Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SKRINING PRAKONSEPSI INFERTIL PRIMER DENGAN DISMINORE

DI UPTD PUSKESMAS SAMBOJA

Di Susun Oleh
Yuyun Yulita Sari

P07224423049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Skring Prakonsepsi


Subtopik : Infertil Primer
Sasaran : Wanita Usia Subur
Tempat : Puskesmas Samboja
Hari/Tgl/Jam : 09 Desember 2023
Pelaksana : Yuyun Yulita Sari

A. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan ini WUS dapat memahami


dan mengetahui tentang pentingnya skrining prakonsepsi
2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan WUS


memahami dan dapat menjelaskan mengenai:
a. Pengertian skrining prakonsepsi
b. Tujuan skrining prakonsepsi
c. Manfaat skrining prakonsepsi
d. Pemeriksaan pada skrining prakonsepsi
e. Penangan Infertilitas
f. Pemberian Imunisasi
B. Materi

Skrining Prakonsepsi

C. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi/Tanya jawab
D. Media
1. Leaflet
2. Pemaparan materi
E. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. Pembukaan 1 menit Menanyakan tentang - Menjawab


skrining prakonsepsi

2. Kegiatan 3-5 - Memperhatikan/


Menit - Menjelaskan mendengarkan
pengertian skrining - Memperhatikan/
prakonsepsi mendengarkan
- Menjelaskan skrining - Bertanya
prakonsepsi - Merespon
- Menjelaskan - Memperhatikan/
manfaat skrining mendengarkan
prakonsepsi
- Menjelaskan
Pemeriksaan
skrining prakonsepsi
- Menjelaskan
penangan infertil
- Menjelaskan
pemberian imunisasi
- Memberi
kesempatan pada
ibu untuk bertanya
- Memberi reward
positif
- Memberikan
feedback baik
- Menjawab
pertanyaan
3. Penutup 1 menit - Merangkum kembali - Merangkum
materi yang materi bersama
dijelaskan bersama penyuluh
peserta - Bertanya
- Memberi - Merespon
kesempatan kembali - Memperhatikan/
kepada ibu untuk
bertanya
- Meberikan reward
- Menjawab
pertanyaan
- Menutup dengan - Mendengarka
mengucapkan - Merespon
terimakasih - Menjawab
- Memberi salam salam

F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Media penyuluhan leaflet tersedia
b. Peserta berada di tempat penyuluhan
c. Tempat penyuluhan dalam keadaan siap
d. Penyuluhan dilaksanakan di Puskemas Sei Merdeka
2. Evaluasi proses
a. Penyuluh menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah
dimengerti
b. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
3. Evaluasi hasil

Setelah diberikan penyuluhan, peserta mampu:


a. Menjelaskan Pengertian skrining prakonsepsi
b. Menjelaskan Tujuan skrining prakonsepsi
c. Menjelaskan Manfaat skrining prakonsepsi
d. Menjelaskan Pemeriksaan pada skrining prakonsepsi
e. Menjelaskan Penangan Infertilitas
f. Menjelaskan Pemberian Imunisasi

