Bahan Ajar Katekisasi Nikah, Katekisasi Baptisan Kudus Anak Dan Dewasa Gereja Kalimantan Evangelis
Bahan Ajar Katekisasi Nikah, Katekisasi Baptisan Kudus Anak Dan Dewasa Gereja Kalimantan Evangelis
Diterbitkan Oleh:
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja kita yang
telah memimpin Tim Penulisan Buku Pegangan Katekisasi Nikah GKE
dan Materi Katekisasi Baptisan Kudus Anak dan Dewasa dari Komisi
Teologia GKE sehingga buku ini dapat diselesaikan.
Buku pegangan Katekisasi Nikah GKE ini terdiri dari 2 (dua) model,
yaitu Katekisasi Nikah GKE (Singkat) dan Katekisasi Nikah GKE
(Panjang). Katekisasi pernikahan biasa/normal dapat menggunakan
materi katekisasi yang singkat atau ditambahkan dengan beberapa materi
dari materi katekisasi yang panjang (lengkap). Untuk katekisasi nikah
bermasalah menggunakan 2 (dua) materi katekisasi, yang digunakan
sebelum pelaksanaan peneguhan dan pemberkatan nikah kemudian
dilanjutkan dengan materi katekisasi yang panjang (lengkap) setelah
peneguhan dan pemberkatan nikah. Kedua materi saling melengkapi.
Waktu katekisasi disesuaikan dengan tidak mengurangi materi katekisasi
nikah. Selamat mengajar dan belajar. Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
B. Petugas Katekisasi
Petugas yang melaksanakan katekisasi nikah tidak selamanya harus
orang yang sama. Bisa melibatkan Majelis Jemaat setempat
(Penatua/Diakon). Untuk pertemuan yang berkaitan dengan teknis
pelaksanaan, harus dilaksanakan oleh pelayan/petugas yang akan
meneguhkan/memberkati nikah dengan didampingi oleh sedikitnya 2
(dua) orang Majelis Jemaat setempat.
1. Pendahuluan
Pernikahan merupakan suatu pengalaman yang penting dalam
kehidupan kita manusia yang telah diciptakan Allah segambar dan
serupa dengan Dia. Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang telah
direncanakan oleh Allah, dengan hidup dan kehidupan manusia
sebagai ciptaanNya.
Meski demikian, mereka itu tetap berbeda. Karena yang satu adalah
manusia laki-laki dan yang lain adalah manusia perempuan. Dalam
keberadaan masing-masing, mereka saling melengkapi. Dalam
Alkitab disebutkan bahwa Allah akan menjadikan seorang penolong
Gereja Kalimantan Evangelis | 2
yang sepadan, maka diciptakan-Nya perempuan bagi laki-laki (Kej.
2:18). Dalam penciptaan yang demikian, manusia lebih utama dan
mulia dari makhluk yang lain. Allah sangat mengasihi manusia,
karena diciptakanNya manusia setelah sesuatu yang diperlukan telah
tersedia.
Penolong yang sepadan dengan dia ialah kawan hidup yang tidak
sama benar dengan laki-laki (Adam), tetapi yang dijadikan
sedemikian rupa sehingga kedua-duanya merupakan kesatuan yang
lengkap, yang tidak kurang satu apapun. Laki- laki tanpa perempuan
belumlah lengkap, demikian pula sebaliknya. Jadi laki-laki dan
perempuan dalam segala lapangan hidup adalah saling melengkapi.
Dalam hidup suami isteri berlaku kata-kata, “aku untukmu dan engkau
untukku”. Satu orang pria hanya memiliki satu orang perempuan
(isteri). Demikian juga satu orang perempuan hanya memiliki satu
Tetapi Allah yang penuh kasih, yang dari semula mengikat diri-Nya
dengan manusia, tetap setia. Ia menjanjikan keselamatan manusia
melalui karya penyelamatan-Nya sendiri (Kej. 3:15). Kuasa dosa
dihancurkan melalui seorang Juruselamat, yakni Yesus Kristus.
