereja, maka pernikahan harus diteguhkan oleh Gereja serta
peraturan kemasyarakatan yang lain. Bersatu dengan isteri ini juga
mengandung niat dan keputusan batin yang mantap, bahwa seseorang
memang bermaksud “baik” untuk hidup bersama dengan isterinya
(pasangannya). Namun demikian, niat baik pun tetap harus
diresmikan/disahkan menurut berbagai peraturan yang berlaku.

Kata sehingga keduanya menjadi satu daging, hendak menekankan


pada kesatuan yang paling dalam dan hakiki antara suami dan isteri,
yang diwujudkan dalam hubungan seksual. Hubungan seksual
merupakan pernyataan hubungan kesatuan dan cinta kasih yang
terdalam, antara dua manusia yang sudah “diresmikan” sebagai
suami-isteri. Di sini kita melihat, bahwa seksual juga merupakan
pemberian Allah, maka hal seksual perlu ditempatkan secara
terhormat dan suci dalam sebuah pernikahan. Ungkapan ini juga
hendak menekankan, bahwa seorang laki-laki bukan lagi hanya
sebagai seorang laki-laki, melainkan sekaligus seorang suami.

Dalam hidup suami isteri berlaku kata-kata, “aku untukmu dan engkau
untukku”. Satu orang pria hanya memiliki satu orang perempuan
(isteri). Demikian juga satu orang perempuan hanya memiliki satu

Gereja Kalimantan Evangelis | 4


orang laki-laki (suami). (Kej. 2:21-22; Kor. 7:10-13). Allah ingin agar
orang Kristen menikah dengan orang Kristen (II Kor. 7:14). Oleh
karena itu anugerah pernikahan itu ikatannya kuat sekali, karena yang
dijodohkan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia (Mat.
19:9b). ketentuan ini berlaku seumur hidup; Ia mencerminkan
hubungan antara Kristus dengan jemaatNya (Ef. 5:22-23).

5. Tujuan Pernikahan Kristen


Tujuan pernikahan Kristen adalah agar Allah dipermuliakan melalui
keluarga Kristen tersebut. Dengan pernikahan tersebut, Allah
menginginkan supaya manusia mendapat kebahagiaan. Dalam
pernikahan Allah mendekatkan dua pribadi secara sangat dekat dan
intim dalam persekutuan lahir dan batin. (Kej. 2:24; Mat. 19:4-5).
Dibentuknya lembaga pernikahan, juga supaya manusia tidak
melakukan perzinahan, pelacuran (melakukan hubungan seksual di
luar pernikahan). Semua ini dilarang keras oleh Allah, karena
bertentangan dengan rencana Allah (Mat. 19:6, bdk. Ibr. 13:4; I Kor.
6:18; I Tes. 4:3; I Kor. 3:17; Kel. 20:14). Pernikahan Kristen juga
bertujuan supaya manusia melanjutkan penciptaan menurut kehendak
dan pertolongan Allah (Kej. 4:1).

6. Pernikahan Diberkati Oleh Allah


Dalam pernikahan yang pertama antara pria (Adam) dengan wanita
(Hawa) yang terjadi di Taman Firdaus yang memberkatinya adalah
Tuhan Allah sendiri (bdk. Kej. 1:28). Inilah yang menjadi dasar
pernikahan Kristen. Pernikahan Krisrten selalu terjadi dalam
hubungan dengan Tuhan Allah dan pelaksanaannya melalui agama
yang menjadi keyakinannya. Catatan Sipil adalah mencatat
perkawinan menurut Undang-Undang yang harus ditaati oleh semua
warga negara Republik Indonesia. Tetapi Catatan Sipil tidak
membebankan orang-orang Kristen (suami-isteri) dari pemberkatan
nikah yang dilaksanakan oleh gereja. Karena Allah yang memberkati

Gereja Kalimantan Evangelis | 5


pernikahan, itulah sebabnya Allah tidak menghendaki perceraian
dalam pernikahan Kristen. (Kej. 2:24; Mzm. 127:3; Mat. 19:6).

7. Dosa dan Pengampunan


Manusia pertama dalam penciptaan, laki-laki dan perempuan, hidup
dalam keserasian tanpa dosa. Kej. 2:25 melukiskan keadaan manusia
sebagai laki-laki dan sebagai perempuan yang tidak merasa malu
sedikitpun. Mereka di dalam keselarasan yang sempurna dengan
Tuhan dan antara satu dengan yang lain. Tetapi masa yang demikian
telah berlalu. Ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada Tuhan
melahirkan dosa yang diwariskan turunan manusia berikutnya, dan
yang kini kita rasakan. Pengaruh dosa warisan itu masuk ke dalam
kehidupan manusia pribadi, laki-laki dan perempuan, persekutuan
dalam pernikahan. Bumi dan manusia mendapat kutukan Tuhan (Kej.
3:16-19). Pernikahan yang mendambakan kebahagiaan itu,
berlangsung di dunia yang penuh onak dan duri.

Tetapi Allah yang penuh kasih, yang dari semula mengikat diri-Nya
dengan manusia, tetap setia. Ia menjanjikan keselamatan manusia
melalui karya penyelamatan-Nya sendiri (Kej. 3:15). Kuasa dosa
dihancurkan melalui seorang Juruselamat, yakni Yesus Kristus.
Tentang Dia, Yohanes Pembaptis berkata, “Lihatlah Anak Domba
Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Ia datang untuh
memulihkan kemuliaan Allah pencipta yang telah hilang, kepada laki-
laki dan perempuan, suami dan isteri untuk menjadi manusia baru
atas karunia Tuhan. Kata Rasul Paulus, “Siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu
sesungguhnya yang baru sudah datang” (II Kor. 5:17).

8. Pernikahan Adalah Karunia Tuhan


Berdasarkan karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus yang
telah menciptakan hidup baru, maka kehidupan baru bagi kita adalah
karunia Tuhan yang harus kita sambut dengan Iman, pengharapan dan

Gereja Kalimantan Evangelis | 6


kasih kepada Kristus yang memungkinkan adanya kebahagiaan, damai
dan sukacita dalam hidup pribadi, persekutuan dan pernikahan. Dalam
terang karya penyelamatan Allah, pernikahan sebagai “tata tertib
penciptaan” bisa kita pahami.

Hanya kasih karunia Allah-lah yang memungkinkan pernikahan.


Pernikahan yang benar bukanlah kemungkinan manusiawi, juga
bukanlah kemungkinan “Kristus” yang dapat dilaksanakan, tetapi
kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus. Pernikahan adalah
pemberian Allah dalam Kristus. Karena Ia yang tidak berdosa telah
dijadikan dosa karena kita (II Kor. 5:21), maka pernikahan kita
terletak di bawah kuasa dosa dibebaskan dari kuasa itu dan diberikan
kepada kita sebagai suatu anugerah; suatu persekutuan hidup yang
baru. Suatu persekutuan hidup yang berlangsung terus menerus,
bersama-sama, dalam segala hal. Terus menerus artinya dari hari ke
hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun, dalam
hidup mereka yang intim siang dan malam sebagai suami isteri sampai
pada kematian yang memisahkan, dalam arti tidak ada perceraian bagi
mereka.

Bersama-sama berarti dalam persekutuan secara menyeluruh sebagai


suatu dwitunggal dalam pikiran, perasaan dan kemauan, baik ke
dalam maupun ke luar. Dalam segala hal berarti dalam pekerjaan dan
pergumulan dalam suka dan duka, dalam kesehatan dan kesakitan, dan
waktu muda maupun tua, dalam membicarakan hal-hal yang besar
maupun kecil, yang rohani maupun jasmani, yang bersifat pribadi
maupun sosial.

Gereja Kalimantan Evangelis | 7


1.2. PERTEMUAN KEDUA : KELUARGA KRISTEN

Tujuan: Supaya kedua calon mempelai dapat mengerti/memahami


dengan baik dan jelas tentang memelihara hidup baru di dalam
kehidupan sehari-hari sebagai keluarga kristen.

1. Pendahuluan.
Suami isteri menciptakan satu keluarga Kristen. Keluarga Kristen
mulai dengan Pernikahan Kristen. Pernikahan Kristen didasarkan
kepada tata-tertib penciptaan dan karunia Allah sebagai hidup baru
dalam Tuhan Yesus kristus. Dalam praktenya, pernikahaan Kristen
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pertemuan pertama, tidak
begitu mudah terlaksana di dunia yang penuh dengan onak dan duri.
Banyak sekali bahaya/halangan yang mengancamnya, baik yang
datang dari dalam –yakni dari pihak suami dan pihak isteri, maupun
dari luar–pihak ketiga yang mengganggu dan merusak keluarga.
Karena itu baiklah dalam pertemuan kedua ini, melihat beberapa
aspek yang penting dari hal memelihara hidup baru dalam keluarga
Kristen, untuk diingat dan diketahui oleh kedua calon mempelai
sebagai pedoman yang perlu dihayati dan dilaksanakan nantinya.

2. Hal Kesabaran.
Rasul Paulus menawarkan resep yang mujarab bagi suami isteri di
dalam pergumulan hidup di tengah dunia yang penuh onak duri ini.
Resep mujarab itu ialah kesabaran (Kol. 3:13). Betapa banyak
keluarga Kristen yang ambruk akibat emosi dalam perilaku yang tidak
sabar. Namun kesabaran Kristus telah menciptakan hidup baru yang
memberikan kemungkinan dan kemampuan untuk bersabar dalam
segala hal. Kesabaran digumuli dalam doa, ibadah dan pembacaan
Alkitab yang selalu berpesan dalam kehidupan keluarga Kristen.

Gereja Kalimantan Evangelis | 8


3. Hal Saling Mengampuni.
Pengampuan dapat terjadi atas pengakuan kesalahan. Saling
mengampuni dalam kehidupan suami isteri menyatakan bahwa tak
seorangpun dapat menepuk dada “akulah yang benar, engkau salah”.
Semua manusia adalah orang berdosa ( Roma 3: 9-18). Hidup baru
yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yesus kepada semua orang
percaya, adalah sumber kekuatan untuk saling mengampuni. Kata
rasul Paulus,” karena Kristus telah mengampuni kamu, perbuatlah
demikian” (kol 3:13). Tak ada kesalahan yang tak dapat diampuni.
Perbuatan serong ( penzinahan) sekalipun dari suami atau isteri,
apabila dengan sadar mengakui kesalahan itu dalam rangka
pertobatan, maka mengampuni di sini memegang peranan pentingan
bagi keutuhan pernikahan keluarga Kristen.

4. Hal Kasih.
Umumnya orang mengenal cinta kasih dan memberlakukannya di
dalam kehidupan suami isteri, dilingkungan keluarga, dengan anak-
anak. Akan tetapi betapa mudahnya cinta kasih yang biasanya di kenal
itu hancur. Sebabnya karena ia berakar pada egoisme, mementingkan
diri sendiri. Ia mengasihi sepanjang hal itu menguntungkan dirinya:
indah diperasaannya, manis dimatanya, gagah penampilannya,
menarik diharinya. Akan tetapi semua itu hanya semu, sementara.
Apabila kemanusiaan, keindahan, kegagahan telah luntur (merosot),
maka cinta kasih pun mulai redup dan mungkin akan menjadi sirna.

Kata rasul paulus, “Hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus


Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan dirinya
untuk kita sebagai persemahan dan korban yang baru bagi Allah”
(Ef. 5:2). Kasih yang sungguh dan abadi tanpa perubahan adalah kasih
Kristus (I Kor. 13:1- 13) kasih yang benar ialah kasih yang penuh
pengorbanan, tanpa melihat rupa orang. “ Kasih itu pengikat yang
mempersatukan dan yang menyempurnakan” (Kol 3:14). Yesus
menderita dan mati (karena pengorbananNya) demi kasihNya.

Gereja Kalimantan Evangelis | 9


5. Hal Kebahagiaan.
Dambaan hidup suami isteri adalah kebahagiaan. Menurut Alkitab,
kebahagiaan adalah bagian dari keselamatan yang dianugerahkan oleh
Tuhan Yesus. Apa dan bagaimana memperolehnya? Itulah pertanyaan
yang memerlukan pergumulan, mengingat banyak keluarga dalam
kenyataan hidupnya yang pahit lebih banyak dialami dari pada yang
manisnya.

Memiliki harta dan uang yang melimpah, yang sering diperkirakan


menjadi dasar kebahagiaan, pada kenyataannya membawa malapetaka
dan penderitaan. Betapa banyak manusia ditarik dan didominasi
hidupnya oleh uang dan harta. Firman Tuhan berkata, “janganlah
kamu menjadi hamba uang” (Ibr. 13:5). Menjadi hamba jelas tidak
merdeka, berarti tidak bahagia. Kebahgiaan menurut Alkitab adalah
hidup saling sabar, saling mengampuni, saling mengasihi dan dapat
melaksanakan apa yang dianugerahkan oleh Tuhan serta
menyukurinya.

Bahagia tidak berarti bebas dari segala kesulitan hidup. Iman kita
kepada Tuhan Yesus tidak membebaskan kita dari segala macam
beban, tetapi iman karunia Tuhan itu memampukan kita untuk
menanggug beban apapun, untuk sabar yang pada gilirannya
melahirkan rasa bahagia, aman, serta damai, sejahtera. Sekalipun
dunia ini penuh onak dan duri bagi kehidupan keluarga, namun tidak
dapat menjadi alasan untuk berpendirian, serta kebahagiaan itu tidak
ada. Ibarat pohon mawar yang berbunga harum semerbak. Pohonnya
pun berduri. Semua orang yang mendambakan bunga mawar itu,
tatkala berusaha memetik bunganya, kadang-kadang tangan mungil
berdarah tertusuk duri. Mungkin orang berkata bahwa yang dipetiknya
itu bukan bunga mawar yang harum yang harum semerbak, karena
tangannya terluka kena durinya. Tetapi ingat Tuhan Yesus yang
bermahkota duri menderita, berdarah dan mati demi kebahagiaan
suami isteri yang percaya dalam mengarungi dunia berduri ini.

Gereja Kalimantan Evangelis | 10


6. Hal Sikap dan Sifat Yang Harus Dikembangkan
Sikap dan sifat yang harus dikembangkan oleh suami untuk mencapai
keluarga Kristen yang bahagia, yakni: saling menyokong; saling
mempercayai; saling melayani; saling menolong; saling membangun;
saling memaafkan; saling minta maaf; saling menghormati; dan
menghargai; saling memuji; saling berterima kasih; saling sadar atas
kelebihan pribadi dan ketidak-sanggupan diri; saling sadar atas
kelebihan pribadi suami atau isteri. Kata saling di sini berarti kita
berbuat sesuatu tanpa harus menunggu yang lain lebih dahulu berbuat.
Karena dengan menunggu berarti kita sudah membuat persyaratan,
bukan dengan kesadaran dan kerendahan hati. Untuk dapat
terlaksananya sikap-sikap dan sifat-sifat yang kita inginkan tersebut,
diperlukan: keluarga Kristen harus menyerahkan diri dan keluarganya
kepada pimpinan Tuhan; harus ada keterbukaan, yakni komunikasi
dua arah antara suami dan isteri; komunikasi dua arah ini dipusatka
pada satu Kepala, yaitu Yesus Kristus. Segala persoalan harus dibawa
kehadapan Tuhan melalui doa, baik doa pribadi maupun doa bersama.
Setia melaksanakan kebaktian keluarga maupun gereja.