TINJAUAN PUSTAKA
INFERTIL PRIMER DENGAN DISMENORE

A. Skring Prakonsepsi
Prakonsepsi merupakan penggabungan dua kata, yaitu pra yang
berarti sebelum, konsepsi yang berarti pertemuan sel telur wanita dan
sel sperma pria. Prakonsepsi adalah masa sebelum terjadi pertemuan
sel telur atau diasumsikan sebagai wanita usia subur yang siap menjadi
seorang ibu (L & Nababan, 2020)
Skrining prakonsepsi atau disebut juga perawatan prakonsepsi
adalah serangkaian intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan
memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan
kesehatan wanita serta hasil kehamilan nantinya.
B. Manfaat Skrining Prakonsepsi
Manfaat dari skrining prakonsepsi adalah menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, mencegah kehamilan tidak di inginkan, mencegah
komplikasi dalam kesamilan dan persalinan, mencegah kelahiran mati,
premature dan bayi dengan berat lahir rendah, mencegah terjadinya
kelahiran cacat, mencegah infeksi pada neonatal, mencegah kejadian
Underweight dan stunting sebagai akibat dari masalah nutrisi ibu,
mengurangi resiko diabetes dan Penyakit kardiovaskuler dalam
kehamilan dan mencegah penularan human Immunodeficience Virus
dari ibu ke janin ( WHO, 2013 )
C. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu
satu tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan
hubungan seksual secara normal minimal 2 – 3 kali seminggu. Infertilitas
dibedakan atas infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas
primer yaitu jika pasangan suami istri belum pernah mendapatkan
kehamilan. Infertilitas sekunder yaitu jika istri sudah pernah hamil akan
tetapi tidak berhasil hamil lagi tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan
hubungan seksual dilakukan secara normal (Oktarina at al. 2014). Faktor
risiko terjadinya infertilitas diantaranya adalah usia, penyakit menular
seksual, merokok, penggunaan alkohol dan kopi, sosial ekonomi,
ketidakseimbangan hormon dan paparan pestisida. Penggunaan
pestisida yang tidak selektif dapat mempengaruhi eksposur pada
manusia yang berdampak pada infertilitas. (Neghab at al, 2014).
1. Jenis Infertilitas
Jenis infertilitas ada dua yaitu:
1. Infertilitas Primer
Infertilitas primer adalah ketidak mampuan untuk memperoleh
kehamilan setelah 12 melakukan koitus tanpa menggunakan
kontrasepsi.
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah jika istri pernah hamil, namun kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa usaha
kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan hamil selama dua
belas bulan (HIFERI dalam Hatijar, 2017)
D. Patofisiologi
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita
diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang
mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab
mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum
dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi
tidak berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas serviks mempengaruhi proses pemasukan
sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang dapat menyebabkan kromosom seks tidak berkembang
dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan
melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma
sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebabkan
inflamasi zigot yang berujung pada abortus.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosterone diawali dengan
disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan
status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas diantaranya merokok, penggunaan
obat-obatan dan zat adiktif lainnya yang dapat berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi
abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrogat
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebabkan sperma masuk
ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
E. Penyebab Infertilitas
1. Infertilitas primer, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
faktor genetic, hormone yang tidak teratur, kekacauan genetika, cacat
bawaan, penyakit bawaan, penyakit system repdroduksi dll.
2. Infertilitas sekunder yang berhubungan dengan gaya hidup adalah
obesitas, diet, merokok dan alcohol (muslimin dalam agusari,2020).
Faktor merokok aktif maupun pasif memberikan efek yang beresiko
terhadap reproduksi pria atau wanita, racun nikotin yang terkandung
dalam rokok menyebabkan gangguan sperma, gangguan siklus haid,
komplikasi pada bayi baru lahir seperti retadasi, BBLR, aborsi
spontan pada janin (Penzias dalam agusari 2020). Kebiasaan
merokok lama kurang lebih 5 tahun memilikiresiko 54,6%
menyebabkan ketidakteraturan siklus mentruasi ( Sa’adah dan
Purnomo,2017)
Selain itu dari kedua pihak juga mempunyai peranan penting dalam