Tentang Dia, Yohanes Pembaptis berkata, “Lihatlah Anak Domba
Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Ia datang untuh
memulihkan kemuliaan Allah pencipta yang telah hilang, kepada laki-
laki dan perempuan, suami dan isteri untuk menjadi manusia baru
atas karunia Tuhan. Kata Rasul Paulus, “Siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu
sesungguhnya yang baru sudah datang” (II Kor. 5:17).
1. Pendahuluan.
Suami isteri menciptakan satu keluarga Kristen. Keluarga Kristen
mulai dengan Pernikahan Kristen. Pernikahan Kristen didasarkan
kepada tata-tertib penciptaan dan karunia Allah sebagai hidup baru
dalam Tuhan Yesus kristus. Dalam praktenya, pernikahaan Kristen
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pertemuan pertama, tidak
begitu mudah terlaksana di dunia yang penuh dengan onak dan duri.
Banyak sekali bahaya/halangan yang mengancamnya, baik yang
datang dari dalam –yakni dari pihak suami dan pihak isteri, maupun
dari luar–pihak ketiga yang mengganggu dan merusak keluarga.
Karena itu baiklah dalam pertemuan kedua ini, melihat beberapa
aspek yang penting dari hal memelihara hidup baru dalam keluarga
Kristen, untuk diingat dan diketahui oleh kedua calon mempelai
sebagai pedoman yang perlu dihayati dan dilaksanakan nantinya.
2. Hal Kesabaran.
Rasul Paulus menawarkan resep yang mujarab bagi suami isteri di
dalam pergumulan hidup di tengah dunia yang penuh onak duri ini.
Resep mujarab itu ialah kesabaran (Kol. 3:13). Betapa banyak
keluarga Kristen yang ambruk akibat emosi dalam perilaku yang tidak
sabar. Namun kesabaran Kristus telah menciptakan hidup baru yang
memberikan kemungkinan dan kemampuan untuk bersabar dalam
segala hal. Kesabaran digumuli dalam doa, ibadah dan pembacaan
Alkitab yang selalu berpesan dalam kehidupan keluarga Kristen.
4. Hal Kasih.
Umumnya orang mengenal cinta kasih dan memberlakukannya di
dalam kehidupan suami isteri, dilingkungan keluarga, dengan anak-
anak. Akan tetapi betapa mudahnya cinta kasih yang biasanya di kenal
itu hancur. Sebabnya karena ia berakar pada egoisme, mementingkan
diri sendiri. Ia mengasihi sepanjang hal itu menguntungkan dirinya:
indah diperasaannya, manis dimatanya, gagah penampilannya,
menarik diharinya. Akan tetapi semua itu hanya semu, sementara.
Apabila kemanusiaan, keindahan, kegagahan telah luntur (merosot),
maka cinta kasih pun mulai redup dan mungkin akan menjadi sirna.
Bahagia tidak berarti bebas dari segala kesulitan hidup. Iman kita
kepada Tuhan Yesus tidak membebaskan kita dari segala macam
beban, tetapi iman karunia Tuhan itu memampukan kita untuk
menanggug beban apapun, untuk sabar yang pada gilirannya
melahirkan rasa bahagia, aman, serta damai, sejahtera. Sekalipun
dunia ini penuh onak dan duri bagi kehidupan keluarga, namun tidak
dapat menjadi alasan untuk berpendirian, serta kebahagiaan itu tidak
ada. Ibarat pohon mawar yang berbunga harum semerbak. Pohonnya
pun berduri. Semua orang yang mendambakan bunga mawar itu,
tatkala berusaha memetik bunganya, kadang-kadang tangan mungil
berdarah tertusuk duri. Mungkin orang berkata bahwa yang dipetiknya
itu bukan bunga mawar yang harum yang harum semerbak, karena
tangannya terluka kena durinya. Tetapi ingat Tuhan Yesus yang
bermahkota duri menderita, berdarah dan mati demi kebahagiaan
suami isteri yang percaya dalam mengarungi dunia berduri ini.