7. Hal Menata Hidup


Hidup ini pemberian Tuhan. Apa yang ada pada kita adalah milik
Tuhan (Mzm.24:1-2). Sikap utama untuk kita terhadap Tuhan yang
meanugerahkan segala sesuatu yang kita perlukan itu, ialah berterima
kasih dan mensyukurinya. Wujud nyata dari ucapan syukur adalah
kesediaan menata/mengatur/menggunakan pemberian itu dengan
penuh tanggung jawab. Besar pasak dari tiang, merupakan pribahasa
merupakan pribahasa yang menunjukan bahwa banyak manusia
(keluarga) salah urus/kurang menata hidup pemberian Tuhan itu
dengan baik, yang pada gilirannya kehidupan rumah tangga
mengalami kesusahan. Menata pemberian Tuhan (dalam hal ini uang),
berarti mengatur pemakaiannya secara bertanggung jawab. Besar
jumlahnya, tidak memperhambakan kita, kecil, jumlahnya, tidak

Gereja Kalimantan Evangelis | 11


menyukarkan keadaan, mampu dengan apa yang ada, itulah penataan
yang bertanggung jawab (Ibr.13:5). Namun demikian setiap keluarga
Kristen perlu untuk berjuang/berusaha meningkatkan taraf hidupnya,
dengan menggunakan talenta yang sudah diberikan Tuhan kepadanya
(Mat. 25:14- 30).

8. Hal Keluarga Yang Bertanggung Jawab.


Keluarga Kristen adalah keluarga yang dibentuk atas karunia Tuhan.
Dalam keluarga Kristen, Isteri harus bersikap tunduk kepada suami
(Ef. 5:22-23). Hal ini adalah perintah Allah. Seperti jemaat yang
tunduk kepada Kristus, jemaat tunduk dalam ketaatan kepada
kehendak Allah dalam Yesus Kristus dengan kasih. Demikian juga
isteri melakukan hal yang sama terhadap suami, yakni tunduk dalam
ketaatan kepada kehendak suami yang mengasihinya. Tunduk di sini
jangan di pandang secara naif, karena tunduk juga berarti
menghormati. Agar ketundukan isteri menjadi benar, maka suami
harus mengasihi isterinya (Ef. 5:25-33) hal ini juga merupakan
perintah Allah. Seperti Kristus mengasihi jemaat, Kristus yang adalah
Kepala Jemaat karena kasih-Nya telah mengorbankan hidup-Nya, agar
jemaat yang di kasihi-Nya memperoleh hidup. Demikian juga dengan
seorang suami. Ia adalah kepala isteri (keluarga) yang memimpin dan
mengasihi isteri (keluarga) dengan melakukan yang terbaik, yang
dapat ia lakukan bagi kepentingan isteri dan keluarga. Harus diingat,
suami di tuntut melakukan sebatas yang dapat ia lakukan.

Anak adalah karunia Allah. Karenanya, kalau Allah mengaruniakan


anak, maka sebagai orang tua haruslah bersikap ramah dan tidak
menimbulkan kemarahan dalam hati anak-anak, serta mendidik
mereka dalam terang Firman Allah (Ef. 6:4). Demikan pula anak-
anak, harus dididik dalam sikap hormat, mentaati orang sebagai
perintah Allah. Sehingga semuanya mengahasilkan kebahagiaan bagi
keluarga. Jadi sebagai suami isteri yang sudah menerima Tuhan
Yesus, maka seharusnyalah mengikat hubungan dalam keluarga

Gereja Kalimantan Evangelis | 12


dengan ikatan kasih Yesus. Seperti keluarga Kristen hendaklah
memperlakukan seseorang seperti yang ia lakukan kepada Allah, baik
terhadap isterinya, suaminya, anak-anaknya, maupun terhadap orang
tua.

Keluarga Kristen bertanggung jawab terhadap Tuhan. Suami dan isteri


adalah keluarga jemaat, maka kehidupan keluarganya haruslah
menjadi panutan kehidupan warga jemaat lainnya, dan sebagai
pencerminan kehidupan jemaat. Tuhan Allah adalah Tuhan damai
sejahtera, Ia tidak menghendaki kekacauan (I Kor. 14:33). Tuhan
Allah dan kehendak-Nya itu disaksikan oleh Keluarga Kristen melalui
kehidupan sehari-hari.

Program Keluarga Berencana (KB) menjadi tanggung jawab keluarga


Kristen (suami dan isteri). Namun harus disadari, tangguang jawab itu
tidak hanya pada pembatasan anak, tetapi menyangkut kesejahteraan
yang luas jangkauannya. Anak yang kemungkinan lebih dari dua
orang (kuasa di tangan Tuhan) di pertangguang jawabkan kepada
Tuhan dalam hal kesejahteraan laihr dan batin, dalam rangka keluarga
bahagia. Dalam keluarga Kristen, apabila Tuhan tidak mengaruniakan
anak, maka suami isteri harus mencari tahu apa kehendak Tuhan bagi
hidup mereka. Jika belum dikaruniakan anak maka tidak mempunyai
kewajiban untuk mengasuh, mendidik dan membina anak, justru
mereka mempunyai waktu untuk pelayanan yang lain. Karena anak
bukanlah mutlak pernikahan dalam keluarga Kristen.

9. Hal Sebagai Warga Gereja dan Negara


Sebagai Warga Negara Kalimantan Evangelis (dimana mareka telah
dilayani dan dibimbing), maka GKE adalah wadah (rumah) mereka
baik secara jasmani maupun rohani. Sebab itu hal persekutuan,
kesaksian dan pelayanan sebagai tugas panggilan Gereja adalah juga
menjadi tugas dan panggilan mereka (suami-istri) dalam Keluarga
Kristen. Melalui keterlibatan dan tanggung jawab suami-istri

Gereja Kalimantan Evangelis | 13


(keluarga) dalam kehidupan gereja, itulah tanda syukur kepada Tuhan
atas segala karunia yang mareka terima diungkapkan.

Tiap-tiap orang kristen dalam keluarga adalah juga merupakan waraga


negara yang harus bertanggungjawab kepada Negara. Sehingga orang
Kristen (keluarga) harus menjadi warga negara yang baik dalam satu
negara di mana ia hidup. Hal ini diperlukan, supaya nyatalah terang
surgawi yang kita tuju itu dapat dilihat oleh orang lain dan mareka
pun bisa memuliakan Tuhan Yesus Kristus. Orang Kristen wajib
mendoakan pemerintah dan taat kepadanya. Tetapi ketaatan kita
kepada Allah harus diutamakan di atas ketaatan kepada Pemerintah,
jangan karena siapapun juga tetapi karena Allah, baik raja sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dan kepada lembaga manusia (I Pet.
2:11-17).

Gereja Kalimantan Evangelis | 14


1.3. PERTEMUAN KETIGA : PEMERIKSAAN DIRI

Tujuan: Supaya kedua calon mempelai dapat memahami dan memasuki


pernikahan dalam “Kekudusan”. Pemeriksaan diri dibuat begitu
rupa mengingat kemungkinan terjadinya hubungan seksual
sebelum nikah atau hamil sebelum nikah.

1. Pendahuluan
Sifat Pemeriksaan diri adalah pelayanan yang bertujuan menimbulkan
kesadaran terhadap kesucian perkawinan sebagaimana dikehendaki
oleh Allah. Pemeriksaan diri tidak bersifat atau berniat menghakimi
seseorang (karena siapakah manusia yang tidak bersalah) seperti kata
Rasul Paulus. “Seorang pun tak ada yang benar, bahkan seorang pun
tidak” (Roma 3:10). Pelayan (Majelis Jemaat) mengupayakan agar
pemeriksaan diri mengandung berita kesukaaan bagi calon mempelai,
sehingga mereka menyadari bahwa Tuhan Allah dalam kasih-Nya
mengampuni orang yang mengaku salah (dosa) dengan tulus ikhlas.

2. Pemeriksaan Diri
Tuhan Allah pencipta langit, bumi dan isinya adalah Allah yang
Mahasuci (kudus), yang menuntut umatnya hidup dalam kesucian,
sama seperti Allah yang suci (Im. 11:44 – 45;19:2; I Pet. 1:15-16; I
Tim. 6:16, dan lain-lain). Pernikahan adalah bagian yang integral dari
penciptaan langit, bumi dan manusia (Kej. 1:27-28). Menurut
peristiwa penciptaan itu sendiri disadari, bahwa sejarah manusia tidak
dimulai dengan dosa – akibat pemberontkan manusia di Taman
Firdaus (Kej. 3), tetapi dimulai dengan kehendak dan karya Allah
yang menjodohkan laki-laki dan perempuan dalam keadaan “sungguh
amat baik” (Kej. 1:31;2:18;21-24). Perkawinan itu terjadi dalam
kemurnian dan kesucian kurnia Allah sebelum dosa memerintah.

Berbicara tentang pernikahan dari segi Firman Allah, maka kita sadar
bahwa pernikahan Kristen itu sendiri adalah peraturan Allah yang

Gereja Kalimantan Evangelis | 15


hendak menyatukan/mempersatukan laki-laki dan perempuan dalam
satu kehidupan yang diikat dengan kesucian Allah (DR. Y. Verkuyl
dalam buku Etika Seksual Bab IV, Pasal I tentang nikah menyebutkan
perkawinan itu sebuah “tata tertib suci”). Sekalipun pernikahan
merupakan tata tertib suci bagi laki-laki dan perempuan di Taman
Firdaus, tetapi kemudian dirobek oleh dosa. Namun demikian Tuhan
Allah tidak membatalkan peraturan suci itu. Bahkan oleh kasih-Nya
dipertahankan-Nya dan diselamatkan-Nya melalui kedatangan Anak-
Nya Yesus Kristus ke dalam dunia ini (Yoh. 3:16). Perjamuan kawin
di Kana yang dihadiri oleh Yesus, merupakan tanda bahwa Tuhan
memulihkan kesucian pernikahan. Apabila melalui Adam dan Hawa,
dosa telah menghancurkan pernikahan, namun di dalam Yesus Kristus
pernikahan itu dikuduskan seperti semula.

3. Pemeriksaan Diri Dalam Rangka Pernikahan Sebagai Tata Tertib


Suci Allah.
Iman Kristen sadar, bahwa pernikahan bukan sakramen sebagaimana
gereja Katolik memahaminya. Namun untuk membebaskan
pernikahan yang ditetapkan oleh Allah dari kehancurannya oleh dosa
manusia, maka pernikahan itu sendiri ditetapkan Allah sebagai
pertauran suci yang tidak boleh diremehkan begitu saja dalam
kehidupan Kristen. Pria dan wanita tidak mungkin dapat bersama
sebagai suami – isteri di luar peraturan suci itu.
Itu berarti tindak seksual (persetubuhan) sebelum nikah tidak dapat
dibenarkan, baik dari segi Gereja terlebih dari segi Tuhan Allah.
Menurut Firman Allah persetubuhan adalah persekutuan jasmani dan
rohani antara insan pria – wanita yang saling menyerahkan diri
seutuhnya satu terhadap yang lain secara sukarela, yang menurut
Alkitab “sedaging” (Kej.2:24). Sedaging itu hanya dapat terjadi dalam
lingkup peraturan suci Allah, yakni nikah yang diselenggarakan atau
dilayani oleh Gereja.

Gereja Kalimantan Evangelis | 16


Persetubuhan di luar atau sebelum nikah, menurut kehendak Allah
yang Mahasuci tentu atau pasti menimbulkan rasa takut. Takut
diketahui oleh manusia karena segala akibatnya. Persekutuan yang
demikian bukannya persekutuan yang saling menyerahkan diri
seutuhnya secara sukarela dalam kesadaran, melainkan suatu
perkosaan yang merusak kesucian dalam persekutuan jasmani –
rohani ciptaan Allah. Itu berarti bahwa kesucian Allah, kehendak-Nya
yang kudus yang dikaruniakan-Nya dalam pernikahan dirusakkan dan
dicemarkan. Seorang ahli mengatakan, “Celakalah pria – wanita yang
saling menuntut hal yang belum boleh diberikan. Sebab dengan
demikian mereka menutup jalan kepada penyerahan yang
sesungguhnya, benar dan utuh”. (DR. Y. Verkuyl dalam Etika
Seksual).

Menyadari dan beriman kepada Tuhan yang Mahasuci yang telah


menetapkan pernikahan pria – wanita sebagai tata tertib suci dan yang
menuntut setiap umatnya hidup dalam kesucian yang penuh rasa
bahagia, maka Pemeriksaan Diri yang bermakna berita kesukaan ini
mendapat tempat dalam pelaksanaan Katekisasi Nikah di lingkungan
GKE untuk diberlakukan kepada calon-calon mempelai. Dengan
demikian, melalu doa demi iman kepada Allah yang Mahakasih yang
dikenal di dalam Yesus Kristus, umat-Nya atau jemaat yang dalam hal
ini calon-calon mempelai, berlayak memasuki “tanah kudus”
pernikahan dengan penuh sukacita dan rasa bahagia.

Karena, “berbahagialah orang yang takut akan Tuhan dan yang suka
akan perintah-perintahNya. Maka terang itu akan bercahaya di tengah-
tengah kegelapan, bagi orang yang benar, adil, pengasih dan
penyayang. Dari kelimpahan Tuhan, engkau akan menerima karunia
tambah karunia”.

Gereja Kalimantan Evangelis | 17


1.4. PERTEMUAN KEEMPAT (KHUSUS BAGI PENDETA)
KELUARGA PENDETA

Tujuan: Agar kedua calon mempelai dapat lebih memahami tanggung


jawab keluarga pendeta.

1. Pendahuluan
Keberhasilan seseorang pendeta dalam melayani dan membina jemaat
tidak hanya bergantung pada penguasaan ilmu dan kemampuan teknis,
tetapi juga pada kualitas moral spiritual dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk keberadaan rumah tangganya. Warga jemaat yang ia layani
tidak hanya mendengar apa yang dikatakan (ajarkan), tetapi juga
melihat apa yang ia lakukan. Dari para pendeta dituntut agar mampu
mewujudkan bahwa kata dan perbuatannya menjadi satu dan sama.

2. Mengapa pilih Pendeta


Ada yang memilih menikah dengan pendeta, karena percaya bahwa
pendeta lebih setia dan tidak akan pernah bercerai. Walaupun pada
sisi lain, masih belum ada pendeta yang menjadi kaya-raya secara
materi. Pendeta sebagai pegawai organik GKE berbeda dengan
karyawan atau pegawai pemerintahan (PNS). Ia bekerja dan melayani
selama 24 jam. Kapan pun ia harus siap melayani jemaat yang
memerlukannya. Pendeta secara fungsional tidak bekerja di kantor
dan tidak hanya melayani pada jam kantor serta tidak hanya
melaksanakan tugas sesuai jadwal.