proses kehamilan. Masalah pada pasangan yang dapat mempengaruhi
kesuburan yaitu:
1. Masalah Pada Suami
a. Kelainan anatomi seperti hipospadia, verikokel, kriptorkisme
(testis kecil), kelainan penis
b. Gangguan fungsi seperti ereksi berat (impotensi)
c. Gangguan spermatogenesis seperti kelainan jumlah, bentuk,
gerak sperma
2. Masalah Pada Istri
a. Faktor vagina seperti vaginitis (radang/infeksi vagina)
b. Faktor uterus (rahim) seperti mioma uterus (tumor otot rahim),
kelainan bentuk posisi rahim
c. Faktor cervix (mulut rahim) seperti polip (tumor jinak)
d. Faktor tuba fallopi (saluran telur) seperti penyumbatan,
penyempitan, perlengketan saluran telur (bisa karena infeksi atau
kelainan bawaan)
e. Faktor ovarium (indung telur) seperti tumor, kista dan gangguan
ovulasi
F. Faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas
a. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah usia 35
tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur semakin sedikit.
Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita
berjalan optimal sehingga berkemapuan untuk hamil. Pada fase
reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami
menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi,
wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi. Pada pria dengan
bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan.
Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang
hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka akan mulai
menurun.
b. Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik surabaya, lebih dari 50% pasangan
dengan infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur
makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan
makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan
pasangan tersebut.
c. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi
frekuensi, posisi dan melakukannnya pada masa subur.
1) Frekuensi
Hubungan intim yang dilakukan setiap hari akan mengurangi
jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan
adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis
memproduksi sperma dalam jumlah yang cukup dan matang.
2) Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang
berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali
seminggu, terjadi penetrasi tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat
dikeluarkan, yang nantinya akan menunggu sel telur yang
“menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi dapat terjadi
apabila penis tegang (ereksi) oleh sebab itu gangguan ereksi
atau yang disebut impotensi dapat menyebabkan infertilitas.
Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria
diatas, wanita dibawah. Sebagai tambahan, dibawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma tertampung. Dianjurkan,
setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10
menit sampai 1 jam memberi waktu sperma bergerak menuju
saluran telur untuk bertemu saluran telur.
3) Masa subur
Marak ditengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil saat
berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu
keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur bertemu sperma.
Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap
menstruasi, yaitu empat belas hari sebelum menstruasi
berikutnya. Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel telur kemudian
menunggu sperma di saluran telur (tuba fallopi) selama kurang
lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur (Kurniawan,
2015).
4) Gaya Hidup
a) Alkohol
Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan
manusia, alkohol diperoleh atas fermentasi madu, gula, sari
buah atau umbi umbian. Konsumsi alkohol pada pria
menyebabkan penurunan ukuran testis, volume air mani,
serta menurunkan konsentrasi, mortalitas, dan struktur
normal sperma.
b) Rokok
Telah disebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan
impotensi, kemandulan, gangguan kehamilan dan janin.
Merokok bagi manusia sungguh mengancam kesuburan.
Pengaruhnya bergantung pada jumlah rokok yang dihisap
setiap harinya. Bahwa suami yang merokok memilki
kemampuan yang lebih rendah untuk menghamili istrinya
daripada suami yang tidak merokok, kerusakan tergantung
pada lamanya durasi terpapar asap rokok, jadi semakin
lama merokok maka akumulasi mutasi akan semakin besar
dan makin besar potensi dampaknya pada sel sperma
anda.
c) Narkoba
Pengaruh pemakaian ganja, kokain, extacy, sabu sabu dan
heroin tesebut secara umum pada kesuburan pria adalah
menekan sekresi gonadotropin yang berujung pada
menurunnya biosintesa testosteron, dengan kualitas dan
kuantitas testosteron yang menurun, pada akhirnya akan
menurunkan kualitas sperma. Selain itu gangguan pada
endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, dan testosteron) serta gangguan
fungsi seksual penurunan kadar hormon testosteron,
menurunnya dorongan seksual, disfungsi ereksi, dan
hambatan ejakulasi. Maka dapat dipastikan kualitas
sperma juga bisa menurun.
d) Kafein
Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang
dapat menstimulasi otak dan sistem saraf. Selain pada
kopi, kafein juga banyak ditemukan dalam minuman teh,
cola, coklat, minuman berenergi. Pada pria mengkonsumsi
kafein terlalu banyak diperkirakan dapat menyebabkan
kemandulan karena dapat menurunkan jumlah sperma
atau merusaknya. Kafein yang banyak terkandung dalam
kopi, soft drink merupakan stimulan yang dapat
menurunkan kesuburan jika diminum lebih dari tujuh
cangkir sehari.
e) Obesitas
Wanita dengan berat badan berlebih sering mengalami
gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi
kemampuan untuk hamil (Kasdu, 2016).
f) Olahraga berlebih
Olahraga anaerobik adalah angkat beban, dan contoh
olahraga aerobik adalah jogging. Olahraga anaerobik
cenderung membakar karbohidrat sebagai energi sedang
olahraga aerobic membakar lemak sebagai energi. Salah
satunya akan menyebabkan pembakaran energi yang
terlalu berlebih dan akan mempengaruhi cadangan energi
seperti protein dan lemak. Protein sangat penting dalam
proses spermatogenesis yang akan menghasilkan sperma.
g) Emosi
Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses
fisiologis dan anatomis, dimana proses fisiologis tersebut
berasal dari sekresi internal yang mempengaruhi
kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita merupakan unit
psikosomatis yang selalu dipengaruhi bermacam macam
faktor psikis dan faktor organis atau fisik. Kesulitan-
kesulitan psikologis ini berkaitan dengan koitus dan
kehamilan, yang biasanya mengakibatkan
ketidakmampuan wanita menjadi hamil. Kadar prolactin
yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan
menekan hormon gonadotropin yang mempengaruhi
terjadinya ovulasi (Kasdu, 2016). Pasangan suami istri
yang mengalami infertilitas sering kali mengalami perasaan
tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat
jatuh pada keadaan depresi, cemas dan lelah yang
berkepanjangan. Perasaan yang dialami wanita tersebut
timbul sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan dan
penanganan yang terus menerus tanpa membuahkan
hasil. Hal ini yang menyebabkan wanita sering kali
kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak enak
terhadap diri sendiri, suami, keluarga ataupun lingkungan
tempat wanita itu berada
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Histereskopi
Pemeriksaan histereskopi adalah pemeriksaan dengan
memasukkan alat optic ke dalam rahim untuk mendapatkan
keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim (normal,
edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), tentang lapisan
dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena
pengaruh hormon, terdapat polip atau mioma dalam rahim),
dan keterangan lain yang diperlukan.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan
memasukkan alat optik ke dalam ruang abdomen (perut) untuk
mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur
(besarnya dan situasi permukaannya, adanya graaf folikel,
korpus luteum, atau korpus albikantes, bentuk abnormal yang
dijumpai), keadaan tuba falopii(apakah normal, apakah
terdapat kelainan anatomi, apakah terdapat perlekatan),
keadaan peritoneum (selaput yang membungkus perut), rahim,
dan sekitarnya (kemungkinan endometriosis dan bekas
infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum untuk
pemeriksaan sitologi pengecatan dan pembiakan, sehingga
faktor cairan dapat ditetapkan dalam proses infertilitas.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada
pasangan infertilitas terutama vaginal ultrasonografi untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas situasi anatomi alat
kelamin bagian dalam, dengan mengikuti tumbuh kembang
folikel graaf yang matang, penuntun aspirasi
(pengambilan)telur (ovum) pada folikel graaf untuk dilakukan
pembiakan bayi tabung. USG vaginal dilakukan sekitar waktu
ovulasi dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan
klimofen atau obat perangsang indung telurnya.
4. Pemeriksaan Uji Pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir
serviks. Caranya dianjurkan melakukan hubungan seks
dirumah dan setelah dua jam datang kerumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dalam lendir
tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa
ovulasi yaitu hari ke 12, 13 dan 14, dengan perhitungan
menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih
belum mendapatkan kesepakatan para ahli.