1. Pendahuluan
Sifat Pemeriksaan diri adalah pelayanan yang bertujuan menimbulkan
kesadaran terhadap kesucian perkawinan sebagaimana dikehendaki
oleh Allah. Pemeriksaan diri tidak bersifat atau berniat menghakimi
seseorang (karena siapakah manusia yang tidak bersalah) seperti kata
Rasul Paulus. “Seorang pun tak ada yang benar, bahkan seorang pun
tidak” (Roma 3:10). Pelayan (Majelis Jemaat) mengupayakan agar
pemeriksaan diri mengandung berita kesukaaan bagi calon mempelai,
sehingga mereka menyadari bahwa Tuhan Allah dalam kasih-Nya
mengampuni orang yang mengaku salah (dosa) dengan tulus ikhlas.
2. Pemeriksaan Diri
Tuhan Allah pencipta langit, bumi dan isinya adalah Allah yang
Mahasuci (kudus), yang menuntut umatnya hidup dalam kesucian,
sama seperti Allah yang suci (Im. 11:44 – 45;19:2; I Pet. 1:15-16; I
Tim. 6:16, dan lain-lain). Pernikahan adalah bagian yang integral dari
penciptaan langit, bumi dan manusia (Kej. 1:27-28). Menurut
peristiwa penciptaan itu sendiri disadari, bahwa sejarah manusia tidak
dimulai dengan dosa – akibat pemberontkan manusia di Taman
Firdaus (Kej. 3), tetapi dimulai dengan kehendak dan karya Allah
yang menjodohkan laki-laki dan perempuan dalam keadaan “sungguh
amat baik” (Kej. 1:31;2:18;21-24). Perkawinan itu terjadi dalam
kemurnian dan kesucian kurnia Allah sebelum dosa memerintah.
Berbicara tentang pernikahan dari segi Firman Allah, maka kita sadar
bahwa pernikahan Kristen itu sendiri adalah peraturan Allah yang
Karena, “berbahagialah orang yang takut akan Tuhan dan yang suka
akan perintah-perintahNya. Maka terang itu akan bercahaya di tengah-
tengah kegelapan, bagi orang yang benar, adil, pengasih dan
penyayang. Dari kelimpahan Tuhan, engkau akan menerima karunia
tambah karunia”.
1. Pendahuluan
Keberhasilan seseorang pendeta dalam melayani dan membina jemaat
tidak hanya bergantung pada penguasaan ilmu dan kemampuan teknis,
tetapi juga pada kualitas moral spiritual dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk keberadaan rumah tangganya. Warga jemaat yang ia layani
tidak hanya mendengar apa yang dikatakan (ajarkan), tetapi juga
melihat apa yang ia lakukan. Dari para pendeta dituntut agar mampu
mewujudkan bahwa kata dan perbuatannya menjadi satu dan sama.
TOPIK 1
CINTA/KASIH DAN PERNIKAHAN
1) Kasih itu sabar. Kasih itu tidak mudah marah, tidak mudah
menyerang, tidak mudah sakit hati. Kasih itu memampukan kita
untuk bersabar terhadap yang kita kasihi jika kita merasa
Ada beberapa jenis kasih, yaitu Kasih Agape, Eros, Fhilea, Storge.
Kasih yang digambarkan di atas adalah kasih Agape yang didasarkan
pada kasih Allah. Kasih Agape harus menjadi yang utama dalam
mengasihi. Seseorang akan mampu mengasihi secara maksimal
apabila didahului dengan mengasihi Allah.