3. Tanggungjawab isteri/suami Pendeta


Menjadi isteri/suami pendeta mengemban tanggung jawab
mendukung pekerjaan pelayan pendeta. Dukungan itu dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
• Menjadi “setengah pendeta”. Isteri/suami pendeta diharapkan
oleh warga jemaat untuk hidup/berperilaku seperti seorang
pendeta. Bagi seorang isteri/suami pendeta siap menemani

Gereja Kalimantan Evangelis | 18


isteri/suami dalam tugas, malam, siang atau hujan untuk
mengunjungi jemaat, apabila diperlukan. Peran isteri/suami
pendeta sangat diperlukan agar profesi dan pelayananya
berjalan dengan baik. Isteri/suami pendeta memberi dukungan
dengan dilandasi pemahaman, pengeahuan dan keterampilan
yang memadai. Isteri/suami pendeta diharapkan oleh jemaat
agar menjadi “setengah pendeta”, maksudnya dalam banyak
hal, ia dituntut menjadi seperti pendeta hanya tidak
ditahbiskan dan tidak memakai jubah hitam.
• Mendukung pendeta dalam melaksanakan tugas, tidak selalu
berarti ikut membantu mengerjakan tugas pendeta, tetapi
memberi kesempatan/kemungkinan untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik. Misalnya, siap tinggal di rumah
bersama anak-anak ketika isteri/suami mengunjungi jemaat,
rapat, penataran, dll. Pendek kata, isteri/suami siap
mendukung dengan memberikan kesempatan pendeta untuk
terus meningkatkan kemampuan dan menjadikan dirinya
“pendeta yang baik”.
• Bagi isteri/suami pendeta yang menjadi karyawan perusahaan
atau pegawai negeri sipil, juga harus siap menghadapi
kemungkinan yang dapat terjadi, khusunya mengenai tempat
tugas. Masing-masing bekerja di bawah instansi atau
organisasi yang berbeda. Pemerintah menempatkan
pegawainya sesuai dengan formasi dan kebutuhannya,
sedangkan gereja menmpatkan para pekerjanya sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan pelayanan gereja. Dalam hal ini dapat
terjadi kesulitan untuk menyesuaikannya, karena ia memang
berbeda. Karena itu dapat terjadi tempat tugas suami-isteri
berjauhan/terpisah. Karena itu pilihan menjadi isteri/suami
pendeta memerlukan pertimbangan dan kesiapan yang
sungguh-sungguh. Kalau hal di atas harus terjadi maka pilihan
terakhir yang harus disepakati suami-isteri adalah salah satu

Gereja Kalimantan Evangelis | 19


mengalah (berhenti) jika tidak maka tugas masing-masing
tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan rumah tangga tidak
terbina sebagaimana mestinya.
• Mendukung berbeda dengan mencampuri. Mendukung tugas
pendeta, berbeda dengan mencampuri tugas-tugas pendeta.
Sebagai suami/isteri pendeta agar tidak mencampuri soal
kebijakan, pengaturan tugas pelayanan seorang pendeta.
Majelis yang berwenang mengatur dan kebijakan apa yang
harus diambil dalam kegiatan pelayanan dan dalam
menghadapi masalah-masalah tertentu. Pengalaman
membuktikan bahwa ada pendeta yang kurang berhasil dalam
tugasnya, justru karena isteri/suaminya banyak ikut
mencampuri dan mempengaruhinya. Hal-hal yang menyangkut
“rahasia jabatan” pendeta, isteri/suami tidak perlu
mengetahuinya.

Gereja Kalimantan Evangelis | 20


II. MATERI KATEKISASI NIKAH GKE (PANJANG)

TOPIK 1
CINTA/KASIH DAN PERNIKAHAN

A. Apakah cinta itu ?


”Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia
dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang
bergemerincing.” ( I Kor. 13:1).

Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut ini yang paling


sesuai dengan pendapat anda mengenai arti cinta/kasih?
(1) Rasa tertarik yang kuat akan seseorang
(2) Sikap menyayangi dan penuh kelembutan
(3) Kerinduan untuk bersama dengan seseorang
(4) Sanjungan dan pemujaan terhadap seseorang
(5) Nafsu birahi terhadap seseorang
(6) Usaha untuk meraih sesuatu yang terbaik untuk seseorang
(7) Perasaan senang jika Anda bersama seseorang, atau
(8) Berpikir tentang orang itu

Apakah definisi cinta menurut Anda?


Sebagian besar orang tidak mempunyai pemahaman yang cukup untuk
mengerti arti kata “cinta” yang sesungguhnya. Seringkali cinta hanya
dianggap sebagai rasa tertarik terhadap lawan jenis. Pendapat tentang
cinta di atas banyak dipengaruhi oleh film, televisi, iklan, majalah,
buku-buku atau komentar- komentar orang di sekitar kita. Sangat
penting untuk kita ketahui bahwa Allah adalah KASIH dan Ia
menyampaikan kebenaran-Nya tentang kasih melalui firman-Nya,
yaitu Alkitab. Bacalah: I Yohanes 4:7-10, 16-21 dan diskusikanlah!

Gereja Kalimantan Evangelis | 21


B. Mempelajari tentang kasih dari Allah
Mungkin Anda tidak pernah berpikir seperti ini, namun sesungguhnya
seluruh Alkitab adalah sebuah kisah tentang kasih. Alkitab adalah
kisah tentang kasih Allah yang tidak pernah mengecewakan umat
manusia. Kasih Allah adalah kasih yang nyata. Melalui seluruh
halaman di Alkitab, kita mendapati bagaimana Allah dekat, menjaga,
merawat dan mengerjakan yang terbaik bagi mereka yang dikasihi-
Nya. Dari jauh Tuhan menampakkan diri kepadanya: “Aku mengasihi
engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih
setia-Ku kepadamu.” (Yeremia 31:3). Dalam Perjanjian Baru, kita
melihat gambaran kasih Allah yang luar biasa terhadap manusia. Ini
adalah kasih yang tak terbatas. Kita melihat Allah di dalam Yesus
Kristus, Anak-Nya yang rela menjalani kematian untuk melakukan
yang terbaik bagi mereka yang dikasihi-Nya. Jika kita mau
menyimpulkan semuanya, kita bisa mempelajari tentang kasih dengan
melihat hubungan Allah dengan manusia, bahwa kasih berarti selalu
memberikan yang terbaik kepada orang yang kita kasihi.
Bacalah Yohanes 3:16 dan Roma 5:8 dan diskusikanlah.

C. Gambaran tentang kasih


Kasih di dalam Alkitab bukanlah untuk mendapatkan sebanyak
mungkin dari orang lain, melainkan memberikan semua yang Anda
bisa berikan kepada orang lain. Kasih ini juga bukan untuk
mendapatkan pamrih dari pasangan Anda. Pernyataan yang paling
lengkap tentang kasih dalam Alkitab terdapat di 1 Korintus 13:4-8.
Bacalah ayat-ayat tersebut, renungkanlah tiap tindakan kasih tersebut,
dan mulailah berpikir untuk menerapkannya dalam pernikahan.

1) Kasih itu sabar. Kasih itu tidak mudah marah, tidak mudah
menyerang, tidak mudah sakit hati. Kasih itu memampukan kita
untuk bersabar terhadap yang kita kasihi jika kita merasa

Gereja Kalimantan Evangelis | 22


disalahi, dikritik atau diabaikan. Kasih akan menunggu untuk
melihat efek yang baik dari kesabaran tersebut.

2) Kasih itu murah hati. Kemurahan menunjukkan suatu


penghargaan. Kemurahan berarti ingin menolong, suatu suara
yang merdu, suatu keinginan hati yang ingin selalu memberi.

3) Kasih itu tidak cemburu. Kasih bukanlah suatu persaingan


dengan orang yang kita kasihi, juga tidak berarti kita iri kalau
dia mendapatkan lebih. Kasih bukanlah iri dengan talenta yang
dimiliki orang yang kita kasihi, kecakapan memimpinnya,
kemampuannya untuk bergaul dengan orang lain atau
kemampuannya dalam mengerti firman Tuhan.

4) Kasih itu tidak memegahkan diri. Kasih tidak berusaha untuk


menonjolkan dan menyombongkan diri sendiri. Tidak juga
menganggap diri lebih tinggi dari pasangan kita. Kasih tidak
menyombongkan kekuatan sendiri dan juga tidak membesar-
besarkan kelemahan kelemahan dari orang yang kita kasihi.

5) Kasih itu tidak sombong. Kasih tidak mempunyai sifat


menonjolkan diri dalam hati. Kasih tidak berarti mencari
perhatian dari kerja keras yang sudah dilakukannya. Kasih itu
tidak bersifat menekan atau sok memerintah.

6) Kasih tidak melakukan yang tidak sopan. Kasih tidak berbuat


yang tidak sesuai etika, melainkan berbuat dengan kelembutan
dan keramahan. Kasih itu menunjukkan rasa pengertian. Kasih
itu tidak kasar atau menghina orang lain.

7) Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih itu


tidak mengharapkan segala sesuatu dilaksanakan untuk
menyenangkannya. Kasih tidak mementingkan segala selalu

Gereja Kalimantan Evangelis | 23


yang menjadi haknya. Kasih selalu mencari apa yang disenangi
orang yang kita kasihi.

8) Kasih itu tidak pemarah. Kasih itu tidak mudah tersinggung


atau mudah mencari kesalahan. Kasih itu tidak mudah menjadi
jengkel jika ada sesuatu yang salah. Kasih itu tidak mudah
dikecewakan oleh perbuatan dari orang yang kita kasihi.

9) Kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih itu


tidak mudah berubah menjadi kepahitan. Tidak mudah
mendendam. Kasih tidak menyimpan perasaan yang tidak enak
karena perbuatan dari orang yang kita kasihi.

10) Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena


kebenaran. Kasih tidak merasa senang dengan kemalangan
yang menimpa orang yang kita kasihi. Kasih berarti tidak
bersukacita jika bisa mengatakan, “Lihat, kamu juga tidak
sempurna.” Kasih mempunyai sukacita batin di dalam
kebenaran.

11) Kasih menutupi segala sesuatu. Kasih menutupi kesalahan


dari orang yang kita kasihi. Kasih tidak mencemooh seseorang
yang kita kasihi dengan mengatakan kelemahan atau
kegagalannya di muka umum.

12) Kasih percaya segala sesuatu. Kasih mengatasi segala


kecurigaan, kebimbangan atau ketidakpercayaan. Kasih memilih
untuk percaya pada sesuatu yang terbaik dari orang yang kita
kasihi dan menerima bahwa maksud dan motivasinya adalah
murni.

Gereja Kalimantan Evangelis | 24


13) Kasih mengharapkan segala sesuatu. Kasih tidak membesar-
besarkan masalah. Kasih tidak pernah putus asa. Kasih selalu
mengharapkan yang terbaik dari yang dikasihi.

14) Kasih sabar menanggung segala sesuatu. Kasih berarti suatu


komitmen. Kasih tetap tegar dalam menghadapi masalah. Kasih
mampu bertahan dalam badai penderitaan dan kesukaran. Kasih
tetap menjaga hati yang sukacita di dalam pencobaan dan
masalah.

15) Kasih tidak pernah berkesudahan. Kasih tidak pernah jatuh,


tidak pernah berhenti, tidak pernah memilih perceraian sebagai
penyelesaian masalah. Kasih selalu menjaga pernikahan supaya
pernikahan tetap erat.

Ada beberapa jenis kasih, yaitu Kasih Agape, Eros, Fhilea, Storge.
Kasih yang digambarkan di atas adalah kasih Agape yang didasarkan
pada kasih Allah. Kasih Agape harus menjadi yang utama dalam
mengasihi. Seseorang akan mampu mengasihi secara maksimal
apabila didahului dengan mengasihi Allah.

D. Kasih merupakan suatu proses


Meskipun kadang-kadang orang berkata, “Kami sedang jatuh cinta,”
tetapi mereka sesungguhnya sudah bertumbuh di dalamnya. Kasih
yang dewasa bertumbuh dari bagaimana cara mendapatkannya sampai
usaha untuk menjaganya dengan sukacita. Satu-satunya cara agar kita
bisa mengalami kasih yang dalam, setia dan bertumbuh dalam
pernikahan adalah dengan mengalami kasih Allah dalam hidup kita
sendiri. Kasih Allah bagi kita turun menjadi kasih di hati kita masing-
masing.

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

Gereja Kalimantan Evangelis | 25


TOPIK 2
DASAR ALKITABIAH MEMILIH PASANGAN HIDUP

Salah memilih pasangan hidup akan membuat suram masa depan


pernikahan dan keluarga yang dibangun. Oleh karena itu pernikahan
Kristen dianjurkan untuk dipersiapkan sedemikian rupa. Berikut ini
petunjuk Alkitabiah yang diharapkan ideal dalam mempersiapkan
pernikahan Kristen yang kuat dan menjadi berkat.

A. Petunjuk memilih pasangan hidup berdasarkan Alkitab


Petunjuk yang paling penting terdapat dalam I Korintus 10:31. Aku
menjawab: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika
engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk
kemuliaan Allah”. Paulus mengharapkan kita untuk melakukan segala
sesuatu dalam hidup ini demi kemuliaan Tuhan. Tentu saja pernikahan
juga seharusnya membawa kemuliaan bagi Tuhan. Kita diberikan janji
dalam Amsal 3:5-6, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap
hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan
jalanmu.” Kita harus mempercayai Allah, mengenal Dia, memandang
kepada-Nya dan bukan kepada diri kita sendiri dalam mencari hikmat
dan pengertian. Maka Ia berjanji membuat jalan kita lurus dan
menunjukkan kepada kita jalan kebenaran.

Apakah bagian kita dalam memilih pasangan yang Allah inginkan


bagi kita? Kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang akan
menolong kita memilih dengan bijaksana. Akankah Allah ingin kita
memilih pasangan yang tidak mengenal dan menghormati Dia?
Perintah dalam Perjanjian Baru adalah : “Janganlah kamu merupakan
pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.”
(II Korintus 6:14). Sebagai seorang Kristen, kita harus mengetahui
tanpa ragu-ragu bahwa yang sesuai dengan Allah haruslah seorang

Gereja Kalimantan Evangelis | 26


Kristen juga. Kejadian 24 menceritakan kisah dalam memilih
pasangan hidup yang berarti:

1. Bagaimana Ishak mendapatkan seorang istri


Abraham sudah tua. Dia mengatakan kepada pembantu dan
kepala pelayannya, Eleazar, yang bertugas mengurusi semua
miliknya, untuk pergi ke negerinya dan memilih istri yang
sesuai untuk Ishak. Dia harus memilih wanita di antara
bangsanya sendiri, yang adalah penyembah Allah. Abraham
berdoa supaya Eleazar mendapatkan petunjuk Tuhan. Ketika
Eleazar tiba di kota Nahor di Mesopotamia dia segera berdoa
kepada Allah Seperti ini, “Tuhan, Allah tuanku Abraham,
buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah
kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di
dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini
datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini:
anak gadis kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan
buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab:
Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum dialah
kiranya yang Kau tentukan bagi hamba-Mu, Ishak.” (Kejadian
24:12-14). Sebelum dia selesai berdoa, Ribka datang dengan
buyung di atas bahunya. Eleazar berkata kepadanya, “Tolong
beri aku minum air sedikit.” “Minumlah.” Kata Ribka, “Dan aku
akan memberi minum unta-untamu juga.” Ketika Ribka sudah
selesai, Eleazar memberikan kepadanya sebuah cincin emas,
“Siapa ayahmu?” tanya Eleazar. Kakeknya adalah saudara
Abraham! Eleazar sangat takjub dan bersyukur kepada Tuhan.
Dia berlutut saat itu juga dan menyembah Allah. Allah sudah
melakukan itu, persis seperti yang diinginkan Abraham, sama
seperti yang didoakan oleh hamba tersebut. Allah sudah
mengijinkan Eleazar menemukan istri yang sempurna bagi
Ishak. “Ini adalah dari Tuhan. Jadilah seperti yang dikehendaki-

Gereja Kalimantan Evangelis | 27


Nya. Ribka, maukah engkau pergi beserta orang ini dan
menikah dengan Ishak? ”Tanya ibu dan saudaranya.”Mau”
jawabnya. Eleazar, Ribka dan orang-orang yang beserta dengan
dia berjalan pulang. Ketika mereka sudah dekat, Ribka melihat
seorang pria berjalan di padang dan bertanya,“Siapakah orang
itu?” Ya, pria tersebut adalah Ishak. Cerita tersebut diakhiri
dengan menceritakan bahwa Ishak mengambil Ribka sebagai
istrinya dan dia mengasihi istrinya tersebut. Apakah Allah
menghargai kepercayaan Abraham dan Eleazar kepada-Nya?