5. Pemeriksaan Hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat
memberikan tentang sebab infertilitas dapat dilakukan
pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang
hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis.
Hormon yang diperiksa adalah Gonadotropin follicle stimulation
hormone (FSH) dan luteinisasi (LH) dan hormone estrogen,
progesteron dan prolactin. Pemeriksaan hormonal ini
diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari
kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
H. Penanganan Infertilitas
Penanganan infertilitas diarahkan kepada penyebab itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan kejelian dalam langkah langkah pemeriksaan
dalam mencari penyebabnya.Secara praktis pemeriksaan pada
kasus infertilitas pada istri ada tiga tahapan, yaitu:
1. Fase pertama
a. Pemeriksaan riwayat infertilitas (anamnesa)
Faktor faktor yang berkaitan dengan infertilitas yang harus
ditanyakan mengenai usia pasien, riwayat kehamilan
sebelumnya, panjang siklushaid, riwayat penyakit sebelumnya
dan sekarang, riwayat operasi, frekwensi koitus dan waktu
koitus. Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien sperti
merokok, alcohol dan stress. Hal ini semua dapat
mempengaruhi penyebab terjadinya infertilitas.
b. Pemeriksaan fisik
Disini perlu diperiksa indeks masa tubuh, pemeriksaan kelenjar
tiroid, disini juga dilakukan pemeriksaan pelvik untuk
mengetahui apakah ada kelainan di vagina, servik dan uterus.
c. Penilaian ovulasi
Cara sederhana untuk mengetahui ovulasi adalah dengan
mengukur suhu basal badan (SBB). SBB juga digunakan untuk
menentukan kemungkinan hari ovulasi. Cara lain yang
digunakan untuk penilaian ovulasi adalah dengan pemeriksaan
USG transvaginal dan pemeriksaan progesteron darah. Pada
pemeriksaan dengan USG transvaginal dapat dilihat
pertumbuhan folikel, bila diameternya mencapai 18-25 mm
berati menunjukan folikel yang matang dan akan terjadi ovulasi.
d. Uji pasca senggama
Uji pasca senggama dilakukan 2-3 hari sebelum masa
perkiraan ovulasi. Pengambilan lendir serviks dari kanalis-endo
serviks dilakukan setelah 2-12 jam senggama. Pemeriksaan
dilakukan dibawah mikroskop. Uji pasca senggama dikatakan
positif apabila ditemukan paling sedikit 5 sperma perlapangan
pandang besar. Uji pasca senggama dapat memberikan
informasi gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah
serviks dan keramahan getah serviks terhadap sperma
2. Fase kedua
3. Pada tahap ini dilakuakan HSG untuk menilai potensi tuba. Uji ini
dilakukan pada paruh pertama siklus haid dimana sebelum
dilakukankan tindakan pasien dianjurkan tidak senggama paling
sedikit 2 hari sebelumnya.
4. Fase ketiga
Akhir akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai
fungsi tuba fallopii. Dengan laparoskopi dapat sekaligus melihat
adanya kemungkinan kelainan terhadap rongga peritoneal seperti
endometriosis, perlengketan serviks dan patologi ovari.
5. Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung atau diperiksa adalah
sperma yang keluar dari suami yang tidak melakukan
senggamaselama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan satu jam
setelah sperma keluar. Ejakulat normal : volume 2-5 cc,jumlah
spermatozoa 100- 120 juta per cc, pergerakan 60 %, masih
bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25
%. Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil 20-
60 juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang. Pemeriksaan
tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hormon
(FSH, LH, Testosteron) dan USG skrotum. Peningkatan hormone
FSH (hormon yang memberi instruksi testis untuk memproduksi
spermatozoa) disertai penurunan LH dan testosteron menunjukan
adanya gangguan dalam pembentukan spermatozoa.Dari
pemeriksaan USG dapat diketahui ukuran testis dan adanya
pelebaran saluran spermatozoa.
I. Penatalaksanaan
1. Pasangan suami istri harus dipandang sebagai satu kesatuan
biologis
2. Kekurangan dari satu diantara mereka akan diatasi oleh yang
lainnya sehingga kehamilan dapat berlangsung