Salah satu hasil dari ketaatan ini adalah, “dan Dia akan memberikan
kepadamu kehendak hatimu.” Rencana Allah untuk pernikahan Anda
adalah bagian dari rencana-Nya untuk hidup Anda. Berusahalah untuk
mengikuti kehendak-Nya setiap hari. Dia akan menunjukkan kepada
Anda kehendak- Nya untuk pernikahan Anda.
B. Pasangan
“Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki
dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti
perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan
oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” (1 Korintus
11:11-12)
Allah memilih untuk menciptakan dua jenis kelamin. Setiap pribadi
menjadi sempurna di dalam Kristus. ”Dan kamu telah dipenuhi di
dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.” (Kolose
2:10). Allah menghendaki supaya laki-laki dan perempuan saling
melengkapi dalam pernikahan. Mereka dipersatukan bersama untuk
membentuk suatu kesatuan pernikahan. Setiap pribadi yang disatukan
dalam pasangan akan membawa masing-masing suatu nilai tambah,
tindakan untuk memperkaya dan memperbaiki.
2. Akibat dosa
Dosa mengakibatkan rusaknya rencana Allah. Laki-laki dan
perempuan melupakan bahwa hubungan antara pasangan adalah
setara. Suami mulai menjadi pasangan yang berkuasa dan
penghormatan sang istri tidak lagi ditunjukkan.
3. Kedatangan Yesus
Tuhan Yesus membawa rencana yang baru. Ini betul-betul
mengembalikan rencana Allah yang sebenarnya. Paulus
menyatakan, ”Tidak ada lagi Yahudi atau Yunani, budak atau
6. Pemberian Total
Paulus melihat adanya kesetaraan antara hubungan suami istri.
Bacalah I Korintus 7:3-5. Apakah suami istri diharapkan
mempunyai keinginan seks? Apakah tubuh masing-masing
merupakan milik pasangannya? Saat Anda membaca ayat-ayat
tersebut, apakah Anda memperhatikan bahwa Paulus
menekankan akan adanya saling memberi antara suami istri?
Di samping itu juga, ada hal lain yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dari pernikahan, yaitu bahwa seorang (laki-laki atau
perempuan) yang akan menikah harus dewasa. Allah membentuk
pernikahan hanya untuk seorang yang dewasa. Kita perhatikan Adam
dan Hawa, keduanya adalah individu yang diperkenankan untuk
menikah karena keduanya dewasa. Penciptaan Adam dan Hawa dalam
keadaan dewasa adalah standar untuk pribadi yang diperkenankan
untuk menikah. Kedewasaan sangat dibutuhkan untuk menjamin
Dari kedua hal di atas, pertama kita tahu bahwa pernikahan bukan
semata-mata suatu bentuk kesatuan yang Anda lakukan sendiri.
Ketika dua orang menikah, mereka tidak hanya masuk ke dalam
sebuah perjanjian antara keduanya, tetapi juga dengan Allah. Dengan
kata lain, janji (sumpah) mereka tidak hanya kepada satu sama lain
tetapi di hadapan Allah dengan penuh tanggung-jawab kepada Allah.
Dalam pernikahan, dua orang tidak hanya menyatukan diri bersama,
mereka juga diikat oleh Allah. Fakta kedua yang dinyatakan di atas
adalah tidak ada seorangpun, tidak ada hukum, tidak ada hakim, tidak
ada juri, dan tidak ada orang yang terikat hukum atau di luar dari
hukum yang mempunyai hak untuk masuk di antara seorang laki-laki
dan istrinya yang dinikahi secara hukum” (Waldron, 1998:38).
Kasih ini hanya mencari apa yang baik bagi yang dikasihinya,
tanpa mempedulikan biaya dan pengorbanan secara pribadi.
Sebagaimana kesatuan pernikahan dalam kitab Kejadian
merupakan gambaran dari kasih Allah, hubungan suami istri dalam
Efesus 5 merupakan gambaran Kristus dan gereja-Nya. Kita bisa
mengerti dengan lebih baik bagaimana suami hendaknya
mengasihi istrinya ketika kita melihat Kristus mengasihi gereja-
Nya. Dari Efesus 5:21-22, buatlah daftar tentang ciri khas dari
kasih Kristus terhadap gereja-Nya. Kemudian, dari ayat-ayat yang
sama, buatlah daftar yang menunjukkan tanggung jawab sang
suami dalam mengasihi istrinya.