2. Menghadapi kesulitan dalam hidup bersama


Memilih pasangan hidup dapat membawa kita ke dalam keadaan
yang sulit. Renungkanlah kejadian-kejadian berikut ini dan
tulislah menurut Anda bagaimana seorang Kristen yang sedang
mencari kehendak Allah harus berbuat :
a) Seseorang mencoba untuk memaksa Anda menikah
sehubungan dengan penglihatan atau mimpi yang dia
katakan berasal dari Tuhan.
b) Seseorang mengatur sebuah pernikahan bagi Anda.
Mungkin karena ketidakcocokan, waktu atau situasi
mengharuskan kita menikah dengan seseorang yang tidak
sesuai dengan pilihan kita.

Ingatlah bahwa orang Kristen harus lebih menaati Allah


daripada manusia. Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab,
katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada
manusia.” (Kis. 5:29). Ceritakan kepada orang- orang yang
bersangkutan mengenai perasaan Anda. Lakukan itu dengan
seramah dan selembut mungkin. Mintalah keberanian dan
kekuatan dari Allah untuk menghadapi ketidaknyamanan itu,
daripada menyebabkan banyak orang tidak bahagia karena
terpaksa menerima suami atau istri yang tidak kita pilih.

Gereja Kalimantan Evangelis | 28


3. Menikmati Berkat-Berkat Allah
“Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah
di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena
Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang
diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan
percayalah kepada-Nya, dan ia akan bertindak.” (Mazmur
37:3-5). Daud sang pemazmur, memberikan tiga tindakan yang
akan kita lakukan dalam berhubungan dengan Allah. Pelajarilah
hal-hal tersebut dan tulislah.

Salah satu hasil dari ketaatan ini adalah, “dan Dia akan memberikan
kepadamu kehendak hatimu.” Rencana Allah untuk pernikahan Anda
adalah bagian dari rencana-Nya untuk hidup Anda. Berusahalah untuk
mengikuti kehendak-Nya setiap hari. Dia akan menunjukkan kepada
Anda kehendak- Nya untuk pernikahan Anda.

B. Pasangan
“Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki
dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti
perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan
oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” (1 Korintus
11:11-12)
Allah memilih untuk menciptakan dua jenis kelamin. Setiap pribadi
menjadi sempurna di dalam Kristus. ”Dan kamu telah dipenuhi di
dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.” (Kolose
2:10). Allah menghendaki supaya laki-laki dan perempuan saling
melengkapi dalam pernikahan. Mereka dipersatukan bersama untuk
membentuk suatu kesatuan pernikahan. Setiap pribadi yang disatukan
dalam pasangan akan membawa masing-masing suatu nilai tambah,
tindakan untuk memperkaya dan memperbaiki.

Gereja Kalimantan Evangelis | 29


1. Dalam Perjanjian
Pengajaran Alkitab mengenai pernikahan menyebutkan bahwa
pernikahan adalah berarti pasangan, suatu ikatan janji antara dua
orang. Ini adalah suatu persetujuan yang secara bebas dibuat
ketika seseorang memberikan diri kepada pasangannya.
”Kekasihku kepunyaanku dan aku kepunyaan dia.” (Kid. 2:16).
Tema yang dikidungagungkan di seluruh Kidung Agung adalah
suatu perasaan saling menyukai yang besar antara suami istri.
Sukacita, semangat dan kesukaan yang saling dibagikan muncul
dalam setiap paragraf. Dalam pernikahan, terjadi persatuan jiwa
dengan jiwa, tubuh dengan tubuh. Tidak ada pasangan yang
bebas terhadap yang lain. Mereka saling memerlukan. Namun
demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan
tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti
perempuan berasal dari laki- laki, demikian pula laki-laki
dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari
Allah (1 Korintus 11:11-12). Tiap jenis kelamin mempunyai
penghargaan yang sama dan mempunyai nilai yang unik di
hadapan Allah. “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau
orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada
laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus.” (Galatia 3:28).

2. Akibat dosa
Dosa mengakibatkan rusaknya rencana Allah. Laki-laki dan
perempuan melupakan bahwa hubungan antara pasangan adalah
setara. Suami mulai menjadi pasangan yang berkuasa dan
penghormatan sang istri tidak lagi ditunjukkan.

3. Kedatangan Yesus
Tuhan Yesus membawa rencana yang baru. Ini betul-betul
mengembalikan rencana Allah yang sebenarnya. Paulus
menyatakan, ”Tidak ada lagi Yahudi atau Yunani, budak atau

Gereja Kalimantan Evangelis | 30


orang merdeka, pria atau wanita, karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus.” (Galatia 3:28). Petrus memerintahkan
sang suami untuk menghormati istrinya sebagai kawan ahli
waris dari Kerajaan Allah (I Petrus 3:7). Dalam kekristenan,
penghargaan perempuan yang terlupakan diterangi kembali dan
nilai-nilai mereka dinyatakan. Kristus mengembalikan kepada
laki-laki suatu karunia yang berharga yaitu memimpin sang istri
sebagai pasangan yang penuh. Istri bukan hanya penolong bagi
suami dalam kehidupan sekarang ini, namun juga merupakan
kawan ahli waris bersamanya dari hidup yang kekal.

4. Tanggung jawab Timbal balik


Dalam kekristenan sang suami dan istri masing-masing
mempunyai hak untuk mendapatkan kesetiaan yang penuh dari
pasangannya. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap
perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur,
sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”
(Ibrani 13:4). Beberapa kelompok masyarakat hanya
mengharapkan kesetiaan pihak istri, namun standar Tuhan
adalah kesetiaan oleh kedua pihak. Suami dan istri dipanggil
untuk saling mengasihi.

“Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah


mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.”
(Efesus 5:25). “Dan dengan demikian mendidik perempuan-
perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya...” (Titus
2:4). “...Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di
dalam takut akan Kristus.” Efesus 5:21 menyatakan tanggung
jawab dari sikap saling taat. Setiap pihak secara sukarela mau
taat terhadap yang lain. Ketaatan yang bersifat timbal balik ini
memberikan dasar yang kuat kepada suatu keluarga.

Gereja Kalimantan Evangelis | 31


5. Sebuah Tim
Suami istri yang mengenal nilai dan penghargaan dari
pasangannya akan menghasilkan bahtera pernikahan yang
paling indah. Tiap pihak dapat menggunakan sumber, hikmat,
atau pertolongan dari pasangannya. Pasangan yang bisa saling
menikmati relasi sebagai teman dapat menemukan kesukaan
yang besar dalam kebersamaan mereka. Waktu untuk berdoa,
berbicara dan membaca bersama akan memperkaya hidup
mereka. Pergi ke berbagai tempat bersama dan saling berbagi
akan memberikan kepada mereka suatu ikatan yang kuat. Hal-
hal yang sederhana dalam hidup akan membawa arti yang dalam
ketika dibagikan kepada yang lain.

Rencana Allah untuk Adam dan Hawa bersama-sama untuk


“Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu” dan bersama-sama memerintah atasnya
(Kejadian 1:28). “Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia
Kecil. Akwila, Priska dan Jemaat di rumah mereka
menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu.” (1
Korintus 16:19). Juga bacalah Kisah Para Rasul 18:1-4 dan
Roma 16:3-5. Ayat-ayat ini memberikan contoh-contoh yang
baik tentang hubungan pernikahan. Priskila dan Akwila
disatukan dalam kasih dan dalam pelayanan mereka terhadap
Tuhan. Mereka juga bekerja bahu-membahu sebagai pembuat
tenda. Mereka juga pasangan dalam mengajar Firman Tuhan.

6. Pemberian Total
Paulus melihat adanya kesetaraan antara hubungan suami istri.
Bacalah I Korintus 7:3-5. Apakah suami istri diharapkan
mempunyai keinginan seks? Apakah tubuh masing-masing
merupakan milik pasangannya? Saat Anda membaca ayat-ayat
tersebut, apakah Anda memperhatikan bahwa Paulus
menekankan akan adanya saling memberi antara suami istri?

Gereja Kalimantan Evangelis | 32


Bacalah Efesus 5 untuk mempelajari cara yang baru bagaimana
seharusnya sepasang suami dan istri berhubungan.

Ketakutan ataupun tugas-tugas yang menjengkelkan janganlah


menjadi motivasi untuk istri. Melainkan, dia memberikan
dirinya sendiri “seperti kepada Tuhan”. Hal itu berarti memberi
tanggapan dengan kasih, sukacita, dan kesenangan hati.
Dapatkah sang suami menyayangi istrinya? Dalam hubungan
yang baik, tiap pihak terus menerus memberi dan menerima
kasih seperti kasih Kristus. Ini merupakan pengalaman
bertumbuh bersama. Kasih Kristus adalah kasih tanpa syarat.
Kasih tersebut menerima, memperhatikan, mengampuni dan
mengasihi, bahkan ketika orang lain sepertinya sudah tidak
mungkin dikasihi.

7. Kepribadian yang baru


Pernikahan atau hubungan suami istri menciptakan pribadi
ketiga yang muncul dari persatuan tersebut. Jika dahulu mereka
berpikir “aku” dan “milikku,” pasangan suami istri sekarang
berpikir “kami” dan “milik kami.” Mereka mulai
mengembangkan suatu kosa kata dan rencana yang bersifat
kerja sama. Jika yang satu merasa pedih, maka keduanya merasa
terluka, jika yang seorang bersukacita, maka keduanya akan
bahagia. Tidak ada hubungan antara manusia yang lain yang
demikian rumit namun saling menguntungkan. “Karena inilah
kehendak Allah: pengudusanmu,yaitu supaya kamu menjauhi
percabulan.” I Tesalonika 4:3.

Pernikahan dan rumah tangga adalah salah satu topik yang


sangat menarik dan penting dipelajari oleh orang Kristen, baik
mereka yang sedang berencana menikah maupun mereka yang
telah menikah atau berumah tangga. Salah satu tujuan

Gereja Kalimantan Evangelis | 33


mempelajari topik ini agar “...kamu semua penuh hormat
terhadap perkawinan...” (Ibrani 13:4a). Mengapa perlu
menghormati pernikahan? Karena pernikahan dan rumah tangga
adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh Allah di samping
pemerintah dan gereja. Dari ketiga lembaga ini yang paling tua
adalah pernikahan atau rumah tangga.

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

Gereja Kalimantan Evangelis | 34


TOPIK 3
PERNIKAHAN KRISTEN

1. Pernikahan Kristen adalah rancangan Allah


Pernikahan adalah Rancangan Allah. Ide pernikahan berasal dari
Allah sendiri. Kejadian 2:18 menyatakan, Tuhan Allah berfirman:
“Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kalau kita perhatikan
ayat ini bahwa manusia yang dimaksud tak lain adalah Adam,
manusia pertama. Ia diciptakan Allah seorang diri, tanpa seorang lain
yang sejodoh dengannya. Adam melewati kehidupannya beberapa
waktu lamanya bersama makhluk hidup lainnya, “...tetapi baginya
sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia”
(Kejadian 2:20). Adam tidak bisa hidup sendirian sebagai manusia
yang berbeda jenis dari makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya, dia
kesepian dan dia membutuhkan seorang penolong (pendamping).

Melihat keadaan Adam ini Allah dengan inisiatif-Nya sendiri,


menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk dan daging Adam,
dia adalah Hawa (Kejadian 2:21-23). Allah tidak membiarkan Adam
dan Hawa hidup beberapa lama tanpa ikatan pernikahan, tetapi Allah
langsung mengikat mereka dalam pernikahan yang kudus dengan
berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya
dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi
satu daging” (Kejadian 2:24). Demikianlah Allah mengukuhkan
Adam dan Hawa sebagai suami-istri dalam ikatan pernikahan kudus.
Adam dan Hawa sekarang sudah hidup dalam sebuah rumah tangga
baru.

Sejak Allah melembagakan pernikahan mulai dari Adam dan Hawa,


maka itu akan terus berlaku di segala zaman. Yesus kembali
mengingatkan dan sekaligus meneguhkan hal ini ketika Dia datang ke
bumi (Matius 19:4-6). Manusia tidak punya hak sedikitpun mengubah

Gereja Kalimantan Evangelis | 35


rancangan Allah ini. Kalau manusia mencoba menggunakan caranya
sendiri untuk merancang pernikahan, maka itu adalah tindakan
pemberontakan terhadap Allah. Thomas B. Warren mengatakan “bila
tidak menghormati dan mentaati perintah-perintah dan hukum-hukum
ini berarti telah memberontak terhadap Allah dan akan menghasilkan
ketidakbahagiaan dalam kehidupan sekarang dan kehidupan yang
akan datang...” (Warren, 1994:20). Dengan kata lain bahwa tindakan
pemberontakan ini adalah dosa dan ada konsekuensinya, baik dalam
kehidupan di bumi maupun di dunia kekekalan.

2. Pernikahan adalah untuk seorang laki-laki dewasa dengan


seorang perempuan dewasa

Kejadian 1:27 mengatakan “Maka Allah menciptakan manusia itu


menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Kemudian
Kejadian 2:24 menegaskan, “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging.” Kedua ayat ini menyatakan
pribadi yang diperkenankan untuk menikah, baik dari segi gender
(jenis kelamin), kuantitas (jumlah), dan kualitas (mutu). Sangat
beralasan mengapa Allah menciptakan seorang perempuan, dan bukan
dua atau tiga orang perempuan, bahkan bukan seorang laki-laki bagi
Adam, karena memang Allah menghendaki seorang Adam menikah
dengan seorang Hawa saja.

Berikut ini kita dapat melihat beberapa kategori pribadi yang


diperkenankan untuk menikah secara Alkitabiah.
• Seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya belum pernah
menikah (Matius 19:4-6; Markus 6:6-9).

Gereja Kalimantan Evangelis | 36


• Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang belum pernah
menikah dan seorang perempuan atau seorang laki- laki yang telah
ditinggal mati oleh suami atau istrinya (Roma 7:2-3; 1 Korintus
7:39).

• Seorang laki-laki atau seorang perempuan dan seorang perempuan


atau seorang laki-laki yang telah menceraikan istrinya karena
istrinya berzinah atau menceraikan suaminya karena suaminya
berzinah (Markus 10:12; Matius 19:9; 5:32).

• Seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya telah ditinggal


mati oleh istri atau suaminya (1 Korintus 7:39).

Demikian juga berikut ini beberapa kategori pribadi yang tidak


diperkenankan untuk menikah.
• Seorang laki-laki dan seorang laki-laki (Kejadian 2:24; bdg. Roma
1:26,28; I Korintus 6:9-10).

• Seorang perempuan dan seorang perempuan (Kejadian 2:24; bdg.


Roma 1:27,28).

• Seorang perempuan atau seorang laki-laki yang belum pernah


menikah dan seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
menikah (Matius 19:9; Matius 5:32).

• Seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya masih terikat


hukum pernikahan dengan pasangannya masing- masing (istri atau
suami).

• Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang belum pernah


menikah dan seorang perempuan atau seorang laki- laki yang telah

Gereja Kalimantan Evangelis | 37


menceraikan suami atau istrinya bukan karena suami atau istrinya
itu berzinah (Matius 19:9; 5:32).

• Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang telah


ditinggal mati istrinya dan seorang perempuan atau seorang laki-
laki yang menceraikan suami atau istrinya bukan karena suami atau
istrinya itu berzinah (Roma 7:2- 3; I Korintus 7:39).

• Seorang laki-laki atau seorang perempuan yang telah menceraikan


istri atau suami bukan karena istri atau suaminya itu berzinah dan
seorang perempuan atau seorang laki-laki yang juga telah
menceraikan suami atau istrinya bukan karena suami atau isterinya
itu berzinah (Matius 19:9; Markus 10:12; Matius 5:32).