3. Pemeriksaan penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama
tiga siklus
4. Pasangan infertilitas sebaiknya mengikuti pemeriksaaan sesuai
dengan yang dijadwalkan
5. Suami dilakukan pemeriksaan fisik umun, fisik khusus dan
pemeriksaan sperma (Manuaba, 1999).
J. Pencegahan Infertilitas
1. Hindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan
2. Untuk pria jangan terlalu sering berendam air panas atau bersauna
(suhu tinggi bisa mempengaruhi produksi dan gerakan sperma,
meski bersifat sementara)
3. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan
4. Menerapkan pola hidup sehat
5. Olahraga secara teratur dan tidak berlebihan
6. Jaga berat badan (kelebihan atau kekurangan berat badan bisa
mempengaruhi produksi hormon reproduksi)
7. Batasi konsumsi kafein dan pemakaian obat-obatan tertentu
8. Menghitung masa subur
9. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual
dengan memperhatikan masa subur.
10. Untuk pasangan dianjurkan berhubungan intim 2-3 kali seminggu
bisa meningkatkan fertilitas (Kasdu, 2016).
1. Disminore
Nyeri perut pada wanita atau disebut juga dismenore sering dialami
wanita saat menstruasi terutama para wanita dalam kurun usia
reproduksi. Dismenore adalah keluhan rasa nyeri yang berhubungan
dengan siklus menstruasi, yang disertai dengan kram perut dan nyeri
selama periode menstruasi. Dismenore sebuah keluhan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari kelompok wanita dalam kurun usia
reproduksi. Beberapa keluhan lain kadang menyertai dismenore dapat
berupa muntah, sakit pinggang, diare, dan sakit kepala. Nyeri perut saat
menstruasi yang berhubungan dengan kelainan pada alat genital disebut
dismenore sekunder, yang penyebab terseringnya adalah endometriosis.
2. Patofisiologi Disminore
Bila sel telur tidak mengalami pembuahan, maka sel-sel
endometrium yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah
menstruasi yang dipahami masyarakat awam sebagai darah kotor. Nyeri
perut pada kelompok wanita dalam usia reproduksi umumya dirasakan
saat seorang mengalami menstruasi biasanya terjadi saat awal
menstruasi yaitu 4-48 jam. Namun, bila nyeri perut dirasakan saat
menstruasi dengan durasi 1-5 hari dan diluar siklus menstruasi patut
diwaspadai karena bisa saja suatu gejala endometriosis.Nyeri hebat
yang selalu timbul saat menstruasi bisa mempengaruhi aktivitas sehari-
hari, bahkan bila disertai rasa pusing, mual, muntah, demam, bahkan
sampai pingsan tentu saja akan mempengaruhi produktivitas kerja
seseorang.
Nyeri perut (dismenore) merupakan salah satu gejala yang kerap
dialami wanita dan menjadi petanda awal menderita endometriosis.
Beberapa wanita bahkan tidak mampu beraktivitas sama sekali ketika
mengalami dismenorea, sehingga memperburuk kualitas hidup
seseorang dan efek endometriosis juga berdampak terhadap mental
serta kesejahteraan sosial penderita salah satunya berhubungan dengan
kesuburan, kemampuan untuk bekerja dan menjaga hubungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Ammar UR. Faktor Risiko Dismenore Primer Pada Wanita Usia Subur Di
Kelurahan Poso Kecamatan Tambaksari Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 2016; 4(1): 37-9.
Djuwantono T,Manjemen Endometriosis untuk Meningkatkan Kualitas
Hidup Wanita Penderita Endometriosis. Bandung: Departemen
Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin. 2015. 1-11.
Ferreira AL, Bessa MM, Drezett J, Abreu LC. Quality of Life of Women
Carrier Of Endometriosis: Systematized review. Reprod Clim.
2016;31(1): 48-54
Harada, T. Dysmenorrhea and Endometriosis In Young Women. Yonago
Acta Medica. 2013;56:81-4
Octavianny A. Hubungan Kista Endometriosis Dengan Kejadian Infertilitas
Di RSUD Tugurejo Semarang. Dan RSUD Kota Semarang. Semarang.
Fakultas Kedokteran Muhamadiyah 2016;15-6, 34-9,48-53.
Pontikaki A, Sifakis S, Spandidos DA.Endometriosis and Breast Cancer: A
Survey of Epidemiological Studies. Oncology Latters.2016;11:23-30.
Suparman E. Penatalaksanaan Endometriosis. Jurnal Biomedik.
2012;4(2):69-78.

Anda mungkin juga menyukai