4. Kepemimpinan
“...karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5:23).
Alkitab tidak menekankan kekuasaan secara diktator, melainkan
adanya kepemimpinan. Menjadi kepala keluarga tidak
berhubungan dengan kelemahan atau kekuatan. Kepala keluarga
adalah kedudukan pelayanan yang khusus supaya suatu pernikahan
boleh berkembang dan bertumbuh. Sang suami memberikan
contoh dari kehidupan Ilahi.
2) Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah istilah Alkitab yang digunakan dalam
semua hubungan. Saling merendahkan diri satu dengan yang lain
adalah suatu sifat dalam kekristenan dan sebagai akibat dari
kepenuhan Roh Kudus. Merendahkan diri adalah dengan sukarela
mengangkat orang lain di atas diri Anda sendiri untuk
melayaninya. Suami istri hendaknya saling merendahkan diri,
saling mengangkat dan saling melayani. Paulus memulai suatu
diskusi tentang tanggung jawab pernikahan setelah dia menyatakan
prinsip-prinsip umum tentang merendahkan diri. “dan
rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan
Kristus” Efesus 5:21.
1. Pertentangan/konflik
Kamus menjabarkan konflik sebagai “suatu perjuangan,
pertentangan, benturan, ketidakcocokan, dan kehendak yang
c. Tukarlah posisi.
Rela melihat situasi yang terjadi menurut pendapat pasangan
kita akan menolong memberi pengertian bagaimana hal itu
mempengaruhi pernikahan. Masalahnya akan bisa diselesaikan
jika mereka memiliki sikap lemah lembut dan saling
menghargai perasaan orang lain. Bacalah Kolose 3:12-17.
A. PEDOMAN PELAKSANAAN
(Pedoman Pelaksanaan Katekisasi ini memuat petunjuk teknis
menyangkut tahapan pelaksanaan Katekisasi untuk Baptisan Anak
yang ditujukan kepada Orang Tua dan Para Saksi. Dilaksanakan satu
kali dengan durasi waktu yang digunakan selama 90 menit).
3. Diskusi
4. Petunjuk Teknis
(Petunjuk teknis mengacu Liturgi Baptisan Kudus yang akan
dilaksanakan ditambah hal-hal lain yang dianggap perlu untuk
kelancaran pelaksanaan baptisan)
5. Menyanyi
6. Doa Penutup
2. Pokok-Pokok Bahasan
a. Ajaran GKE tentang Sakramen Baptisan Kudus
Pokok pengajaran mengacu Ajaran GKE tentang Sakramen
Baptisan Kudus dengan penekanan terhadap dasar, makna,
dan teknis pelaksanaan baptisan untuk anak-anak.
• Sakramen adalah tanda dan meterai yang ditentukan dan
diperintahkan oleh Tuhan Allah untuk menandakan dan
memeteraikan janji-janjiNya, yaitu atas dasar kasih
karunia Allah oleh pengorbanan Yesus Kristus di salib
sehingga setiap orang yang percaya dan bertobat
memperoleh pengampunan dosa, karunia Roh Kudus dan
hidup kekal.
e. Baptisan Bermasalah
Materi tentang Baptisan Bermasalah ini hanya perlu disampaikan
dalam rangka pelaksanaan baptisan untuk anak-anak yang
“bermasalah”. Baptisan untuk anak-anak yang “bermasalah” diatur
dalam Peraturan GKE Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Baptisan Kudus dalam Lingkungan GKE menjadi pedoman dalam
Katekisasi.
• Orang tua dan saksi wajib hadir dalam Katekisasi Baptisan Kudus.
*******