• Seorang perempuan dan seorang laki-laki, keduanya telah


diceraikan oleh suami atau istrinya karena zinah (Matius 19:9;
Markus 10:12).

• Poligami (seorang laki-laki menikahi lebih dari satu orang


perempuan).

• Poliandri (seorang perempuan menikahi lebih dari satu orang laki-


laki).

Di samping itu juga, ada hal lain yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dari pernikahan, yaitu bahwa seorang (laki-laki atau
perempuan) yang akan menikah harus dewasa. Allah membentuk
pernikahan hanya untuk seorang yang dewasa. Kita perhatikan Adam
dan Hawa, keduanya adalah individu yang diperkenankan untuk
menikah karena keduanya dewasa. Penciptaan Adam dan Hawa dalam
keadaan dewasa adalah standar untuk pribadi yang diperkenankan
untuk menikah. Kedewasaan sangat dibutuhkan untuk menjamin

Gereja Kalimantan Evangelis | 38


terbentuknya sebuah rumah tangga yang harmonis dan bahagia.
Kedewasaan yang dimaksudkan adalah:

Pertama, kedewasaan secara fisik. Seseorang itu sudah mencapai usia


yang pas untuk menikah; bagi laki-laki sudah mampu fisiknya untuk
berusaha menghidupi rumah tangganya; bagi perempuan sudah siap
untuk berusaha dan juga melahirkan.

Kedua, kedewasaan secara mental. Dewasa berarti akil-balik.


Seseorang itu sudah dapat menggunakan pikirannya dengan baik
sehingga dapat bertindak bijaksana dalam membina dan mengatur
rumah tangganya.

Ketiga, kedewasaan secara emosional. Seseorang itu sudah dapat


menguasai emosinya dengan baik ketika nanti ada persoalan yang
terjadi dalam rumah tangga, sehingga tidak terjadi perselisihan yang
akan menghancurkan bahtera rumah tangga.

Keempat, kedewasaan secara rohani. Seseorang harus mempunyai


hubungan yang baik dengan Allah, takut kepada Allah, taat kepada
perintah-perintahNya, mempunyai iman yang teguh. Dengan kata lain
bahwa dia adalah umat Allah yang benar (orang Kristen). Ini akan
menjadi fondasi yang kokoh baginya untuk menjalankan rumah
tangga. Seseorang itu akan berusaha keras untuk menuntun baik
dirinya maupun seluruh anggota keluarganya kepada Tuhan (Lihat
Yosua 24:15).

3. Pernikahan itu berlandaskan cinta


Adam sangat merindukan seorang pendamping yang dapat menjadi
pelabuhan cintanya. Lalu Allah menciptakan seorang perempuan yang
dicintai Adam. Tidak ada indikasi bahwa Adam terpaksa menikahi
Hawa oleh karena tidak ada pilihan baginya. Kejadian 2:23
mengatakan “Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari

Gereja Kalimantan Evangelis | 39


tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki.” Tersirat dalam ayat ini betapa
cintanya Adam pada Hawa dan sebaliknya. Maka dengan alasan inilah
Allah menikahkan Adam dan Hawa dengan berfirman: “Sebab itu
seorang laki- laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian
2:24). Amos mengatakan “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika
mereka belum berjanji?” (Amos 3:3). Ayat ini dapat diaplikasikan
pada pernikahan, yaitu kedua insan (laki-laki dan perempuan) yang
hendak menikah harus mengawalinya dengan perasaan suka sama
suka atau cinta.

Dalam beberapa kasus pernikahan, ada yang menikah oleh karena


materi (harta), membayar budi baik, bahkan mungkin untuk memeras
orang lain, dan sebagainya. Ini adalah pernikahan yang tidak sehat dan
sangat ditentang oleh Allah.Tetapi perlu diingat bahwa meskipun
dengan motif-motif salah ini seseorang menikah, sekali dia menikah
secara alkitabiah, maka itu adalah pernikahan yang sah di hadapan
Allah. Cinta dibutuhkan dalam sebuah pernikahan atau rumah tangga.
Jim E. Waldron mengatakan “...cinta adalah minyak yang melumasi
hubungan anggota-anggota sebuah keluarga, dan pernikahan adalah
bahan perekatnya” (Waldron, 1998: 36). Cinta sejati adalah cinta yang
rela berkorban. Suami dan istri harus saling berkorban satu sama lain.
Suami harus mengasihi istrinya (Efesus 5:25, 28, 29, 32-33) dan
sebaliknya demikian. Saling memenuhi kebutuhan masing-masing
secara biologis (I Korintus 7:3-5). Untuk melakukan semua hal ini
dibutuhkan cinta di antara keduanya. Hubungan cinta antara suami
dan istri menjadi simbol hubungan kasih antara Kristus dan gereja-
Nya. Ini menunjukkan bahwa kasih atau cinta itu sangat penting di
antara keduanya. Hal penting lain yang jangan dilewatkan adalah cinta
melibatkan komunikasi di antara keduanya. Itulah yang dimaksudkan
oleh Amos dengan kata “berjanji.”

Gereja Kalimantan Evangelis | 40


4. Pernikahan adalah untuk Memperoleh Keturunan
Setelah Adam dan Hawa disatukan Allah dalam pernikahan kudus,
dan mereka menjalani sebuah rumah tangga baru, ternyata mereka
tidak akan hidup berdua saja selamanya, tetapi Allah memberkati
mereka dengan mengaruniakan anak-anak yang akan menambah
jumlah anggota dalam keluarga mereka (Kejadian 1:28). Kehadiran
anak-anak dalam keluarga bukan semata-mata menambah jumlah
anggota keluarga, tetapi lebih dari itu kehadiran mereka sebagai
penghibur, pemotivasi dan pelengkap. Anak-anak adalah berkat dan
milik Tuhan. Pemazmur mengatakan, “Sesungguhnya, anak-anak
lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan” (Mazmur 127:3a). Ini
menunjukkan bahwa Allah menuntut tanggung-jawab besar dari
sebuah keluarga agar anak-anak yang dikaruniakan-Nya itu dipelihara,
dibesarkan, dididik, diasuh dengan baik. Bagaimana pun keadaan
anak-anak itu saat dilahirkan, tetapi yang pasti mereka bukan objek
penderita yang dapat dijadikan sebagai pelampiasan amarah atau
kebrutalan seorang ayah atau ibu. Penulis kitab Amsal berkata:
“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu” (Amsal 17:6a). Ini
menunjukkan bahwa kehadiran anak dalam sebuah keluarga adalah
sebuah kehormatan bagi keluarga tersebut. Sebuah keluarga pasti
menginginkan kehormatan. Satu hal penting lainnya yang perlu
diketahui bahwa salah satu kebutuhan anak adalah dia diinginkan oleh
kedua orangtuanya. Ada beberapa contoh dalam Alkitab, seperti Ishak
diinginkan oleh Sara dan Abraham (Kejadian 15:1-6; 16:1-2; 17:15-
19; 21:1-7), Samuel diinginkan oleh Hana dan Elkana (I Samuel 1:10-
11, 19-20).

Perlu dipertimbangkan juga bahwa tidak mudah menjalankan


tanggung-jawab sebagai ayah dan ibu untuk seorang anak, diperlukan
kesiapan fisik, mental, emosi dan rohani, juga ekonomi. Pertimbangan
ini dapat didasarkan pada pribadi suami dan istri, apakah keduanya
telah memiliki kesiapan-kesiapan ini atau sebaliknya. Suami istri tidak

Gereja Kalimantan Evangelis | 41


cukup hanya siap secara ekonomi untuk memenuhi seluruh kebutuhan
keluarga, tetapi keduanya harus benar-benar siap secara fisik, mental,
emosi dan rohani. Dengan kata lain siap dalam semua bidang ini.
Mungkin ada yang mengatakan ekonomi tidak begitu penting, tetapi
Alkitab sendiri menegaskan pentingnya persiapan ekonomi (I
Timotius 5:8).

5. Pernikahan adalah ikatan seumur hidup


Dalam jawaban-Nya atas pertanyaan orang-orang Farisi apakah boleh
seseorang menceraikan istrinya karena alasan apa saja, Yesus berkata
“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia” (Matius 19:6; Markus 10:9). Yesus memberi kesimpulan
hukum pernikahan yang telah ditetapkan Allah sejak semula, yang
tetap berlaku hingga sekarang ini dan juga sebagai hukum Kristus.
Jim E. Waldron mengomentari pernyataan Yesus ini demikian.
Hukum Kristus ini memberikan dua fakta jelas: (1) Allah yang
menyatukan atau mengikat dalam pernikahan; dan (2) apa yang telah
dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.

Dari kedua hal di atas, pertama kita tahu bahwa pernikahan bukan
semata-mata suatu bentuk kesatuan yang Anda lakukan sendiri.
Ketika dua orang menikah, mereka tidak hanya masuk ke dalam
sebuah perjanjian antara keduanya, tetapi juga dengan Allah. Dengan
kata lain, janji (sumpah) mereka tidak hanya kepada satu sama lain
tetapi di hadapan Allah dengan penuh tanggung-jawab kepada Allah.
Dalam pernikahan, dua orang tidak hanya menyatukan diri bersama,
mereka juga diikat oleh Allah. Fakta kedua yang dinyatakan di atas
adalah tidak ada seorangpun, tidak ada hukum, tidak ada hakim, tidak
ada juri, dan tidak ada orang yang terikat hukum atau di luar dari
hukum yang mempunyai hak untuk masuk di antara seorang laki-laki
dan istrinya yang dinikahi secara hukum” (Waldron, 1998:38).

Gereja Kalimantan Evangelis | 42


Perlu diingat juga bahwa pernikahan sebagai ikatan seumur hidup
bukan berarti mengesampingkan pelanggaran yang terjadi dalam
pernikahan, yaitu perzinahan (Matius 19:9; 5:32; Markus 10:1,12)
ataupun peristiwa alamiah yang menimpa pernikahan, yaitu matinya
salah seorang pasangan suami atau istri ketika masih dalam ikatan
hukum pernikahan (Rm 7:2, 3).

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

Gereja Kalimantan Evangelis | 43


TOPIK 4
PERAN SUAMI ISTERI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

A. Suami Dalam Pernikahan Kristen


“Hai, suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25)

1. Kasih yang Rela Berkorban


Tanggung jawab pertama dari seorang suami dalam pernikahan
adalah mengasihi istrinya. “Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Kolose 3:19). Kata yang
digunakan Efesus 5 untuk “kasih” suami kepada istrinya adalah
kata yang sama untuk mengungkapkan “kasih” Allah kepada umat-
Nya. Kasih ini adalah kasih yang terus memberi meskipun tidak
menerima imbalan.

Kasih ini hanya mencari apa yang baik bagi yang dikasihinya,
tanpa mempedulikan biaya dan pengorbanan secara pribadi.
Sebagaimana kesatuan pernikahan dalam kitab Kejadian
merupakan gambaran dari kasih Allah, hubungan suami istri dalam
Efesus 5 merupakan gambaran Kristus dan gereja-Nya. Kita bisa
mengerti dengan lebih baik bagaimana suami hendaknya
mengasihi istrinya ketika kita melihat Kristus mengasihi gereja-
Nya. Dari Efesus 5:21-22, buatlah daftar tentang ciri khas dari
kasih Kristus terhadap gereja-Nya. Kemudian, dari ayat-ayat yang
sama, buatlah daftar yang menunjukkan tanggung jawab sang
suami dalam mengasihi istrinya.

2. Pemeliharaan dan Perlindungan


Alkitab tidak mengistimewakan suami lebih dari istri. Peran suami
berpusat pada tanggung jawab dan menyediakan kebutuhan
istrinya seperti yang disebutkan dalam Efesus 5:28- 29. Suami
dikatakan harus memberikan kepada istrinya perhatian yang sama

Gereja Kalimantan Evangelis | 44


seperti kepada tubuhnya sendiri. Hal ini termasuk menyediakan
materi, makan dan kebahagiaan pada sang istri. Daftarlah
kebutuhan istri Anda secara fisik, sosial budaya, emosi dan rohani.

3. Penghargaan dan Penghormatan


“...hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai
kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris
dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.” (I Petrus 3:7). Para suami seharusnya tidak
merendahkan, mengejek dan berbicara kasar terhadap istri di
hadapan orang banyak. Baik secara pribadi maupun di hadapan
umum, seorang suami harus menunjukkan hormat dan
penghargaan kepada istrinya. Suami yang mengalah untuk
mengasihi dan memberikan perhatian terhadap istrinya, doanya
akan terhalang.

4. Kepemimpinan
“...karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5:23).
Alkitab tidak menekankan kekuasaan secara diktator, melainkan
adanya kepemimpinan. Menjadi kepala keluarga tidak
berhubungan dengan kelemahan atau kekuatan. Kepala keluarga
adalah kedudukan pelayanan yang khusus supaya suatu pernikahan
boleh berkembang dan bertumbuh. Sang suami memberikan
contoh dari kehidupan Ilahi.

“...pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan


beribadah;...Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada Tuhan!” (Yosua 24:15). Pelajarilah bagaimana Yosua
memberikan kepemimpinan secara rohani kepada keluarganya.
Kepemimpinan rohani termasuk memberikan nasihat dan petunjuk
berdasarkan firman Allah. Sang suami memimpin dalam membuat
keputusan di keluarga. Dia melibatkan istrinya dalam doa dan

Gereja Kalimantan Evangelis | 45


dalam usaha pencapaian persetujuan. Kepemimpinan adalah suatu
tanggung jawab yang berat bagi seorang suami. Dia tidak bisa
menanggungnya sendiri. Kunci untuk menjadi pemimpin di rumah
disebutkan: “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena
anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh
dengan Roh.”

5. Sukacita dan berkat


Dari beratnya tanggung jawab yang dibebankan atas suami, sangat
mungkin baginya untuk menyerah dan melupakan bahwa Allah
bermaksud mengadakan pernikahan untuk kebaikan dan kesukaan.
Ketika pernikahan dilaksanakan sesuai dengan rencana Allah, yaitu
dengan kasih, perhatian, kelembutan, penghargaan dan
penghormatan, upahnya adalah sukacita dan berkat. Bacalah I
Petrus 3:8-12, Roma 12:17, I Tesalonika 5:15, I Korintus 4:12.
Seorang yang percaya harus memberi berkat supaya dapat
menerima berkat dari Tuhan. seorang suami hendaknya bertanya
kepada dirinya sendiri:
a) Apakah kelebihan istri yang bisa saya puji?
b) Dengan cara apa saya bisa menjadi berkat bagi dia?
c) Dalam hal apa saya bisa berterima kasih kepada istri saya?
d) Dalam kehidupan istri saya, hal khusus apa yang harus saya
doakan agar Tuhan memberkatinya?

Dengan suatu sikap dan tindakan yang menanggapi segala sesuatu


sebagai berkat, maka “hari-hari yang baik dan hidup yang
diberkati” bersama sang istri akan diberikan Tuhan kepada suami.

B. Istri dalam pernikahan kristen


“Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga
daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak
akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan
tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.” (Amsal 31:10-12)

Gereja Kalimantan Evangelis | 46


1) Penolong dan Teman
Kejadian 2:18-23 menunjukkan kehendak Tuhan atas seorang istri,
yaitu sebagai penolong dan teman. Istri akan menjadi teman,
penghibur dan pelengkap bagi suaminya. Kerinduan istri haruslah
untuk membangun dan mengungkapkan kepercayaan diri atas
kemampuan suaminya, mendorong dan menunjukkan penghargaan
pada suaminya, percaya pada kebijaksanaan dan menunjukkan
penghormatan pada suaminya, menolong suami meraih segala
keberhasilan, mendengarkannya dengan lembut dan mengagumi
suami, berdiri di samping sang suami dalam keadaan apapun. Sang
istri akan menolong suami merasa aman dengan mengasihinya.

2) Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah istilah Alkitab yang digunakan dalam
semua hubungan. Saling merendahkan diri satu dengan yang lain
adalah suatu sifat dalam kekristenan dan sebagai akibat dari
kepenuhan Roh Kudus. Merendahkan diri adalah dengan sukarela
mengangkat orang lain di atas diri Anda sendiri untuk
melayaninya. Suami istri hendaknya saling merendahkan diri,
saling mengangkat dan saling melayani. Paulus memulai suatu
diskusi tentang tanggung jawab pernikahan setelah dia menyatakan
prinsip-prinsip umum tentang merendahkan diri. “dan
rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan
Kristus” Efesus 5:21.

Di dalam hubungan pernikahan, kerendahan hati membuat dua


pribadi bisa berfungsi sebagai satu tubuh, saling melengkapi dan
bukannya saling bersaing. Efesus 5:21-23 menunjukkan bagaimana
Yesus telah menjadi model bagi tanggung jawab seorang suami
atau istri. Yesus telah merendahkan diri dan taat kepada Bapa dan
melepaskan segala hak yang Dia punya (Filipi 2:6). Begitu juga,
hendaknya sang istri taat dan merendahkan diri kepada suaminya.

Gereja Kalimantan Evangelis | 47


“Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan.” (Kolose 3:18).

Kerendahan hati yang sejati menurut Alkitab adalah merupakan


kesukaan sang wanita yang kreatif yang berusaha menemukan
bagaimana dia bisa menunjukkan kepada suaminya bahwa dia
menghormati, mengagumi dan bergantung padanya. Ini berarti
bahwa sang istri akan menjadi lebih tertarik kepada kebutuhan
suami daripada kebutuhannya sendiri. Ketaatan dan kerendahan
hati sang istri pada suaminya bisa terlihat dengan baik ketika dia
mendorong peran kepemimpinan sang suami dan tidak pernah
berusaha untuk menghancurkan, memudarkan, dan melemahkan
atau menguranginya.

3) Perhatian Terhadap Kecantikan dari Dalam


Dalam I Petrus 3:1-4, Petrus mendorong istri untuk
mengembangkan kecantikan dari dalam yang mencerminkan
kewanitaan, kelembutan, perhatian dan kasih. Petrus tidak
mengatakan pada para wanita bagaimana harus berpakaian. Dia
hanya memberikan suatu prinsip: wanita yang cantik adalah
seorang wanita yang mempunyai kecantikan hati yang berupa sikap
yang murni dan hormat dan merupakan pancaran dari roh yang
lembut dan tenang.

4) Merawat Seisi Rumahnya


Seorang istri hendaknya merawat seisi rumahnya. Dia mungkin
memberikan perhatian sepenuhnya akan segala kegiatan di rumah
atau dia mungkin juga bekerja di luar rumah. Lidia, Priskila dan
Dorkas jelas bekerja di luar rumah. Jika sang istri bekerja di luar
rumah, sangatlah penting untuk menjamin keseimbangan sehingga
keluarganya tidak diabaikan. Hal ini berarti seluruh keluarga perlu
untuk memutus kan pembagian tanggung jawab seisi rumah yang
efektif.

Gereja Kalimantan Evangelis | 48


Dalam beberapa rumah tangga, mungkin ada yang mempekerjakan
pembantu. Perhatian istri yang utama bukanlah mendapatkan uang
melainkan kesejahteraan suami dan anak-anaknya. Istri yang baik
yang digambarkan dalam Amsal 31:10-31, sementara memberikan
kasih dan perhatian kepada suami dan anak-anaknya, ia juga bisa
mencari nafkah dan membantu orang yang memerlukan.

Berikut adalah sifat (karakter) dari seorang “istri yang baik”:


a) Dia adalah pasangan yang bisa dipercaya oleh suaminya.
b) Kesejahteraan suaminya menjadi perhatiannya
c) Dia memelihara seisi rumahnya dengan makanan
d) Dia memelihara seisi tumahnya dengan pakaian
e) Dia mengajarkan hikmat dan kebaikan
f) Dia murah hati kepada orang miskin dan yang memerlukan
g) Ia seorang wanita bisnis yang baik
h) Dia bisa meningkatkan reputasi istrinya
i) Dia dihormati oleh suami dan anak-anaknya
j) Ia berserah kepada Tuhan dan memberikan tempat pertama
bagi-Nya

C. Suami isteri bertumbuh dalam masalah


“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh
kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam
Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32). Pernikahan adalah
hubungan dua pribadi menjadi satu. Karena tiap pribadi adalah unik,
masing-masing mempunyai kehendak, kebutuhan dan cita-citanya
sendiri sehingga konflik tidak bisa dihindari. Tapi ini wajar, bahkan
baik. Bagaimana setiap pasangan menanggapi konflik tersebut adalah
hal yang lebih penting.

1. Pertentangan/konflik
Kamus menjabarkan konflik sebagai “suatu perjuangan,
pertentangan, benturan, ketidakcocokan, dan kehendak yang

Gereja Kalimantan Evangelis | 49


bertolak belakang.” Pertentangan dapat menjadikan hubungan
pernikahan bertumbuh atau justru bisa menjadikannya
menyakitkan, tidak terselesaikan, dan menghancurkan. Banyak
orang Kristen yang menghadapi masalah secara tertutup sebab
tidak ada yang mengajarkan kepada mereka cara-cara efektif untuk
mengatasinya.

2. Apakah yang menyebabkan pertentangan?


Bacalah Yakub 4:1-3. Sebelum menikah, masing-masing pribadi
sudah hidup sendiri-sendiri selama lebih dari dua puluh tahun.
Selama jangka waktu itu, masing-masing pribadi sudah memiliki
selera, pilihan, kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, nilai-
nilai dan standar sendiri-sendiri. Persatuan dalam pernikahan tidak
membuang semua perbedaan. Mereka tidak harus meluangkan
waktu dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Di sinilah
setiap pasangan akan mempunyai perbedaan pendapat atau pilihan
dan inilah yang menyebabkan munculnya berbagai
ketidakcocokkan.

3. Tanggapan terhadap pertentangan


Orang-orang menanggapi konflik/pertentangan dengan cara yang
berbeda.
• Ada orang yang memilih untuk menyendiri. Mereka bisa secara
fisik meninggalkan ruangan atau tempat pertentangan. Mereka
menyendiri secara jiwa dengan tidak berbicara, dan
mengabaikan pasangannya, atau menutup diri sehingga tidak
ada perkataan atau perbuatan yang dilakukan bersama.

• Ada orang yang merasa mereka harus menang, tidak peduli


berapapun “harganya”. Karena tiap pribadi mengetahui
kelemahan dan luka yang dimiliki pasangannya, maka mereka
sering menggunakan untuk memaksa pasangannya menyerah.

Gereja Kalimantan Evangelis | 50


“Si pemenang” mungkin menyerang harga diri atau keadaan
pasangannya supaya menang.

• Ada orang yang mau mengalah agar berbaikan kembali dengan


pasangan mereka. Mereka menyembunyikan kemarahan dan
membiarkannya tetap tersimpan. Kepahitan dan luka hati masih
ada namun tetap melanjutkan hidup bersama sehingga masalah
yang sebenarnya tetap tak terselesaikan.

• Ada orang yang bisa berkompromi atau memberikan sedikit dan


mendapatkan sedikit. Kadang-kadang kompromi penting.
Namun, menggunakan cara ini agar mendapatkan sesuatu untuk
diri sendiri adalah tanggapan yang kurang baik terhadap konflik.

• Ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk


berkomunikasi secara langsung dan terbuka sehingga beberapa
keinginan atau ide-ide bisa dipadukan. Mereka puas dengan
jalan keluar yang sudah mereka setujui. Mereka telah
menyelesaikan pertentangan tersebut dengan baik. Bacalah
Efesus 4:29-32.

4. Langkah-langkah dalam Menangani Pertentangan/Konflik


a. Langkah pertama dalam menangani masalah adalah
memulai proses pendamaian.
Meninggalkan atau mengabaikan masalah dengan harapan
masalah itu akan pergi dengan sendirinya tidak akan
menyelesaikan masalah. Jagalah supaya hubungan tetap hidup.
“Jagalah kesatuan... Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling
membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh
ikatan damai sejahtera.” (Efesus 4:1-3). Janganlah menunggu
sampai pasangan Anda yang memulai proses pendamaian

Gereja Kalimantan Evangelis | 51


tersebut. Pakailah bahasa yang tidak mengancam atau
menghakimi, seperti :
1) “Dapatkah kita berbicara tentang...”
2) “Apakah ini sesuatu yang bisa kita rundingkan?”
3) “Saya sungguh merasa putus asa tentang...”
4) “Saya kuati tentang...”
5) “Saya kuatir tentang...”
6) “Saya akan tidak bahagia jika...”
7) “Saya tidak mengerti mengapa...”

b. Ketidakcocokan sebagai salah satu bagian dari


keseluruhan masalah.
Bacalah Filipi 2:1-8. Ketika masing-masing pasangan merasa
lebih berkuasa daripada yang lain, maka masalah tidak akan
pernah terselesaikan. Satu pihak tidak bisa lebih banyak
berpikir, berbicara atau menguasai yang lain dalam
menyatakan pikiran atas situasi yang sedang terjadi. Diskusi
harus terbuka sehingga tiap pihak bisa menyumbangkan
idenya secara seimbang dan dihargai untuk menemukan jalan
keluar yang menguntungkan.

c. Tukarlah posisi.
Rela melihat situasi yang terjadi menurut pendapat pasangan
kita akan menolong memberi pengertian bagaimana hal itu
mempengaruhi pernikahan. Masalahnya akan bisa diselesaikan
jika mereka memiliki sikap lemah lembut dan saling
menghargai perasaan orang lain. Bacalah Kolose 3:12-17.

d. Tanganilah masalah satu persatu.


Kadang-kadang salah satu pihak mencoba menyebutkan
masalah yang lain atau menyalahkan pasangan mereka.
Fokuskan untuk menangani masalah yang ada. Jangan

Gereja Kalimantan Evangelis | 52


mencoba menyelesaikan masalah-masalah lain, baik yang ada
hubungannya atau tidak. Anda bisa menanggapinya dengan
mengatakan, “Anda mungkin benar tentang hal itu, tetapi
sekarang ini kita sedang membicarakan tentang...”

e. Seranglah masalahnya dan jangan orangnya.


Terlalu banyak pasangan yang saling menyerang dengan
sindiran-sindiran, penghinaan dan ungkapan-ungkapan yang
menyakitkan hati.
1) “Kamu selalu..”
2) “Kamu tidak pernah ...” atau;
3) “Kenapa kamu tidak bisa...”

Kalimat di atas berarti Anda sedang menyerang orangnya.


“Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk
menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu
pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Matius
7:2, Roma 2:1). Pelajarilah bagaimana memberitahukan
pasangan Anda tentang perasaan Anda. Jangan melempar
sebuah batu pada mereka.

f. Minta pertolongan dari para pembawa damai yang penuh


roh.

Allah sudah menempatkan orang-orang dalam persekutuan di


gereja yang memiliki karunia sebagai pembawa damai. Sang
pembawa damai hendaknya seseorang yang tidak mudah
dipengaruhi dan adil, dan dapat melihat kedua sisi. Sang
pembawa damai dapat menurunkan nada-nada yang merusak
komunikasi dan menolong kedua pasangan untuk menuju pada
perdamaian.

Gereja Kalimantan Evangelis | 53


g. Maafkan dengan segenap hati.
Kalau Anda sudah menerima Kristus sebagai Juru Selamat,
Anda sudah mengalami pengampunan yang dari Allah.
Kemudian Anda pun mempunyai kemampuan untuk
mengampuni diri sendiri dan orang lain (Kolose 2:13, Kolose
3:13). Bacalah I Petrus 2:21-24. Pengampunan terjadi jika
kasih rela menerima luka dan kesengsaraan hidup dan
mengabaikan semua tuduhan terhadap yang lain.
Pengampunan adalah menerima orang lain ketika dia sudah
melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan. Pengampunan
bukanlah menerima dengan syarat bahwa orang yang diampuni
itu harus melakukan sesuai kehendak kita. Pengampunan
diberikan secara cuma-cuma, dengan kesadaran si pemberi
maaf tersebut juga mendapatkan maaf secara terus-menerus.
Pengampunan adalah suatu hubungan antara dua pribadi yang
setara yang menyadari mereka saling memerlukan. Tiap orang
memerlukan pengampunan dari yang lain. Tiap orang perlu
diterima oleh yang lain. Tiap orang perlu orang lain. Demikian
juga, di hadapan Allah, setiap orang menghentikan tuduhan,
menolak semua penghakiman secara sepihak, dan
mengampuni. Mengampuni sebanyak “tujuh puluh kali tujuh”
seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 18:21- 22.

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

Gereja Kalimantan Evangelis | 54


TOPIK 5
RUMAH TANGGA KRISTEN YANG DIBERKATI

A. Orangtua dalam rumah tangga Kristen


“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di hati anak-
anak mu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
( Efesus 6 : 4 )

1. Anak Merupakan Karunia Tuhan


Anak-anak yang diberikan kepada suami dan istri merupakan
karunia Tuhan. Ketika Esau bertanya kepada Yakub tentang orang-
orang yang bersama-sama dengan dia, Yakub berkata bahwa
mereka adalah “Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada
hambamu ini.” Kejadian 33:5. Beberapa tahun kemudian, ketika
Yusuf ada di Mesir, dia menunjukkan dua anaknya kepada Yakub
yang sudah tua dan berkata, “Inilah anak-anakku yang telah
diberikan Allah kepadaku di sini.” Kejadian 48:9. Pemazmur
menulis, “sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari
pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah.” Mazmur
127:3.

Dalam Perjanjian Lama, orang-orang umumnya hanya berbicara


tentang anak-anak lelaki. Mereka kadang-kadang melupakan nilai
dari anak-anak perempuan. Kristus datang ke dunia dalam bentuk
manusia untuk memulihkan umat manusia ke dalam rencana Allah
yang mula-mula. Sungguh dalam Kristus “tidak ada laki-laki atau
perempuan” Galatia 3:28. Karunia Allah adalah anak-anak, baik
laki-laki maupun perempuan.

Renungkan kembali tentang rencana Allah yang indah dalam


pernikahan antara seorang pria dan wanita yang saling mengasihi
dan menghormati Tuhan. Ingatlah kembali bahwa anak-anak
adalah karunia Tuhan. Tuhan memberikan karunia berupa anak-

Gereja Kalimantan Evangelis | 55


anak di dalam beberapa rumah tangga; di beberapa rumah tangga
yang lain yang juga dikasihi-Nya, Dia memberikan karunia yang
lain. Kita akan mempelajari lebih banyak tentang rumah tangga
tanpa anak dalam pelajaran berikutnya. Sekarang marilah kita
mempelajari tanggung jawab dari orangtua terhadap anak-anak
sebagai karunia yang indah.

2. Merencanakan Untuk Membangun Keluarga


Tanggung jawab apa yang dimiliki oleh orang tua dalam
merencanakan besar kecilnya keluarga mereka? Apakah mereka
seharusnya mempunyai anak sebanyak mungkin menurut kekuatan
tubuh mereka? Dalam beberapa masyarakat tradisional, tiap
keluarga ingin mempunyai anak sebanyak mungkin. Anak-anak
merupakan kebanggaan keluarga, mereka diperlukan sebagai para
pekerja. Banyak anak yang meninggal sebelum usia dewasa. Ada
banyak faktor di Indonesia sekarang yang membuat pemerintah
memikirkan program yang sungguh-sungguh mengenai keluarga
berencana. Hal ini termasuk perlunya memikirkan tingginya biaya
untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-anak yang sering
tidak sebanding dengan pendapatan keluarga. Angka kelahiran
yang tinggi juga telah menambah masalah di Indonesia, misalnya
kelaparan, kekurangan gizi, terbatasnya sekolah dan pengobatan
dan lain-lain. Alkitab memerintahkan untuk bertanggung jawab
dalam merencanakan keluarga yang baik. “Tetapi jika ada orang
yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apa-lagi seisi
rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak
beriman.” (I Timotius 5:8).

Orang tua Kristen perlu berdoa untuk mempertimbangkan jumlah


anak yang bisa mereka asuh. Menjadi orang tua adalah suatu
tanggung jawab yang besar. Anda melecehkan kesempatan dan
kepercayaan itu jika Anda menjalaninya dengan ceroboh, jika
Anda menjalankannya dengan cara di mana Anda hanya membuat

Gereja Kalimantan Evangelis | 56


anak-anak merana, lapar, berpakaian tidak layak, tidak
berpendidikan, dan merasa rendah diri di masyarakat. Hal utama
yang harus diketahui orang tua sekarang ini adalah berapa jumlah
anak yang bisa diasuh dengan layak sehingga nantinya menjadi
pribadi yang sehat, bahagia, berkembang dengan baik, dan bisa
menjadi bagian yang memberkati masyarakat dan bangsa.”

3. Membimbing Perkembangan Mereka


Supaya bisa diterima masyarakat dan bangsa dengan baik, orangtua
Kristen hendaknya membimbing perkembangan anak-anak mereka
ke dalam jalan-jalan Tuhan. ”Sebab Aku telah memilih dia, supaya
diperintahkannya kepada anak- anaknya dan kepada keturunannya
supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan
melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan memenuhi
kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.” (Kejadian
18:19). Ayat ini menyebutkan tentang perintah Allah yang harus
diikuti Abraham sehingga Allah dapat membawa Abraham ke
tanah yang sudah dijanjikan-Nya. Apakah dua hal yang harus
dilakukan anak-anak dan seisi rumah Abraham dilakukan untuk
“berjalan menurut jalan Tuhan?”

Mungkinkah Allah membuat bangsa yang besar dari anak-anak


Abraham jika mereka tidak melakukan yang benar dan adil?
Bagaimana mungkin anak-anak Anda menggenapi rencana Allah
bagi mereka jika Anda tidak mengajarkan kepada mereka untuk
menurut jalan-jalan Tuhan? Tuhan memberikan janji ini: “Didiklah
orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa
tuanya ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” (Amsal 22:6).
“Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan
tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis” kata Yesus, (Matius 11:11). Bacalah Lukas 1:6 untuk
mempelajari macam lingkungan rumah tangga yang disediakan
Zakharia dan Elisabet bagi Yohanes. Dapatkah Anda mengikuti

Gereja Kalimantan Evangelis | 57


contoh yang diberikan Zakharia dan Elisabet? Alkitab mengatakan
bahwa mereka “kedua nya adalah benar di hadapan Allah dan
hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak
bercacat.”

4. Merawat dan Memelihara Mereka


Alkitab memberikan perintah yang khusus kepada orangtua. Paulus
menggambarkan hubungannya dengan orang-orang Kristen di
Korintus dengan mengatakan, “Karena bukan anak-anak yang
mengumpulkan harta untuk orang tuanya, melainkan orang tualah
untuk anak-anaknya.” (1 Korintus 12:14). Paulus mengatakan
dengan sukacita ia akan memberikan apa yang dia punya untuk
orang-orang Korintus. Haruskah orang tua mempunyai permintaan
terhadap anak-anaknya yang menyebabkan kesulitan keuangan
yang besar? Permintaan-permintaan tersebut termasuk pesta, pesta
pernikahan, hadiah yang mahal dan lain-lain. Sebagai orang yang
baru dewasa, Anda mungkin tidak bisa mengubah cara yang
dipakai orangtua Anda. Tapi Anda harus belajar mengikuti ajaran-
ajaran Kristen ketika Anda menjadi orang tua.

5. Mengasuh dan Mendidik Mereka


Musa telah memimpin bangsa Israel sampai di usia tuanya. Dalam
pidato perpisahannya, dia memberikan perintah yang terakhir dari
Tuhan. Bacalah Ulangan 6 untuk mempelajari perintah-perintah
yang penting ini. Bagaimana bangsa Israel mengatakan kebenaran-
kebenaran ini kepada anak-anak mereka? Lihatlah ayat Ulangan
6:6-9. Ayat Ulangan 6:4 memberikan perintah Allah yang Agung.
Saat Anda membaca ayat Ulangan 6:7 carilah beberapa “waktu
untuk pengajaran Firman Allah” yang bisa dipakai oleh seluruh
keluarga untuk mengajar anak-anak. Perhatikan bagaimana Allah
menjadi pusat bagi keluarga pada masa itu. Anak-anak diajarkan
tentang Firman Tuhan dengan rajin dan rutin.

Gereja Kalimantan Evangelis | 58


6. Membimbing Mereka
Lukas 2:52 menyebutkan kepada kita bahwa Yesus “makin
bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi
oleh Allah dan manusia.”Dengan menggunakan empat bidang
berikut ini, pikirkanlah sikap-sikap dan kecakapan-kecakapan yang
ingin anak-anak Anda miliki jika mereka dewasa nantinya.
Bagaimana cara terbaik yang bisa Anda tempuh untuk
mengembangkan kecakapan dan sikap mental anak-anak?
Pendidikan apa yang Anda inginkan bagi anak-anak Anda?
Pikirkanlah juga perkembangan secara fisik. Apa yang perlu
diketahui anak-anak Anda mengenai tubuh mereka agar mereka
bisa memperlakukan tubuh mereka dengan benar sebagai Bait Roh
Kudus? Apa yang perlu diketahui, dialami, dilakukan anak-anak
untuk bisa bertumbuh secara rohani? Apa yang seharusnya menjadi
ciri hubungan mereka dengan Allah? Bagaimana mereka perlu
berhubungan dengan orang lain, dengan orang Kristen dan non-
Kristen?

7. Bersaksi Bagi Mereka


Ceritakan pada anak-anak Anda tentang pekerjaan Tuhan dalam
hidup Anda. Ceritakan kepada mereka pada waktu Tuhan
menyembuhkan Anda, atau ketika Allah dengan ajaib
menyediakan makanan bagi Anda saat Anda tidak mempunyai
uang. Ceritakan kepada mereka bagaimana perbuatan Tuhan
selama ini kepada Anda. Mazmur 78:4, “Kami tidak hendak
sembunyikan terhadap anak-anak mereka, tetapi kami akan
ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada
Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah
dilakukan-Nya.” Ambil Alkitab Anda sekarang dan bacalah
Mazmur 78:1-7. Ceritakan tentang kebaikan Tuhan kepada anak-
anak Anda. Maka, mereka juga akan menaruh kepercayaan mereka
terhadap Tuhan.

Gereja Kalimantan Evangelis | 59


8. Mengasihi Mereka
Tunjukkan kedekatan Anda kepada anak-anak. Jika mereka
melakukan sesuatu yang baik, berikan pujian, ungkapkan, “Aku
mengasihi engkau,” dalam perkataan dan perbuatan. Dorong dan
bimbing serta ajar mereka secara pribadi. Ada saatnya tiap orang
tua meluangkan waktu sendiri dengan tiap anaknya. Ajarkan
kepada anak-anak Anda tentang Firman Tuhan dan berdoalah
dengan anak-anak Anda. Firman Tuhan dapat memberikan hikmat
kepada anak-anak Anda menuju kepada keselamatan melalui iman
dalam Yesus Kristus.

B. Anak-Anak dalam keluarga kristen


“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena
haruslah demikian.” (Efesus 6:1) “Hai anakku, peliharalah perintah
ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah
senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu.”
Amsal 6:20-21. Allah memberikan kepada Musa sepuluh perintah, ya
hanya sepuluh peraturan yang paling penting untuk menuntun hidup
kita. Perintah yang kelima adalah, “Hormatilah ayahmu dan ibumu,
seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya
lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan,
Allahmu, kepadamu.” Ulangan 5:16. Paulus menyebutkan perintah ini
dengan suatu janji, Efesus 6:2.

1. Anak dan Ketaatan Pada Orang Tua (Kolose 3:20).


“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam Tuhan.” Alasan apa yang diberikan oleh
Paulus agar mentaati orang tua dalam segala hal? “Hai anak-anak,
taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang
penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia
dan panjang umurmu di bumi.” (Efesus 6:1-3). Paulus menuliskan
ayat-ayat ini dalam sebuah surat ketika dia sudah tua dan ada di

Gereja Kalimantan Evangelis | 60


dalam penjara. Dia bukanlah seorang penjahat, dia salah satu murid
Tuhan Yesus yang sejati. Paulus melayani dengan nasihat-nasihat
yang penuh kasih kepada semua orang. Dalam tes ini dia
mengikutsertakan anak-anak dan orang tua. Bacalah Roma 1:30
dan II Timotius 3:2. Apakah Anda memperhatikan bahwa
ketidaktaatan kepada orang tua adalah termasuk sebagai dosa yang
paling jahat? Baik ayah maupun ibu, keduanya harus dihormati.

2. Kasih Allah Kepada Anak-Anak


Kasih Allah kepada anak-anak merupakan alasan yang utama
mengapa Dia menekankan ketaatan kepada orangtua. Tuhan
berfirman kepada kita untuk menghormati orangtua, “supaya kamu
berbahagia dan panjang umurmu di bumi” Efesus 6:3. Anak-anak
tidak bisa secara alamiah mengetahui untuk “menolak yang jahat
dan memilih yang baik.” Mereka mesti bertumbuh dalam hikmat
ini, mereka mesti diajarkan pengetahuan ini. orangtua adalah guru
kedua yang penting setelah Tuhan sendiri. Bacalah masa kecil
Yesus dalam Lukas 2:41-51. Sebagai anak kecil, bagaimana Yesus
melaksanakan perintah taurat yang kelima ini? Efesus 5 berbicara
tentang para istri yang harus merendahkan diri atau taat kepada
suami mereka. Dalam Efesus 6, suami dan istri sekarang disebut
orangtua. Anak-anak hendaknya mentaati orang tua mereka.Tidak
ada keterangan yang menyebutkan bahwa salah satu orangtua
berhak atas penghormatan yang lebih besar dari yang lain

3. Allah Ada Di Atas Para Orang Tua


Kisah Para Rasul 5:29 menunjukkan suatu masa di mana
ditunjukkan sikap agar kita lebih mengasihi Tuhan dari pada yang
lain. “Kita harus mentaati Allah lebih daripada manusia” Jika
orang tua kita meminta agar kita berbuat yang bertentangan dengan
kehendak Tuhan, kita harus mentaati Allah. Allah berbicara kepada
anak-anak, dan kehendak Allah harus menjadi yang pertama,
bahkan sebelum kehendak orang tua. Samuel hanyalah seorang

Gereja Kalimantan Evangelis | 61


anak kecil ketika dengan cara yang ajaib Tuhan datang pada malam
hari di tempat tidurnya dan berbicara kepadanya. Bahkan ketika
maksud untuk mentaati Tuhan bertentangan dengan kehendak
orangtua, kita tidak boleh begitu saja meremehkan keinginan
orangtua kita.

Kita harus berusaha sedemikian rupa untuk mencapai suatu


persetujuan. Kita tidak boleh marah terhadap mereka, atau
membuat mereka marah. Kita hendaknya menunjukkan kepada
mereka segala bentuk kasih dan penghormatan meskipun mereka
menentang kehendak Tuhan. Petrus mengingatkan kepada kita
bahwa seorang Kristen harus rendah hati dalam semua hubungan.
”Demikian juga kamu, hai orang- orang muda, tunduklah kepada
orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu
seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang-orang
yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. (I
Petrus 5:5). Ketika kehendak orang tua bertentangan dengan
perintah Tuhan, seorang Kristen memilih jalan Tuhan dengan
kelembutan dan kerendahan hati.

4. Ketika anak-anak bertumbuh menjadi dewasa


Orang dewasa pun harus terus menghormati orang tua mereka.
Seorang anak yang telah dewasa mungkin hidup jauh dari orang
tua dan harus membuat sebagian besar keputusan sendiri.
Perpisahan ini dapat menyebabkan kekuatiran bagi orang tua
mereka. Mereka mungkin akan merasa ditinggalkan atau bahkan
ditolak kalau anak-anak mereka yang telah “modern” tidak
menjaga suatu hubungan yang dekat. Selalu ada perbedaan dalam
tiap generasi dari umat manusia. Hal ini nyata khususnya di
negara-negara dengan gaya hidup berubah dengan cepat. Anak-
anak yang sudah dewasa perlu untuk menjaga hubungan yang
dekat dengan orang tua mereka, untuk memberitahu mereka bahwa
mereka masih dikasihi dan dihormati.

Gereja Kalimantan Evangelis | 62


Usia tua sering membawa masalah yang memerlukan perhatian
yang penuh kasih dari anak-anak yang sudah dewasa. Dalam
Markus 7, Yesus menegur para pemimpin agama pada masa itu
karena melaksanakan tradisi mereka namun tidak betul-betul
memperhatikan kebutuhan orang tua dan menghormati mereka. Di
dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri
Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan
murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-
Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-
Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia
dalam rumahnya (Yohanes 19:25-27). Ayat ini menceritakan
bagaimana Yesus membuat suatu rencana untuk merawat ibunya
bahkan ketika Dia hampir mati di atas kayu salib. Seperti Yesus
yang menunjukkan penghormatan dan perhatian untuk ibunya
selama hidupnya, orang-orang Kristen saat ini perlu memegang
perintah Tuhan untuk menghormati orangtua mereka.

DOA PENUTUP PEMBAHASAN SESI

Gereja Kalimantan Evangelis | 63


III. MATERI KATEKISASI BAPTISAN KUDUS ANAK DAN
DEWASA

A. PEDOMAN PELAKSANAAN
(Pedoman Pelaksanaan Katekisasi ini memuat petunjuk teknis
menyangkut tahapan pelaksanaan Katekisasi untuk Baptisan Anak
yang ditujukan kepada Orang Tua dan Para Saksi. Dilaksanakan satu
kali dengan durasi waktu yang digunakan selama 90 menit).

1. Doa Pembukaan dan Menyanyi

2. Paparan Materi Katekisasi


(Materi Katekisasi sesuai dengan bahan yang tersedia
dalam uraian bagian B. Materi Katekisasi)

3. Diskusi

4. Petunjuk Teknis
(Petunjuk teknis mengacu Liturgi Baptisan Kudus yang akan
dilaksanakan ditambah hal-hal lain yang dianggap perlu untuk
kelancaran pelaksanaan baptisan)

5. Menyanyi

6. Doa Penutup

Gereja Kalimantan Evangelis | 64


B. MATERI KATEKISASI
(Materi Katekisasi ini berisi beberapa pokok pengajaran yang perlu
disampaikan kepada Orang Tua dan Para Saksi ketika akan dilakukan
Baptisan Kudus terhadap anak-anak. Pokok pengajaran yang disajikan
di sini hanya petunjuk dan garis besar yang masih perlu
dikembangkan oleh Pendeta atau Pengajar Katekisasi dengan
mengingat durasi waktu pertemuan secara keseluruhan sekitar 90
menit).
1. Sumber
• Alkitab
• Ajaran GKE tentang Sakramen Baptisan
• Katekismus GKE: Warga GKE menjawab
Tantangan Zaman
• Tata Gereja GKE tahun 2015
• Himpunan Peraturan GKE Tahun 2016
• Liturgi GKE & Kumpulan Doa (Edisi Lengkap)
Tahun 2016

2. Pokok-Pokok Bahasan
a. Ajaran GKE tentang Sakramen Baptisan Kudus
Pokok pengajaran mengacu Ajaran GKE tentang Sakramen
Baptisan Kudus dengan penekanan terhadap dasar, makna,
dan teknis pelaksanaan baptisan untuk anak-anak.
• Sakramen adalah tanda dan meterai yang ditentukan dan
diperintahkan oleh Tuhan Allah untuk menandakan dan
memeteraikan janji-janjiNya, yaitu atas dasar kasih
karunia Allah oleh pengorbanan Yesus Kristus di salib
sehingga setiap orang yang percaya dan bertobat
memperoleh pengampunan dosa, karunia Roh Kudus dan
hidup kekal.

Gereja Kalimantan Evangelis | 65


• Sakramen Baptisan Kudus adalah tanda dan meterai
yang ditentukan-diperintahkan Tuhan Allah (bdk. Mat.
28:18-20, Mrk. 16:16) untuk menandakan-memeteraikan
janji-janji-Nya melalui pengorbanan Yesus Kristus agar
setiap orang yang percaya memperoleh pengampunan
dosa, karunia Roh Kudus dan hidup kekal. Dasar
Baptisan Kudus adalah inisiatif Allah dalam kasih
karunia-Nya mau menerima semua orang tanpa kecuali.
Anugerah Allah itu melayakkan setiap orang untuk
menerima janji-janjiNya, mendahului dan menumbuhkan
kesadaran iman untuk selanjutnya setiap orang secara
pribadi menyatakan pengakuan percaya kepada Allah.

• Untuk menandakan dan memeteraikan karya Allah yang


menyelamatkan dan pemberian janji-janjiNya,
pelaksanaan Baptisan Kudus dilakukan dengan
menyebutkan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
(Mat. 28:18-20). Sakramen Baptisan Kudus adalah tanda
partisipasi seseorang ke dalam kematian dan kebangkitan
Kristus sehingga ambil bagian di dalam ruang lingkup
penyelamatan Allah sekaligus tanda inisiasi seseorang ke
dalam Gereja sehingga terhisap menjadi anggota
persekutuan Tubuh Kristus (Roma 6:1-14), baik untuk
orang dewasa maupun anak-anak yang dilakukan satu
kali seumur hidup.

• Sakramen Baptisan Kudus sebagaimana maknanya,


dilakukan dengan dua cara, yaitu : Percik dan Selam
dengan menyebut nama Tri Tunggal Allah, yaitu : Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus. GKE menggunakan
Baptisan Percik sesuai tradisi dan ajaran GKE, namun
mengakui Baptisan Selam yang dilakukan oleh

Gereja Kalimantan Evangelis | 66


denominasi gereja-gereja lainnya. Karena itu GKE
menerima kepindahan warga gereja dari gereja dan
denominasi lainnya yang telah dibaptis Selam dan
mengakui Baptisan Selam tersebut dengan tidak
membaptis ulang yang bersangkutan baik bagi orang
dewasa maupun anak-anak.

• Baptisan Kudus yang dilayankan kepada anak-anak


didasarkan atas pemahaman bahwa anugerah Allah
mendahului kesadaran iman subjektif dan menghantar
seseorang untuk bertumbuh menuju kesadaran untuk
memiliki iman subjektif, anugerah Allah mendahului
kelayakan seseorang dan menjadi dasar untuk
melayakkan seseorang menerima janji-janji Allah,
bahwa semua orang (baik dewasa maupun anak-anak)
adalah orang berdosa sehingga memerlukan
pengampunan dosa atas dasar kasih karunia Allah, dan
atas makna baptisan sebagai inisiasi bahwa setiap orang
(baik dewasa maupun anak-anak) di-inisiasikan menjadi
anggota Gereja sebagai Tubuh Kristus dan sebagai
Institusi.

b. Hubungan antara Baptisan Kudus dengan Perjamuan


Kudus
Pokok pengajaran mengacu Ajaran GKE tentang Sakramen
Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus dengan penekanan
pada dasar pelaksanaan Perjamuan Kudus dan dasar
Perjamuan Kudus untuk anak-anak.

• Sakramen Perjamuan Kudus adalah tanda dan meterai


yang ditentukan-diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat.
26:26-29, Mrk. 14:22-25, Luk. 22:14-20, I Kor. 11:23-
26) untuk merayakan dan memperingati penggenapan

Gereja Kalimantan Evangelis | 67


janji-janji Allah bahwa melalui pengorbanan Yesus
Kristus setiap orang yang percaya memperoleh
pengampunan dosa, karunia Roh Kudus dan hidup kekal.

• Sakramen Perjamuan Kudus ada dan dilayankan karena


anugerah Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus
mau menerima semua orang tanpa kecuali. Anugerah
Allah tersebut melayakkan setiap orang untuk menerima
janji-janjiNya, dan mendahului serta menumbuhkan
kesadaran iman untuk selanjutnya setiap orang secara
pribadi dan bersama-sama merayakan dan memperingati
penggenapan janji-janji Allah tersebut hingga pada
akhirnya bersama-sama merayakan Perjamuan Kudus
bersama dengan Sang Anak Domba Allah di dalam
Sorga.

• Sakramen Perjamuan Kudus dilaksanakan untuk


memperingati bahwa Kristus telah menyerahkan tubuh-
Nya dan menumpahkan darah-Nya demi penyelamatan
manusia agar dibebaskan dari perbudakan dosa untuk
selanjutnya memiliki hidup kekal dan menjadi anggota
Kerajaan Allah. Sakramen Perjamuan Kudus dilayankan
untuk menghiburkan dan menguatkan orang-orang
percaya ketika harus mengalami berbagai penderitaan
dan memikul salib oleh karena imannya. Sakramen
Perjamuan Kudus dilayankan untuk membangun
pengharapan, yakni memuat janji-janji Allah bahwa
setiap orang percaya akan masuk ke dalam Perjamuan
Anak Domba Allah yang akan dilaksanakan di dalam
Kerajaan Allah yang kekal. Dengan demikian, maka
sakramen Perjamuan Kudus menjadi sebuah perayaan
untuk memperingati yang di dalamnya terkandung

Gereja Kalimantan Evangelis | 68


makna penghiburan, penguatan dan pengharapan oleh
setiap orang yang sudah menjadi anggota Tubuh Kristus
dan warga Gereja yang perlu dilakukan secara berulang-
ulang.

Sebagaimana sudah diuraikan di atas, bahwa sakramen


Baptisan Kudus adalah pintu masuk seseorang ke dalam Gereja
sebagai Tubuh Kristus dan menjadi anggota Gereja sebagai
Lembaga. Sementara sakramen Perjamuan Kudus adalah wujud
perayaan iman bagi setiap orang yang sudah menjadi anggota
anggota Gereja. Dengan demikian, Baptisan Kudus menjadi
pintu masuk atau syarat bagi seseorang untuk bisa ikut dalam
Perjamuan Kudus. Memperhatikan syarat dan makna, baik
Baptisan Kudus maupun Perjamuan Kudus, maka semua
anggota Gereja, baik orang dewasa maupun anak-anak, sama-
sama perlu menyambut pewartaan pengampunan dosa,
undangan pertobatan sepanjang sejarah hidup mereka,
penghiburan dan pengharapan di dalam pengembaraan iman di
tengah-tengah dunia, dan berhak ambil bagian di dalam pesta
yang diwartakan oleh sakramen Perjamuan Kudus.

c. Hubungan antara Baptisan Kudus, Perjamuan Kudus


dengan SIDI
Pokok pengajaran mengacu Ajaran GKE tentang Sakramen
Baptisan Kudus, Perjamuan Kudus dan Katekisasi Sidi.
• Salah satu makna Sakramen Baptisan Kudus adalah
partisipasi seseorang ke dalam kematian dan kebangkitan
Kristus. Dalam hal ini, maka unsur pengakuan iman secara
subjektif menjadi syarat penting seseorang untuk menerima
pelayanan Baptisan Kudus. Sementara makna baptisan
untuk anak-anak, belum menekankan pada kesadaran
subyektif, melainkan pada inisiasi atas keyakinan bahwa

Gereja Kalimantan Evangelis | 69


anugerah Allah mendahului kesadaran iman subjektif dan
menghantar seseorang untuk bertumbuh menuju kesadaran
untuk memiliki iman subjektif. Hal yang sama, berkaitan
dengan keikutsertaan anak-anak dalam merayakan
Sakramen Perjamuan Kudus. Karena itu, maka pada
pelaksanaan Baptisan Kudus, anak-anak perlu dihantar oleh
orang tua dan saksi. Demikian juga, pada pelaksanaan
Perjamuan Kudus, anak-anak perlu dihantar dan didampingi
oleh orang-orang yang lebih dewasa.

• Warga Gereja yang sudah menerima Baptisan Kudus dan


merayakan Perjamuan Kudus perlu hadir sebagai Tubuh
Kristus yang hidup di tengah-tengah dunia. Kehadiran
tersebut, baik berkaitan dengan kehidupan pada diri sendiri
maupun dalam kaitan dengan orang lain sesama warga
Gereja dan dengan dunia. Setiap warga Gereja memiliki hak
dan kewajiban untuk menjalani kehidupan pribadi yang
penuh anugerah, di antaranya kehidupan pernikahan. Dalam
kaitan dengan orang lain dan dunia sebagai keseluruhan,
setiap warga Gereja perlu ambil bagian dalam
melaksanakan tugas panggilan Gereja, baik bersekutu,
bersaksi maupun melayani. Dalam kaitan ini, maka
kesadaran pribadi atau kesadaran iman subyektif perlu
dimiliki oleh setiap warga Gereja. Anak-anak yang sudah
menjadi anggota Gereja dan ambil bagian dalam perayaan
sakramen Perjamuan Kudus sebagai anak-anak, perlu
bertumbuh untuk pada saatnya memiliki sikap subyektif,
baik dalam pengakuan iman kepada Tuhan Yesus maupun
dalam ambil bagian menjalankan tugas panggilan Gereja di
tengah-tengah dunia.

Gereja Kalimantan Evangelis | 70


• Dalam kaitan ini, maka SIDI menjadi perlu untuk dijalani
oleh setiap anak-anak yang sudah menerima Baptisan
Kudus. Pada katekisasi untuk SIDI, seseorang dipersiapkan
untuk menjadi anggota Jemaat dewasa dengan segala hak
dan kewajiban yang ada. SIDI sebagai wujud ikrar
subyektif iman seseorang kepada Tuhan, sekaligus menjadi
peristiwa dimulainya seseorang menikmati hak-haknya
sekaligus menjalankan kewajibannya sebagai anggota
Jemaat dewasa. Karena itu, maka Baptisan Kudus yang
sudah diterima ketika masih kanak- kanak perlu dilanjutkan
dengan SIDI ketika sudah dewasa. Demikian pula
Perjamuan Kudus yang sudah diikuti pada waktu masih
kanak- kanak, ketika sudah SIDI, seseorang menghayati
makna Perjamuan Kudus tersebut ke dalam tugas panggilan
sebagai anggota Jemaat dewasa.

d. Hak dan Kewajiban Anak-anak serta Tanggung Jawab


Orang Tua dan Saksi
Pokok pengajaran mengacu Ajaran GKE tentang Sakramen
Baptisan Kudus, Perjamuan Kudus, Katekisasi SIDI dan Liturgi
Baptisan Kudus Anak dengan penekanan pada hak dan
kewajiban anak- anak serta tanggung jawab orang tua dan para
saksi.

• Sebagai anggota Gereja, maka anak-anak memiliki hak


yang sama dengan segenap anggota Gereja lainnya yang
lebih tua atau sudah dewasa. Anak-anak memperoleh hak
untuk mendapat berbagai bentuk pelayanan oleh Gereja,
baik secara langsung oleh Majelis Jemaat maupun melalui
Seksi Pelayanan Anak (SPA), Seksi Pelayanan Remaja
(SPR) dan Seksi Pelayanan Pemuda (SPP). Sejalan dengan
hak tersebut, anak-anak juga memiliki kewajiban yang

Gereja Kalimantan Evangelis | 71


mungkin dipenuhi oleh anak-anak, yaitu ambil bagian
dalam berbagai pelayanan yang disiapkan oleh Gereja.
Dalam hal ini, hak dan kewajiban berpadu dalam diri anak-
anak.

• Sejalan dengan peran orang tua dan para saksi menghantar


anak-anak untuk dibaptiskan dan mendampingi anak-anak
untuk ikut Perjamuan Kudus, maka orang tua dan para saksi
bertanggung jawab pula untuk membimbing anak-anak
tersebut agar sampai pada pelaksanaan SIDI di kemudian
hari. Orang tua dan para saksi bertanggung jawab
membimbing anak-anak dalam pertumbuhan iman mereka
agar mereka tiba pada saatnya secara pribadi mengakui
iman melalui SIDI. Tanggung jawab ini sejalan dengan
nasihat dalam Liturgi Baptisan Kudus untuk anak-anak.

e. Baptisan Bermasalah
Materi tentang Baptisan Bermasalah ini hanya perlu disampaikan
dalam rangka pelaksanaan baptisan untuk anak-anak yang
“bermasalah”. Baptisan untuk anak-anak yang “bermasalah” diatur
dalam Peraturan GKE Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Baptisan Kudus dalam Lingkungan GKE menjadi pedoman dalam
Katekisasi.

3. Petunjuk Teknis Baptisan Kudus


Petunjuk teknis sakramen Baptisan Kudus adalah sebagaimana diatur
dalam Peraturan GKE Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Baptisan Kudus dalam Lingkungan GKE dan Liturgi Baptisan Kudus
dalam Lingkungan GKE Tahun 2016.

Gereja Kalimantan Evangelis | 72


Teknis dan penjelasan tambahan dari Peraturan GKE nomor 39
Tahun 2016:
• Untuk pelaksanaan Baptisan Kudus untuk anak-anak “bermasalah”
dan untuk pelaksanaan Baptisan Kudus yang dilakukan bersama-
sama antara anak-anak dengan orang dewasa. Anak-anak akan
dibaptis lebih dahulu, kemudian baptis dewasa.

• Khusus untuk baptisan anak-anak atau bayi dalam keadaan biasa,


maka yang membawa anak-anak tersebut kepada Pendeta untuk
dibaptiskan adalah kedua orang tua dari anak-anak tersebut. Para
Saksi berada di barisan belakang sedangkan orang tua memegang
anak dan berada di samping anak yang dibaptis.

• Orang tua dan saksi wajib hadir dalam Katekisasi Baptisan Kudus.

• Saksi baptisan adalah orang yang sudah sidi, hidupnya bisa


menjadi teladan dan tidak sedang menjalani disiplin gerejawi.

• Baptisan untuk orang dewasa kecuali yang bersangkutan sakit,


wajib mengikuti katekisasi.

• Baptisan untuk orang sakit diberikan arahan dan pesan kepada


orang tua atau ahli waris atau pihak yang meminta baptisan untuk
orang tersebut.

• Baptisan Kudus dewasa ialah baptisan yang dilakukan terhadap


seseorang yang sudah dewasa dalam usia dan memenuhi syarat
untuk menerima Peneguhan Sidi. Baptisan dewasa diberikan baik
terhadap orang dewasa yang sehat ataupun sedang menderita sakit.

*******

Gereja Kalimantan Evangelis | 73

Anda mungkin juga menyukai